Anda di halaman 1dari 46

sejarah dan budidaya stroberi

1. SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika.
Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara
Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas
dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F.
virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili.
Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x
annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah
Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di
Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung)
yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok
untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk
makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup
(compote) stroberi.
4. SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena
memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi.
Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai
banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut
adalah sentra penanaman stroberi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.
Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 810 jam
setiap harinya.
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis
yang memiliki temperatur 1720 derajat C.
Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
5.2. Media Tanam
Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur,
mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0,

sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.57,0.


Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari
permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah
merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun
kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
Perbanyakan dengan biji
Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan.
Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah,
pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas
media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan
disimpan pada temperatur18-20 derajat C.
Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng
sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media
persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi
pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2
tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
Bibit anakan : Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa
bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm
berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng persemaian
beratap plastik.
Bibit stolon : Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar
sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir
dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan
ke kebun.
Bibit untuk budidaya stroberi di polibag : Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan
dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang
(2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18
x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama.
Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
Keringanginkan selama 15-30 hari.
Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak
antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan
dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x
50 cm atau 50 x 40 cm.
Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.

Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak
antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm,
panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
Keringanginkan 15 hari.
Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100
kg/ha KCl.
Siram hingga lembab.
Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujungujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang
dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40
cm.
Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas
bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan
selesai dibuat.
6.3. Teknik Penanaman
Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis
anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang
sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman
yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
Penyiangan : Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa
plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah.
Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan
susulan.
Perempelan/Pemangkasan : Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas.
Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi
diremajakan setiap 2 tahun.
Pemupukan
Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis
anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian
ditutup tanah.
Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik.
Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap
tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
Pengairan dan Penyiraman : Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali
sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA


WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi
Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan |
Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan
TTG - BUDIDAYA PERTANIAN
STROBERI
( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

1. SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika.
Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara
Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas
dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
o Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Rosaceae

Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria spp.

Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F.
virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili.
Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x
annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah
Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di
Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung)
yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok
untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk
makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup
(compote) stroberi.
4. SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena
memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi.
Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai
banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut
adalah sentra penanaman stroberi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700
mm/tahun.
2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 810
jam setiap harinya.
3. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi
tropis yang memiliki temperatur 1720 derajat C.
4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
5.2. Media Tanam
1. Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur,
mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.

2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah
5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.57,0.
3. Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari
permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah
merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun
kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
1. Perbanyakan dengan biji
1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu
keringanginkan.
2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa
campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1).
Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai
ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur18-20
derajat C.
3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap
dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam
bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik
bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10
cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
2. Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus
berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai
berikut:
1. Bibit anakan : Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi
beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam
dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis
(1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.
2. Bibit stolon : Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua.
Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm

berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm
dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.
3. Bibit untuk budidaya stroberi di polibag : Pembibitan dari benih atau anakan/stolon
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan
pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari
anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar
ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai
menghasilkan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1. Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
1. Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
2. Keringanginkan selama 15-30 hari.
3. Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan
lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 3040 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
4. Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan
bedengan/ guludan.
5. Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. f) Buat lubang tanam dengan jarak 40
x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
2. Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
1. Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
2. Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan
dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar
atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar
bedengan 60 cm.
3. Keringanginkan 15 hari.
4. Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg
SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
5. Siram hingga lembab.
6. Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan
kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.

7. Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak
antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x
30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
8. Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
3. Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas
bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah
bedengan/guludan selesai dibuat.
6.3. Teknik Penanaman
1. Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
2. Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
3. Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran
(dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di
dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
4. Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman : Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam.
Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
2. Penyiangan : Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan
mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke
dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan
bersama pemupukan susulan.
3. Perempelan/Pemangkasan : Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus
dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak.
Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
4. Pemupukan
1. Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam
sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal
di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
2. Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang
baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam
200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.

5. Pengairan dan Penyiraman : Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2


kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak
mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan
air.
6. Pemasangan Mulsa Kering : Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada
bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal
35 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
o Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di
permukaan bawah daun.
o Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat.
o Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
2. Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
o Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi
tiga dan telur kemerah-merahan.
o Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur.
o Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18
EC.
3. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus
rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).
o Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung.
o Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau
Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.
4. Kutu putih (Pseudococcus sp.)
o Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal.
o Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.

5. Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)


o Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman.
o Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu.
o Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10
G.
7.2. Penyakit
1. Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
o Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.
o Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.
2. Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
o Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah
dipenuhi massa spora berwarna merah jambu.
o Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS,
Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
3. Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
o Gejala:
1. buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan
mengeluarkan cairan keruh;
2. di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium
jamur berwarna putih dan spora hitam.
o Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya
dengan mulsa plastik.
4. Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)
o Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar,
kadang-kadang layu terutama siang hari.
5. Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).

o Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti
tepung, bunga akan mengering dan gugur.
o Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.
6. Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)
o Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu
tua.
o Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.
7. Bercak daun
o Penyebab :
1. Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae,

Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna
coklat yang akan berubah menjadi putih;

2. Pestalotiopsis disseminata,

Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua
dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau
kekuningan, daun mudah gugur;

3. Rhizoctonia solani,

Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun.

Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti


Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB 21.

8. Busuk daun (Phomopsis obscurans).


o Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian
noda membentuk luka mirip huruf V.
o Pengendalian: dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
9. Layu vertisillium (Verticillium dahliae)
o Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dan
tanaman mati.

o Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.


10. Virus
o Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau.
o Gejala: terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis)
sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman
kerdil.
o Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman
terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan serangga pembawa virus.
Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kebun/tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus
hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga
tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang
sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan
pertumbuhan hama/penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya
dapat menurunkan serangan.
8. PANEN
Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelah tanam. Bunga
pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi
buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti.
8.1. Ciri dan Umur Panen
1. Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.
2. Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.
3. Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.
8.2. Cara Panen
Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen
dilakukan dua kali seminggu.
7.3. Perkiraan Produksi
Produktivitas tanaman stroberi tergantung dari varietas dan teknik budidaya:
1. Varitas Osogrande: 1,2 kg/tanaman/tahun.

