Oleh:
Helen Nada Bernika Erlani
NIM : 19.10.11.00003
Dosen Pengampu:
Ida Bhawati Made Sucipta, S.Pd.,M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widhi, (Tuhan Yang Maha
Esa) pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Pentingnya Mempelajari Wariga”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis berharap makalah
ini dapat meningkatkan pengetahuan tetang pentingnya mempelajari wariga,
bukti-bukti bahwa wariga itu penting.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Ada pepatah mengatakan ‘tan hana wwang swetahanulus’ yang
artinya tidak ada manusia yang sempurna. Atas dasar itulah penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan
penulis kedepannya.
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
2.1 Dasar Perhitungan Wariga.....................................................................................................
2.2 Pengertian Wewaran..............................................................................................................
2.3 Sifat-sifat Wewaran................................................................................................................
2.4 Pawintangan...........................................................................................................................
2.5 Sasih.......................................................................................................................................
2.6 Wuku.....................................................................................................................................
2.7 Dedauhan..............................................................................................................................
2.8 Bukti-bukti Bahwa Wariga Sangat Penting..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan tentang wariga ini disebutkan sangat terkenal di
masyarakat. Sehingga dari dahulu dan sampai sekarang pun para petani
mempelajari wariga ini untuk mencari masa bercocok tanam. Semua
upacara keagamaan tetap dilaksanakan sebagai mana mestinya sehingga
kejayaan Hindu tetap terasa. Upacara keagamaan tersebut misalnya
Galungan, Kuningan, Saraswati, Nyepi, Siwaratri, Pagerwesi dan lain
sebagainya.
Berbicara mengenai upacara keagamaan merupakan sesuatu yang
sangat menarik, karena banyak makna dan filsafat yang dapat digali dari
tiap pelaksanaan upacara. Tujuan dilakukan upacara juga jelas, tidak ada
istilah pelaksanaan Upacara yang asal-asalan. Waktu pelaksanaan
upacara sangat diperhatikan, yang mana semuanya menggunakan
konsep ajaran Wariga sebagai dasar. Tidak terkecuali upacara
Pagerwesi, perhitungan yang tepat kapan dilaksanakan harus menjadi
perhatian umat Hindu khususnya. Perhitungan yang dimaksud bukanlah
sesuatu yang mudah, sehingga pemahaman yang mantap tentang ajaran
Wariga sangat diperlukan.
Bagi sebagian orang mungkin istilah “Wariga” merupakan sesuatu
yang asing, tetapi sesungguhnya tanpa disadari konsepnya terkadang
sudah diterapkan. Wariga pada dasarnya bersumber dari ajaran jyotisa
tergolong kelompok Wedangga yang merupakan pelengkap Weda, dan
sebagai batang tubuh dari Weda, yang isinya membahas tentang
peredaran tata surya, bulan, bintang, dan benda-benda langit lainnya,
yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan ini dalam melaksanakan
upacara/yadnya. Pengetahuan tentang wariga ini sebagai tuntunan bagi
orang-orang Bali khususnya bagi umat Hindu Dharma dapat
4
menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu dalam setia
upacara yadnya yang biasa dilaksanakan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.3 Sifat-sifat Wewaran
