Anda di halaman 1dari 13

KEARIFAN LOKAL DI KECAMATAN DAHA BARAT

Disusun Oleh :

1. Eka Rahman
2. Muhammad Parhan
3. Nur Liana
4. Rahmawati
5. Taufik Hidayat
6. Yusuf

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 DAHA BARAT
Jl. Bajayau Desa Bajayau Baru. Kec. Daha Barat. Kab HSS (71254)
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt yg maha pengasih lagi maha penyayang ,dengan
rahmat dan hidayahnya serta kesehatan jasmani dan Rohani,sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini yang berjudul :'’Budaya Khas Kecamatan Daha Barat‘’

Terimakasih yang mendalam kami ucapkan kepada pembimbing dan pihak yang telah
mendukung kami sehingga terselesainya projek karya ilmiah

1. Bapak SMAN 1 DAHA BARAT yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan
kepada kami dalam menyusun makalah dari projek kami.
2. Kepada ibu Hairunnisa S.Pd sebagai guru pembimbing yang banyak membantu kami dalam
menyusun project yang kami buat ini.

Kemudian shalawat beserta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabat nya dan para penerus perjuangan hingga akhir zaman, kerena
berkat beliaulah pada saat kita berada pada zaman yang penuh dengan ilmu pengatahuan serta
memberikan kita petunjuk didasarkan tauladan akhlak .

Semoga karya tulis ilmiah yang kami buat dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis
dimasa-masa yang akan datang dan semoga bermanfaat dalam ilmu pengatahuan.
Aamiin ya Robbal ,,alamiin..
BUDAYA KHAS DI KECAMATAN DAHA BARAT

Lembar Persetujuan

Telah disetujui oleh pembimbing pembuatan makalah tentang projek karya ilmiah Yang
bertemakan KEARIFAN LOKAL dengan Judul “Budaya Khas di Kecamatan Daha Barat “.

Disusun oleh :
1. Eka Rahman
2. Muhammad Parhan
3. Nur Liana
4. Rahmawati
5. Taufik Hidayat
6. Yusuf

Wali Kelas, Pembimbing,

Kurnia, S.Pd Hairunnisa, S.Pd


NIP. 19850921 200904 2 004 NIP. -

Persetujuan,
Kepala SMAN 1 Daha Barat

Murhan, S.Pd, MM
NIP. 19631209 198703 1 009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….............. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan…………….…………………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………......2
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………………………..3
2.1 Pengertian Budaya……………………………………………………………………….........3
2.2 Tata Cara Adat Bepapai………………………………….…………..………………………..3
2.3 Melestarikan Budaya…………………………….………….………………………………...5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………….6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………....6
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..............6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..............7
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tradisi budaya bapapai adalah ritual memandikan pengantin masyarakat suku banjar
tidaklah berdiri sendiri atau upacara. tersendiri,melainkan menjadi rangkaian dari suatu upacara
misalnya, rangkaian dari upacara adat pernikahan ritual merupakan salah satu ritual Masyarakat
suku banjar yang sudah dilakukan secara turun menurun. Salah satu upacara pengantin
masyarakat banjar di Kecamatan Daha Barat yaitu upacara dalam rangkaian upacara mandi calon
pengantin menjelang acara pernikahan yang dikenal dengan sebutan ‘’Bapapai ‘’ upacara ini
dilaksanakan sebelum pelaksanaan acara pernikahan atau perkawinan adat suku banjar yang
dilakukan oleh calon pengantin. Secara etimologi ‘’Bapapai ‘’ artinya mandi-mandi. Secara
terminologi sesuai dengan maknanya secara umum adalah ritual yang dilakukan untuk
membersihkan jiwa dan raga. Upacara mandi-mandi pengantin menjadi sarana calon pengantin
untuk membentingi diri dari masalah-masalah kejiwaan dan dari berbagai gangguan yang dating
dari luar. Dengan kata lain, mandi-mandi pengantin merupakan sarana untuk menangkal
penyakit, baik penyakit lahir atau batin, juga merupakan sebagai penghalat atau penangkal dari
perbuatan-perbuatan jahat.

