Anda di halaman 1dari 5

Sumber hukum bagi umat Hindu atau masyarakat yang beragama Hindu adalah kitab suci Veda.

Ketentuan mengenai veda sebagai sumber hukum Hindu dinyatakan dengan tegas di dalam berbagai
jenis kitab suci Veda. Sruti adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum, sruti merupakan
sumber dari smrti. Baik sruti maupun smrti keduanya merupakan sumber hukum Hindu dharma. Smrti
sebagai sumber Hindu sama kuatnya dengan sruti. Smrti sebagai sumber hukum Hindu lebih populer
dengan istilah Manneonrti atau Dharmasastra

Dharmaiasma dinyatakan sebagai kitab hukum Hindu karena di dalamnya memuat banyak peraturan
yang bersifat mendasar yang berfungsi untuk mengatur dan menentukan sangsi bila diperlukan. Di
dalam kitab Dharmasastra termuat serangkaian materi hukum dasar yang dapat dijadikan pedoman oleh
umat Hindu dalam rangkamencapai tujuan hidup yang utama yakni Catur Purusartha

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, peninjauan sumber hukum Hindu dapat dilakukan
melalui berbagai macam kemungkinan antara lain sebagai berikut

1. Sumber Hukum Hindu menurut sejarah

Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang digunakan oleh para ahli
Hindulogi dalam peninjauan dan penulisannya mengenai pertumbuhan serta kejadiannya. Peninjauan
hukum Hindu secara historis ditujukan Pada penelitian data-data mengenai berlakunya kaidah hukum
berdasarkan dokumen Tertulis yang ada, penekanan disini pada dokumen tertulis karena pengertian
sejarah dan bukan sejarah adalah terbatas, pada bukti tertulis. Kaidah-kaidah yang ada dalam bentuk
tidak tertulis (prasejarah), tidak bersifat sejarah melainkan secara tradisional atau kebiasaan di dalam
hukum Hindu disebut Acara. Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode berlakunya
hukum tersebut pun dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain :

a Pada Zaman Krta Yuga berlaku hukum Hindu (Manava Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu

b Pada zaman Treta Yuga berlaku hukum Hindu (Manava Dharmasastra) yang ditulis oleh Gautama

c. Pada zaman Dwapara Yuga berlaku hukum Hindu (Manava Dharmasastra) ditulis oleh Samkhalikhita.

d. Pada zaman Kali Yuga berlaku hukum Hindu (Manava Dharmasastra) ditulis oleh Parasara.

kita ketahui dalam Keempat bentuk kitab Dharmasastra di atas, sangat penting hubungannya dengan
perjalanan sejarah hukum Hindu. Selanjutnya sejarah pertumbuhan hukum Hindu dinyatakan terus
berkembang. Hal ini ditandai dengan munculnya tiga mazhab dalam hukum Hindu diantaranya adalah :
aliran Yajnawalkya, aliran Mitaksara oleh Wijnaneswara, aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana.
Muncul dan tumbuhnya aliran-aliran hukum Hindu ini merupakan fenomena sejarah hukum Hindu yang
semakin luas dan berkembang. Bersamaan dengan itu pula bermunculan kritikus-kritikus Hindu yang
membahas tentang berbagai aspek hukum Hindu, serta bertanggung jawab atas lahirnya aliran-aliran
hukum tersebut. Sebagai akibatnya maka timbullah berbagai masalah hukum yang relatif menimbulkan
realitas kaidah-kaidah hukum Hindu diantara berbagai daerah Hindu. Di Indonesia kita warisi berbagai
macam lontar dengan berbagai macam nama, seperti : Usana, Gajah Mada, Sarasamusscaya, Kutara
Manawa, Agama, Adigama, Purwadigama, Krtapati, Krtasima, dan berbagai macam sasana seperti :
Rajasasana, Siwasasana, Putrasasana, Rsisasana, dan yang lainnya. Semuanya itu adalah menapakan
gubahan yang sebagian bersifat penyalinan dan sebagian lagi bersifat pengembangan.

Perlu dan penting kita ketahui sumber hukum dalam arti sejarah adalah adanya Rajasasana yang
dituangkan dalam berbagai prasasti dan paswara-paswara digunakan sebagai Yurisprudensi hukum
Hindu yang dilembagakan oleh raja-raja hindu. Hal semacam inilah yang nampak pada kita secara garis
besarnya mengenai sumber sumber hukum Hindu berdasarkan sejarahnya.

2. Sumber Hukum Hindu dalam arti sosiologi

Pengetahuan yang membicarakan tentang kemasyarakatan disebut dengan Sosiologi. Masyarakat


adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang mempunyai hubungan, baik hubungan agama,
budaya, bahasa, suku, darah dan yang lainnya. Hubungan diantara mereka telah mempunyai aturan
yang melembaga baik berdasarkan tradisi maupun pengaruh-pengaruh baru lainnya yang datang
kemudian. Pemikiran tentang berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari pandangan-pandangan
masyarakat setempat. Kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai sumber hukum Hindu dalam arti
sosiologi

3. Sumber Hukum Hindu dalam arti Formal

Menurut Prof Mr. L Van Aveldoorm menyatakan bahwa dalam arti formal yang termasuk sumber hukum
Hindu adalah sumber hukum yang berdasarkan bentuknya yang dapat menimbulkan hukum positif.
Artinya dibuat oleh badan atau lembaga yang berwenang. Yang termasuk sumber hukum dalam formal
dan bersifat pasti yaitu : Undang-Undang, Kebiasaan dan Adat serta Traktat. Ada juga sumber hukun
yang diambil dari yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum. Dengan demikian dapat kita lihat
susunan sumber hukum dalam arti formal sebagai Undang-Undang, Kebiasaan dan Adat, Traktat,
Yurisprudensi, dan pendapat ahli hukum yang terkenal. Susunan hukum dapat dilihat juga dalam hukum
Internasional sebagai tertera dalam pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional dengan menambahkan
azas-azas umum hukum yang diakui oleh berbagai bangsa yang beradab sebagai sumber hukum juga
yaitu : traktat internasional yang kedudukannya sama dengan undang-undang terhadap Negara itu,
kebiasaan internasional, azas-azas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab, keputusan-
keputusan hukum sebagai yurisprudensi bagi suatu Negara dan ajaran-ajaran yang dipublisir oleh para
ahli dari berbagai Negara hukum tersebut sebagai alat tambahan dalam bidang pengetahuan hukum.
Sistem dan azas yang digunakan untuk masalah sumber hukum terdapat pula dalam kitab Veda,
terutama dalam kitab Manava Dharmasastra sebagai berikut :

idanim dharma pramanamyaha,

vedo khilo dharma mulam

smrtisile ca tadvidam

acarascaiva sadhunam

atmanastustir eva ca

terjemahan :

seluruh pustaka suci Veda (Sruti) merupakan sumber utama dharma (agama Hindu), kemudian barulah
Smrti di samping sila (kebiasaan-kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Veda) dan
kemudian acara (tradisi-tradisi orang-orang suci) serta akhimya atmanastuti (rasa puas diri sendiri).
Berdasarkan penjelasan sloka suci kitab hukum Hindu tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
sumber-sumber hukum Hindu menurut Manava Dharmasastra adalah Veda Sruti, Veda Smrti, Sila, Acara
(Sadacara), Almanastuti.

4. Sumber Hukum Hindu dalam Arti Filsafat

sumber hukum dalam arti filsafat merupakan aspek rasional dari agama Filsafat adalah merupakan satu
bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah ilmu pikir dan juga merupakan
pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran atau realistis yang juga memberikan pemecahan yang jelas
dalam mengemukakan pemasalahan-permasalahan yang lembut dari kehidupan ini dimana ia juga
menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan
kematian.

Dalam filsafat Hindu mengajarkan sistem dan metode penyampaian buah pikiran. Logika dan
pragmatisma guna mendapatkan kebenaran ilmu (pramana) disebut satya. Kita barus menyadari bahwa
hukum itu menyangkut berbagai bidang. Oleh sebab itu, filsafat sangat diperlukan untuk menyusun
hipotesis hukum. Bahkan boleh dikatakan filsafat menempati kedudukan yang amat penting didalam
ilmu hukum yang disebut "Filsafat Hukum"

Agama bukan hanya mengajarkan bagaimana manusia menyembah Tuhan, tetapi juga memuat tentang
filsafat, hukum dan lain-lain. Manava Dharmasastra adalah kitab suci agama Hindu yang memuat
berbagai masalah hukum dilihat dari system kefilsafatannya, sosiologinya dan bahkan dari aspek politik.
Mengingat masalah hukum tersebut menyangkut berbagai bidang yang sangat luas, maka tidak akan
terelakkan betapa pentingnya arti filsafat dalam menyusun suatu hipotesa hukum, bahkan filsafat
menduduki tempat yang terpenting dalam ilmu hukum yang dituangkan dalam suatu cabang ilmu
hukum yang disebut Filsafat Hukum"

1. Sruti

kelompok Sruti, menurut bhagawan Manu, merupakan veda yang sebenarnya atau Veda Orginair.
Menurut sifat isinya Veda ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Mantra, Brahmana, dan
Upanisad/Aranyaka.

a. Mantra terdiri atas empat himpunan (samhita) yang di sebut Catur veda Samhita yaitu sebagai berikut

1. Rg veda atau Rg Veda Samhita

2. Sama veda atau Sama Veda Samhita

3. Yajur Veda atau Yajur Veda Samhita.

4. Arharva Veda atau Atharva Veda Samhita.

b. Brahmana atau Karma Kanda yaitu kitab yang berisi himpunan doa doa yang digunakan dalam
upacara yajna.

c. Upanisad dan Aranyaka (Jnana Kanda) yaitu himpunan mantra-mantra yang membahas berbagai
aspek teori mengenai ketuhanan.

2. smrti

Smrti adalah Veda karena kedudukannya disamakan dengan Veda (Sruri). Fakta ini sebagaimana
dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmaiastra 11.10 sebagai berikut sesungguhnya Sruti adalah veda dan
Smrti adalah Dharmaiastra, keduanya tidak boleh diragukan karena sumber dari hukum suci. Secara
garis besarnya smrti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok Veda Smrti yaitu (a) Kelompok
Vedangga dan (b) Kelompok Upaveda,

a. Kelompok Vedangga yaitu Batang Tubuh dari Veda. Kelompok Vedangga terdiri dari atas 6 bidang
yaitu :

1. Siksa iPhonvrika isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam mengucapkan
mantra serta tinggi rendah tekanan suara.

2. Wyakarana isinya tentang tata bahasa. Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh veda dianggap
sangat penting dan menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Veda Sruti, tidak mungkin
tanpa bantuan pengertian dari bahasa yang benar.
3. Chanda (lagu) adalah cabang Veda yang secara khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut
lagu.

4. Nirukta (sinonim dan antonym) isinya terutama memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-
kata yang terdapat di dalam Veda.

5. Jyotisa (astronomi) merupakan pelengkap Veda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi
yang diperlukan sebagai pedoman dalam melakukan yajna.

6 Kalpa (ritual) merupakan kelompok Vedangga yang terbesar dan yang Penting. Isinya banyak
bersumber pada kitab Brahmana dan sedikit pada kitab-kitab Mantra (a) bidang srauta, (b) bidang
Grhya, (c) bidang Dharma (d) bidang Sulwa.

b Kelompok Upaveda

Upaveda adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Vedangga. Kelompok ini kodifikasinya
terdiri atas beberapa cabang ilmu, yaitu (1) ltihasa, (2) purana, (3) Arthasastra, (4) Ayur veda, (5)
Gandharwa, (6) Kamasastra.

1. hihasa merupakan jenis epos yang terdiri atas dua macam yaitu (a) Ramayana yang terdiri atas tujuh
kanda dan (b) Mahabharata yang terdiri atas 18 parwa.

2. Purana merupakan kumpulan cerita kuno yang isinya memuat case law dan tradisi tempat setempat.
Kitab Purana sangat penting karena memuat cerita yang menggambarkan pembuktian hukum yang
pernah dijalankan.

3. Arthasastra adalah jenis ilmu pemerintahan Negara Isinya Merupakan pokok pemikiran ilmu politik.
Jenis arthasasma-lah yang paling lengkap isinya menguraikan tentang tata pemerintahan Negara

4. Ayur Veda, isi pokok dari kitab Ayur veda menyangkut bidang ilmu kedokteran.

5. Gandharwa veda adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.

6. Kamasastra isinya menguraikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau
rasa indah.

Anda mungkin juga menyukai