Anda di halaman 1dari 7

HINDU & BUDDHIS LAW

Dosen Pengampu: Abdul Hadi Anshary, S.H., M.H

DISUSUN OLEH:

AISHA ALMIRA ZAHRA

211010489

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

KELAS L

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022
A. HINDU LAW

Menurut Prof. Sudirman, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan

hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau kebolehan

untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Hukum bertujuan untuk mengatur

ketertiban masyarakat. Pengertian Hukum dalam Veda adalah Rta dan Dharma.

Rta adalah hukum alam yang bersifat abadi. Dharma adalah hukum duniawi,

baik yang ditetapkam maupun tidak. Dharma sebagai istilah Hukum dalam

Hukum Hindu karena kata ini memuat dua hal : Dharma mengandung

pengertian norma. Dharma mengandung pengertian keharusan yang kalau tidak

dilakukan dapat dipaksakan dengan ancaman sanksi (danda). Maha Rsi Manu

dalam kitab Manawadharmasastra menjelaskan bahwa Veda adalah sumber

dari segala sumber Dharma atau Hukum Hindu. Dasar Sumber Hukum Hindu

menurut Manavadharmasastra, II.6 yang berbunyi sebagai berikut:

“Idanim dharma Pramanyahaa, Vedo khilo dharma mulam, Smrticile ca

sadhunam, Acaraccaiwa sadhunam, Atmanastustir eva ca”.

Terjemahannya:

“Seluruh pustaka suci Veda (Sruti dan Smrti) adalah sumber pertama dari pada

dharma, kemudian juga tatacara perikehidupan orang-orang suci/ tingkah laku

yang terpuji dari orang-orang budiman yang mendalami ajaran pustaka suci

Veda (Sila), lalu adat-istiadat (Acara) dan akhirnya kepuasan batin

(Atmanastusti)”.
Hukum Hindu sebagai Sistem Hukum terdiri dari:

a. Rta (hukum abadi), sebagai sesuatu kekuatan yang tidak dapat dilihat oleh

manusia, namun hanya dapat dirasakan berdasarkan atas keyakinan akan

adanya kebenaran yang absolut.

b. Dharma, merupakan penjabaran dari bentuk hukum yang idiil dalam (Rta)

kedalam peraturan tingkah laku manusia. Sifatnya relatif, artinya Dharma

sebagai hukum tidak sama bentuknya disemua tempat,melainkan

dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasaan setempat (dresta). Hukum Hindu

bertujuan mengantarkan umat Hindu menuju kehidupan yang adil,

sejahtera, dan membuat umat Hindu bahagia.

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan

yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan

menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Sumber hukum

Hindu adalah Veda, hal ini ditegaskan dalam Manawadharmasastra XII. 96:

“Utpadyante syawante ca ynyato nyani knicit, tänyarwakkalikataya

nisphaIinyanrt ni ca”.

Artinya:

Semua ajaran yang berbeda dari Veda yang lahir dan akan segera musnah

adalah tak bernilai dan palsu karena itu adalah dari zaman modern.

Ketentuan mengenai Veda sebagai sumber hukum dinyatakan dengan

tegas di dalam berbagai kitab suci. Dalam Manawadharmasastra II. 6

dinyatakan: “Idanim dharma pramananyaha, wedo’khilo dharmamulan


smrticile ca tadwidam. Acarsccaiwa sadhunam atanastutirewa ca”. Artinya:

Seluruh pustaka suci Veda adalah sumber pertama daripada dharma kemudian

adat istiadat, dan tingkah laku terpuji dari orang-orang budiman yang

mendalami ajaran pustaka suci Veda, juga tata cara kehidupan orang-orang suci

dan akhirnya kepuasan dari pribadi.

Dari sloka tersebut, kita mengenal sumber hukum Hindu sesuai urut-

urutannya adalah: Sruti, Smrti, Sila, Acara (Sadacara), dan Atmanastuti. Masih

banyak sloka yang menekankan pentingnya Veda, baik sebagai ilmu maupun

sebagai sumber hukum guna membina masyarakat. Oleh karena itu berdasarkan

ketentuan-ketentuan itu penghayatan Veda sebagai sumber hukum Hindu

bersifat penting.