Hal ini terjadi menurut kepercayaan orang banjar disebabkan kegiatan menyandingkan
pengantin dalam rangkaian upacara adat pengantin banjar ketika itu adalah saat yang penting dan
mengandung kemungkinan bahaya yang dapat menimpa pengantin atau anggota kerabatnya atau
mengganggu jalannya pesta. Ada pihak tertentu yang tak suka pasangan itu hidup rukun, lalu
melancarkan gangguan sejenis sihir atau guna-guna. Upacara mandi pengantin ini dilakukan
pada waktu tengah malam hari dan upacara ritual ini biasanya dilaksankan sebelum upacara
pernikahan (akat nikah) dan walimah (resepsi). Pada hakikatnya upacara mandi-mandi pengantin
adalah upacara inisiasi atau peralihan sebagai sarana untuk menghilangkan petaka, bala dan
musibah. Upacara mandi-mandi pengantin merupakan simbol upacara sebagai pernyataan tanda
pembersihan diri, karena semua yang terjadi di dunia ini tidak dapat ditebak, untuk itu mereka
melakukan kegiatan ini guna agar memperoleh keselamatan. Upacara ini adalah merupakan
usaha orang banjar untuk mendapatkan keselamatan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan diatas maka permasalahan yang
menjadi dasar penelitian ini adalah:

1. Pengertian tentang budaya bapapai?


2. Bagaimana tata cara adat bapapai?
3. Bagaimana cara melestarikan budaya bapapai agar tidak hilang?

C. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini pun perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap
masalah yang akan diteliti sehingga peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data
sampai pada langkah pemecahan masalahnya.

1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kontribusi sebagai perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya,maupun bagi
masyarakat pada umumnya.
b. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya tentang implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di pemilu.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar serta pedoman untuk penelitian
berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dalam mempelajari nilai-
nilai demokrasi.
b. Sebagai calon pendidik, pengetahuan selama mengadakan penelitian ini dapat
ditrasformasikan pada pesrta didik khususnya dan masyarakat pada umumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

BUDAYA KHAS DI KECAMATAN DAHA BARAT

2.1 Pengertian Tentang Budaya Bapapai

Pernikahan mempunyai makna sakral di setiap masyarakat di belahan dunia. Segi


transendensi pernikahan di berbagai daerah melalui berbagai proses yang melibatkan kultur atau
tradisi dimana masyarakat itu tumbuh. Mulai dari persiapan sampai berbagai prosesi ritual yang
mesti dilakukan demi terselesaikannya keseluruhan rangkaian acara. Sebelum acara perkawinan
adat Banjar dilaksanakan, ada satu adat yang sering dilakukan oleh calon pengantin yaitu
bapapai. Tradisi mandi pengantin atau kata orang banjar "Bapapai" merupakan tradisi penting.
Bapapai adalah istilah mandi-mandi yang dipakai oleh orang Banjar. Pada umumnya kata
"papai" berarti "percik", dalam praktiknya bapapai seperti memercikkan air memakai mayang
pinang kepada calon mempelai yang sedang dimandikan. Terdapat keyakinan ketika ritual ini
tidak dilakukan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Upacara mandi-mandi pengantin
menjadi sarana calon pengantin untuk membentengi diri dari masalah-masalah kejiwaan dan dari
berbagai gangguan yang datang dari luar. Dengan kata lain, mandi-mandi pengantin dipercaya
sebagai sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin, juga merupakan sebagai
penghalat atau penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada waktu yang sama ritual bapapai
menjadi jalan untuk memperoleh keberkahan.

Upacara mandi-mandi pengantin merupakan ritus siklus kehidupan bagi masyarakat


Suku Banjar yang menganut agama Islam memberikan makna ketika mereka melewati berbagai
tahap kehidupan. Ritus siklus kehidupan adalah pertemuan Islam dan budaya lokal sebagai
sistem simbol dan tindakan yang memainkan peranan penting dalam meneguhkan kembali
pandangan Islam, baik pada pengalaman hidup, pemikiran, dan budaya. Selain sistem keyakinan
ataupun agama yang dimiliki manusia, terdapat juga bentuk-bentuk keyakinan lain yang dimiliki
oleh manusia.
2.2 Bagaimana Tata Cara Adat Bapapai

