Anda di halaman 1dari 43

WEDA SEBAGAI

SUMBER HUKUM
HINDU
Dharma dipandang sebagai hukum Hindu. Bagaimana perkembangan
hukum Hindu di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat Hindu?

Perenungan.
”Prihen temen dharma dhumaranang
sarat,
saraga sang sadhu sireka tutana,
tan artha tan kama pidonya tan yasa,
ya sakti sang Sajjana dharma raksaka”.

Terjemahan:
Usahakan benar dharma untuk
memelihara dunia ini, kesenangan orang-
orang
bijak itu kamu harus ikuti yang tidak
mementingkan harta, kesenangan nafsu
maupun nama, karena itulah yang
merupakan keampuhannya orang-orang
bijaksana didalam memegang dharma”.
Perkembangan Hukum Hindu di
Nusantara
Istilah-istilah wilayah hukum
Desa praja
adalah administrasi terkecil dan bersifat otonom dan inilah yang diterapkan pada
zaman Majapahit terbukti dengan adanya sesanti, sesana dengan prasasti yang
dapat ditemukan di berbagai daerah di seluruh Nusantara.

Lebih luas lagi wilayah yang mengaturnya dinamakan Grama, dan daerah
khusus ibu kota sebagai daerah istimewa tempat administrasi tata pemerintahan
dikenal dengan nama Pura, penggabungan atas pengaturan semua wilayah ini
dinamakan dengan istilah negara atau rastra. Maka dari itu hampir seluruh
tatanan kenegaraan yang dipergunakan sekarang ini bersumber pada Hukum
Hindu
Undang-undang / Hukum
Manusia dalam pergaulan dan menjalankan
kehidupan ini mereka diatur oleh undang-undang
yang dibuat oleh lembaga pembuat undang-
undang. yang dibuat oleh Manusia

Undang-undang yang bersifat murni, yaitu undang undang yang bersumber dari
Kitab Suci Veda yang berasal Wahyu Tuhan.

Jadi Kitab Suci adalah semacam undang undang yang pembuatnya adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan bukan dibuat oleh manusia (apauruseya).
Hukum berfungsi sebagai pengendalian sosial agar tercapai
ketertiban.

Dalam ilmu hukum dibedakan antara Statuta Law (hukum yang dibentuk dengan
sengaja oleh penguasa) , dan Common Law atau Natural Law (hukum alam
yang ada secara alamiah = Rta  Rtawan)

Unsur-unsur yang terpenting dalam peraturan-peraturan hukum memuat dua


hal, yaitu:

1. Unsur-unsur yang bersifat mengatur atau normatif.


2. Unsur-unsur yang bersifat memaksa atau represif.
Umat Hindu juga sebagai warga Negara yang terikat oleh
hukum nasional, maka :
• Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi
masyarakat Hindu di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 ayat 1 dan 2, serta
pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945.

• Untuk memahami bahwa berlakunya hukum Hindu di Indonesia dibatasi


oleh falsafah Negara Pancasila dan ketentuan-ketentuan dalam
Undang Undang Dasar 1945.

• Untuk dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum


adat (Bali) dengan hukum agama Hindu atau hukum Hindu.

• Untuk dapat membedakan antara adat murni dengan adat yang


bersumber pada ajaran-ajaran agama Hindu.
Kutara Manawa, Purwadigama, Adigama,
Agama, Awig-Awig, Kitab Panuturan dll

Kutai
Taruma Negara
Mataram Kuno
Kediri
Singosari
Majapahit
HUKUM HINDU

HUKUM ADAT
Hukum adalah suatu institusi yang bertujuan
mengantarkan manusia kepada kehidupan yang
ADIL, SEJAHTERA, dan
MEMBUAT MANUSIA BAHAGIA
ONTOLOGI
(Hakekat Hukum Hindu)

Hukum Hindu adalah suatu hukum


yang bertujuan mengantarkan umat
Hindu menuju kehidupan yang adil,
sejahtera, dan membuat umat hindu
bahagia
SUMBER
HUKUM HINDU
Perenungan.
”úrutis tu vedo wijñeyo
dharmasàstram tu vai småtiá,
te sarvàrtheûvamimàýsye
tabhyàm dharmo hi nirbabhau.

Terjemahan:
Yang dimaksud dengan Sruti, adalah Weda dan dengan Smrti itu
adalah dharmasàstra, kedua macam pustaka suci ini tidak boleh
diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya itulah sumber
Dharma (Manawa Dharmasastra, II.10)
Undang-undang
Perjanjian
Kebiasaan
Doktrin
Yurisprodensi
Ketahuilkah bahwa sruti itu adalah
veda dan Dharmasastra itu adalah
Smerti, kedua macam pustaka itu
tidak boleh diragukan kebenarannya
mengenai apapun juga, karena
keduanya itu merupakan hukum yang
patut dipatuhi. (MD II 10)
Weda Smrti sebagai sumber Hukum Hindu
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :

• Kelompok Vedangga/Batang tubuh Weda (Siksa, Wyakarana, Chanda,


Nirukta, Jyotisa dan Kalpa).

• Kelompok UpaVeda /Weda tambahan (Itihasa, Purana, Arthasastra,


Ayur Weda dan Gandharwa Weda)
Pikiran
Perkataan Perbuatan

Sila sangat penting sebagai sumber Hukum Hindu, karena


banyak kebiasaan yang sudah menjadi norma hukum tidak
diketahui oleh masyarakat dan mungkin hanya diketahui
oleh orang-orang suci
Orang suci dapat menemukan dan menetapkan mana
kebiasaan yang dapat dikatakan sebagai suatu kaedah
hukum
Bidang-bidang Hukum Hindu yang sesuai dengan sumber Hukum
Hindu adalah Manawa Dharmasastra terdiri dari :

1. Bidang Hukum Keagamaan, bidang ini banyak memuat ajaran-ajaran


yang mengatur tentang tata cara keagamaan yaitu menyangkut tentang
antara lain;
• Bahwa semua alam semesta ini diciptakan dan dipelihara oleh suatu
hukum yang disebut Rta atau dharma.
• Ajaran-ajaran yang diturunkan bersifat anjuran dan larangan yang
semuanya mengandung konsekuensi atau akibat sanksi).
• Tiap-tiap ajaran mengandung sifat relatif yaitu dapat disesuaikan
dengan zaman atau waktu dan dimana tempat dan kedudukan hukum
itu dilaksanakan, dan absolut berarti mengikat dan wajib hukumnya
dilaksanakan.
• Pengertian warna dharma berdasarkan pengertian golongan fungsional.
2. Bidang Hukum Kemasyarakatan, bidang ini banyak memuat tentang
aturan atau tata cara hidup bermasyarakat satu dengan yang lainnya,
atau sosial. Dalam bidang ini banyak diatur tentang konsekuensi atau
akibat dari sebuah pelanggaran, kalau kita telusuri lebih jauh saat ini
lebih dikenal dengan hukum perdata dan pidana.

Lembaga yang memegang peranan penting yang mengurusi tata


kemasyarakatan adalah Badan Legislatif, yang menurut Hukum Hindu
adalah Parisadha. Lembaga ini dapat membantu menyelesaikan masalah
dengan cara pendekatan perdamaian sebelum nantinya kalau tidak
memungkinkan masuk ke pengadilan.
3. Bidang Hukum Tata Kenegaraan, bidang ini banyak memuat tentang
tata-cara bernegara, dimana terjalinnya hubungan warga masyarakat
dengan negara sebagai pengatur tata pemerintahan yang juga menyangkut
hubungan dengan bidang keagamaan.

Disamping sistem pembagian wilayah administrasi dalam suatu negara, Hukum


Hindu ini juga mengatur sistem masyarakat menjadi kelompok-kelompok hukum
yang disebut ; Warna, Kula, Gotra, Ghana, Puga, dan Sreni, pembagian ini tidak
bersifat kaku karena dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman
Menurut kitab Dharmasastra yang ditulis oleh Manu, keberadaan titel hukum
atau Wyawaharapada dibedakan jenisnya menjadi delapan belas (18), :
1. Rinadana yaitu ketentuan tentang tidak membayar hutang.
2. Niksepa adalah hukum mengenai deposito dan perjanjian.
3. Aswamiwikrya adalah tentang penjualan barang tidak bertuan.
4. Sambhuya-samutthana yaitu perikatan antara firma.
5. Dattasyanapakarma adalah ketentuan mengenai hibah dan pemberian.
6. Wetanadana yaitu hukum mengenai tidak membayar upah.
7. Samwidwyatikarma adalah hukum mengenai tidak melakukan tugas yang
diperjanjikan.
8. Krayawikrayanusaya artinya pelaksanaan jual beli.
9. Swamipalawiwada artinya perselisihan antara buruh dengan majikan.
10. Simawiwada artinya perselisihan mengenai perbatasan
11. Waparusya adalah mengenai penghinaan.
12. Dandaparusya artinya penyerangan dan kekerasan. Steya adalah hukum
mengenai pencurian.
13. Sahasa artinya mengenai kekerasan.
14. Stripundharma adalah hukum mengenai kewajiban suami-istri.
15. Stridharma artinya hukum mengenai kewajiban seorang istri.
16. Wibhaga adalah hukum pembagian waris.
17. Dyutasamahwya adalah hukum perjudian dan pertaruhan
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, peninjauan sumber hukum Hindu
dapat dilakukan melalui berbagai macam kemungkinan, antara lain:

