PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa
melaksanakan Yadnya Sarpa yang sangat besar dan dihadiri seluruh rakyat dan
undangan yang terdiri atas rajaraja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja,
undangan juga datang dari para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung.
Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang
mengambil tingkatan utamaning utama. Menjelang puncak pelaksanaan Yadnya,
datanglah seorang brahmana suci dari hutan ikut memberikan doa restu dan
menjadi saksi atas pelaksanaan upacara yang besar itu.Seperti biasanya, setiap
tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat dalam jumlah
yang tidak terhingga. Kepada brahmana utama ini diberikan suguhan yang enak-
enak. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota
Hastinapura, ia sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan
makanan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utamapun langsung
melahapnya dengan cepat bagaikan orang yang tidak pernah menemukan
makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah
penyelenggara Yajna besar tersebut. Melihat cara Brahmana Utama menyantap
makanan dengan tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan
Brahmana Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya
tergesagesa,” kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi
Drupadi dengan Sang Brahmana Utama cukup jauh, tetapi karena kesaktiannya ia
dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Drupadi. Sang Brahmana
Utama diam, tetapi batinnya kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa
tersebut.Dalam ajaran agama Hindu, disampaikan bahwa apabila kita melakukan
tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila
mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam
kisah berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari
saudara iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan
Maha Raja Drestarata, Rsi Bisma, Guru Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri
Widura serta disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek
pakaiannya oleh Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab
merendahkan kehormatan wanita dengan merobek pakaian di depan umum,
berdampak pada kehancuran bagi negeri para penghina. Terjadinya penghinaan
terhadap Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama
ketika menikmati hidangan. Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana,
karena dibantu oleh Krisna dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa
habis sampai adiknya Duryadana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu
Drupadi karena Drupadi pernah berkarma baik dengan cara membalut jari Krisna
yang terkena Panah Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini
adalah, kalau melaksanakan Yadnya harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan
tidak boleh ragu-ragu. Ada pula cerita tentang daksina dan pemimpin yadnya.
Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam akan
terbayang dengan salah satu jejahitan yang berbentuk cerobong (silinder) terbuat
dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa, telur itik
dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk tujuan
kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang.Guru (Dewa Siwa) dan karena
itu digunakan sebagai saksi Dewata. Makna kata daksina secara umum adalah
suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepada
pendeta/pemimpin upacara.Penghormatan ini haruslah dihaturkan secara tulus
ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah satu syarat
mutlak agar Yadnya yang diselenggarakan berkualitas (satwika Yadnya). Selanjutnya
bagaimana pentingnya daksina dalam Yadnya,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan rumusan masalah yang
diangkat dalam karya tulis ini sebagai berikut :
1. Apa kaitan yadnya pada kisah Mahabarata dan kehidupan masa kini?
2. Bagaiamana proses Yadnya Pada Masa Mahabharata (masa lalu) dan Masa Kini?
3. Apa makna yang terkandung apabila melakukan yadnya dengan tulus?
4. Apa saja hal yang bisa kita petik dalam kisah Mahabarata dalam melakukan
yadnya?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan karya ilmiah ini antara lain sebagai berikut :
Untuk menegetahui apa kaitan yadnya pada kisah Mahabarata dan kehidupan masa
kini
Untuk mengetahui proses Yadnya Pada Masa Mahabharata (masa lalu) dan Masa
Kini
Untuk mengetahui apa makna yang terkandung apabila melakukan yadnya dengan
tulus
Untuk mengetahui apa saja hal yang bias kita petik dalam kisah Mahabarata dalam
melakukan yadnya
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan masyarakat dapat memahami
lebih jauh apa kaitan yadnya dalam Mahabarata dan masa kini.
2. Bagi Pelajar
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan para pelajar dapat memahami
lebih jauh apa kaitan yadnya dalam Mahabarata dan masa kini.
BAB II
PEMBAHASAN
Terjemahannya adalah.
”Sesungguhnya ia yang melaksanakan ajaran dharma yang telah diturunkan dengan
penuh keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai tujuan, penganut inilah yang paling
Ku-kasihi, karena mereka sangat kasih pada-Ku.”