Prosesi mandi pengantin dalam masyarakat Banjar diawali dengan membentuk pagar
mayang yang dijadikan sebagai tempat mandi pengantin. Beberapa instrumen diperlukan
membuat pagar mayang adalah empat buah batang tebu, empat buah kelapa yang bertunas,
benang kuning, dan berbagai macam kue yang akan digantung pada benang kuning. Kue tersebut
berupa kue cincin, kue cucur, kembang goyang, kerupuk dan pisang. Benang kuning dibuat
dengan cara memberi warna kuning pada benang yang berwarna putih dengan bahan kunyit.
Kemudian pagar mayang dibentuk persegi empat dengan tebu, kelapa dan benang kuning. Pagar
mayang memiliki strukturnya satu atau tiga tingkat sebagai penghubung antar sisi. Selain itu,
bahan berikutnya adalah empat jenis air yang akan digunakan untuk mandi mereka yang menjadi
pengantin. Air tersebut ialah air biasa, air yasin, air kelapa dan air doa. Air yasin merupakan air
yang sengaja disediakan dengan terlebih dahulu dibacakan surat yasin (salah satu surat dalam
kitab alquran). Demikian air doa, air yang dibacakan oleh separangkat doa-doa kebaikan, doa
keselamatan, dan sejenisnya. Dari segi peralatan, peralatan untuk mandi yaitu mayang pinang
yang masih terbungkus, mayang pinang yang sudah terbuka bungkusnya, pakaian untuk
pengantin ketika selesai mandi, kain untuk mandi, bedak kuning, tepung tawar (tetungkal), dan
sabun yang diletakkan di dalam talam

Ketika bahan telah tersedia, pengantin perempuan yang telah berpakaian rapi dan
berhias turun dari rumah untuk menuju pagar mayang dimana proses mandi pengantin
dilaksanakan. Ketika pengantin perempuan turun akan disambut oleh pengantin laki-laki dan
disertai dengan dibacakannya kalimat-kalimat shalawat. Kalimat shalawat merupakan kalimat
yang ada dalam tradisi Islam sebagai sebentuk pujian, penghormatan, dan sekaligus doa untuk
Nabi. Secara maknawai, kalimat shalawat juga dipahami bukan saja sebagai pujian kepada Nabi
tetapi juga sebagai doa untuk mereka yang mengucapkannya. Mandi pengantin atau Bapapai
dilakukan umumnya di halaman rumah dengan menggunakan pagar mayang. Pelaksanaan mandi
pengantin dilakukan pada sore atau malam hari menjelang tiga hari sebelum acara besanding,
biasanya disaksikan oleh keluarga. Waktu ini dipilih sebagai simbol peralihan masa remaja
menuju dewasa.

Dalam budaya serta adat Banjar, "Bapapai" atau yang biasa kita sebut dengan mandi-
mandi pengantin, sampai sekarang masih dilakukan oleh calon pengantin dengan tujuan untuk
mempertahankan adat, juga sebagian orang ada yang berpendapat apabila tidak dilakukan takut
terjadi hal-hal yang mungkin tidak diinginkan, misalnya saat kedua mempelai bersanding di
pelaminan maka sang istri atau mempelai wanita akan mengalami pingsan secara tiba-tiba, dan
berharap akan ada berkah apabila melaksanakannya. Upacara adat ini erat kaitannya dengan
suatu do'a atau amalan, dan mantra yang konon berguna atau bermanfaat untuk mewujudkan
tujuan seseorang yang mengamalkannya dengan tujuan antara lain; membentengi diri dari
masalah-masalah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari
dalam. Dengan kata lain, Bepapai merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit
lahir maupun batin. Upacara "Bapapai" ini selalu di laksanakan dalam setiap acara pernikahan
masyarakat suku Banjar yang dipercayai mampu memberi nilai kebersihan. Bepapai ini juga
mengandung nilai-nilai tertentu diantaranya yaitu, beras putih bersih yang melambangkan citra
rezeki yang halal, pisau yang tajam dan berhulu padat melambangkan citra wibawa yang
kharismatik dan perpegang pada keyakinan yang teguh, serta jarum dan benang melambangkan
kesediaan menelusuri dan menyulam masa depan.