B. Buddhis Law

Pengertian hukum dalam agama Buddha adalah Hukum Kesunyataan

yang berlaku secara Universal bekerja dengan sendirinya, berlaku untuk semua

manusia dan makhluk serta benda-benda yang merupakan paduan unsur. Tidak

terbatas oleh waktu dan tempat.

1. Faedah Hukum

a. Menumbuhkan kesadaran untuk taat pada hukum Tuhan.

Arti: Kita harus menyadari adanya hukum universal yang selalu bekerja

dengan sendirinya pada diri kita, semua terlepas dari kita tahu atau tidak
tahu, suka atau tidak suka sehingga kita hendaknya berbuat selaras

dengan hukum.

b. Peran Agama dalam Perumusan dan Penegakan Hukum yang Adil.

Arti: Agama sebagai sarana menuju kebahagiaan, juga memuat

peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya batin manusia

yang baik, yang berkualitas yaitu manusia yang bermoral.

c. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum.

Arti: Agama yang merupakan peraturan guna membentuk moral yang

baik hendaknya benar-benar dapat berfungsi membentuk manusia yang

seutuhnya, yaitu sukses lahir dan batin.

Buddha Dharma adalah Dharma yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Dengan demikian Buddha Dharma adalah agama yang pada hakikatnya

mengajarkan hukum-hukum abadi, pelajaran tata susila yang mulia, ajaran

agama yang mengandung paham-paham filsafat yang mendalam, yang

merupakan keseluruhan dan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Buddha Dharma memberikan kepada para penganutnya suatu

pandangan terang. Hukum Abadi yaitu hukum-hukum alam semesta

sebagai kekuatan yang menguasai dan mengaturnya. Ini semua

menunjukkan, bahwa di atas hidup keduniawian yang fana ini terletak suatu
tujuan yang lebih tinggi yang menerangi serta membangun kekuatan-

kekuatan batin yang baik untuk diarahkan pada tujuan yang luhur dan suci.

Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha

Dharma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang

Buddha Gotama lebih dari 2546 tahun yang lalu, yang menguraikan hakikat

kehidupan yang berdasarkan pandangan terang dan oleh sebab itu dapat

membebaskan manusia dari ketidaktahuan (Avijja) dan penderitaan

(Dukkha).

2. Cattari Ariya Saccani ( Empat Kesunyataan Mulia )

Kata Sacca (pali) atau Satya (Sansekerta) seringkali diterjemahkan

dengan kesunyataan. Kesunyataan tentang kebenaran yang terdapat dalam

alam semesta, yang tidak terpengaruhi oleh waktu dan karenanya

merupakan kebenaran abadi, meliputi:

a. Dukkha Ariya Sacca (kesunyataan tentang Dukkha).

b. Dukkha Samudaya (kesunyataan tentang asal mula Dukkha).

c. Dukkha Nirodha Ariya Sacca (kesunyataan tentang lenyapnya Dukkha).

d. Dukkha Nirodha Gaminipatipada (kesunyataan tentang jalan menuju

lenyapnya Dukkha).
3. Hukum Karma/Kamma

Karma (sansekerta), Kamma (pali) artinya perbuatan baik atau

perbuatan buruk/jahat, terjadi karena kita buat sendiri, baik di masa lampau

atau di masa sekarang. Hukum karma merupakan hukum kosmis tentang

sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral yang impersonal.

Hukum karma terdiri dari 2 aspek, yaitu sebagai berikut.

a. Aspek kosmis

Hukum karma dalam aspek kosmis meliputi alam fisik dan psikis.

b. Aspek moral

Ajaran karma sebagai hukum moral menitikberatkan pada perbuatan-

perbuatan manusia yang dilakukan jasmani, ucapan dan pikiran.

Prinsip dasar hukum karma adalah barang siapa yang menanam maka

dia akan memetik hasilnya, apakah itu hasil buruk atau baik. Perbuatan baik

atau buruk dinilai berdasarkan pada akibat yang menyenangkan dan tidak

menyenangkan yang dialami oleh si pembuat. Fungsi Hukum Karma:

Agama Buddha memandang hukum karma sebagai hukum sebab akibat

yang bekerja sendiri. Berdasarkan pada hukum karma, sebagai manusia

masih diliputi kebodohan, telah memiliki sejumlah perbuatan baik dan

buruk. Hukum karma selalu bekerja selama kita belum mencapai

pembebasan (Nibbana).

Anda mungkin juga menyukai