hukum obyektif dan asas hukum subyektif. Asas hukum obyektif yaitu prinsipprinsip yang menjadi dasar bagi pembentukan peraturan-peraturan hukum.
Sedangkan asas-asas hukum subyektif yaitu prinsip-prinsip yang menyatakan
kedudukan subyek berhubungan dengan hukum. Asas-asas hukum obyektif ada
yang bersifat moral, di mana prinsip-prinsip ini telah ada pada para pemikir Zaman
klasik dan abad pertengahan. Dan ada asas-asas hukum obyektif yang bersifat
rasional, yang juga telah diterima sejak dahulu, namun baru diungkapkan secara
nyata sejak dimulainya zaman modern yakni sejak timbulnya negara-negara baru
dan hukum yang dibuat oleh para yuris secara profesional.
Gratianus dalam Decretum Gratianum (merupakan himpunan tertua hukum
gereja), menyatakan bahwa manusia itu dikuasai oleh dua hukum, yakni hukum
alam dan adat kebiasaan. Hukum alam ialah hukum sebagaimana yang terdapat
dalam Kitab Suci dan Injil. Hukum alam ini sebagaimana disebutkan dalam
Decretum, lahir bersamaan dengan terciptanya manusia sebagai makhluk yang
berakal. Hukum alam ini tidak akan berubah sepanjang jaman. Terhadap hukumhukum lainnya hukum alam ini mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.
William Occam, penulis dari Inggris mengemukakan tentang adanya
hierarkhi hukum sebagai berikut:
a. Hukum universal, yaitu hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
bersumber dari rasio alam
b. Hukum yang mengikat masyarakat yang berasal dari alam
c. Hukum yang bersumber dari prinsip-prinsip alam tetapi dapat diubah oleh
penguasa.
William Occam menyatakan bahwa hukum itu adalah identik dengan
kehendak Tuhan.
Menurut Fransisco Suarez yang pandangannya banyak dipengaruhi
pemikiran Aquino, manusia yang bersusila dalam pergaulan hidupnya diatur oleh
suatu ketentuan yang disebutnya sebagai peraturan umum yang harus memuat
unsur-unsur kemauan dan akal. Tuhan adalah pencipta hukum alam yang berlaku
di semua tempat dan di setiap waktu. Berdasarkan akalnya, manusia dapat
menerima adanya hukum alam tersebut dan dengan demikian manusia tadi dapat
membedakan adil dan tidak adil, buruk/jahat dan baik/jujur. Hukum alam yang
diterima manusia itu hanya sebagian saja, selebihnya adalah jasil akal manusia
sendiri. Oleh karenanya kesemua hukum alam itu merupakan kehendak Tuhan dan
akal manusia. Sifat hukum alam adalah tidak bisa berunah-ubah. Manusia, Paus
maupun pembuat UU tidak bisa mengubahnya. Namun demikian dalam penerapan
hukum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan. Suarez menyatakan bahwa di
samping ada hukum alam ada juga hukum lain yang dikenal dengan adat kebiasaan
yang berasal dari rakyat. Bedanya dengan hukum alam, adat kebiasaan ini adalah
hal yang berguna untuk kesusilaan. Dicontohkan oleh Suarez, perbudakan dan hak
milik partikelir sebagai adat kebiasaan dan kemerdekaan serta berserikatnya harta
benda sebagai hukum alam. Mengenai hukum positif, Suarez sependapat dengan
Jean Bodin, rajalah yang berhak membuatnya. Dan semua peraturan buatan
manusia harus disusun berdasarkan hukum alam.
Penggagas dasar hukum alam yang rasional adalah Grotius. Pendapatpendapat lain dikemukakan Christian Thomasius, I. Kant, Fichte, Hegel dan Rudolf
Stamler. Latar belakang tampilnya rasio manusia dalam pemikiran hukum alam ini
dimulai dengan lahirnya zaman Renaissance. Zaman ini dikatakan (Jacob
Burckhard) sebagai suatu zaman di mana manusia menemukan kembali
kepribadiannya, dan menyebabkan adanya perubahan yang tajam dalam segala segi
kehidupan manusia. Sifat universalitas dimana ajaran gereja sebaga dasar satusatunya dalam setiap gerak manusia berakhir dengan sendirinya sebagai akibat
mulai menurunnya kepercayaan manusia pada waktu itu terhadap pejabat-pejabat
gereja yang dalam leteratur Barat dinyatakan lebih mementingkan keduniawian dari
pada tugas sebagai pejabat agama yang suci.