Secara umum, nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan ritual mandi Bapapai
adalah kebersihan jiwa dan raga dari segala penyakit, baik lahir maupun batin. Menurut
pandangan masyarakat Banjar, terdapat nilai-nilai religius yang terdapat dalam tradisi mandi
Bapapai, yang pertama nilai ibadah, dimana setiap ritual dalam prosesi mandi Bapapai selalu
dilakukan sesudah shalat asar atau shalat magrib, selain itu juga terdapat do'a bersama yang di
pimpin oleh tokoh adat banjar. Ini mengedepankan nilai Ibadah dan nilai kepercayaan terhadap
tuhan sang pencipta. Kedua, nilai Ruhul Jihad, dimana pihak keluarga, tokoh adat dan
masyarakat banjar melakukan gotong royong sebelum prosesi mandi Bapapai di selenggarakan.
Ini mengedepankan nilai Ruhul Jihat yaitu jiwa yang mendorong manusia untuk bekerja sama.
Terakhir, nilai akhlak dan kedisiplinan yang selalu menggambarkan bahwa masyarakat
mencintai kebudayaan lokal yaitu kebudayaan mandi Bapapai ketimbang kebudayaan budaya-
budaya baru yang masuk. Ini terlihat dari semua kalangan baik itu pihak keluarga, tokoh
Bapapai, tokoh adat maupun masyarakat telah menggambarkan kecintaan mereka terhadap
budaya banjar yaitu dengan cara ikut berpartisipasi.

2.3 Bagaiman cara melestarikan budaya bapapai agar tidak hilang

Melestarikan Budaya bapapai agar tidak hilang di antarnya:


1. Pelajari Budaya Lokal
2. Ikuti Kegiatan Kebudayaan
3. Mengajarkan Budaya ke Orang Lain
4. Kenalkan Budaya ke Dunia Internasional
5. Buat Budaya Sebagai Identitas
6. Ekspor Kebudayaan ke Negara Lain
7. Tidak Terpengaruh Budaya Asing
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebelum acara perkawinan adat Banjar dilaksanakan, ada satu adat yang sering dilakukan
oleh calon pengantin yaitu bapapai. Tradisi mandi pengantin atau kata orang banjar "Bapapai"
merupakan tradisi penting. Bapapai adalah istilah mandi-mandi yang dipakai oleh orang Banjar.
Pada umumnya kata "papai" berarti "percik", dalam praktiknya bapapai seperti memercikkan air
memakai mayang pinang kepada calon mempelai yang sedang dimandikan. Terdapat keyakinan
ketika ritual ini tidak dilakukan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Upacara mandi-
mandi pengantin menjadi sarana calon pengantin untuk membentengi diri dari masalah-masalah
kejiwaan dan dari berbagai gangguan yang datang dari luar.

Prosesi mandi pengantin dalam masyarakat Banjar diawali dengan membentuk pagar
mayang yang dijadikan sebagai tempat mandi pengantin. Beberapa instrumen diperlukan
membuat pagar mayang adalah empat buah batang tebu, empat buah kelapa yang bertunas,
benang kuning, dan berbagai macam kue yang akan digantung pada benang kuning. Kue tersebut
berupa kue cincin, kue cucur, kembang goyang, kerupuk dan pisang. Benang kuning dibuat
dengan cara memberi warna kuning pada benang yang berwarna putih dengan bahan kunyit.
Kemudian pagar mayang dibentuk persegi empat dengan tebu, kelapa dan benang kuning.

Melestarikan Budaya bapapai agar tidak hilang di antarnya: Pelajari Budaya Lokal, ikuti
kegiatan Kebudayaan, mengajarkan Budaya ke Orang Lain, kenalkan Budaya ke Dunia
Internasional, buat Budaya Sebagai Identitas, ekspor Kebudayaan ke Negara Lain, tidak
Terpengaruh Budaya Asing

3.2 Saran

Kepada semua kalangan masyarakat suku Banjar yang ada di Kelurahan Tembilahan Kota
diharapkan dapat menegakkan adat atau tradisi yang telah ada akan tetapi tidak terlepas dari
nilai-nilai agama, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang beradat serta berpangku pada
agama, dan diharapkan dapat mempertahankan adat yang sudah ada, karena setiap adat tersebut
memiliki tujuan-tujuan tertentu yakni untuk menciptakan masyarakat yang taat pada aturan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/16288/10/10.%20BAB%20V__2018309AH.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Bapapai

https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/khazanah/article/view/3920

https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/aldli/article/download/8853/5385

https://kalsel.antaranews.com/berita/316905/melestarikan-adat-budaya-pernikahan

https://kalsel.antaranews.com/berita/316905/melestarikan-adat-budaya-pernikahan
FOTO KEGIATAN SELAMA PROJEK
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai