Anda di halaman 1dari 3

Tugas kelompok III

Nama kelompok : 1. I nyoman trio gita (ketua kelompok)


2. I wayan widi diatmika
3. Gede eka putra
4. I nyoman janji Saputra
5. I wayan candra
6. Rendi kirnawan
7. Agus rianta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas ahama ini dengan baik serta tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang ajaran ajaran yadnya
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata pelajaran
agama Hindu. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih

— pengertian dan akikat Yadnya

Kata yajña berasal dari bahasa Sansekerta, dengan akar kata ”yaj” berarti memuja,
mempersembahkan, korban. Dalam kamus bahasa Sansekerta, kata yajña diartikan; upacara
korban, orang yang berkorban yang berhubungan dengan korban (yajña). Dalam kitab
Bhagavad Gita dijelaskan, yajña artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh
keikhlasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan, (Mudana dan
Ngurah Dwaja, 2014:27).

Yajña berarti upacara persembahan kurban suci. Pemujaan yang dilakukan menggunakan
kurban suci memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga. Sarana yang diperlukan
sebagai perlengkapan sebuah yajña disebut dengan istilah upakara.

— yadnya dalam maha brata dan masa kini

Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa yang
sangat besar, dihadiri seluruh rakyat dan undangan yang terdiri atas raja-raja terhormat dari
negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan yang datang juga dari para pertapa suci yang
berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara
besar yang mengambil tingkatan utamaning utama. Menjelang puncak pelaksanaan yajña,
datanglah seorang brahmana suci dari hutan ikut memberikan doa restu dan menjadi saksi atas
pelaksanaan upacara yang besar itu. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung
ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor.
Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang
lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga kepada Brahmana Utama ini
diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Begitu dihidangkan makanan oleh para dayang
kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung melahap hidangan tersebut dengan cepat bagaikan
orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi
Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara yajña besar tersebut. Begitu melihat caranya
sang Brahmana Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi
sambil mencela. “Kasihan Brahmana Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id Buku Guru Kelas
XI SMASMK 72 Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya
tergesa-gesa,”kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi
mencela Sang Brahmana Utama cukup jauh, karena kesaktian dari brahmana ini, maka apa
yang diucapkan oleh Drupadi didengarkannya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi
batinnya kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut. Di dalam ajaran agama Hindu,
diajarkan bahwa apabila kita melakukan tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan
pdihinakan. Terlebih lagi apabila mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa
bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar
biasa dari saudara iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya.

— syarat syarat dan aturan dalam pelaksanaan yadnya

Tujuh syarat syarat dan aturan dalam pelaksanaan yadnya

— Sastra, yaitu yajña harus berdasarkan Veda.


— Sraddha, yaitu yajña harus dengan keyakinan.
— Lascarya, keikhlasan menjadi dasar utama yajña.
— Daksina, memberikan dana kepada pandita.
— Mantra, puja, dan gita, wajib ada pandita atau pinandita.
— Nasmuta atau tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan yajña hanya untuk
menunjukkan kesuksesan dan kekayaan.
— Anna Sevanam, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang
makan bersama

PENUTUP
KESIMPULAN :

Berdasarkan uraian materi mengenai Yadnya diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.Yadnya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu dari akar kata “yaj” yangartinya
memuja.Yadnya menurut ajaran agama Hindumerupakan korban sucisecara tulus ikhlas atas
dasar kesadaran dan cinta kasih yang keluar dari hatisanubari sebagai pengabdian yang sejati
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha Esa) serta merupakan suatu bentuk
kewajiban yang harusdilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari.Tujuan
daripada Yadnya itu sendiri diantaranya adalah untuk penyucian,sarana meningkatkan kualitas
diri, untuk menghubungkan diri kepada Tuhan/IdaSang Hyang Widhi, sebagai tanda/ ucapan
rasa terimakasih serta untuk mewujudkan keharmonisan. Selain itu, Yadnya juga bertujuan
untuk menebus 3hutang manusia dalam Hindu yang dikenal dengan sebutan Tri Rna.Bentuk
dan jenis Yadnya dapat digolongkan menjadi 4 bagian, yaituYadnya berdasarkan waktu
pelaksanaannya, berdasarkan nilai materi/kualitasYadnya, berdasarkan tujuan pelaksanaan dan
berdasarkan kualitas Yadnya itusendiri. Penerapan Yadnya juga dilakukan berdasarkan kategori
atau penggolongan jenis Yadnya.
3.2.Saran
Sebagai masyarakat khususnya umat Hindu hendaknya melaksanakan Yadnyadidasari atas
hati yang ikhlas. Karena Yadnya yang baik adalah Yadnya yang tulustanpa didasarkan atas
rasa pamrih.Pelaksanaan Yadnya hendaknya disesuaikan dengan kondisi serta
keadaan,terutama Yadnya yang mengacu pada hari-hari tertentu dan
hendaknyamemperhatikan penggunaan Panca Dauh.

Anda mungkin juga menyukai