2. Varitas Pajero: 0,8 kg/tanaman/tahun.


3. Varitas Selva: 0,6-0,7 kg/tanaman/tahun.
Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1-1,25 kg/tanaman/tahun.
9. PASCAPANEN
1. Pengumpulan : Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar,
simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan
buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di
atas rak-rak penyimpanan.
2. Penyortiran dan Penggolongan : Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik.
Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3
kelas kualitas buah yaitu:
1. Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna
dan kematangan buah seragam.
2. Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk dan
warna buah bervariasi.
3. Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas
I yang masih dalam keadaan baik.
3. Pengemasan dan Penyimpanan : Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau
putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan
dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1 derajat C.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya 1 hektar stroberi selama 2 tahun dengan jarak tanam 50 x 40 cm
mengunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1. Biaya produksi
1. Sewa tanah selama 2 tahun Rp. 5.000.000,2. Bibit 50.000 anakan @ Rp. 1.000,- Rp. 50.000.000,3. Pupuk dan kapur

Pupuk kandang 30 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.500.000,-

Urea: 2 x 200 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 600.000,-

SP-36: 2 x 250 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 900.000,-

KCl: 2 x 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-

Kapur: 4 ton @ Rp. 400.000 Rp. 1.600.000,-

Pupuk daun: 20 kg @ Rp. 20.000 Rp. 400.000,-

4. Pestisida 20 kg Rp. 1.300.000,5. Peralatan dan bangunan

Mulsa plastik 20 rol @ Rp. 300.000,- Rp. 6.000.000,-

Alat pertanian Rp. 1.250.000,-

Gubug 1 unit Rp. 1.000.000,-

6. Tenaga kerja

Pengolahan tanah, buat bedeng: 150 HKP @ Rp.7.500,- Rp. 1.125.000,-

Pupuk, kapur dan pasang mulsa 50 HKP Rp. 375.000,-

Penanaman 10 HKP + 30 HKW (@ Rp. 5.000) Rp. 225.000,-

Pemeliharaan 2 tahun 80 HKP + 100 HKW Rp. 1.100.000,-

Gaji pekebun 2 orang selama 2 tahun Rp. 12.000.000,-

7. Panen dan pascapanen

Panen dan pasca panen 100 HKP + 200 HKW Rp. 1.750.000,-

8. Lain-lain : Pajak dan iuran Rp. 500.000,9. Jumlah biaya produksi Rp. 89.985.000,2. Produksi 1 th/ha: 0,45 kg/tahun x 40.000 tanaman x Rp. 5.500,- Rp.198.000.000,3. Keuntungan selama 2 tahun Rp.108.015.000,- --> Keuntungan per tahun Rp.
54.007.500,-

4. Parameter kelayakan usaha : 1. Output/Input rasio (dalam 1 tahun) = 1,1


Keterangan: HKP Hari kerja Pria, HKW Hari kerja wanita.
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Buah stroberi enak rasanya, harum dan sangat menarik dipandang, jadi pertanaman stroberi bisa
atau berpotensi dijadikan kawasan agrowisata dimana pengunjung dapat memetik langsung buah
di bawah pengawasan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standard ini meliputi klasifikasi/penggolongan dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi :
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : Berdasarkan ukurannya, stroberi diklasifikasikan menjadi 4
kelas yaitu:

Kelas AA: > 20 gram/buah

Kelas A : 11-20 gram/buah

Kelas B : 7-12 gram/buah

Kelas C1 : 7-8 gram/buah

Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka
mekanis akibat benturan atau hama-penyakit.

11.4. Pengambilan Contoh


Satu partai/lot buah stroberi terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak
dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.
1. Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semua
2. Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurang-kurangnya 5
3. Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurang-kurangnya 7
4. Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurang-kurangnya 9

5. Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurang-kurangnya
10
Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah stroberi segar disajikan dalam bentuk lepasan, dibungkus bahan kertas, jaring plastik atau
bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjang bambu atau kotak karton/kayu/bahan
lain yang sesuai dengan atau tanpa penyangga, dengan berat bersih maksimum 10 kg. Pada
bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :
1. Produksi Indonesia.
2. Nama barang/kultivar.
3. Golongan ukuran.
4. Jenis mutu.
5. Nama Pprusahaan/eksportir.
6. Berat bersih/kotor.
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Livy Winata Gunawan, Ir. Stroberi. 1996. Penebar Swadaya. Jakarta
2. H.Rahmat Rukmana, Ir. 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius
Yogyakarta.
3. Onny Untung. 1999. Stroberi Pagi di Bali Sore di Jakarta. Trubus no. 350 hal. 52- 53.
4. Catatan Perjalanan Kunjungan Kerja Wakil Gubernur Ke Bali dan NTB
5.
6. ( Tulisan Pertama )

Perjalanan Roadmap kunjungan kerja Pemprov Sumbar yang dimotori oleh Wakil
Gubernur Muslim Kasim, Ketua Komisi II DPRD Sumbar Drs. Marlis dengan SKPD terkait,
Ka Badan Ketahanan Pangan Ir. Syahrial Syam, Kadis Koperidag dan UKM Ir. Afriandi
Laudin, Kadis Pertanian Holtikultura Ir. Djoni, Kepala BUMD PT ATS, Ramat Saleh, serta
Kadis Perindag, Kadis Ketahanan Pangan Solok, Kadis Perindag Agam, Kasubag Binaan
Industri Dinas Koperindag dan UKM Ir. Ronald , Msi, dan Kasubag Pemberitaan Biro

Humas dan Protokol Zardi Syahrir, SH. Kunjungan kerja ini dimaksudkan dalam rangka
mencari formasi-formasi baru yang mampu meningkat potensi produksi pertanian dan
perkebunan serta bidang perikanan usaha kelompok masyarakat. Kunjungan ke Provinsi Bali
dan NTB kali ini juga melakukan kunjungan pada tempat-tempat usaha UKM masyarakat
pada bidang pertanian, perkebunan dan industri kecil menengah. Pada kunjungan hari
pertama Wagub Muslim Kasim dan rombongan pada Kamis (21/4) ke lokasi Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaan Swadaya, kelompok Tani Karya sari desa candi Kuning di sekitar Danau
Beratan, Pertanian organic Golden Leaf Farm Desa Wanagiri Bedugul serta kunjungan pada
produksi pengolahan coklat Magic Chocolate di jalan Dewi Sri Gn.Salak 1/1 Batubulan
Gianyar Bali. Wakil Gubernur disela-sela perjalanan itu menyampaikan, dalam rangka
meningkatkan kualitas produk serta memanfaatkan hasil yang selama ini belum optimal
untuk kesejahteraan masyarakat, pemerintah Provinsi terus berupaya mencarikan solusi dan
langkah-langkah yang mampu memberikan sebuah motivasi dalam pengembangan potensi
produksi masyarakat. Dalam upaya tersebut kita mencoba membandingkan kegiatan
perkembangan daerah dan Negara lain untuk melihat secara dekat dalam pemberikan
alternative dan inovatif serta meningkatkan kreatifitas petani untuk meningkat kesejahteraan
mereka. Dengan penyaluran KUR tentu para petani dan masyarakat kita akan dapat terbantu
dalam permodalan guna meningkatkan usaha mereka. Selain itu kita juga perlu memberikan
masukan dan bentuk-bentuk produk lain dapat menjadi inspirasi bagi mereka, karena di
daerah-daerah lain seperti Bali dan NTB ini masyarakatnya memiliki produk yang kreatif,
bagi yang ada dan unggulan dimasyarakat kita tentu akan terus didorong, sedangkan hasil
produksi daerah lain yang belum ada dan itu amat baik sesuai dengan kondisi daerah akan
kita kembangkan lebih baik, sehingga menjadi milik produk masyarakat kita. Kita amat yakin
jika, masyakar kita mau berkerja dan bertekad merubah nasibnya agar lebih baik, semua jalan
akan dibukakan oleh Allah SWT. Daerah kita yang secara alam amat kaya dalam kualitas
tanah, air dan iklim yang baik hamper semua produk tanaman dapat tumbuh subur di daerah
ini, walaupun lahan terbatas, kita sesungguhnya bisa melipatkan ganda produksi dengan cara
pengelolaan yang baik dan kreatifitas peningkatan yang ada, harapnya. Saat kunjungan ke
lokasi Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya Kelompok Tani Karya Sari Desa Candi
Kuniang Bedugul merupakan Argowisata Strawberry Stop , merupakan pertanian
holtikultural Stroberry dan sayuran-sayuran. Tempat ini selain tempat pembibitan,
pelatihan juga merupakan tempa kunjungan wisata buah-buah yang dapat dinikmati langung
oleh para pengunjung. Daerah yang iklim dan sejuknya hamper sama dengan kondisi Alahan
panjang, Padang Panjang serta beberapa daerah di Kabupaten Agam dan 50 kota. Dilokasi ini
wakil gubernur dan rombongan disuguhkan makanan khas yang cukup enak Panking Cake
Ice Creem dan Jus Stroberry . Rasanya yang manis menyejukan, ada khas yang luar bisa,
sehingga hampir setiap orang yang berkunjung ke daerah ini tidak akan melewati lokasi ini.
Yang paling menarik kita perdapat disini adalah adanya swadana masyarakat, mereka tidak
terlalu mengharapkan bantuan pemerintah akan tetapi mereka berkerjasama dengan
pemerintah daerah setempat. Masyarakat Bali memang masyarakat yang pekerja keras dan
tekun dalam mengelola usaha sesuatu, walapun kehidupan mereka tetap sederhana dan
bersabahat. Argowisata Strawberry Stop yang dirintis oleh I Nyoman Suta dimulai dari usaha
sederhana,merupakan pekerjaan sambilan, karena pada saat itu masih aktif sebagai PNS aktif
di Dinas Kehutanan serta istri Dra Ketut Wasih sebagai Guru salah satu SMA di Bali. Pada
tahun 1986, mulai merintis usaha budidaya strawberry dan juga sebagai supplayer sayuran ke
hotel-hotel yang ada di Kuta sekitarnya serta juga mensuplay buah strawberry ke perusahaan

es cream seperti danamon salah satu perusahaan ice cream maju di Kuta, dan lain-lain.
Karena merasa usaha petanian dirasa cukup untuk menumpang hidupnya, maka kedua
pasangan ini mengundurkan diri sebagai PNS dan konsentrasi penuh pada usaha pertanian
dan menata lahan pertanian menjadi objek wisata yang dilengkapi dengan restoran dengan
menu utama buah strawberry. Usaha ini berkembang dengan baik dan telah mampu
meningkatkan kehidupannya serta menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi yang
saat ini telah berkerja di Askes sedang menempuh pendidikan S2 dan anak ketiganya sedang
kuliah di UNUD Denpasar. Kemudian I Nyoman Suta juga merintis kelompok tani untuk
mewadahi pertanian sekitarnya dengan nama Kelompok Tani Karya sari Candikuning I, yang
pada tahun 2009 lalu mendapat penghargaan dari Presiden Republik Indonesia SBY, sebagai
petani teladan nasional. Karena mendapat kunjungan dari berbagai daerah dan lembaga,baik
yang bertujuan pelatihan, study banding maka pada tahun 2008 dibentuklah Pusat Pelatihan
Pertanian dan Pedesaan Swadaya ( P4S) Hidayah Bali yang berintegrasi dengan Pontren AlHidayah Candikuning, sebagai symbol kehidupan teloransi antar umat beragama secara baik.
Adapun fasilitas Argowisata Strawberry Stop hingga saat ini antara lain, Restoran dengan
unggulan menu strawberry, ruang meeting/pertemuan, Green Hause Buah Strawberry, Green
Hause Tanaman Hias, Green Hause Bunga Kisan, Green Hause Cabe/ Pabrika, lahan tanaman
strawberry, Peternakan Kelinci, Pengolahan pupuk organic, Taman Bermain-bermain,
Penginapan, Guest Hause, dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya ( P4S).
Kelompok Tani Karya sari juga melakukan kerjasama dan binaan dengan beberapa kelompok
tani disekitanya, sehingga dengan demikian perkembangan hasil produksi pertanian
masyarakat sekitar juga terangkat dan saling memajukan kesejahteraan bagi masing-masing
petani. Dalam kesempatan tersebut Wagub Muslim Kasim dan Ketua Komisi II DPRD
Sumbar juga melakukan pendekatan pembicaan bagaimana program ini dilaksanakan pula di
salah satu daerah di Sumbar dengan melakukan study banding sekaligus pelatihan kepada
petani sebagai pilot proyek. Karena persoalan kewenangan maka daerah yang ditunjuk mesti
mempersiapkan dana pendamping, sedangkan pemprov akan bersifat memotivasi, membantu
dan mendorong pengembangan kegiatan ini yang tentu juga akan dibantu APBD Sumbar.
Mudah-mudah suatu ketika Sumbar mampu menjadi produsen buah strawberry yang terbaik,
dengan spesefika daerah dan kualitas produksi yang unggul dimasa-masa yang akan datang. (
bersambung )

