Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Om swastyastu,
Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa , Tuhan
Maha Esa karena atas asung kertha waranugraha-Nya saya bisa menyelesaikan
penulisan makalah ini yang berjudul Moksa .
Saya menyadari betul apa yang saya tulis dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisannya. Kekurangankekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan
pengetahuan beserta kemampuan saya, baik disadari maupun tidak. Hanya dengan
saran dan kritik yang konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat
diperkecil sehingga makalah ini akan memberikan manfaat yang maksimal.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
pembaca.
Om, Santih, Santih, Santih, Om

Tabanan, 6 Agustus 2014

Penulis,

DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Difinisi Moksa
2.2. Pencapaian Moksa
2.3. Tingkatan Moksa
2.4. Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan
Masyarakat Biasa
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panca Srada adalah lima dasar keyakinan umat Hindu meyakini adanya Tuhan.
Dengan adanya kelima dasar tersebut kita dapat menempuh jalan mencapai Moksa
atau terbebas dari seluruh ikatan duniawi.. Panca Sradha meliputi:
1. Brahman Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan
2. Atman Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman
3. Karmaphala Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karma phala (hukum
sebab-akibat).
4. Samsara Keyakinan pada kelahiran kembali
5. Moksha Keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman.
1. Brahman
adalah keyakinan akan adanya Tuhan , Maha Ada, Maha Kuasa, Maha Segala
Galanya. Tuhan yang Maha Kuasa sebagai pencipta(Dewa Brahma),
pemelihara(Dewa Wisnu), dan pelebur(Dewa Siwa) alam semesta dan segala
isinya. Tuhan juga ada maha tau dan ada dimana-mana. Tuhan bersifat gaib dan
tidak dapat dilihat. Walaupun Tuhan berada dimana-mana namun Tuhan itu
tunggal, hanya satu.
2. Atman
adalah percikan terkecil dari Paramatman atau Ida Sang Hyang Wdhi Wasa.
Atman di dalam tubuh manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu
hidup. Atman adalah badan halus, sedangkan tubuh atau raga adalah badan kasar,
jadi atman itu adalah penggerak atau pengendali tubuh manusia. Yang
menyebabkan semua makhluk dapat hidup karna di dalamnya terdapat atman
yang menghidupinya.
Adapun beberapa sifat atman antara lain sebagai berikut :
1.Achodya
(tak terlukai oleh senjata).
2.Adahya
(tak terbakar oleh api),
3.Akledya
(tak terkeringkan oleh angin),
4.Acesyah
(tak terbasahkan oleh air),
5.Nitya
(abadi),
6.Sarvagatah
(dimana-mana ada),
7.Sthanu
(tak berpindah-pindah),
8.Acala
(tak bergerak),
9.Sanatana
(selalu sama),
10.Awyakta
(tak terlahirkan),
11.Achintya
(tak terpikirkan),
12.Awikara
(tak berubah dan sempurna tidak laki-laki atau perempuan).

3. Karma Phala
Juga sering disebut hukum sebab akibat yaitu segala sebab pasti
mempunyai akibat dan begitu pula akibatnya. Ajaran karma Phala ini hukumnya
bersifat pasti, setiap karma pasti ada hasilnya. Segala hasil yang kita terima pasti
akan sesuai dengan karma yang kita buat. Jadi dalam hukum karma phala ini tidak
ada kejadian yang terjadi secara kebetulan.
Dengan demikian karma phala dapat digolongkan menjadi 3 macam sesuai
dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma
Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.
1.Sancita Karma Phala : Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang
belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan
kita yang sekarang.
2.Prarabda Karma Phala: Hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada
sisanya lagi;
3.Kriyamana Karma Phala : Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada
saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
4. Punarbhawa
berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali
(reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa Penjelmaan
jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut
Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka.
Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi
oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Punarbhawa akan
terus berlanjut hingga atmanya dapat terlepas dari seluruh ikatan duniawi.
5. Moksa
Tujuan hidup umat Hindu ialah mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin
(moksartham jagadhita). Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah bersatunya Atman
dengan Brahman yang disebut Moksa. Moksa atau mukti atau nirwana berarti
kebebasan, kemerdekaan atau terlepas dari ikatan karma, kelahiran, kematian, dan
belenggu maya/ penderitaan hidup keduniawian. Moksa adalah tujuan terakhir
bagi umat Hindu. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari- hari secara baik dan benar, misalnya dengan menjalankan
sembahyang batin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta
(Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia berangsur- angsur akan
dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan
keduniawian, untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman.
Bhagavad-Gita VII. 19:
Artinya:
Bahunam janmanam ante
jnnanawan mam prapadyate
Wasudewah sarwam iti
sa mahatma sudurlabhah.