Masing-masing hari dalam siklus wewaran memiliki dewata yang
'in-charge' bertugas menjaga sifat-sifat hari, mempunyai 'urip' atau
hidup, yaitu nilai bawaan atau 'credit-point', mempunyai letak atau arah
(pangunyan dina) tertentu dalam mata angin. Keseluruhannya berfungsi
dan sangat berarti dalam perhitungan dewasa ayu dan ala, hari baik dan
buruk untuk melaksanakan sesuatu. Berikut ini tabel penjelasan dari
wewaran:
7
2. Soma (Senin) 4 Sanghyang Chandra Utara
3. Anggara (Selasa) 3 Sanghyang Angkara Barat daya
4. Buda (Rabu) 7 Sanghyang Udaka Barat
5. Wraspati (Kamis) 8 Sanghyang Sukra Guru Tenggara
6. Sukra (Jumat) 6 Sanghyang Bregu Timur laut
7. Saniscara (Sabtu) 9 Sanghyang Wasu Selatan
8 Astawara 1. Sri 6 Sanghyang Sri Timur laut
2. Indra 5 Sanghyang Indra Timur
3. Guru 8 Sanghyang Guru Tenggarra
4. Yama 9 Sanghyang Yama Selatan
5. Ludra 3 Sanghyang Ludra Barat daya
6. Brahma 7 Sanghyang Brahma Barat
7. Kala 1 Sanghyang Kala Barat laut
8. Uma 4 Sanghyang Uma Utara
9 Sangawara 1. Dangu 5 Sanghyang Iswara Timur
2. Jangur 8 Sanghyang Maheswara Tenggara
3. Gigis 9 Sanghyang Brahma Selatan
4. Nohan 3 Sanghyang Rudra Barat daya
5. Ogan 7 Sanghyang Mahadewa Barat
6. Erangan 1 Sanghyang Sangkara Barat
7. Urungan 4 Sanghyang Wisnu Utara
8. Tulus 6 Sanghyang Sambu Timur laut
9. Dadi 8 Sanghyang Ciwa Tengah
10 Dasawara 1. Pandita 5 Sanghyang Surya Timur
2. Pati 7 Sanghyang Kala Mrtyu Barat
3. Suka 10 Sanghyang Semara Atas
4. Duka 4 Sanghyang Durga Utara
5. Sri 6 Sanghyang Amerta Timur laut
6. Manuh 2 Sanghyang Kala Lupa Bawah
7. Manusa 3 Sanghyang Suksam Barat daya
8. Raja 8 Sanghyang Kala Ngis Tenggara
9. Dewa 9 Sanghyang Darma Selatan
10. Raksasa 1 Sanghyang Mahakala Barat laut
2.4 Pawintangan
Menurut jyotisha, setiap waktu dipengaruhi oleh konfigurasi benda-
benda angkasa dan siapa yang lahir pada masa tertentu, maka bakat,
8
watak dan nasibnya dapat dibaca berdasarkan pengaruh kosmos itu.
Adalah Karma Phala yang memungkinkan seseorang terlahir pada waktu
tertentu sesuai bobot karma yang telah dibuatnya pada masa
sebelumnya. Ala Ayuning Dewasa di Bali menguraikan tentang
perhitungan hari-hari yang sangat baik untuk melaksanakan upacata dan
kegiatan lainnya, serta ada juga hari yang harus dihindari dalam
pelaksanaan suatu kegiatan. Ida Pandita Mpu Nabe Reka Dharmika
Sandhiyasa dari Geriya Kayumas Kaja mengatakan, dalam penentuan
waktu ritual ada banyak pilihan, karena ketentuannya adalah wewaran
alah dening wuku, wuku alah dening panglong, panglong alah dening
sasih, sasih alah dening dauh dan dauh alah dening ning.
Ilmu perbintangan juga biasanya digunakan untuk mencari hari-hari
bercocok tanam. Berdasarkan wewaran (pancawara dan saptawara)
terdapat 35 palalintangan atau gugusan bintang. Berdasarkan lontar
Namaning Wintang terdapat 27 gugusan bintang, seperti naksatra dalam
jyotisha (Lontar Namaning Wintanf:Lembar 1)
2.5 Sasih
Sasih adalah masa, yang dalam setahun sasih terdiri dari 12 masa
atau 12 sasih. Dimana perubahan sifat bulan dalam setiap pengunyan
sasih juga disebutkan akan dapat mengakibatkan perubahan musim yang
berdampak pada suka dan duka dalam kehidupan ini. Dan dengan tujuan
supaya sasih-sasih tersebut memberikan pengaruh yang baik bagi
kehidupan manusia oleh umat Hindu di Bali biasanya dilaksanakan
upacara caru sasih untuk setiap bulannya. Dalam wariga dan
penanggalan saka Bali, beberapa perhitungan sasih ini disebutkan
sebagai berikut :
1. Sasih Wuku : mengikuti jalannya wuku yaitu 2 x 210 hari = 420
hari. Tiap sasih umurnya 35 hari.