Asparagus adalah tanaman sub tropis yang diambil rebungnya untuk dikonsumsi. Sup asparagus
adalah menu yang wajib tersedia di hotel dan restoran berbintang. Namun beda dengan sayuran
sub tropis lain seperti kol, brokoli, kentang dan wortel yang sudah dibudidayakan di Indonesia,
maka aspargus masih harus diimpor. Budidaya asparagus memang pernah dilakukan di kab.
Sukabumi dan Cianjur di Jawa Barat, serta kab. Mojokerto dan Malang di Jawa Timur. Namun,
budidaya asparagus secara besar-besaran pada tahun 1980an tersebut telah mengalami kegagalan.
Penyebab kegagalan tersebut ada beberapa hal.
Pertama, secara manajemen kelembagaan, perusahaan yang mengelola kebun asparagus tersebut
tidak terlalu profesional. Hingga terjadi sengketa intern, termasuk sengketa soal status
kepemilikan lahan. Kedua, karena faktor budidaya, maka rebung asparagus yang dihasilkan
belum bisa memenuhi persyaratan sesuai dengan standar pasar internasional. Pada waktu rebung
masih dalam kondisi lunak, ukurannya (diameter dan panjang) masih belum mencapai standar.
Sebaliknya, ketika ukuran standar telah dicapai, kondisi rebung telah berserat. Padahal, pada
waktu itu para pengusaha telah melakukan impor benih asparagus berupa semai (bukan biji)
secara langsung dari Negeri Belanda. Ketiga, biaya produksi rebung asparagus dalam skala
perkebunan besar, ternyata tidak mampu bersaing di pasar internasional. Padahal, pada waktu itu
semangat para investor rebung asparagus adalah untuk menjangkau pasar ekspor. Akibat dari
kendala-kendala tersebut, tahun 1990an kebun-kebun asparagus tadi telah tutup dan tidak lagi
beroperasi.
Sayuran sub tropis yang sampai saat ini berhasil dibudidayakan di Indonesia, semuanya
dikerjakan oleh rakyat dalam skala sangat mikro. Mulai dari kol, kentang, wortel, bawang daun,
seledri dan lain-lain. Bunga krisan, leli, gladiol, anyelir dan lain-lain yang memasok para floris,
juga dibudidayakan oleh rakyat dalam skala kecil sampai dengan menengah. Budidaya kentang
dan bunga yang pernah dilakukan dalam skala besar, misalnya dengan luas lahan di atas 50
hektar, hampir semuanya mengalami kegagalan. Budidaya krisan, gladiol dan leli di kawasan
Bandungan, Jawa Tengah misalnya, bisa eksis sampai sekarang karena dilakukan secara
tradisional oleh para petani dalam skala mikro (hanya ratusan m2). Bahkan, bunga krisan
tunggal, sebelum krisan spray populer, selalu dilakukan dalam petak sangat kecil yang diberi
naungan atap jerami padi. Leli putih malahan dibudidayakan di pinggir ladang jagung, di selasela singkong dan mawar tabur. Sampai sekarang Bandungan tetap secara rutin menghasilkan
bunga leli meskipun dalam volume yang sangat kecil.

Asparagus penghasil rebung, sebenarnya juga sudah sejak jaman Belanda tumbuh di kawasan
dataran tinggi, terutama di Bandungan, Tawangmangu dan Selecta. Namun asparagus yang
ditanam di pematang dan di sela-sela tanaman jagung serta sayuran ini, fungsinya untuk dipanen
daunnya sebagai tanaman hias. Daun asparagus adalah "hijauan" untuk ornamen rangkaian
bunga, sebelum ornamen lain seperti florida beauty diintroduksi dan populer. Sebenarnya,
asparagus yang ditanam untuk diambil daunnya, adalah jenis Asparagus setactus yang marambat.
Asparagus jenis ini banyak ditanam di teras rumah dan dirambatkan dengan tali, kawat atau
kayu.
Selain itu masih ada Asparagus densiflorus dan Asparagus umbellatus yang banyak dijadikan
elemen taman karena bentuk tajuknya yang tebal dan indah mirip ekor tupai. Juga Asparagus
falcatus yang daunnya besar-besar hingga sepintas tidak tampak sebagai asparagus. Barangkali
karena volume daun Asparagus setaceus tidak mencukupi untuk dipanen sebagai ornamen
rangkaian bunga, maka petani pun mensubstitusinya dengan Asparagus officinalis yang
merupakan tanaman penghasil rebung. Hingga masyarakat setempat pun tidak pernah mengenal
rebung asparagus ini sebagai bahan sayuran. Padahal, apabila dipanen dan dikumpulkan, rebung
asparagus hasil tanaman rakyat akan tetap bisa mamasok pasar. Sama halnya dengan bunga leli
mereka yang dengan volume sangat terbatas, tetap bisa mensubstitusi leli tanaman PTPN XII di
Pegunungan Ijen dan tanaman perusahaan-perusahaan besar di kawasan Puncak, Jawa Barat.
Tanaman asparagus (Asparagus officinalis), merupakan terna tahunan. Asparagus memiliki
batang dalam tanah (rizoma), yang akan menumbuhkan rebung asparagus. Sementara "batang"
yang tampak di luar tanah merupakan tempat tumbuhnya cabang, ranting dan daun. Daun
asparagus berbentuk jarum. Sepintas tanaman asparagus penghasil rebung ini mirip dengan
cemara. Namun tinggi tanaman hanya sekitar 1 m, dengan diameter batang hanya 1 cm. Dalam
satu rumpun asparagus, biasanya akan tumbuh 4 sd. 5 batang tanaman. Karena di Bandungan
asparagus dipanen daunnya, maka rebung yang tumbuh selalu dibiarkan menjadi individu
tanaman baru. Setelah mencapai ketuaan tertentu, maka daun asparagus akan dipanen dengan
cara dipotong mulai bagian pangkal batangnya. Pemanenan daun asparagus (juga rebungnya),
dilakukan dengan interval 1 sd. 1,5 di kawasan tropis, sementara di kawasan sub tropis antara 1,5
sd. 2 bulan.
Budidaya asparagus, dilakukan dengan benih yang berasal dari perbanyakan generatif melalui
biji. Asparagus berbuah buni berbentuk bulat dengan diameter 0,5 cm. Warna buah hijau ketika
masih muda dan akan berubah menjadi cokelat kehitaman ketika telah tua. Buah masak ditandai
dengan warna hitam serta lembeknya kulit buah dengan daging buahnya yang sangat tipis. Biji
asparagus juga berwarna hitam dengan kulit biji sangat keras. Untuk mempercepat
perkecambahan, biasanya petani melakukan perendaman biji dalam air hangat (suhu 40 - 45 C)
yang dicampur dengan zat perangsang tumbuh (ZPT), paling tidak selama 12 jam. Selama itu air
rendaman diganti 1 X untuk menjaga suhu serta ketersediaan oksigen. Dengan perendaman

demikian, perkecambahan benih bisa berlangsung lebih cepat, dengan tingkat keberhasilan lebih
tinggi.
Rebung asparagus sebenarnya merupakan ujung rizome yang akan tumbuh menjadi individu
tanaman baru. Rebung ini berwarna putih ketika masih berada dalam tanah, kemudian berwarna
hijau muda dengan pangkal agak kemerahan ketika sudah menyembul di permukaan tanah.
Rebung asparagus berdiameter sedikit lebih besar (lebih gemuk) dibanding dengan batang
dewasanya. Panen umumnya dilakukan ketika rebung tersebut masih berada di dalam tanah.
Warna rebung putih, masih sangat lunak dengan kulit yang juga lembut. Panjang rebung yang
dipanen antara 15 sd. 20 cm. Namun ada pula konsumen yang menghendaki rebung yang sudah
keluar dari permukaan tanah dan berwarna hijau.
Di kawasan tropis, tanaman asparagus akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan di kawasan
sub tropis. Sebab di kawasan sub tropis, fotosintesis hanya akan terjadi selama musim panas.
Sementara pada musim dingin, tanaman akan mengalami masa dorman (istirahat). Di kawasan
tropis, tanaman akan berfotosintesis penuh sepanjang tahun. Pada musim kemarau, apabila lahan
diberi pengairan cukup baik, maka produksi rebung akan lebih tinggi daripada pada musim
penghujan. Meskipun tidak berpengairan teknis, lahan-lahan vulkanis di pegunungan biasanya
akan tetap lembap pada musim kemarau. Hingga volume produksi rebung di kawasan tropis,
rata-rata juga lebih tinggi daripada produksi di kawasan sub tropis. Rata-rata produksi rebung
asparagus dengan budidaya monokultur akan menghasilkan sekitar 10 ton rebung segar per
hektar per tahun. Namun, budidaya asparagus secara monokultur dengan manajemen modern,
telah terbukti kurang efisien dibanding dengan budidaya secara tradisional oleh rakyat.
Di Indonesia, asparagus cocok dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian antara 600 sd. 1700
m. dpl. Misalnya di Brastagi (Sumut). Bukittinggi (Sumbar), Curub (Bengkulu), Puncak,
Selabintana, Lembang dan Pangalengan (Jabar). Baturaden, Dieng, Temanggung, Bandungan,
Kopeng dan Tawangmangu (Jateng), Kaliurang (DIY), Tretes, Selecta, Batu dan pegunungan Ijen
(Jatim), Bedugul (Bali), Sembalun (Lombok) dan Toraja (Sulsel). Kawasan ini bertanah vulkanis
yang gembur dan kaya bahan organik. Namun produksi asparagus akan bisa lebih optimal
apabila lahan diberi pupuk organik. Para petani sayuran di kawasan tersebut, biasanya
menggunakan pupuk kandang berupa kotoran sapi atau domba untuk menyuburkan lahan
mereka. Lahan gembur dan kaya bahan organik mutlak diperlukan oleh asparagus untuk
membentuk rizome dan memproduksi rebung.
Sayangnya, sampai saat ini asparagus tanaman rakyat ini tidak pernah dipanen rebungnya untuk
dipasarkan sebagai "sayuran elite". Padahal kebun-kebun asparagus skala besar telah tutup.
Hingga selama ini, hotel-hotel dan restoran bintang selalu menggunakan rebung asparagus
impor, terutama yang telah dikalengkan. Beberapa hotel bintang malahan secara rutin
mendatangkan rebung asparagus segar meskipun volumenya tetap sangat terbatas. Seandainya
hotel-hotel bintang ini bisa kontak dengan para petani asparagus di Bandungan, maka dua belah

pihak akan sangat diuntungkan. Konsumen akan memperoleh asparagus segar dengan harga
lebih murah daripada yang impor. Sementara petani akan mendapatkan harga yang baik
dibanding dengan memanen asparagus mereka untuk ornamen rangkaian bunga. (R) + + +

Budidaya Kentang
( Solanun tuberosum L. )
UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa
Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.
1.2. Sentra Penanaman
Sentra tanaman yang utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa
Timur), Bali. Produksi kentang pada tahun 1998 mencapai 1.011.316 ton.
1.3. Jenis Tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan
berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali
berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari.
Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Subdivisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Solanaceae
e) Genus : Solanum
f) Species : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di antaranya
Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. Varitas
kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis,
Cipanas dan Segunung .
1.4. Manfaat Tanaman
Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi
makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan
adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20

gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan
kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang.
Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah 9-10
jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi.
Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi akan terhambat
apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30 derajat C.
Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi
akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh
cendawan.
2.2. Media Tanam
Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah,
gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang
dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah.
Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di pegunungan-pegunungan.
Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung
varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang.
Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7.
2.3. Ketinggian Tempat
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan
ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000-1300 m dpl.
Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300-700 m dpl).

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan
Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi, perbanyakan melalui stek batang dan stek tunas
daun.
Umbi
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara
150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul.
Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 8095%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 derajat C.
Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas.
Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja.
Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.
Bila bibit diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang kita beli bersertifikat), berat antara
30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan.
Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam
umbi yang dibelah harus direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit.
Walaupun pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang lebih
sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut harus diperhitungkan secara ekonomis.
Stek Batang dan stek tunas
Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama. Bahan
tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam pot. Pengambilan stek
baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek
disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil
dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya.