Pada akhir dari banyak kelahiran


orang yang bijaksana menuju kepada
Aku, karena mengetahui bahwa Tuhan
adalah semuanya yang ada.

Moksa adalah salah satu bagian dari Panca Srada ( lima keyakinan dasar Agama
Hindu). Dalam keyakinan Agama Hindu, yang menjadi tujuan hidup manusia di
dunia ini adalah Moksa. Dalam kitab suci Weda, dinyatakan Moksartham
Jagadhita ya ca iti dharma yang artinya , bahwa tujuan agama (Dharma) itu
adalah untuk mencapai Moksa (Moksartham) dan kesejahteraan umat manusia
(Jagadhita). Kebahagiaan batin yang terdalam adalah bersatunya Atman dengan
Brahman.Kemudian dalam hal ini umat Hindu khususnya para pelajar harus
mengetahui dan mempelajari Panca Srada ini dalam kaitannya dengan tujuan
Agama Hindu (Moksa)
Salah satu cara mencapai moksa adalah Dengan menjalankan sembahyang batin
dengan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memutuskan cipta) dan Samadhi
(mengheningkan cipta), manusia berangsur-angsur akan dapat mencapai tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu bebas dari segala ikatan keduniawian untuk
bersatunya Atman dengan Bharman.
Untuk mencapai Moksa orang harus selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran
Agamanya. Kitab suci telah mengajarkan bagaimana caranya orang melaksanakan
pelepasan dirinya dari ikatan Maya dan akhirnya Atman dapat bersatu dengan
Brahman, sehingga penderitaan dapat dilebur dan tidak lagi menjelma atau lahir
kedunia ini sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia, sebagai
AWATARA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat
merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1. Apakah pengertian Moksa?
2. Bagaimana pencapaian Moksa?
3. Apa sajakan Tingkatan Moksa?
4. Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan
Masyarakat Biasa
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mebahas dan menambah
pengetahuan Agama Hindu yaitu tentang jalan untuk mencapai Moksa
khususnya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Jnana Marga Yoga,
agar Umat Agama Hindu memahami pengertian moksa maupun jalan untuk
mencapai moksa. Sehingga manusia yang beragama bisa menjalankan
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
1.4 Manfaat
Agar dapat memahami ajaran moksa dalam Agama Hindu.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Moksa
Moksa adalah suatu sradha dalam Agama Hindu, yang merupakan tujuan
hidup tertinggi agama hindu .Moksa berasal dari bahasa Sansekerta dari kata
Muc = membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian Moksa berarti:
Kelepasan dan Kebebasan. MOKSA merupakan terlepasnya Atman
dari belenggu Maya ( bebas dari pengaruh Karma dan Punarbawa ). Moksa
bersifat Nirguna tidak ada bahasa manusia yang dapat menjelaskan
bagaimana sesungguhnya alam Moksa itu. Alam moksa hanya dapat
dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya.Yang dimaksud kebebasan
dalam ajaran Moksa adalah terlepasnya Atma dariikatan Maya, sehingga
dapat menyatu dengan Brahman. Bagi orang yang telah mencapai moksa
atau ketentraman serta kebahagiaan yang kekal abadi berarti mereka telah
mencapai alam Sat Cit Ananda, yaitukebahagiaan yang tertinggi.
Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari
segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma
adalah roh, jiwa.
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang
disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa
hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam
kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebasan asal
persyaratan-persyaratan moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak
menunggu waktu sampai meninggal.
2.2 Pencapaian Moksa
Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan-persyaratan
tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan
norma-norma ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Dharma
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Purusa artha
dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk
menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada
dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan
bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam
wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana
ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi
disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi
oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.
Dalam zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang
sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah
meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah
tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar

dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada
pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada
sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam
melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk
latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara
pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan
melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama
Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Hyang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa ada
beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan
cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta).
Dengan melakukan latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin,
akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada
dalam diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka
kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan
kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Sang Hyang
Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang
termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma
Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang
sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari
kematian ke kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon
tuntunan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu
dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan
dan dipersembahkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, maka pekerjaan
tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan
pekerjaan tersebut dengan Sang Hyang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci
dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan
menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham
Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama
(Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan
kesejahteraan umat manusia (jagadhita).
Ciri-ciri orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah:
1.
Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2.

Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.

3.

Tidak terikat dengan keduniawian.

4.

Tidak mementingkan diri sendiri, selalu


mementingkan orang lain (masyarakat banyak).

Untuk mencapai moksa juga mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung dari


karma (perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaranajaran agama Hindu.
Tingkatan-tingkatan seseorang yang telah mencapai moksa dapat
dikatagorikan sebagai berikut:
1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan
meninggalkan mayat disebut Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan
tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas-bekas
misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rohani yang tidak
meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut Parama
Moksa.
4. Catur Marga
Untuk mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan
bakat dan bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada
juga yang menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh
untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga terdiri dari :
1.
Jnana Marga Yoga.
Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
sangat menentukan dalam pembangunan nasional disamping ilmu
pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga dengan
menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang
IPTEK, siapa yang menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai
dunia ini. Kata Jnana artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau
pengetahuan, Yoga berasal dari urat kata YUJ yang artinya
menghubungkan diri.
Jadi Janana Marga Yoga artinya jalan untuk mencapai persatuan atau
pertemuan antara Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas
pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan
pembebasan diri dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini kita
memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh
Sang Hyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau
pekerjaan yang sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat
yang diberikan oleh Tuhan adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya
yang merupakan hasil Karma kita dahulu sebelum kita Reinkarnasi
sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdikan diri di bidang ilmu
pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang dapat
membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai berikut. Pada zaman
sekarang banyak manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi
penyakit, banyak penyakit yang belum diketemukan obatnya seperti
AIDS, lever hati, tumor, kanker dan lain lainnya. Perkembangan ilmu
kedokteran tidak dapat mengejar penyakit-penyakit yang timbul dalam
masyarakat, peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan
tradisional sehingga angka kematian di negara kita sampai sekarang

masih cukup tinggi.


Para dokter yang bergerak dibidang kesehatan harus terus menerus
melakukan penelitian atau Research And Development (R&D) sehingga
semua kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan baik dan murah
dengan diketemukan obat-obat yang mujarab. Seseorang yang
mempunyai profesi dalam bidang kedokteran ini disebut dengan Jnana
Marga Yoga dimana ilmu yang diabdikan demi kepentingan umat
manusia.
2.
Karma Marga Yoga
Cara atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan
Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan
balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih sukaning
awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita
sebagai umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus
demi kepentingan masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan
untuk menikmati hasilnya, sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan
timbul keterikatan-keterikatan, kalau keterikatan-keterikatan telah
tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari kenyataan,
sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh utama
manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha, Kroda, Matsarya
(nafsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan, iri hati). Di dalam
Bhagawad Gita disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada
Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah pekerjaan yang benar tetapi jangan
ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan Krisna memberikan
wejangan kepada Arjuna agar jangan melihat hasilnya adalah, kita
sebagai pelaku benar-benar dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu
karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita
menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga
Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat
hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar-benar bijaksana
(Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka
atau gembira dan sedih.
Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir dari karma, hidup dalam
karma dan mati dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa
atau kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya
karmalah penyebab kelahiran, maka karma dalam kehidupan merupakan
masalah yang sangat penting.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut: Diumpamakan
badan kita adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya
yang menyebabkan jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah
tenaga manusia. Tanpa nafas dan tenaga, manusia tidak dapat berbuat
apa-apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat tergantung
dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery
(tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang
paling panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut
dengan jarum menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum jam.
Ketiga jarum akan berputar dengan kecepatan yang berbeda beda dan
saling ketergantungan satu sama lainnya, tetapi masing-masing jarum

akan berputar sesuai dengan fungsinya.


