Hukum Rta dalam agama Hindu merupakan suatu ajaran yang harus dijadikan pedoman
dan ditaati oleh setiap umat Hindu di Dunia ini. Dalam penerapannya Hukum Rta memiliki
beberapa konsep, yaitu:
1. Matahari terbit di timur dan tenggelam di barat.
2. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
3. Adanya pergantian waktu siang dan malam.
4. Setiap makhluk mumpunyai rasa lapar dan haus.
5. Dan terakhir setiap makhluk butuh istirahat atau tidur.
Kemudian ada berbagai cara untuk menumbuhkan kesadaran umat Hindu akan Hukum Rta,
salah satu ajaran Hukum Rta di Bali yang sampai sekarang digunakan ialah kepercayaan Lahir,
Hidup, dan Mati. Pengertian dan contoh dari kepercayaan tersebut, yaitu sebagai berikut:
A. Lahir merupakan suatu peristiwa penjelmaan atau rengkarnasi leluhur pada keluarga
mereka. Dimana peristiwa ini akan dilakukan dengan upacara nyambutin, 3 bulanan bayi
yang baru lahir sampai dengan upacara otonan, kemudian berinjak dewasa dilaksanakan
upacara potong gigi.
B. Hidup merupakan pelaksanaan di dalam kehidupan, umat Hindu diajarkan atau dituntun
ajaran Tri Kaya Parisuda, sehingga setiap gerak langkah dalam kehidupan sehari-hari
selalu berpedoman pada ajaran Dharma dan menjauhi larangan-Nya.
C. Mati/Meninggal merupakan suatu peristiwa terpisahnya roh dari badan kasar. Dimana di
Bali pelaksanaan upacara kematian dikenal dengan upacara ngaben. Upacara ngaben
adalah rangkaian pembakaran badan kasar/jenasah manusia yang sudah meninggal dan
kembali kepada Sang Pencipta atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Serta Hukum Rta juga berkaitan dengan kitab suci Weda, dimana kitab suci Weda dapat
diartikan sebagai bukti bahwa ajaran dan hukum bagi umat Hindu itu memang benar-benar ada.
Sama seperti Hukum di Indonesia yang menjadikan Undang-Undang Dasar sebagai
pedomannya, Weda merupakan kitab suci Agama Hindu yang berisikan tata cara bertingkah laku
manusia dan berupa ajaran kebenaran (Dharma). Selanjutnya, sumber hukum menurut kita suci
Weda dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sruti
Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melewati pendengaran
langsung dari wahyu yang berasal dari Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab-kitab yang tergolong
Sruti menurut tradisi Hindu, seperti: Kitab Mantra, Brahmana, dan Upanisad. Sruti sebagai
Sumber Hukum Hindu Pertama, seperti yang dikatakan di dalam Manawadharmasastra
11.10 yang berbunyi :
“Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerti, te sarwatha wam imamsye tabhyam
dharmohi nirbhabhua”.
Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda, Smerti itu Dharmasastra, keduanya tidak boleh
diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari pada
hukum.
Selanjutnya, Weda sebagai Sumber Hukum Utama dapat kita lihat dari Sloka 11.6 yang
dirumuskan sebagai berikut:
“Wedo khilo dharma mulam smerti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam atmanas
tustirewa ca”.
Artinya: seluruh Weda sumber utama dari dapa hukum, kemudian barulah Smerti dan tingkah
laku orang-orang baik, kebiasaan, dan atmanastuti.
2) Smrti
Smrti merupakan kitab suci agama Hindu, sesudah Weda Sruti. Dimana Smrti adalah sebuah
kitab suci Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi atas dasar ingatan dari wahyu yang berasal dari
Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab Smrti memuat tentang ajaran-ajaran hukum agama Hindu atau
disebut juga Dharmasastra. Dharmasastra artinya ilmu hukum yang memaparkan tentang ajaran
kebenaran dalam Agama Hindu. Kemudian secara garis besar kitab Smrti digolongkan menjadi 2
kelompok, yaitu: Kelompok Wedangga (Sadangga) dan Kelompok Upaweda.
DAFTAR PUSTAKA