Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ni Wayan Rosmitha

Nomor absen: 10
Nim: 19.10.11.00020
Semester :3
Prodi: Pendidikan agama Hindu
Mata kuliah: Acara Agama Hindu
Hari/tanggal: Jum'at,15 januari 2021
Dosen: Dra.Ni Wayan Sarti, M.Si

Tugas !
1.Menggapa Yadnya harus bersifat satyam sivam sundaram
2.menggapa Yadnya harus bersifat satvik

Jawab :
1.Satyam, Sivam, Sundaram, (kebenaran, kesucian dan keharmonisan)
Pengertian kata diatas terdapat dalam ajaran Tattwa di agama Hindu
Merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dalam melangsungkan
sebuah upacara Yadnya.
Yadnya harus memenuhi aspek tattwa dimana diajarkan bagimana semestinya membuat
Yadnya dengan benar agar diterima oleh Ida sang hyang Widhi dengan segala
manifestasinya.
Yadnya sepatutnya dibuat dengan adanya kebenaran dan tujuan. Jika Yadnya memiliki
kebenaran dalam menjalankannya maka Yadnya akan sampai dan diterima, siapa yang
dituju untuk beryadnya pun perlu dipertimbangkan tidak segala unsur bisa diberikan Yadnya
jika Yadnya diadakan hanya untuk memamerkan kekayaan dengan beryadnya besar dan
mewah semua itu tidak memiliki kebenaran, apabila canang sari dan segehan ditukar
posisinya dalam mebanten tidaklah ada kebenaran didalamnya.
Yadnya juga harus bersifat suci dipersembahkan kepada beliau siapa pun Yadnya harus
suci, apabila Yadnya dalam keadaan tidak suci baik dalam pelaksanaannya, upakaranya
atau orang yang terlibat didalam Yadnya tersebut haruslah suci, semua itu menjadi nilai
tambah yanh baik dan para Dewata akan sangat senang lalu menaburkan kebahagian,
Yadnya diadakan dengan tujuan untuk menyelenggarakan korban suci yang
dipersembahkan kepada :
1.Ida sang hyang Widhi (Tuhan sebagai pemilik alam semesta)
2.Para orang suci(Maha RSI, dan para guru yang mengajarkan ilmu kebenaran)
3.Pitra( para leluhur yang disucikan)
4.Manusia (Mahluk sosial untuk mendapat kesucian)
5.Bhuta (Mahluk bawah untuk mendapat keselarasan hidup berdampingan)
Semua itu perlu dilaksanakan untuk mendapatkan keharmonisan hidup dibumi, mendapat
kebahagian tanpa ada rintangan, jadi diharpkan Yadnya yang mengandung unsur
kebenaran dan kesucian dapat mencapai keharmonisan yang diharapakan oleh mahluk
yang melaksanakannya.

2. Satwika adalah keiklasan. Dalam upacara yadnya yang dilaksanakan dengan keiklasan
tanpa mengharapkan hasilnya, yang pelaksanaannya disebutkan, semata-mata sebagai
suatu dharma kewajiban yang patut dilaksanakan, serta sesuai dengan sastranya.
Seperti pengucapan sattwika mantra dalam stotra yang diucapkan guna memperoleh
pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan
Tuhan. Upacara dan pengucapan mantra yang satvika ini baik dalam bentuk alit, madya dan
ageng yang sebaiknya dilaksanakan berdasarkan Tri Manggalaning Yadnya disebutkan
akan memperoleh kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan yaitu dengan cara :

Persembahan yang tulus ikhlas dan Bhakti kepada Hyang Widhi.