Apabila jarum detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan
mengikuti berputar hanya sekali, demikian saat jarum menit telah
berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian
seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum
detik kita umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum
menit kita umpamakan adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam
kita umpamakan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai suatu
kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat (berkarma)
baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan
perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita
merasa senang.
Apabila perasaan kita telah mencapai kesenangan terus menerus akibat
kita selalu berbuat (karma) baik terhadap seseorang, maka menyebabkan
kita akan mencapai kebahagiaan, sebab karma (perbuatan), perasaan, dan
kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga jarum jam berputar saling
ketergantungan satu sama lainnya.
Makin banyak kita berkarma baik maka perasaan dan kebahagian akan
selalu mengikuti seperti perputaran jarum jam, apabila jarum detik tidak
bergerak jangan harap jarum menit bergerak apalagi jarum jam
kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita selalu
berkarma baik.
3.
Bakti Marga Yoga.
Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya
Atman dengan Tuhan dengan melakukan sujud bakti kehadapan Hyang
WidhiWasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan, bersifat
tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun juga.
Bagi umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan
menyanyikan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang, bergaul dengan
orang-orang Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi pikiran setiap saat
kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang paling mudah dilakukan.
Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan mengucapkan
Gayatri Mantra tiga kali sehari.
Untuk menanamkan rasa Bakti kehadapan Hyang Widhi Wasa ,
sebaiknya anak mulai kecil dididik mengucapkan Mantra Gayatri dengan
memberi penjelasan makna dan arti masing-masing bait, sehingga
meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran-ajaran
kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal sebaiknya dibaca saja dan
usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar-benar meresap
dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan
renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri Mantra
Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita
seolah-olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan
Tuhan., sehingga kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan
dan kesejahteraan.Dalam melakukan Bakti Marga Yoga terutama
upacara piodalan di Pura-pura diseluruh Indonesia, masyarakat Hindu
sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara baku,
dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan

Mantra Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.


Pada saat Pendeta melakukan upacara piodalan juga dinyanyikan lagulagu warga sari sebagai pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa yang
mempunyai makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita
sudah mulai rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.
4.

Raja Marga Yoga


Jalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan
melalui Tapa, Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan
melakukan latihan-latihan untuk mengatasi Sad Ripu disebut dengan
Tapa, Brata, sebab apabila Sad Ripu kita sudah dapat kendalikan maka
jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu,
kita juga melakukan latihan-latihan untuk dapat menyatukan Atman
dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan Semadi, dengan melakukan
konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan dan suasana syandu
sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.
Sebagai ilustrasi dapat diceritakan sebagai berikut: Didalam suatu
pesraman di Hutan rimba ada seorang Rsi yang bernama Rsi Suka yang
memberikan dharma wecana kepada murid-muridnya yaitu yoga, semadi
diantara murid-muridnya ada seorang raja bernama raja Jenaka. Raja
Jenaka disamping mempunyai kerajaan yang sangat besar dan kaya juga
berkeinginan belajar spiritual (Yoga, semadi) kepada Rsi Suka yang
sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian-ujian yang diberikan
kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini
dengan meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua
keterikatan-keterikatan sehingga Atman menyatu dengan Brahman. Pada
suatu hari Rsi Suka agak terlambat memberikan dharma wecana
sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang sangat mendesak
yang tidak boleh diwakili. Rsi Suka dengan sengaja menunggu Raja
Jenaka, ingin menguji kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang
Sad Ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.
Dari pengamatan Rsi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan
kadang-kadang timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang
protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda-bedakan orang
biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan
Rsi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu
sehingga kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai
maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus
dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening sepi hanya suara jangkrik yang kedengaran, para
muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba-tiba Rsi dengan
berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya
pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta
dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenaka tidak bergeming
sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia
dalam Atman.
Rsi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah
beberapa murid-murid yang lari kembali bahwa dikota tidak ada