(Bhagavad Gita XII. 20)
Kasih sayang adalah sikap yang utama bagi pelakunya. Maksudnya, membiasakan diri
hidup selalu bersahabat sesama makhluk, jauh dari keakuan dan keangkuhan, serta
selalu besama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orang terkasih selalu
dapat mengendalikan diri, berkeyakinan teguh, terbebas dari kesenangan, kemarahan,
dan kebingungan. Dia tidak mengharapkan apa pun, tidak terusik dan tidak memiliki
pamrih apa pun. Orang-orang terkasih adalah mereka yang terbebas dari pujian dan
makian, pendiam dan puas dengan apa pun yang dialaminya. Persembahan apa pun
yang dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena Beliau bersifat
Mahakasih.
Adi Parwa : lahirnya para leluhur Pandawa dan Korawa, lahirnya para
Pandawa, Korawa dan Karna, dibaginya kerajaan Hastina Pura, Pandawa
berhasil membangun kerajaan Indraprastha, Pandawa berhasil
menyelenggarakan upacara Aswamedha & Rajasuya yang membuat Duryodana
iri.
Sabhaparwa : Pandawa dan Kurawa bertyemu di balai Jayanta untuk bermain
dadu. Pandawa mengalami kekalahan dan berjanji untuk mengasingkan diri ke
hutan
Wanaparwa : berisi kisah pengasingan Pandawa selama 12 tahun di hutan
Wirataparwa : kisah Pandawa yang melewati masa 1 tahun penyamaran diri di
kerajaan Wirata. Selain itu diceritakan pula pernikahan antara Abimanyu dan
Uttari.
Udyogaparwa : masing-masing pihak mulai mempersiapkan perang dengan
mencari kerajaan sekutu sebanyak-banyaknya. Kunti mengunjungi Karna
sehingga Karna berjanji tidak akan membunuh Pandawa kecuali Arjuna. Krisna
menawarkan pilihan kepada Arjuna dan Duryodana, ingin memilih dirinya atau
pasukan Narayana.
Bhismaparwa : menceritakan tahap awal pertempuran di Kurusetra, terselip
percakapan suci antara Kresna dan Arjuna yang pada saat ini dikenal sebagai
kitab Bhagawad Gita. Pada hari ke sepuluh Bhisma gugur karena usaha Arjuna
yang dibantu oleh Srikandi.
Dronaparwa : Drona diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Diceritakan
Drona gugur di medan perang akibat dipenggal oleh Drestadyumna saat ia
beryoga. Parwa ini juga menceritakan gugurnya Abimanyu dan Gatot Kaca
Karnaparwa : Karna diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Diceritakan
pula kisah gugurnya Dursasana akibat usaha Bima. Salya menjadi kusir kereta
Karna. Karna pun gugur saat berusaha mengangkat roda keretanya yang
terbenam lumpur.
Salyaparwa : Salya diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Salya dan
Sangkuni pun gugur di medan perang. Kemudian dilanjutkan dengan
gadayudha oleh Bima dan Duryodana. Kurawa pun hanya menyisakan
Aswatama dan Krtawarman.Sauptikaparwa : Aswatama menyusup ke
perkemahan Pandawa dan membunuh panca Kumara, Drestayumna, dan
Srikandi. Ia melarikan diri ke pertapaan bhagawan Byasa yang disusul oleh
para Pandawa. Kresna mengutuk Aswatama karena telah menggunakan senjata
terlarang untuk membunuh keturunan Pandawa
.Striparwa : menceritakan isak tangis para wanita yang ditinggal keluarga
mereka yang gugur di medan perang. Yudistira mengadakan upcara
pembakaran mayat dan persembahan air suci pada leluhur. Kunti menceritakan
kisah kelahiran Karna. Gandari mengutuk kerajaan Kresna 36 tahun lagi akan
hancur akibat perang saudara.
Santiparwa : Rsi Byasa dan Rsi Narada memberi Yudistira wejangan suci
karena pergulatan batinnya setelah membunuh saudara-saudaranya.
Anusasanaparwa : Yudistira menyerahkan diri pada Bhisma untuk menerima
ajarannya. Atas izin dari Kresna, Bisma pun meninggal dengan tenang.
Aswamedhikapara : Yudistira melaksanakan upacara Aswamedha. Kisah
kelahiran Parikesit yang dihidupkan kembali oleh Krisna.
Asramawasikaparwa : Drestarasta, Gandari, Kunti, Sanjaya, dan Widura pergi
ke hutan dan menyerahkan tahta ke Yudistira.
Mosalaparwa : bangsa Whrisni musnah, Krisna meninggalkan kerajaan dan
pergi ke hutan. Atas saran sri Byasa, Pandawa dan Drupadi pun ikut
mengasingkan diri.
Mahaprastanikaparwa : kisah perjalanan Pandawa dan istrinya ke puncak
gunung himalaya. Satu persatu Pandawa tewas kecuali Yudistira. Adapun tahta
kerajaan diserahkan pada Parikesit.
Swargarohanaparwa : dalam perjalanan ke puncak Yudistira ditemani seekor
anjing. Dewa Indra hendak menjemputnya ke surga, namun Yudistira menolah
apabila anjingnya tidak ikut serta. Si anjing pun menampakkan wujudnya yang
sebenarnya yaitu Dewa Dharma.
C. Hal Yang Bisa Kita Petik Dalam Kisah Mahabarata Dalam Melakukan Yadnya
Bermacam-macam yajna dijelaskan dalam cerita Mahaharata, ada yajna berbentuk
benda, yajna dengan tapa, yoga, yajna mempelajari kitab suci ,yajna ilmu pengetahuan,
yajna untuk kebahagiaan orang tua. Korban suci dan keiklasan yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud tidak mementingkan diri sendiri dan menggalang
kebahagiaan bersama adalah pelaksanaan ajaran dharma yang tertinggi (yajnam
sanatanam).
Kegiatan upacara agama dan dharma sadhana lainnya sesungguhnya adalah usaha
peningkatan kesucian diri. Kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan.:
“Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran (satya), atma
disucikan dengan tapa brata, budhi disucikan dengan ilmu pengetahuan (spiritual)”.
Nilai-nilai ajaran dalam cerita Mahabharata kiranya masih relevan digunakan sebagai
pedoman untuk menuntun hidup menuju ke jalan yang sesuai dengan Veda. Oleh
karena itu mempelajari kita suci Veda, terlebih dahulu harus memahami dan
menguasai Itihasa dan Purana (Mahabharata dan Ramayana), seperti yang disebutkan
dalam kitab Sarasamuscaya sloka 49 sebagai berikut :
“Weda itu hendaknya dipelajari dengan sempurna, dengan jalan mempelajari itihasa
dan purana, sebab Weda itu merasa takut akan orang-orang yang sedikit
pengetahuannya”
A. KESIMPULAN
Yadnya merupakan salah satu upacara yang sangat penting untuk dilakukan. Yadnya
sendiri adalah segala bentuk pemujaan/persembahan dan pengorbanan yang dilaksanakan secara
tulus ikhlas dengan tujuan-tujuan mulia dan luhur terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Adapun
Yadnya memiliki 4 unsur yaitu Karya (perbuatan), Sreya (ketulus ikhlasan), Bhudi (kesadaran),
dan Bhakti (persembahan). Adapun tujuan yajña adalah untuk melakukan penebusan utang atau
Ṛṇa. Sedangkan penyucian dilakukan agar Ātman kembali bersatu dengan Paramātma.
Ada banyak hal yang dapat kita petik dari cerita yang ada dalam kisah Mahabharata yang sudah
di uraikan tadi. Salah satunya adalah kita harus menjalankan yadnya dengan tulus ikhlas. Dengan
menjalankan yadnya secara tulus ikhlas dan dengan hati suci maka niscaya Ida Sang Hyang
Widhi Wasa akan menerima yadnya yang sudah kita buat. Kemudian kita tidak boleh
menertawakan brahmana yang berpenampilan lusuh.
DAFTAR PUSTAKA
https://mgmplampung.blogspot.co.id/2014/11/yajna-dalam-kisah-mahabharata.html
http://dexputra501.blogspot.co.id/2014/04/nilai-di-dalam-sebuah-keikhlasan-di.html
http://nithaahomework.blogspot.co.id/2014/12/yadnya-dan-kaitannya-dengan-epos.html
http://parwata-lananganom.blogspot.co.id/2008/12/kenapa-ber-yadnya-diambil-dari-milist.html
http://wayantarne.blogspot.co.id/2014/11/kajian-nilai-dan-makna-filosofis-kisah.html
http://dharmagupta.blogspot.co.id/2013/11/tata-cara-perkawinan-hindu-etnis-bali.html
https://id.wikihow.com/Merayakan-Pernikahan-Tradisional-Hindu