Anda di halaman 1dari 8

BAB II.

BEBERAPA ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM

1. Aliran Hukum Alam


Hukum alam ini ada yang menyebut hukum kodrat, hukum abadi. Aliran ini
berpendapat bahwa hukum itu berlaku universal dan abadi. Friedmann,
mengemukakan bahwa sejarah tentang hukum alam adalah merupakan sejarah umat
manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang dinamakan absolute
justica/keadilan yang mutlak. Pengertian hukum alam ini berubah-ubah sesuai
dengan perubahan masyarakat dan keadaan politik. Theo Huijbers memberi
pengertian hukum alam ini sebagai rencana Allah tentang aturan semesta alam,
hukum alam/abadi ini merupakan suatu pengertian teologis tentang asal mula segala
hukum. Dia menambahkan bahwa hukum alam ini nampak dalam aturan semesta
alam melalui akal budi manusia.
Apabila kita melihat dari sumbernya, hukum alam dapat berupa:
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional) dan
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
Hukum alam yang bersumber dari Tuhan misalnya dianut oleh kaum
Scolastik pada abad pertengahan, seperti pemikiran dari Th. Aquino, Gratianus,
Jhon Salisbury, Dante, Pierre Dubois, Marsilius Padua, Johanes Huss, dan lain-lain.
Dalam tulisannya yang terkenal (Summa Theologica dan De Regimene
Principum), Th. Aquino mengemukakan pemikiran hukum alamnya yang banyak
mempengaruhi gereja dan bahkan menjadi dasar pemikiran gereja hingga kini.
Jikalau Aristoteles membagi hukum atas hukum alam dan hukum positif, Aquino
membagi hukum atas empat golongan, yaitu:
a. Lex Aeterna, merupakan rasio Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan
merupakan sumber dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra manusia
b. Lex Divina, bagian dari rasio Tuhan yang dapa ditangkap oleh manusia
berdasarkan waktu yang diterimanya

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

c. Lex Naturalis, inilah yang merupakan hukum alam yaitu merupakan


penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio manusia
d. Lex Positiva, hukum yang berlaku yang merupakan pelaksanaan dari
hukum alam oleh manusia berhubung dengan syarat khusus yang
diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum positif ini terdiri dari hukum
positif yang dibuat oleh Tuhan seperti yang tercantum dalam kitab-kitab
suci dan hukum positif buatan manusia.
Menurut Thomas Aquino asas-asas hukum alam dibagi dalam dua jenis
yaitu: principia prima dan principia secundaria. Menurutnya principia secundaria
itu diturunkan dari principia prima. Dikemukakan oleh Aquino Principia prima
adalah asas-asas yang dimiliki oleh manusia sejak ia lahir dan bersifat mutlak dalam
arti tidak dapat diasingkan darinya. Oleh karenanya, principia prima ini tidak dapat
berubah ditempat manapun dan dalam keadaan apapun. Dikatakan oleh Theo
Huijbers dalam bukunya Filsafat Hukum, bahwa prinsip ini telah dirumuskan oleh
para pemikir Stoa pada zaman klasik, dengan contoh-contoh sebagai berikut: hidup
secara terhormat, tidak merugikan seorang pun, memberikan pada tiap-tiap orang
menurut haknya. Sedangkan principia secundaria merupakan asas yang diturunkan
dari principia prima, tidak berlaku mutlak dan dapat berubah menurut tempat dan
waktu. Contoh yang diberikan oleh Theo Huijbers adalah jangan membunuh.
Principia secundaria ini merupakan penafsiran manusia dengan menggunakan
rasionya terhadap principia prima. Penafsiran manusia ini barbagai macam, dapat
baik atau buruk. karena kadang-kadang ditafsirkan dengan tujuan untuk
kepentingan sendiri, maka principia secundaris ini tidak dapat mengikat umum.
Baru dapat mengikat umum jika hukum positif memberikan kepada asas-asas ini
kekuasaan mengikat, misalnya dalam bentuk UU.
Sebelum melanjutkan pembahasan tentang aliran hukum alam saya
ketengahkan pengertian tentang asas-asas hukum yakni prinsip-pripsip yang
dianggap dasar atau fundamen dari hukum. Asas-asas ini dapat disebut juga
pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak juga bagi
pembentukan UU dan interpretasi UU. Namun demikian asas hukum berbeda
dengan asal atau sumber hukum (Theo Huijbers, 1995, 81). Dibedakan antara asas