2. Sasih dalam perhitungan Surya Candra,
9
Sasih Candra : mengikuti peredaran bulan mengeliling bumi
lamanya 354/355 hari, setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya
29 hari 12 jam 44 menit 9 detik
Sasih Surya : mengikuti perderan bumi mengeliling matahari
lamanya 365/366 hari. Tepatnya dalam setahun 365 hari 5 jam
43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan
sasih kawolu umurnya 26/29 hari.
Nama – nama sasih (jawa) (Bali) (sekitar bln)
1. Srawana - kasa – Juli
2. Bhadrawada - karo – Agustus
3. Asuji/aswino - Katiga – September
4. Kartika - Kapat – Oktober
5. Marggasirsa - Kalima – November
6. Posya - Kanem – Desember
7. Magha - Kapitu – Januari
8. Palguna - Kawolu – Februari
9. Caitra - Kasanga - Maret
10
Makna sasih dalam Lontar Senggoro Bumi berfungsi untuk
memprediksi pertanda alam.
Ciri-ciri pranata mangsa amat erat kaitannya dengan sasih, arah
bertiupnya angin, serta berpengaruh kuat dengan watak bayi yang
lahir ke dunia.
Dll
2.6 Wuku
Wuku atau pawukon dalam kalender bali adalah berjumlah 30 yang
datangnya setiap 7 hari sekali. Dalam beberapa piodalan di pura - pura
yang berpatokan pada wuku akan melaksanakan yadnya setiap 210 hari
sekali. Begitu pula pada perayaan hari raya seperti galungan yang
dirayakan setiap buda / hari rabu wuku dungulan, saraswati yang
dirayakan setiap saniscara / hari sabtu wuku watugunung, dll.
Sehingga hari raya - hari raya tersebut dirayakan setiap enam bulan bali
atau setiap 210 hari.
Dalam Rumus Perhitungan Wariga dan Dewasa Ayu dalam
Kalender Bali, juga disebutkan setiap wuku memiliki urip dan bilangan
sehingga memudahkan untuk menentukan pedewasan atau ala ayuning
dewasa dalam pelaksanaan panca yadnya yang akan dilakukan.
Dalam babad bali, pawukon juga disebutkan sebagai pengetahuan
yang sangat penting untuk di ketahui sehingga akan sangat membantu,
karena sebagian besar hari-hari raya di Bali ditetapkan berdasarkan siklus
pawukon dan siklus pawukon ini akan sangat membantu. Sebagaimana
yang disebutkan dalam hindu dharma, mitologi pawukon berdasarkan
lontar Medangkamulan diceritakan kelahiran wuku seperti dibawah ini.
Tersebutlah ada raja yang banyaknya 27 orang yaitu :
1. Raja Giriswara memerintah di Gunung Emalaya,
2. Raja Kuladewa di Pasutranu.
11
3. Raja Talu memerintah di Winekatalu.
4. Raja Mrebuana di Marga Wisaya.
5. Raja Waksaya di Bragu.
6. Raja Wariwisaya di Waragadiaswara.
7. Raja Mrikjulung memerintah di Sekar Kencana,
8. Raja Sungsangtaya di Sagraya.
9. Raja Dungulan bertahta di Tanpasabda.
10. Raja Puspita di Jena.
11. Raja Langkir di Langkaraya.
12. Raja Medangsu di Medangpat.
13. Raja Pujitwa di Pujiwisaya.
14. Raja Paha di Pangkurian.
15. Raja Kruru di Ruruksa.
16. Raja Mrangsinga memerintah di Mrasuminggah.
17. Raja Tambur memerintah di Kawi.
18. Raja Medangkusa memerintah di Kusinagara.
19. Raja Matal memerintah di Matala.
20. Raja Uye di Padengenan.
21. Raja Ijala di Wirajala.
22. Raja Yuda di Prangwija.
23. Raja Baliraja memerintah di Ladikara.
24. Raja Wiugah di Gandawiran.
25. Raja Ringgita di Apsari.
26. Raja Kulawudra bertahta di Kalasumihang.
27. Raja Sasawi di Tresawit.
12
Diceritakan lagi bernama Dang Hyang Kulagiri,
mempunyai istri dua orang,
13
terhormat batara, hambamu ini ditinggal oleh suami bertapa di lereng
Gunung Sumeru, sejak hamba baru mulai hamil hingga sekarang.