Renaissance ini sesungguhnya mulai tampak pada abad 12 dimana secara
berangsur-angsur terjadi perubahan-perubahan dalam pandangan hidup manusia.
Dalam dunia filsafat hukum pandangan atau pemikiran para ahlinya tidak lagi
didasarkan pada Ketuhanan, sehingga rasio Tuhan yang dulunya dinyatakan
sebagai satu-satunya sumber pemikiran tidak lagi diterima umum. Pada masa ini
peranan rasio manusia tampil ke depan. Rasio manusia bukan lagi merupakan
penjelmaan dari rasio Tuhan- rasio manusia terlepas dari ketertiban Tuhan. Dan
rasio manusialah kini yang merupakan sumber satu-satunya dari hukum. Theo
Huijbers menyebutkan bahwa pada zaman ini hukum kodrat merupakan pernyataan
akal budi praktis manusia. Grotius mengemukakan ajaran bahwa hukum alam
adalah merupakan produk dari rasio manusia dan bukan berasal dari Tuhan.
Menurut pendapatnya hukum alam itu bersumber dari rasio manusia yaitu
merupakan pencetusan dari pikiran manusia apakah sesuatu tingkah laku manusia
itu dipandang baik atau buruk, apakah tindakan manusia itu dapat diterima atau
ditolak atas dasar kesusilaan alam. Sebab menurutnya penilaian terhadap tingkah
laku manusia itu satu dengan lainnya harus didasarkan atas kesusilaan alam. Grotius
mengemukakan pikirannya ini dalam dua bukunya yang terkenal yaitu De Jure Belli
ac pacis dan Mare Liberum. Di samping adanya hukum alam yang rasionalistis,
Grotius juga menerima adanya hukum lain yang berdasarkan Ketuhanan (berasal
dari Tuhan) seperti hukum-huikum yang termuat dalam kitab suci. Pada pemikiran
Grotius sudah nyata bahwa di antara tuntutan-tuntutan rasional/moral hidup
bersama terdapat hak-hak manusia juga. Menurutnya ada dua macam prinsipprinsip, yaitu pertama: prinsip-prinsip dasar seperti prinsip kaupunya-kupunya,
kesetiaan pada janji, ganti rugi, perlunya hukum. Kedua: prinsip-pripsip yang
melekat pada subyek hukum, seperti hak atas kebendaan, hak untuk berkuasa atas
orang lain, hak untuk berkuasa sebagai majikan, hak untuk berkuasa atas milik.
Terhadap pemikiran-pemikiran Grotius ini Van Apeldoorn dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum menyatakan bahwa Grotius tidak konsekuen pendapatnya.
Dalam De Jure Belli ac Pacis, Grotius mengatakan bahwa Tuhan adalah merupakan
pencipta dari alam semesta. Dengan demikian hukum alampun secara tidak
langsung merupakan ciptaan Tuhan juga.
Pendapat lain mengenai hukum alam yang rasionalitas dikemukakan oleh
Samuel von Pofendorf. Dalam bukunya yang berjudul Jus Naturale et Gentium ia
menyatakan bahwa hukum alam itu merupakan hasil dari rasio manusia. Hukum
internasional adalah merupakan bagian dari hukum alam, yaitu bagian yang dapat
ditangkap oleh akal manusia.
Christian Thomasius juga membahas hubungan antara hukum alam disatu
pihak dengan hukum internasional dilain pihak dalam bukunya yang berjudul
Barang siapa yang membeli berkewajiban membayar. Dasar dari moral Kant
dinamakan Katagorische Imperativ: Bertindaklah sedemikian, sehingga alasan
tindakanmu dapat dijadikan alasan untuk tindakan semua manusia. Bidang moral
oleh Kant dipisahkan dengan pendapatnya bahwa moral adalah suatu masalah yang
berkenaan dengan motif yang bersifat intern bagi individu-individu, sedang hukum
berkenaan dengan sifat ekstern, yaitu yang menyangkut perbuatan manusia untuk
menyesuaikan diri pada keadaan ekstern, yaitu sebagaimana yang ditentukan dalam
hukum positif.
Filsafat hukum Kant dikatakan sebagai teori tentang bagaimana seharusnya
hukum itu. Filsafat hukum Kant ini merupakan filsafat hukumnya ahli filsafat
bukan ahli hukum. Menurut Kant hukum alam itu bersumber dari Katagorische
Imperativ. Sifat hukum alam menurutnya adalah rasionalistis dan juga idealistis.
dikatakan idealistis, karena ada kemungkinan terjadi perbuatan manusia yang
bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Katagorische Imperativ. Jadilah
ketentuan itu sebagai ketentuan yang tidak pernah dipenuhi jadi ketentuan yang
ideal.
Johann Gottlieb Fichte adalah penganut idealisme Kant. Dalam bukunya
Grundlage des naturrechts, ia mengatakan bahwa hukum alam itu bersumber dari
ratio manusia. Sama seperti Thomasius dan Kant, ia membedakan antara moral dan
hukum. Hegel juga merupakan ahli pikir Jerman yang memiliki pandanganpandangan yang berpengaruh. Antara Kant, Fichte maupun Hegel mempunyai poko
penyelidikan yang sama, yaitu penyelidikan terhadap akal manusia. Pemikiran
filsafat Hegel dianggap sebagai usaha yang paling luas dan mendalam yang pernah
dijalankan orang dalam memberikan penjelasan tentang alam semesta. Hegel tidak
puas hanya menganalisa tentang ilmu pengetahuan, logika dan sejarah ataupun
hukum. Menurut Hegel, ide itu terdiri dari rasio dan roch. Ide berkembang dari yang
sederhana sampai yang kompleks melalui proses dialektis. Menurutnya apa yang
rasional adalah nyata dan apa yang nyata adalah rasional. Setiap fase didalam
perkembangan dunia ini merupakan rentetan dari fase sebelumnya. Pemikiranpemikiran Hegel ini dikenal dengan Dialektika Hegel. Menurutnya pada setiap
pengertian mengandung lawan dari pengertian itu sendiri. Perkembangan dari yang
ada kepada yang tidak ada atau sebaliknya mengandung katagori yang ketiga yaitu
akan menjadi. Jadi ada tritunggal yang terdiri dari :these-antithese-synthese.
Selaunjutnya setiap synthese merupakan titik tolak dari tritunggal yang baru. Alam
semesta menurutnya berkembang melalui proses yang logis dan setiap bagian dari
proses ini berhubungan satu dengan lain secara logis. Sehingga logika, moral dan
agama semuanya berhubungan satu dengan yang lain. Filsafat hukum pun termasuk
dalam proses ini.
Pengikut lain dari I. Kant yang termasuk dalam Neo Kantian adalah Rudolf
Stamler. Ia dengan metode kritis dan transcendental sampailah kepada suatu
pemikiran hukum alam yang bersifat tidak abadi. Menurutnya dasar dari hukum
alam adalah kebutuhan manusia. Karena kebutuhan manusia itu berubah-ubah
sepanjang waktu dan tempat, maka akibatnya hukum alam yang dihasilkan juga
berubah-ubah setiap tempat dan waktu. Ia berpendapat bahwa adil tidaknya sesuatu
hukum terletak pada dapat tidaknya hukum itu memenuhi kebutuhan manusia.
Namun pada zaman modern hukum alam kurang dianut orang. Mereka lebih
suka mengatakan bahwa hukum alam sebagai asas-asas hukum umum. Beberapa
asas-asas hukum yang terkenal misalnya solidarete social dari Leon Duguit, grund
norm-nya Hans Kelsen, social engineering-nya Rocoe Pound, kulturentwicklung
dari Kohler, serta regle morale dari Ripert. Asas-asas hukum umum ini walaupun
bukan hukum alam namun memiliki daya berlaku yang tidak dapat dibatasi oleh
tempat dan waktu.