1. Sumber Hukum dalam Arti Sejarah


Perkembangan dan pertumbuhan Negara Indonesia dari zaman kerajaan
Hindu sampai zaman merdeka, telah memperlihatkan berbagai perkembangan
hukum dan sistem pemerintahan.
Sumber-sumber Sejarah (Prasasti, karya sastra, Candi dll) dipergunakan /
sebagai referensi untuk menyusun konsep-konsep hukum dalam usaha
pembentukan masyarakat yang dicita-citakan.
2. Sumber Hukum Hindu dalam Arti Sosiologi.

Penggunaan sumber hukum ini biasanya dipergunakan oleh para sosiolog


dalam menyusun thesa-thesanya, sumber hukum itu dilihat dari keadaan
ekonomi masyarakat pada zaman-zaman sebelumnya.
Pengetahuan yang membicarakan tentang kemasyarakatan disebut dengan
sosiologi. Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang
mempunyai hubungan, baik hubungan agama, budaya, bahasa, suku, darah
dan yang lainnya.
3. Sumber Hukum Hindu dalam Arti Formal Yang dimaksud dengan
sumber hukum dalam arti formal menurut sumber hukum yang berdasarkan
bentuknya dapat menimbulkan hukum positif , artinya dibuat oleh badan atau
lembaga yang berwenang. Yang termasuk sumber hukum dalam arti formal dan
bersifat pasti yaitu; Undang-undang, Kebiasaan dan adat, serta Traktat
4. Sumber Hukum Hindu dalam Arti Filsafat
Filsafat merupakan dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum itu sendiri.
Sumber hukum ini dapat bersumber dari banyak sumber dan luas, karena
isi sumber hukum ini meliputi seluruh proses pembentukan sumber hukum
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Daya mengikat hukum ini terhadap
para anggotanya tergantung pada sifat dan bentuk kaedah-kaedah hukum
ini, apakah bersifat normatif atau bersifat mengatur
Untuk mencapai tingkat kebahagiaan itu ilmu filsafat Hindu menegaskan sistem dan
metode pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Harus berdasarkan pada dharma
b. Harus diusahakan melalui keilmuan (Jnana)
c. Hukum didasarkan pada kepercayaan (Sadhana)
d. Harus didasarkan pada usaha yang secara terus menerus dengan pengendalian;
pikiran, ucapan, dan perilaku
e. Harus ditebus dengan usaha prayascita atau penyucian .
5. Sumber Hukum menurut Weda
Dalam sloka II.6 kitab Manawadharmasastra ditegaskan bahwa, yang
menjadi sumber hukum umat sedharma ”Hindu” berturut-turut sesuai
urutan adalah sebagai berikut.
a. Sruti
b. Smrti
c. Sila
d. Sadacara
e. Atmanastuti (Pudja dan Sudharta, 2004:31).
P.N. Sen, dan G.C. Sangkar, menyatakan bahwa sumber-sumber hukum
Hindu berdasarkan ilmu dan tradisi adalah:
a. Sruti
b. Smrti
c. Sila
d. Sadacara
e. Atmanastuti
f. Nibanda

Nibanda adalah nama kelompok buku atau tulisan yang dibuat oleh para ahli
pada zaman dahulu yang isinya bersifat pembahasan atau kritik terhadap
materi hukum yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu.
Çloka kitab suci yang menjelaskan sumber
Hukum Hindu.
”Yaá pàvamànir adhyeti
åûibhiá saý bhåaý rasam.
sarvaý sa pùtam aúnati
svaditaý màtariúvanà”
Terjemahan:
”Dia yang menyerap (memasukkan ke dalam pikiran) melalui pelajaranpelajaran
pemurnian intisari mantra-mantra Weda yang diungkapkan kepada para Rûi,
menikmati semua tujuan yang sepenuhnya dimurnikan yang dibuat manis oleh Tuhan
Yang Maha Esa yang menjadi nafas hidup semesta alam
(Ågveda IX.67.31).
”Pàvamànir yo adhyeti åûibhiá saýbhåaý rasam
tasmai sarasvati duhe
kûiraý sarpir madhùdakam”.
Terjemahan:
‘Siapapun juga yang mempelajari mantra-mantra weda yang suci yang berisi
intisari pengetahuan yang diperoleh para Rûi, Dewi pengetahuan (yakni Sang
Hyang Saraswati) menganugerahkan susu, mentega yang dijernihkan, madu
dan minuman Soma (minuman para Dewa)’(Ågveda IX.67.32).
”Iyam te rad yantasi yamano
dhruvo-asi dharunah.
kryai tva ksemaya tva
rayyai tva posaya tva”.
Terjemahan:
Wahai pemimpin, itu adalah negara-mu, engkau pengawasnya. Engkau
mawas diri, teguh hati dan pendukung warga negara. Kami mendekat
padamu demi perkembangan pertanian, kesejahtraan manusia, kemakmuran
yang melimpah” (Yajurveda IX.22).
”Ahaý gåbhóàmi manasà manàýsi
mama cittam anu cittebhir eta.
mama vaseûu hrdayàni vah krnomi,
mama yàtam anuvartmàna eta”.
Terjemahan:
”Wahai para prajurit, Aku pegang (samakan) pikiranmu dengan pemikiranKu.
Semoga anda semua mengikuti aku menyesuaikan pikiran-mu dengan
pikiran-ku. Aku tawan hatimu. Temanilah aku dengan mengikuti jalan-Ku,
(Atharvaveda, VI.94.2)
(1) Membunuh orang yang tidak berdosa
(2) Menyuruh membunuh orang yang tidak
berdosa
(3) Melukai orang yang tidak berdosa
(4) Makan bersama dengan pembunuh
(5) Mengikuti jejak pembunuh
(6) Bersahabat dengan pembunuh
(7) Memberi tempat kepada pembunuh
(8) Memberi pertolongan pada pembunuh
1. Membunuh orang yang tidak berdosa
2. Menyuruh membunuh orang yang tidak berdosa
3. Melukai orang yang tidak berdosa

1. Makan bersama dengan pembunuh


2. Mengikuti jejak pembunuh
3. Bersahabat dengan pembunuh
4. Memberi tempat kepada pembunuh
5. Memberi pertolongan pada pembunuh
1. Menjalankan perbuatan mencuri
2. Menyuruh mencuri
3. Memberi makan kepada pencuri
4. Bersahabat dengan pencuri
5. Memberi petunjuk jalam kepada pencuri
6. Menolong pencuri
7. Memberi tempat kepada pencuri
8. Menyembunyikan pencuri
1. Menjalankan perbuatan mencuri
2. Menyuruh mencuri

1. Memberi makan kepada pencuri


2. Bersahabat dengan pencuri
3. Memberi petunjuk jalam kepada
pencuri
4. Menolong pencuri
5. Memberi tempat kepada pencuri
6. Menyembunyikan pencuri
Barang siapa yang
melakukan perbuatan
menenung diancam
hukuman mati

Ancaman ini dikenakan


pula pada Anak, Bapak,
dan Ibunya/yang serumah
dengan penenung
1.Mencuri
Termasuk
2.Menyamun
orang yang
3.Membegal melindungi
4.Menculik
5.Membunuh
6.Menenung
7.Meracun Diancam
Pidana mati
• Merampas hak milik orang lain
• Mengambil milik orang lain
• Merampas makanan orang lain
• Menebang kayu yang dilindungi

Diancam
hukuman mati
atau denda
Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya,
AdatIstiadat, dan Kearifan Daerah Setempat.
Agama Hindu disebut-sebut sebagai agama yang tertua di dunia,
bagaimana hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan
kearifan daerah setempat di Indonesia?

Pembuktian adanya pengaruh hukum Hindu menjiwai hukum adat telah


terbukti sejak berdirinya kerajaan Hindu di Indonesia. Bahkan bukan pada masa
kerajaan Hindu saja, karena secara tidak disadari bahwa hukum itu masih tetap
berlaku dan berpengaruh pula dalam hukum positif di Indonesia melalui bentuk-
bentuk hukum adat.

Hukum adat menduduki orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam
suatu lingkungan budaya tertentu, yakni lingkungan masyarakat adat yang
mendukungnya.
Berbagai pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat sebagaimana contoh
yang dikedepankan di atas, menunjukkan skala pengaruh hukum Hindu
terhadap hukum adat pada dimensi ”Pawongan” dan ”palemahan”.

Anda mungkin juga menyukai