kebakaran dan Rsi pun memberikan penjelasan arti dari peristiwa


tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati
raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan
mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan Sad Ripu dan
berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan
peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi,
peristiwa kebakaran adalah rekayasa Rsi dan ini merupakan ujian dari Rsi
Suka. Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani
melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada
kemauan untuk menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin
tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.
Semua latihan-latihan ini membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan
iman dan tanpa pamerih. Pada akhir-akhir ini banyak generasi muda
sudah melakukan latihan-latihan Yoga dan Semadi, dan buku-buku
penuntun untuk yang baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup
banyak beredar di toko-toko buku, dan suasana ini sangat membantu bagi
umat hindu untuk belajar masalah spiritual melalui Raja Marga Yoga.
Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama
tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat memilih
dari keempat Marga Yoga tersebut tergantung dari bakat masing-masing
dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain semuanya akan
mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa
2.3 Tingkatan Moksa
Disebutkan ada beberapa tingkatan moksa yang diajarkan dalam ajaran
agama Hindu. Ajaran ini didasarkan pada keadaan atma dalam hubungannya
dengan Brahman. Adapun bagian-bagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1.
Jiwamukti.
Jiwamukti adalah tingkatan moksa ataua kebahagiaan/kebebasan yang dapat
dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atmanya tidak lagi
terpengaruh oleh gejolak indrya dan maya. Istilah ini dapat pula disamakan
maksudnya dengan samipya dan sarupya.
2. Widehamukti.
Widehamukti adalah tingkat kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang
semasa hidupnya, dimana atmanya telah meninggalkan badan wadagnya
(jasadnya), tetapi roh yang bersangkutan masih kena pengaruh maya yang
tipis. Tingkat keberadaan atma pada dalam posisi ini adalah setara dengan
Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari
pengaruh maya yang masih ada. Widehamukti dapat disejajarkan dengan
salokya.
3.
Purnamukti.
Purnamukti adalah tingkat kebebasan yang paling sempurna. Pada tingkatan
ini posisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman.
Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabila yang bersangkutan
sungguh-sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu
melepaskan diri dari keterikatan maya ini. Istilah Purnamukti dapat disamakan
dengan sayujya.

Secara lebih rinci sesuai uraian di atas tentang keberadaan tingkatan-tingkatan


moksa dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa macam tingkatan. Moksa dapat
dibedakan menjadi empat jenis yaitu: Samipya, Sarupya (Sadarmya), Salokya,
dan Sayujya. Adapun penjelasan keempat bagian ini dapat dipaparkan sebagai
berikut ;

1. Samipya
Samipya adalah kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang
semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para
Yogi dan Maha Rsi.
2. Srupya
Srupya merupakan moksa yang dilakukan di dunia ini karena
kelahirannya. Kedudukan atma pencerminan dari kemahakuasaan
Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Budha Gautama, dan Sri Kresna.
Walaupun Atma telah mencapai perwujudan tertentu namun ia
tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Slokya
Slokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma
dimana atma itu telah berada diposisi dan kesadaran yang sama
dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan Atma
telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari
Tuhan itu sendiri.
4. Sayujna
Sayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana
atma telah dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa
(Brahman). Dalam keadaan seperti ini sebutan Brahma Atma
Akyam yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya Tunggal.
Kalau dilihat dari kebebasan yang dicapai oleh Atma, maka
Moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh
seseorang tetapi masih meninggalkan bekas
berupa mayat atau badan kasar.
b. Adi Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh
sesorang dengan meninggalkan bekas-bekas
berupa abu.
c. Parama Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh
seseorang tanpa meninggalkan bekas.
Adapun untuk menyatukan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ada
delapan tahapan yang disebut dengan Astangga Yoga. Yang terdiri dari :
Yama.
Yama yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seorang dari segi
jasmani, misalnya, dilarang membunuh (ahimsa), dilarang berbohong (satya),
pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya (asteya), pantang melakukan
hubungan seksual (brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain
(aparigraha).
Nyama.

3
4

5
6
7
8

Nyama yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap
suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya
(mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bhakti
kepada Tuhan).
Asana
Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin
Pranayama
Pranayama, yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga
jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas) dan recaka
(mengeluarkan nafas).
Pratyahara
Pratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya,
sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
Dharana
Dharana, yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang
diinginkan.
Dhyana
Dhyna, yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu
obyek. Dhyana dapat dilakukan terhadap Ista Dewata.
Samadhi
Samaddhi, yaitu penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman) Bila
seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh ia akan
dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan.
Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk
mencapai moksa itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib
mempercayainya karena itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.
2.4 Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan
Masyarakat Biasa
Orang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada
gelombang kehidupan di dunia ini. Bagi orang yang telah mencapai jiwa
mukti bekerja adalah sebagai pemujaan Tuhan dan semua hasilnya diserahkan
kepada tuhan. Mereka mempunyai pandangan yang sama terhadap
keberhasilan dan kegagalan, terhadap suka dan duka, memiliki sifat cinta
kasih terhadap semua yang ada di dunia ini. Dalam hubungan iuni
renungkanlah sloka berikut:
Manmana bhava madhakta madyayi man namaskuru mam eva shyasi yuktvai
vam atmanam matparayanah.
Artinya:
Pusatkan pikiranmu padaku, berbakti padaku, disiplin pada dirimu sendiri
dan aku sebagai tujuan, engkau akan dating padaku.
Bagi seseorang yang telah mencapai jiwa mukti segala perbuatannya
dipandang telah berubah menjadi yoga dan dilakukan sebagai persembahan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini diucapkan oleh seseorang yang telah
mencapai jiwa mukti. Ia telah mempersembahkan setiap perbuatannya kepada
tuhan dan dengan demikian segala perbuatannya akan menjadi ibadah.
Sedangkan bagi masyarakat kebanyakan yang belum mencapai kesadaran

jiwa mukti, maka semua yang dikerjakannya merupakan sesuatu yang masih
terikat dengan hasilnya. Mereka menganggap, semua pekerjaannya dilakukan
oleh dirinya, maka itu dirinya masih dipenuhi sifat-sifat egoisme. Pekerjaan
yang dilandasi oleh rasa egoisme dapat mendatangkan malapetaka dan
penderitaan. Mereka belum mennydari sepenuhnya bahwa semua yang ada
ini dipenuhi oleh ketuhanan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kita dapat memahami pengertian moksa yang sebenarnya menurut
Agama Hindu.
2. Pencapaian moksa dapat dilakukan dengan jalan mendekatkan diri
dengan Tuhan.
3. Tingkatan moksa banyak diinginkan oleh semua orang agar tidak
terikat oleh duniawi.
4.

Kesimpulan dari pengertian moksa, kaitannya dengan catur marga


dan tingkatannya adalah pergunakanlah dengan sebaik-baiknya
kesempatan menjelma sebagai manusia, kesempatan yang sungguh
sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga,
segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah
hendaknya dilakukan.
Dalam hubungan ini hendaklah mereka yang telah mencapai jiwa
mukti dapat menuntun mereka-mereka yang belum mencapainya.
Sehingga hidupnya akan lebih berarti dan secara pelan tetapi pasti
akan menuju pada kesempurnaan.
Keempat jalan pencapaian moksa harus dilakukan dengan hati
yang sungguh-sungguh, moksa sebagai tujuan hidup spiritual
bukanlah merupakan suatu janji yang hampa melainkan merupakan
suatu keyakinan yang berakhir dengan kenyataan.

3.2 Saran - saran


1. Agar semua umat Hindu memahami pengertian Moksa.
2. Semua umat Hindu selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar mudah
pencapaian moksa.
3. Tingkatan Moksa Perlu dipahami semua umat.
4. Agar umat Hindu dapat membedakan orang yang telah mencapai jiwa
mukti dan masyarakat biasa.

DAFTAR PUSTAKA
Suwija.2010. Sari Kuliah Agama Hindu.Denpasar: Upada Sastra.
Supartha Sudha dkk. 2002. Agama Hindu. Jakarta: Ganeca Exact.
Oka Punyatmadja Ida Bagus. 1970. Panca Sradha. Denpasar: Parisada Hindu
Dharma.
Ida Bagus Sudirga, dkk.2007.Widya Dharma Agama Hindu:Ganeca Exact
Drs. I Gusti Made Ngurah, dkk. Pendidikan Agama Hindu Perguruan
Tinggi:Paramita.Surabaya
http://poorwords.blogspot.com/2010/01/moksa-kaitannya-dengan-catur-margayoga.html
http://udarajr.blogspot.com/2009/11/sradha-moksa.html
http://www.babadbali.com/canangsari/pa-moksa.htm
http://akuberagama.blogspot.com/2014/01/jalan-untuk-mencapai-moksamakalah.html
http://putu-dharmayasa.blogspot.com/2013/08/tingkatan-moksa_27.html
http://tugasinternetkampus.blogspot.com/2011/07/panca-srada.html

****

Nama : Ni Luh Gde Ari Astuti


No : 08
Kelas : XIIP4

SMK PARIWISATA MENGWITANI


TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai