Anda di halaman 1dari 3

HUKUM RTA DALAM AGAMA HINDU (MATERI 3)

Hukum Rta dalam agama Hindu merupakan suatu ajaran yang harus dijadikan pedoman
dan ditaati oleh setiap umat Hindu di Dunia ini. Dalam penerapannya Hukum Rta memiliki
beberapa konsep, yaitu:
1. Matahari terbit di timur dan tenggelam di barat.
2. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
3. Adanya pergantian waktu siang dan malam.
4. Setiap makhluk mumpunyai rasa lapar dan haus.
5. Dan terakhir setiap makhluk butuh istirahat atau tidur.
Kemudian ada berbagai cara untuk menumbuhkan kesadaran umat Hindu akan Hukum Rta,
salah satu ajaran Hukum Rta di Bali yang sampai sekarang digunakan ialah kepercayaan Lahir,
Hidup, dan Mati. Pengertian dan contoh dari kepercayaan tersebut, yaitu sebagai berikut:
A. Lahir merupakan suatu peristiwa penjelmaan atau rengkarnasi leluhur pada keluarga
mereka. Dimana peristiwa ini akan dilakukan dengan upacara nyambutin, 3 bulanan bayi
yang baru lahir sampai dengan upacara otonan, kemudian berinjak dewasa dilaksanakan
upacara potong gigi.
B. Hidup merupakan pelaksanaan di dalam kehidupan, umat Hindu diajarkan atau dituntun
ajaran Tri Kaya Parisuda, sehingga setiap gerak langkah dalam kehidupan sehari-hari
selalu berpedoman pada ajaran Dharma dan menjauhi larangan-Nya.
C. Mati/Meninggal merupakan suatu peristiwa terpisahnya roh dari badan kasar. Dimana di
Bali pelaksanaan upacara kematian dikenal dengan upacara ngaben. Upacara ngaben
adalah rangkaian pembakaran badan kasar/jenasah manusia yang sudah meninggal dan
kembali kepada Sang Pencipta atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Serta Hukum Rta juga berkaitan dengan kitab suci Weda, dimana kitab suci Weda dapat
diartikan sebagai bukti bahwa ajaran dan hukum bagi umat Hindu itu memang benar-benar ada.
Sama seperti Hukum di Indonesia yang menjadikan Undang-Undang Dasar sebagai
pedomannya, Weda merupakan kitab suci Agama Hindu yang berisikan tata cara bertingkah laku
manusia dan berupa ajaran kebenaran (Dharma). Selanjutnya, sumber hukum menurut kita suci
Weda dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sruti
Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melewati pendengaran
langsung dari wahyu yang berasal dari Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab-kitab yang tergolong
Sruti menurut tradisi Hindu, seperti: Kitab Mantra, Brahmana, dan Upanisad. Sruti sebagai
Sumber Hukum Hindu Pertama, seperti yang dikatakan di dalam Manawadharmasastra
11.10 yang berbunyi :
“Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerti, te sarwatha wam imamsye tabhyam
dharmohi nirbhabhua”.
Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda, Smerti itu Dharmasastra, keduanya tidak boleh
diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari pada
hukum.
Selanjutnya, Weda sebagai Sumber Hukum Utama dapat kita lihat dari Sloka 11.6 yang
dirumuskan sebagai berikut:
“Wedo khilo dharma mulam smerti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam atmanas
tustirewa ca”.
Artinya: seluruh Weda sumber utama dari dapa hukum, kemudian barulah Smerti dan tingkah
laku orang-orang baik, kebiasaan, dan atmanastuti.
2) Smrti
Smrti merupakan kitab suci agama Hindu, sesudah Weda Sruti. Dimana Smrti adalah sebuah
kitab suci Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi atas dasar ingatan dari wahyu yang berasal dari
Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab Smrti memuat tentang ajaran-ajaran hukum agama Hindu atau
disebut juga Dharmasastra. Dharmasastra artinya ilmu hukum yang memaparkan tentang ajaran
kebenaran dalam Agama Hindu. Kemudian secara garis besar kitab Smrti digolongkan menjadi 2
kelompok, yaitu: Kelompok Wedangga (Sadangga) dan Kelompok Upaweda.

PENERAPAN HUKUM RTA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (MATERI 5)


Hukum Rta merupakan hukum yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Hindu di dalam
kehidupannya. Ada beberapa contoh penerapan Hukum Rta dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1. Mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha, yakni selalu berpikir yang positif atau suci
terhadap seseorang bahkan keluarga sendiri. Berkata yang benar dan sopan, baik kepada
sesama maupun orang yang lebih tua dari kita. Dan berbuat atau bertingkah laku yang
baik sesuai ajaran agama serta norma-norma dalam kehidupan.
2. Mempercayai adanya Karma Phala atau hasil perbuatan, contohnya saat kita berbuat yang
buruk terhadap teman yang tidak kita sukai, maka di masa datang kita akan mendapatkan
Karma Phala yang buruk juga. Seharusnya kita sebagai umat beragama tidak boleh
berbuat buruk apa lagi sampai melanggar ajaran agama sendiri atau lupa akan larangan-
Nya dan terjerumus kedalam hal yang negatif.
3. Memahami dan melaksanakan Yadnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
melakukan persembahyangan dan membersihkan serta menjaga tempat suci seperti
Merajan dan Pura. Itu merupakan pelaksanaan yadnya yang dasar atau dapat dilakukan
sehari-hari, kemudian menghormati dan menuruti nasehat orang tua. Serta menghormati
dan menghargai para guru/dosen yang telah mengajar dan memberi ilmu kepada kita.
Menjaga fasilitas umum dan menaati peraturan pemerintah. Kemudian melaksanakan
Pitra Yadnya, seperti upacara potong gigi (Mepandes) dan tidak lupa melakukan
persembahan kepada Bhuta Kala atau makhluk bawah dengan mengaturkan segehan dan
upacara mecaru.

DAFTAR PUSTAKA

Putri, Diana Dana. 2021. “Hukum Rta”, https://id.scribd.com/document/539097345/HUKUM-


RTA-baru-PDF diakses pada 5 Desember 2022.
Wawan, Putu. 2015. “Weda Sruti dan Weda Smrti”,
https://putuwawan.wordpress.com/2015/09/15/weda-sruti-dan-weda-smrti/ diakses pada 5
Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai