Anda di halaman 1dari 9

Dasar-dasar Agama Weda

1. Satya (Kebenaran)
2. Hukum Rita (Rta)
3. Pediksaan (Diksa)
4. Disiplin (Tapas)
5. Brahman (Doa-doa)
6. Yajna (Ritual)
1. Satya (Kebenaran)

Dalam ajaran Weda sangat memndahulukan kebenaran, sesudah


itu baru ritus. Hal ini dianggap penting karena sepanjang sejarah
Weda keunggulan kebenaran tidak dapat ditawar-tawar, dan dalam
agama Hindu kebenaran menjadi keyakinan (Sraddha). Dalam Weda
kebenaran disimbulkan sebagai inti Ke-Tuhanan (Savitan
Satyadharma), Dewata mempunyai kebenaran sebagai hukum bagi
keberadaannya dan Dewa sebagai perwujudan kebenaran. Dalam
Mundaka Upanisad III.1.6 dijelaskan : “ Satyam eva jayate nanritam
“. Artinya Kebenaran jualah yang menang dan bukan ketidak-
benaran.
Lanjutan Satya......

Kebenaran (satya) dalam arti moral adalah sifat yang benar,


kepribadian. Dalam arti methafisik ia berarti kenyataan dan
Satya menjadi ‘Zat”. Satya diwujudkan dalam tingkah laku.
Sat adalah tujuan, pengetahuan atau realisasi dan
pandangan sebagaimana doa dalam Upanisad menyatakan
“ Tuntunlah kami dari yang tidak ada (asat) ke yang ada
(Sat) (Bhradaranyaka I.3.23).
2. Rta (Hukum Abadi)

Dalam aspek moral “Rta” dan “Satya” berasal dari satu rumpun. Dalam
Rg.Veda dikatakan Rta dan Satya lahir pada permulaan yang ada atas
kemauan spiritual (Rg.X.110.1). Sebagaimana Satya menegakkan bhumi
dan Rta menegakkan langit. Dalam hukum alam Dewa adalah Ritawan dan
Dewi adalah Ritawati artinya penegak hukum. Disini Rita mempunyai
pengertian yang lebih luas dari kesusilaan, ia juga merupakan hukum alam
semesta, aturan alam yang abadi, yang mengatur keterpaduan alam
semesta dan menghindarkan kekacauan dan kesemerawutan. Rta
menyebabkan ada keharmonisan antara matahari, bulan dan bintang
begitupula ada pagi siang dan malam, peredaran planet-planet bhumi itu
disebabkan oleh Rta (hukum alam).
3. Diksha (Pensucian)

Bidang ini menguraikan masalah kepribadian untuk mencapai kesucian


atau peningkatan spiritual. Pertahapan perwujudan spiritual
diungkapkan dalam Yajur Weda XIX,30 sebagai berikut :
a) Melalui pengabdian (Vrata) orang akan mencapai kesucian
(diksha);
b) Melalui kesucian (dhiksa) orang akan mencapai kemuliaan
(Dakshina);
c) Melalui dakshina orang akan mencapai kehormatan (Sraddha)
d) Melalui Sraddha orang akan mencapai kebenaran (Satya).
Lanjutan diksha.....

Pendikshaan bukan hanya merupakan inisiasi formal, melainkan


terdapat hubungan pribadi yang mendalam antara guru (Acharya)
dan murid (Sisya). Dalam upacara Diksha seakan-akan guru
menempatkan muridnya dalam badannya sendiri seperti ibu
mengandung bayinya setelah melalui brata selama tiga hari secara
simbolis, murid dilahirkan sebagai orang yang sangat mulia
disaksikan oleh para dewa. Oleh sebab itu pedikshaan adalah
transisi dari gelap ke terang dari kemanusiaan menuju kepada
kesadaran ketuhanan, dari ketidak benaran menuju kepada
kebenaran.
4. Tapas (Disipilin)

Tapas adalah usaha yang keras dan tak kenal lelah untuk mencapai
kehidupan yang lebih tinggi, tapas merupakan awal segala sesuatu
yang mulia, orang-orang suci melakukan pekerjaan yang mulia
melalui Tapas. Tapas yang baik dalam mengawali adalah disiplin
bagi siswa/mahasiswa yang mempelajari Weda yang disebut
Brahmacharya, makanya setiap orang yang menginginkan hidupnya
suci harus memulai dengan Brahmacari, dispilin yang baik adalah
disipilin jasmani dan rohani dalam usaha mencapai pengetahuan
Weda, yang penting dikuasai pengendalian tentang seks.
5. Brahman (doa)

Arti kata Brahman adalah doa, maka mantra-mantra dalam


Weda adalah untuk doa, karena itu Weda dianggap sebagai
buku doa-doa dalam ilmu Weda. Teolog-teolog Hindu
mengakui kemanjuran gema mantra Weda, karena tak dapat
disangkal kenyataan bahwa mantra Weda termasuk karya
puisi yang sangat tinggi dalam sejarah umat manusia. Weda
dapat diwariskan melalui tradisi lisan sepanjang masa karena
mantra-mantra mudah dihafal dan mantra Weda menduduki
tempat yang tinggi menurut penilaian para teelog.
6. Yadnya

Yadnya adalah upacara yang diajarkan dalam Weda berupa persembahan


baik dalam bentuk doa-doa maupun sarana (sesajen) pada api upacara yang
dinyalakan diatas altar. Dalam perkembangan di Indonesia muncullah
upacara yang disebut Panca Yadnya. Upacara Weda sangat indah diiringi
dengan nyanyian (mantra), dan gegitaan. Yadnya dalam pengertian yang
lebih luas tidak hanya menyangkut persembahan dalam bentuk materi
namun juga dalam bentuk imaterial, seperti persembahan ilmu
pengetahuan (Jnana Yadnya), pengendalian diri dan melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat menolong sesama umat manusia demi kesejahteraan
di dunia maupun dialam semesta sebagaimana menjadi tujuan agama
Hindu yakni “Mokshartam jagadhita ya caiti dahrma “.

Anda mungkin juga menyukai