Sampai kelahiran putra hamba ini belum juga beliau datan
(kembali), itulah sebabnya hambamu ini bersedih hati”.
Demikianlah kata kedua putri itu menghormat kehadapan Ida Hyang
Padmayoni atau Dewa Brahma. Kemudian Dewa Brahma, setelah
mendengar cerita kedua putri tersebut beliau sangat bahagia dan
mendoakan supaya bayi itu panjang umur terkenal di dunia serta
diberikan anugerah yang hebat tidak terbunuh oleh para dewa, danawa,
detya, manusia tak terbunuh pada malam hari maupun pada siang hari,
tidak mati dibawah maupun di atas, tidak terbunuh oleh senjata.
Kecuali yang dapat membunuhnya adalah Dewa Wisnu. “Karena
bayimu lahir di atas batu, aku anugrahi nama I Watugunung”
Dalam Rumus Perhitungan Wariga dan Dewasa Ayu dalam
Kalender Bali, juga disebutkan setiap wuku memiliki urip dan bilangan
sehingga memudahkan untuk menentukan pedewasan atau ala ayuning
dewasa dalam pelaksanaan panca yadnya yang akan dilakukan.
Angka urip wewaran dan bilangan masing - masing wuku yaitu sebagai
berikut:
Sinta 7 1
Landep 1 2
Ukir 4 3
Kulantir 6 4
Tolu 5 5
Gumbreg 8 6
Wariga 9 7
Warigadean 3 8
14
Julungwangi 7 9
Sungsang 1 10
Dunggulan 4 11
Kuningan 6 12
Langkir 5 13
Medangsia 8 14
Pujut 9 15
Pahang 3 16
Krulut 7 17
Merakih 1 18
Tambir 4 19
Medangkungan 6 20
Matal 5 21
Uye 8 22
Menail 9 23
Perangbakat 3 24
Bala 7 25
Ugu 1 26
Wayang 4 27
Klawu 6 28
Dukut 5 29
Watugunung 8 30
15
2.7 Dedauhan
Dedauhan adalah pembagian waktu selama satu hari menurut
sistem wariga yang sebagaimana dijelaskan salah satu
kutipan catatan Hindu Bali di facebook disebutkan :
Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari secara Hindu adalah
mulai terbitnya matahari (5.30 WIB), dan menurut dedauhan, pagi hari
di Bali dimulai saat matahari terbit atau bisa dibilang jam 5.30 sampai
jam 6 pagi (standarnya sih 5.30), dan masyarakat Bali umumnya yang
beragama Hindu memulai aktifitasnya dengan diawali melaksanakan
dengan upacara mebanten yang bertujuan agar apa yang dikerjakan nanti
dapat berhasil dilaksanakan dengan baik, dan inti dauh ayu yaitu
saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh,
16
Dalam perhitungan dewasa berdasarkan dauh mempunyai beberapa
hitungan, yakni berdasarkan Panca dauh dan Asta dauh.
17
Menghidupkan dan meningkatkan Silahturahmi (simakrama)
antar umat hindu semakin erat
Meminimalkan perbedaan pendapat tentang padewasaan dalam
melaksanakan yajna.
Menentukan hari baik melaksanakan upacara keagamaan berupa
yadnya yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya,Pitra Yadnya, Manusia
Yadnya dan Bhuta Yadnya.
Menentukan hari baik mengambil Pekerjaan atau kegiatan
sehari-hari
Menentukan perhitungan kecocokan antar calon pengantin
Melihat watak dan karakter anak berdasarkan hari lahir dan
penyesuaian nama yang akan dipakai
Sebagai Upaya mengharmoniskan alam semesta menuju
pelestarian lingkungan
Pada waktu wariga yaitu tepaatnya pada Sabtu Kliwon
merupakan memperingati otonan terhadap tumbuh-tumbuhan.
Upacara ini memiliki makna agar tumbuh-tumbuhan diberikan
keselamatan dan kesuburan.
Sebagai Media Pendidikan bagi masyarakat Hindu Bali
Ada banyak cara para leluhur umat hindu dalam mewariskan
nilai-nilai luhur agama hindu yang bersifat global salah satu
caranya adalah dengan cara mewariskan penuh upacara
keagamaan dengan mengandung nilai-bilai Pendidikan agama.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya pengetahuan tentang wariga ini, maka sebagaimana
juga disebutkan dalam Lontar Medangkamulan dan Lontar Bagawan
Garga tentang kelahiran wuku, keberadaan alam semesta atau bhuwana
agung ini, serta menceritakan para dewa dan rsi yang juga diwujudkan
dalam tingkatan dan angka - angka yang telah ditentukan untuk masing -
masing urip wewaran / neptu dalam rumus perhitungan wariga dan
dewasa ayu Kalender Bali sehingga sampai saat ini dengan etika dan
etikad yang baik pula, pengetahuan tentang wariga ini sebagai tuntunan
bagi orang - orang Bali khususnya bagi umat Hindu Dharma dapat
menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu dalam setiap
upacara yadnya yang biasa dilaksanakan.
Berdasarkan makalah yang sudah penulis selesaikan dapat
dikemukakan beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam lontar yang disebut “Keputusan Sunari” mengatakan bahwa
kata Wariga berasal dari dua kata, yaitu “wara” yang berarti
puncak/istimewa dan “ga” yang berarti terang. Sehingga Wariga
adalah jalan untuk mendapatkan keterangan dalam usaha untuk
mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari. Wariga
sangat berkaitan dengan Padewasaan, yang mana Padewasaan ini
berasal dari akar kata “Dewasa” atau “Diwasa” (Sanskreta) yang
berarti saat, waktu, jam, tanggal/panglong, hari. Sehingga padewasan
berarti ilmu yang menguraikan tentang cara memilih atau
19
mentetapkan baik-buruknya hari (ala-ayuning dewasa) berdasarkan
sifat-sifat atau watak sesuatu hari seperti yang termuat di dalam
Wariga.
2. Kata "pagerwesi" artinya pagar dari besi. Ini melambangkan suatu
perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu
yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak.
Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari
untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang
awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang
Pramesti Guru. Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha
(Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini dilaksanakan 210 hari
sekali. Sama halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula
rerahinan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik
pendeta maupun umat walaka.
3. Pagerwesi ini adalah salah satu rerahinan (upacara) yang
pelaksanaannya berdasarkan pawukon, bukan sasih. Setiap kali
bertemu dengan hari yang masing-masing memiliki dari Eka-Dasa
Wara, wuku dan urip seperti yang tertulis di atas maka sudah dapat
dipastikan itu adalah Pagerwesi. Dengan dasar yang pasti ini tidak
akan menimbulkan perbedaan pendapat bak dari kaum Brahmana,
Ksatria, Waisya maupun sudra itu sendiri. Semua Warna dapat
secara langsung mengetahui pelaksanaannya secara langsung.
3.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah
sempurna seperti apa yang diharapkan. untuk itu, jika terdapat kesalahan
ataupun kekeliruan baik dalam segi pengetikan, atau penulis sangat
mengaharapkan kritikan dan saran-saran dari pembaca, dan semoga
kritikan dan saran-saran dari pembaca bisa membangun motivasi kami
20
dalam penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya penulis ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sejarah Hari Raya & Upacara Yadnya di Bali, (06/2016), “Wariga” di akses
dari web https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/wariga.html?m=1
pada tanggal 24 Desember 2021 pukul 9.39 WIB.
Sejarah Hari Raya & Upacara Yadnya di Bali, (06/2016), “Wariga” di akses
dari web https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/05/wuku.html pada
tanggal 24 Desember 2021 pukul 10.40 WIB.
Sejarah Hari Raya & Upacara Yadnya di Bali, (06/2016), “Wariga” di akses
dari web https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/08/sasih.html pada
tanggal 24 Desember 2021 pukul 12.10 WIB.
21