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

hukum obyektif dan asas hukum subyektif. Asas hukum obyektif yaitu prinsipprinsip yang menjadi dasar bagi pembentukan peraturan-peraturan hukum.
Sedangkan asas-asas hukum subyektif yaitu prinsip-prinsip yang menyatakan
kedudukan subyek berhubungan dengan hukum. Asas-asas hukum obyektif ada
yang bersifat moral, di mana prinsip-prinsip ini telah ada pada para pemikir Zaman
klasik dan abad pertengahan. Dan ada asas-asas hukum obyektif yang bersifat
rasional, yang juga telah diterima sejak dahulu, namun baru diungkapkan secara
nyata sejak dimulainya zaman modern yakni sejak timbulnya negara-negara baru
dan hukum yang dibuat oleh para yuris secara profesional.
Gratianus dalam Decretum Gratianum (merupakan himpunan tertua hukum
gereja), menyatakan bahwa manusia itu dikuasai oleh dua hukum, yakni hukum
alam dan adat kebiasaan. Hukum alam ialah hukum sebagaimana yang terdapat
dalam Kitab Suci dan Injil. Hukum alam ini sebagaimana disebutkan dalam
Decretum, lahir bersamaan dengan terciptanya manusia sebagai makhluk yang
berakal. Hukum alam ini tidak akan berubah sepanjang jaman. Terhadap hukumhukum lainnya hukum alam ini mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.
William Occam, penulis dari Inggris mengemukakan tentang adanya
hierarkhi hukum sebagai berikut:
a. Hukum universal, yaitu hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
bersumber dari rasio alam
b. Hukum yang mengikat masyarakat yang berasal dari alam
c. Hukum yang bersumber dari prinsip-prinsip alam tetapi dapat diubah oleh
penguasa.
William Occam menyatakan bahwa hukum itu adalah identik dengan
kehendak Tuhan.
Menurut Fransisco Suarez yang pandangannya banyak dipengaruhi
pemikiran Aquino, manusia yang bersusila dalam pergaulan hidupnya diatur oleh
suatu ketentuan yang disebutnya sebagai peraturan umum yang harus memuat
unsur-unsur kemauan dan akal. Tuhan adalah pencipta hukum alam yang berlaku
di semua tempat dan di setiap waktu. Berdasarkan akalnya, manusia dapat
menerima adanya hukum alam tersebut dan dengan demikian manusia tadi dapat

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

membedakan adil dan tidak adil, buruk/jahat dan baik/jujur. Hukum alam yang
diterima manusia itu hanya sebagian saja, selebihnya adalah jasil akal manusia
sendiri. Oleh karenanya kesemua hukum alam itu merupakan kehendak Tuhan dan
akal manusia. Sifat hukum alam adalah tidak bisa berunah-ubah. Manusia, Paus
maupun pembuat UU tidak bisa mengubahnya. Namun demikian dalam penerapan
hukum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan. Suarez menyatakan bahwa di
samping ada hukum alam ada juga hukum lain yang dikenal dengan adat kebiasaan
yang berasal dari rakyat. Bedanya dengan hukum alam, adat kebiasaan ini adalah
hal yang berguna untuk kesusilaan. Dicontohkan oleh Suarez, perbudakan dan hak
milik partikelir sebagai adat kebiasaan dan kemerdekaan serta berserikatnya harta
benda sebagai hukum alam. Mengenai hukum positif, Suarez sependapat dengan
Jean Bodin, rajalah yang berhak membuatnya. Dan semua peraturan buatan
manusia harus disusun berdasarkan hukum alam.
Penggagas dasar hukum alam yang rasional adalah Grotius. Pendapatpendapat lain dikemukakan Christian Thomasius, I. Kant, Fichte, Hegel dan Rudolf
Stamler. Latar belakang tampilnya rasio manusia dalam pemikiran hukum alam ini
dimulai dengan lahirnya zaman Renaissance. Zaman ini dikatakan (Jacob
Burckhard) sebagai suatu zaman di mana manusia menemukan kembali
kepribadiannya, dan menyebabkan adanya perubahan yang tajam dalam segala segi
kehidupan manusia. Sifat universalitas dimana ajaran gereja sebaga dasar satusatunya dalam setiap gerak manusia berakhir dengan sendirinya sebagai akibat
mulai menurunnya kepercayaan manusia pada waktu itu terhadap pejabat-pejabat
gereja yang dalam leteratur Barat dinyatakan lebih mementingkan keduniawian dari
pada tugas sebagai pejabat agama yang suci.
Renaissance ini sesungguhnya mulai tampak pada abad 12 dimana secara
berangsur-angsur terjadi perubahan-perubahan dalam pandangan hidup manusia.
Dalam dunia filsafat hukum pandangan atau pemikiran para ahlinya tidak lagi
didasarkan pada Ketuhanan, sehingga rasio Tuhan yang dulunya dinyatakan
sebagai satu-satunya sumber pemikiran tidak lagi diterima umum. Pada masa ini
peranan rasio manusia tampil ke depan. Rasio manusia bukan lagi merupakan
penjelmaan dari rasio Tuhan- rasio manusia terlepas dari ketertiban Tuhan. Dan

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

rasio manusialah kini yang merupakan sumber satu-satunya dari hukum. Theo
Huijbers menyebutkan bahwa pada zaman ini hukum kodrat merupakan pernyataan
akal budi praktis manusia. Grotius mengemukakan ajaran bahwa hukum alam
adalah merupakan produk dari rasio manusia dan bukan berasal dari Tuhan.
Menurut pendapatnya hukum alam itu bersumber dari rasio manusia yaitu
merupakan pencetusan dari pikiran manusia apakah sesuatu tingkah laku manusia
itu dipandang baik atau buruk, apakah tindakan manusia itu dapat diterima atau
ditolak atas dasar kesusilaan alam. Sebab menurutnya penilaian terhadap tingkah
laku manusia itu satu dengan lainnya harus didasarkan atas kesusilaan alam. Grotius
mengemukakan pikirannya ini dalam dua bukunya yang terkenal yaitu De Jure Belli
ac pacis dan Mare Liberum. Di samping adanya hukum alam yang rasionalistis,
Grotius juga menerima adanya hukum lain yang berdasarkan Ketuhanan (berasal
dari Tuhan) seperti hukum-huikum yang termuat dalam kitab suci. Pada pemikiran
Grotius sudah nyata bahwa di antara tuntutan-tuntutan rasional/moral hidup
bersama terdapat hak-hak manusia juga. Menurutnya ada dua macam prinsipprinsip, yaitu pertama: prinsip-prinsip dasar seperti prinsip kaupunya-kupunya,
kesetiaan pada janji, ganti rugi, perlunya hukum. Kedua: prinsip-pripsip yang
melekat pada subyek hukum, seperti hak atas kebendaan, hak untuk berkuasa atas
orang lain, hak untuk berkuasa sebagai majikan, hak untuk berkuasa atas milik.
Terhadap pemikiran-pemikiran Grotius ini Van Apeldoorn dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum menyatakan bahwa Grotius tidak konsekuen pendapatnya.
Dalam De Jure Belli ac Pacis, Grotius mengatakan bahwa Tuhan adalah merupakan
pencipta dari alam semesta. Dengan demikian hukum alampun secara tidak
langsung merupakan ciptaan Tuhan juga.
Pendapat lain mengenai hukum alam yang rasionalitas dikemukakan oleh
Samuel von Pofendorf. Dalam bukunya yang berjudul Jus Naturale et Gentium ia
menyatakan bahwa hukum alam itu merupakan hasil dari rasio manusia. Hukum
internasional adalah merupakan bagian dari hukum alam, yaitu bagian yang dapat
ditangkap oleh akal manusia.
Christian Thomasius juga membahas hubungan antara hukum alam disatu
pihak dengan hukum internasional dilain pihak dalam bukunya yang berjudul

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

Fundamenta Juris Naturale et Gentium (1705) Ia membedakan antara hukum


dengan kesusilaan. Menurutnya pada manusia itu terdapat bermacam-macam naluri
yang bertentangan satu dengan yang lain. Karenanya diperlukan peraturanperaturan yang mengikat agar menjadi landasan buat tindakannya keluar maupun
kedalam. Apabila yang mengikat itu mengenai batin manusia, maka itu adalah
kesusilaan. Sedang bila merupakan ikatan-ikatan terhadap perbuatan-perbuatan
yang bersifat lahiriah maka itu adalah hukum.
I. Kant lah yang mengembangkan pemikiran hukum alam yang rasionalistis
sampai kepuncak kegemilangannya. Ia telah berhasil menyusun pemikiran filsafat
yang berpengaruh berabad-abad lamanya. Sebagai hasil pengamatan terhadap
fungsi akal manusia, Kant membagi karyanya menjadi tiga bagian pokok, yaitu
berpikir, berkehendak dan merasakan. Bagian pertama (Kritik der Reinen
Vernunft), menganalisa tentang hal-hal yang menyangkut tentang: mengetahui,
memahami dan menyadari lewat alat-alat pancaindra dan pikiran. Bagian kedua
(Kritik der Praktische Vernunft), membahas tentang masalah moral dan kesusilaan.
Bagian ketiga (Kritik der Urteilkraft), menyangkut tentang estetika. Metode Kant
yang kritis dan transcedentaal bermaksud hendak menganalisa dan mengemukakan
bahwa pengertian kita tentang segala hal yang merupakan gejala-gejala di
lingkungan kita adalah gejala-gejala yang memiliki sifat dan corak yang kita
tentukan sendiri. Sebab menurutnya apa yang disebut sebagai suatu kebenaran yang
sungguh-sungguh (sejati) dari gejala-gejala tadi tidak pernah akan kita ketahui.
Kebenaran sejati (Ding-an-sich) berada dalam suatu dunia yang dapt kita raba baik
dengan pancaindra maupun akal kita. Kebenaran tersebut akan tetap merupakan hal
yang tidak akan dapat diketahui oleh kita. Mengenai pengetahuan, ia membedakan
atas pengetahuan yang diperoleh karena pengalaman dan pengetahuan yang
diperoleh sebaga hasil penggunaan akal atau rasio manusia. Menurutnya,
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman hanya pencerminan dari gejala-gejala
yang berada di lingkungan kita. Karenanya kita hanya mengetahui pada
pencerminannya saja. Dari pengalaman selanjutnya disusun oleh akal. Formen a
Priori adalah merupakan hasil susunan akal tadi Formen ini akan disusun oleh
manusia dalam pergaulannya dengan yang lain. Contoh foermen a priori adalah:

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

Barang siapa yang membeli berkewajiban membayar. Dasar dari moral Kant
dinamakan Katagorische Imperativ: Bertindaklah sedemikian, sehingga alasan
tindakanmu dapat dijadikan alasan untuk tindakan semua manusia. Bidang moral
oleh Kant dipisahkan dengan pendapatnya bahwa moral adalah suatu masalah yang
berkenaan dengan motif yang bersifat intern bagi individu-individu, sedang hukum
berkenaan dengan sifat ekstern, yaitu yang menyangkut perbuatan manusia untuk
menyesuaikan diri pada keadaan ekstern, yaitu sebagaimana yang ditentukan dalam
hukum positif.
Filsafat hukum Kant dikatakan sebagai teori tentang bagaimana seharusnya
hukum itu. Filsafat hukum Kant ini merupakan filsafat hukumnya ahli filsafat
bukan ahli hukum. Menurut Kant hukum alam itu bersumber dari Katagorische
Imperativ. Sifat hukum alam menurutnya adalah rasionalistis dan juga idealistis.
dikatakan idealistis, karena ada kemungkinan terjadi perbuatan manusia yang
bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Katagorische Imperativ. Jadilah
ketentuan itu sebagai ketentuan yang tidak pernah dipenuhi jadi ketentuan yang
ideal.
Johann Gottlieb Fichte adalah penganut idealisme Kant. Dalam bukunya
Grundlage des naturrechts, ia mengatakan bahwa hukum alam itu bersumber dari
ratio manusia. Sama seperti Thomasius dan Kant, ia membedakan antara moral dan
hukum. Hegel juga merupakan ahli pikir Jerman yang memiliki pandanganpandangan yang berpengaruh. Antara Kant, Fichte maupun Hegel mempunyai poko
penyelidikan yang sama, yaitu penyelidikan terhadap akal manusia. Pemikiran
filsafat Hegel dianggap sebagai usaha yang paling luas dan mendalam yang pernah
dijalankan orang dalam memberikan penjelasan tentang alam semesta. Hegel tidak
puas hanya menganalisa tentang ilmu pengetahuan, logika dan sejarah ataupun
hukum. Menurut Hegel, ide itu terdiri dari rasio dan roch. Ide berkembang dari yang
sederhana sampai yang kompleks melalui proses dialektis. Menurutnya apa yang
rasional adalah nyata dan apa yang nyata adalah rasional. Setiap fase didalam
perkembangan dunia ini merupakan rentetan dari fase sebelumnya. Pemikiranpemikiran Hegel ini dikenal dengan Dialektika Hegel. Menurutnya pada setiap
pengertian mengandung lawan dari pengertian itu sendiri. Perkembangan dari yang

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Draft Buku Teks Mata Kuliah


FILSAFAT HUKUM
Oleh: Eny Kusdarini, S.H., M.Hum. dan Halili, S.Pd., M.A.

ada kepada yang tidak ada atau sebaliknya mengandung katagori yang ketiga yaitu
akan menjadi. Jadi ada tritunggal yang terdiri dari :these-antithese-synthese.
Selaunjutnya setiap synthese merupakan titik tolak dari tritunggal yang baru. Alam
semesta menurutnya berkembang melalui proses yang logis dan setiap bagian dari
proses ini berhubungan satu dengan lain secara logis. Sehingga logika, moral dan
agama semuanya berhubungan satu dengan yang lain. Filsafat hukum pun termasuk
dalam proses ini.
Pengikut lain dari I. Kant yang termasuk dalam Neo Kantian adalah Rudolf
Stamler. Ia dengan metode kritis dan transcendental sampailah kepada suatu
pemikiran hukum alam yang bersifat tidak abadi. Menurutnya dasar dari hukum
alam adalah kebutuhan manusia. Karena kebutuhan manusia itu berubah-ubah
sepanjang waktu dan tempat, maka akibatnya hukum alam yang dihasilkan juga
berubah-ubah setiap tempat dan waktu. Ia berpendapat bahwa adil tidaknya sesuatu
hukum terletak pada dapat tidaknya hukum itu memenuhi kebutuhan manusia.
Namun pada zaman modern hukum alam kurang dianut orang. Mereka lebih
suka mengatakan bahwa hukum alam sebagai asas-asas hukum umum. Beberapa
asas-asas hukum yang terkenal misalnya solidarete social dari Leon Duguit, grund
norm-nya Hans Kelsen, social engineering-nya Rocoe Pound, kulturentwicklung
dari Kohler, serta regle morale dari Ripert. Asas-asas hukum umum ini walaupun
bukan hukum alam namun memiliki daya berlaku yang tidak dapat dibatasi oleh
tempat dan waktu.

Untuk digunakan secara internal. Tidak untuk dikutip dan/atau difotokopi.

Anda mungkin juga menyukai