Dalam beberapa kutipan juga dijelaskan, untuk dapat melaksanakan yadnya yang efektif,
efisien, praktis dan sattwika dalam kutipan artikel paduarsana, sebagaimana disebutkan
pelaksanaan yadnya wajib disesuaikan dengan sastranya yang dijelaskan sebagai berikut :

Dalam Lontar Dewa Tatwa disebutkan, Yadnya dengan pikiran yang tenang dan ikhlaslah
yang menjadikanya baik.
Janganlah tidak ikhlas atau terlalu menyayangi harta benda yang diperlukan untuk yajna.
Janganlah menentang petunjuk orang tua (orang yang dituakan), janganlah berprilaku
marah atau akrodha dan mengeluarkan kata-kata yang sumbang dan kasar.
Kata-kata yang baik dan enak didengar itu juga hendaknya diucapkan.
Dalam Rgveda disebutkan bahwa “Brahman menciptakan alam semesta ini dengan
mengorbankan diriNya sendiri.

Sehingga setiap aktivitas yadnya yang dilakukan oleh umat manusia baik melalui pikiran,
ucapan dan perbuatan berdasarkan Tri Kaya Parisudha semestinya ditujukan semata-mata
hanya untuk Brahman, karena sesungguhnya apa yang ada ini adalah milikNya.

Dalam Bhagawad Gita, kwalitas yajna yang sattvika, maka perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu:

Sraddha: yajna harus dilakukan dengan penuh keyakinan


Aphala: Tanpa ada motif untuk mengharapkan hasil dari pelaksanaan yajna yang dilakukan
karena tugas manusia hanya mempersembahkan dan dalam setiap yajna yang dilakukan
sesungguhnya sudah terkandung hasilnya.
Dharma Gita: ada lagu-lagu kerohanian yang dilantunkan dalam kegiatan yajna tersebut.
Mantra: pengucapan doa-doa pujian kepada Brahman.
Punia Daksina: penghormatan kepada pemimpin upacara berupa Rsi yajna
Lascarya: yajna yang dilakukan harus bersifat tulus ikhlas
Nasmita: tidak ada unsur pamer atau jor-joran dalam yajna tersebut.
Annaseva : ada jamuan makan – minum kepada tamu yang datang pada saat yajna
dilangsungkan, berupa Prasadam/lungsuran, karena tamu adalah perwujudan Brahman itu
sendiri

“Matr deva bhava Pitr deva bhava, athiti deva bhava daridra deva bhava artinya; Ibu adalah
perwujudan Tuhan, Ayah adalah perwujudan Tuhan, Tamu adalah perwujudan tuhan dan
orang miskin adalah perwujudan Tuhan.
Sastra: setiap yajna yang dilakukan harus berdasarkan kepada sastra yadnya atau sumber
sumber yang jelas, baik yang terdapat dalam Sruti maupun Smrti.

Dalam Manavadharmasatra VII.10 juga disebutkan bahwa setiap aktivitas spiritual termasuk
yajna hendaknya dilakukan dengan mengikuti;

Iksa: yajna yang dilakukan dipahami maksud dan tujuannya


Sakti: disesuaikan dengan tingkat kemampuan baik dana maupun tingkat pemahaman kita
terhadap yajna yang dilakukan sehingga tidak ada kesan pemborosan dalam yajna tersebut.
Sesuai dengan Desa Kala Patra,
Desa: memperhatikan situasi dimana yajna tersebut dilakukan termasuk sumber daya alam
atau potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Kala: kondisi suatu tempat juga harus dipertimbangkan baik kondisi alam, maupun umat
bersangkutan.
Tattva: dasar sastra yang dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan yajna tersebut,

Manavadharmasastra II.6 ada lima sumber hukum hindu yang dapat dijadikan dasar
pelaksanaan yajna, yaitu:

Sruti, wahyu Tuhan secara langsung.


Smrti, yang perlu diperhatikan dan dihayati
Sila, agar tidak menyimpang dari norma-norma kebenaran dan kebaikan
Acara, yang tercermin dalam kegiatan praktis bagaimana menunjukkan rasa bhakti dan
kasihnya kepada Hyang Widhi Wasa.
Atmanastusti, mengantarkan umat mencapai kebahagiaan rokhani.
Jadi beryadnya tidak harus besar dan megah, apalah artinya kemegahan dengan
menghabiskan banyak dhana tapi tidak dilandasi oleh prinsip yajna yang telah tetuang pada
susastra Veda sebagai pengetahuan suci.

Anda mungkin juga menyukai