3.2. Pengolahan Media Tanam


Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan
pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum
dibuat bedengan.
Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh

sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus
kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2
jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan
dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat
saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pemupukan Dasar
a) Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha
atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum
tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b) Pupuk anorganik berupa SP-36=400kg/ha.
3.3.2. Cara Penanaman
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan
anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram.
Jarak tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70 x 30
cm.
Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki
irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam
dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore hari.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun
dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat
dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah
disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut
tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang
sama.

3.4.2. Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan
dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan
pembentukan umbi.
3.4.3. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses
pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan
pembungaan.
3.4.4. Pemupukan
Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha
sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah
sebagai berikut:
Pupuk kandang: saat tanam 15.000-20.000 kg.
Pupuk anorganik
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg.
SP-36: saat tanam 400 kg.
KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman kentang.
3.4.5. Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin
tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah
sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman
kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi
selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).
3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis
daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2)
kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus bagi
tanaman kedelai. Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi,
menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman
menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: menggunakan tepung Sevin 85 S yang
dicampur dengan pupuk kandang.
Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah,
akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian: secara
kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP, Lammnate L.
Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi abu-abu
perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; (2)
secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau
Dicarzol 25 SP.

3.5.2. Penyakit
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau
kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini akan berkembang dan warnanya berubah menjadi
coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium.
Selanjutnya daun akan membusuk dan mati. Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP,
Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain.
Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk
tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: dengan cara menjaga
sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan bakterisida,

Agrimycin atu Agrept 25 WP.


Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu
dan kering. Pada bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna
coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: dengan cara
pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan.
Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian:
dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pengendalian kimia
dengan Benlate.
Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang biak di
daerah kering. Gejala: daun terinfeksi berbercak kecil yang tersebar tidak teratur, berwarna
coklat tua, lalu meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan,
kering, berkerut dan keras. Pengendalian: dengan pergiliran tanaman.
Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun
menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus
Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan
mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S
(PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan
pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan
mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A.
gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian:
tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan
menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit,
memberantas vektor dan pergiliran tanaman.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman.
Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan
varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuningkuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan

dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan
daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
3.6.2. Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada
saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi
kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu
kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
3.6.3. Prakiraan Produksi
a) Granola/Atlantis: produksi 35-40 ton/ha.
b) Red Pontiac: produksi 15 ton/ha.
c) Desiree: produksi 18 ton/ha.
d) DTO: produksi 20 ton/ha.
e) Klon no. 17: produksi 30-40 ton/ha.
f) Klon no. 08: produksi 25-30 ton/ha.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Penyortiran dan Pengolongan
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini
akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan
ukuran umbi (tergantung varitas).
3.7.2. Penyimpanan
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat penyimpanan
dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup
dan berventilasi.
3.7.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan
di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan.
3.7.4. Pembersihan
Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di
pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari
segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan
lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak

terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan
umbi selain itu juga akan menarik konsumen.
Keterangan: HKP hari kerja pria.
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Di awal krisis ekonomi harga komoditi kentang meningkat sampai lebih dari dua kalinya. Saat
ini ketika harga komoditi hortikultur lainnya seperti bawang daun dan cabe menurun drastis,
harga kentang di pasaran relatif masih sangat baik.
Kentang adalah salah satu komoditi hortikultura yang harganya relatif stabil dan tidak terlalu
tergantung musim. Harga yang stabil ini lebih menjamin masa depan agribisnis kentang daripada
komoditi hortikultura lainnya.
Walaupun Indonesia sudah mengekspor kentang ke Malaysia melalui Brastagi, peluang ekspor
ke negara lainnya harus diambil.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara pengujian
contoh, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2. Diskripsi
Kentang yang segar adalah umbi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh bersih dan
segar, sesuai dengan SNI-01-3175-1992
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam:
a) Kecil: 50 gram kebawah.
b) Sedang: 51-100 gram.
c) Besar: 101-300 gram.
d) Sangat besar: 301 gram ke atas.
Menurut jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan mutu II.
a) Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.

d) Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.


e) Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f) Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian Yang
meliputi:
Penentuan keseragaman ukuran kentang
Timbang seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan butir-butir
yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan timbanglah semuanya. Bila
presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang dari 5%
maka contoh dianggap seragam.
Penentuan kerataan permukaan kentang
Timbang seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam cuplikan.
Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari 10%
jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan rata.
Penentuan kadar kotoran
Timbanglah sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah
yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang disediakan khusus
untuk itu. Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat masing-masing.
Penentuan cacat pada kentang segar
Timbang seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan butir-butir yang
cacat dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir-butir yang cacat sama/kurang dari
50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap
Mutu II.
Penentuan ketuaan pada kentang segar
Timbanglah seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir yang
tua/cukup tua dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir contoh yang kulitnya
mengelupas beratnya lebih dari bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka cuplikan
dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap cukup tua.
5.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat berikut ini. Tiap kemasan
diambil contoh sebanyak 10 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur
merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi menjadi empat dan dua bagian diambil
secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 10 kg.

a) Untuk jumlah kemasan dalam lot 1 sampai 3, contoh yang diambil semua.
b) Untuk jumlah kemasan dalam lot 4 sampai 25, contoh yang diambil 3.
c) Untuk jumlah kemasan dalam lot 26 sampai 50, contoh yang diambil 6.
d) Untuk jumlah kemasan dalam lot 51 sampai 100, contoh yang diambil 8.
e) Untuk jumlah kemasan dalam lot 101 sampai 150, contoh yang diambil 10.
f) Untuk jumlah kemasan dalam lot 151 sampai 200, contoh yang diambil 12.
g) Untuk jumlah kemasan dalam lot 201 atau lebih, contoh yang diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih
lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
5.5. Pengemasan
Kentang disajikan dalam bentuk utuh dan segar. Dikemas dengan keranjang/bahan lain dengan
berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu kemudian diikat dengan tali
rotan/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan.
Di dalam keranjang atau kemasan diberi label yang bertuliskan :
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat netto.
e) Produksi Indonesia.
f) Negara/tempat tujuan.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Budi Samadi, Ir. 1997. Usaha Tani Kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Bonus Trubus no. 342. 1998. Analisis Komoditas Kebal Resesi.
Kembang Kol / Blum Kol
( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC)

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih
kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga

sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini
berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan
massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh
Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada
abad ke XIX.
1.2. Sentra Penanaman
Walaupun tanaman ini adalah tanaman dataran tinggi triopka dan wilayah dengan lintang lebih
tinggi, beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar khatulisiwa.
Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kubis bunga. Pusat Produksi tanaman
ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas. Tetapi saat ini kubis bunga mulai
ditanam di sentra-sentra sayuran lainnya seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan,
Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng (Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali).
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman kubis bunga adalah sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub divisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Keluarga : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea var. botrytis L.
g) Sub var : cauliflora DC
Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal
sebagai kubis bunga putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli.
Penentuan kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan warna massa bunga.
Kultivar lokal adalah kultivar Cirateun yang banyak ditanam di Lembang, sedangkan kultivar
introduksi adalah kultivar Farmers Early No 2 (umur panen 63 hari) dan Fengshan Extra Early
(umur panen 59 hari) asal Taiwan untuk dataran rendah sampai medium, Snown Crown asal
Jepang untuk dataran menengah dan dataran tinggi serta Tropical Early asal jepang untuk dataran
rendah.
1.4. Manfaat Tanaman
Walaupun biasanya hanya bagian massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran yang
mengandung mineral cukup lengkap, daun tanaman ini bisa dimakan dan rasanya manis tanpa
ada rasa pahit.

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
1. Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu
kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18 derajat C dan
maksimum 24 derajat C
2. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
3. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya
tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya
sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
2.2. Media Tanam
1. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat. Tetapi
tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
2. Kemasaman tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
3. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh
kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara
mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
2.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan
berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari
kotoran.
d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram

tergantung pada ukuran benih


f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:
1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang
dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan
tenggelam.
3. Rendam benih selama 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat
dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak
mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat
penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm
memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan
dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik,
jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat.
Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar
di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit
daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung.
Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm
dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi
bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah
halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak
semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah
penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama

saat pemindahan bibit ke lahan.


2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara
seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran
diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media
penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%.
Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar
plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan
zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan
ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15
hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai),
dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga
lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai
berikut: (1) buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1); (2) buat kotak
persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase;(3)
masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian


1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul
15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit,
dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman
pokok.
4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan
pestisida 1/2 dosis jika diperlukan.
5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput,
bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit

layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G,
Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit dipindahtanam ke lapangan setelah memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira berumur 1 bulan.

3.2. Pengolahan Media Tanam


3.2.1. Pembentukan Bedengan
Lahan dibersihkan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar, dicangkul sedalam 40-50 cm, lalu dibuat
bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar bedengan 40 cm. Pada lahan
miring perlu dibuat parit di antara bedengan tetapi jika lahan datar, parit ini tidak perlu dibuat.
3.2.2. Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis kapur yang sesuai
dengan nilai pH tanah tetapi umumnya berkisar antara 1-2 ton/ha dalam bentuk kalsit atau
dolomit. Kapur dicampurkan merata dengan tanah pada saat pembuatan bedengan.
3.2.3. Pemupukan
Pada saat pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 12,5-17,5 ton/ha pupuk kandang matang
ditambahkan dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000. Selain itu juga
diberikan pupuk dasar berupa ZA, urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg
disebar merata dan dicampur dengan tanah di bedengan. Setelah itu lubang tanam dibuat dengan
menggunakan cangkul.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam kubis bunga adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45 x 65
cm untuk kultivar tegak. Waktu tanam terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari
antara jam 03.00-05.00.
3.3.2. Cara Penanaman
Bibit di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya. Jika
digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan
bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di
dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah benar.

3.4. Pemeliharaan
3.4.1. Penyulaman
Jika ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman
berumur kira-kira 2 minggu.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan yang bersamaan dengan penggemburan dilakukan bersama-sama dengan pemupukan
susulan yaitu pada 7-10 hari setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst. Penyiangan dan
penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam agar tidak merusak
akar kubis bunga yang dangkal. Pada akhir pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga)
penyiangan dihentikan.
3.4.3. Perempalan
Perempelan tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga
yang terbentuk optimal. Segera setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian
rupa sehingga massa bunga ternaungi dari cahaya matahari. Penutupan ini berfungsi untuk
mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.
3.4.4. Pemupukan
Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak 3 kali.
1. Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 150 kg/ha
dan KCl 75 kg/ha di sekeliling tanaman sejauh 10-15 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
2. Pupuk susulan II diberikan 20 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha
dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 20 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
3. Pupuk susulan III diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150
kg/ha di larikan sejauh 25 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah. Bersamaan dengan pupuk
susulan III tanaman disemprot dengan pupuk daun dengan N dan K tinggi.
3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan secara rutin di pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman
dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan awal dan
pembentukan bunga.

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Ulat yang berwarna hijau ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan
tulang-tulang daun sehinggn daun berlubang.
2. Ulat Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat berwarna hijau bergaris punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi perut. Akibat
serangan ulat ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi bolong-bolong.
3. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)
Ulat menyerang tanama kubis dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman
sehingga tangkai daun atau batang rebah dan layu terutama di siang hari.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Kutu daun menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik
kotor. Biasanya, kutu ini hidup berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa bunga.
Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau.
5. Ulat jengkal (Trichoplusiana sp.) dan ulat grayak (Spodoptera sp.)
Ulat jengkal berukuran 4 cm, hijau pucat dan berpita merah muda pada tiap sisi badannya
sedangkan ulat grayak memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun pada musim kemarau sehingga
daun rusak, bolong-bolong meninggalkan tulang daunnya saja. Ulat grayak menyerang tanaman
beramai-ramai dalam satu kelompok besar.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman dengan
tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan
menggunakan pestisida baik yang biologis maupun kimiawi.

3.5.2. Penyakit
1. Busuk hitam
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih (seed born)
yang menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas gigitan
serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai,
bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk sehingga tidak dapat

dipanen.
2. Busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk lunak pada
tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah busuk hitam melalui luka pada pangkal
bunga yang hampir dipanen atau melalui akar yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau
pangkal bunga dengan tiba-tiba.
3. Akar bengkak
Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala: tanaman layu seperti kekurangan air
dan segar kembali di malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat dan kerdil serta tidak bisa
berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat pula ada bercak hitam di akar tersebut.
4. Bercak hitam
Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini menyerang daun dan bagian tanaman
lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak coklat muda atau tua bergaris konsentris. Pada akar,
batang dan tangkai terdapat bercak bergaris berwarna kehitam-hitaman.
5. Semai roboh (damping off)
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini biasanya menyerang persemaian
menyebabkan busuknya pangkal batang. Pengendalian: dapat dilakukan dengan melakukan bibit
yang bebas penyakit, merendam benih di air panas (50 derajat C) atau di dalam
fungisida/bakterisida selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam kultivar tahan
penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan serangga, melakukan
sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar bengkak), pengapuran pada tanah
masam dan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit.
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun
belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen
antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.
3.6.2. Cara Panen
Sebaiknya panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama
sebagian batang dan daunnya sepanjang 25 cm.

3.6.3. Perkiraan Produksi


Hasil panen per hektar antara 15-40 ton tergantung dari kultivar, populasi tanaman dan
pemeliharaan.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan sortasi.
3.7.2. Penyortiran
Sortasi dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu > 30 cm,
25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau
kamar dingin dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%. Pada ruanganruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak
jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga dipatahkan untuk
menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung daun dipotong.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN


4.1. Gambaran Peluang Agribisnis
Di Indonesia, kubis bunga termasuk salah satu sayuran yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas
karena harganya yang relatif lebih tinggi daripada sayuran lainnya. Budi daya tanaman kubis
bunga dalam skala yang lebih besar agaknya cukup menjanjikan mengingat saat ini Indonesia
sudah mengekspor bunga kol ke Hongkong, Jepang, Singapura dan Brunei.
Nilai gizi yang dikandung kubis bunga dapat dikatakan istimewa terutama kandungan
mineralnya. Dengan demikian sayuran ini dapat menarik perhatian konsumen terutama dari
kalangan menengah atas yang telah sadar akan arti kualitas makanan.

Lobak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
?

Lobak

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

(tidak
termasuk)

Eudicots

(tidak
termasuk)

Rosids

Ordo:

Brassicales

Famili:

Brassicace
ae

Genus:

Raphanus

Spesies:

R. sativus

Nama binomial
Raphanus sativus
L.

Lobak adalah tumbuhan yang termasuk famili: Cruciferae. Bentuk umbi lobak seperti wortel,
tapi isi dan kulitnya berwarna putih.
Tanaman lobak berasal dari negeri Cina, tapi, telah banyak diusahakan di Indonesia. Tanaman
mudah ditanam baik di dataran rendah maupun tinggi (pegunungan).

Saat ini daerah yang banyak ditanami lobak adalah dataran tinggi Pangalengan, Pacet, Cipanas,
dan Bedugul. Luas areal tanaman lobak di Indonesia saat ini berkisar 15.700 ha.
Tanah yang baik untuk tanaman lobak adalah tanah gembur, mengandung humus (subur) dan
lapisan atasnya tidak mengandung kerikil (batu-batu kecil).
Kemudian derajat keasaman tanah 5-6, sementara waktu tanam adalah musim hujan atau awal
musim kemarau. Namun kalau menanam pada musim kemarau, tanaman harus cukup air.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Cara Tanam

2 Pemeliharaan tanaman

3 Pemanenan

4 Manfaat lobak

[sunting] Cara Tanam


Lobak ditanam dari bijinya. Bibit lobak tidak perlu didatamgkan dari luar negeri (impor), cukup
dari hasil biji sendiri karena tanaman ini mudah berbunga dan berbiji. Biji-biji tersebut dapat
ditanam langsung di kebun tanpa disemai terlebih dulu. Untuk penanaman seluas 1 ha diperlukan
biji sebanyak 5 kg.
Menurut teori, untuk lahan seluas 1 ha diperlukan 4 kg biji dengan daya kecambah 75%.
Sebelum biji ditanam, lahan yang akan ditanami diolah terlebih dulu dengan dicangkul sedalam
30-40 cm, kemudian diberi pupuk kandang atau kompos 10 ton/ha. Setelah tanah diratakan,
dibuat alur dengan jarak antaralur 30 cm.
Sebaiknya alur tersebut dibuat membujur dari arah barat ke timur agar sinar matahari masuk ke
tanaman sebanyak-banyaknya. Selanjutnya biji-biji tersebut ditaburkan tipis merata sepanjang
alur, kemudian ditutup tanah dengan tipis-tipis. Biji akan tumbuh setelah 4 hari kemudian.
Setelah umur 2-3 minggu, tanaman mulai disiang sanmbil dibuat guludan. Guludan dibuat
dengan cara tanah di sepanjang barisan tanaman ditinggikan. Sambil tanah didangir, tanaman
diperjarang. Caranya tanaman yang tumbuh kerdil dicabut dan yang subur ditinggalkan.

Setelah diperjarang, jarak tanaman menjadi 10-20 cm. Pada umumnya petani jarang memberikan
pupuk buatan. Akan tetapi agar diperoleh hasil yang memuaskan, tanaman lobak sebenarnya
perlu diberikan pupuk buatan.
Pupuk buatan yang perlu diberikan adalah urea, TSP dengan perbandingan 1:2 sebanyak 6 g tiap
tanaman. Pupuk di kanan-kiri batang tanaman dengan jarak 5 cm. Dengan demikian, untuk
tanaman seluas 1 ha diperlukan 100 kg pupuk urea dan 200 kg TSP. Pupuk sebaiknya diberikan
pada waktu tanah didangir.

[sunting] Pemeliharaan tanaman


Tanaman lobak penting untuk dijaga dari kutu-kutu daun yang mungkin menyerang. Hama ini
dapat diberantas dengan semprotan insektisida, seperti Kelthin 0,2% atau Decis 2,5 EC 0,2-0,3%.

[sunting] Pemanenan
Hasil tanaman dapat dipungut setelah umbi-umbinya cukup besar, kira-kira setelah tanaman
berumur 2 bulan. Keterlambatan dalam memungut hasil akan menyebabkan umbi menjadi kayu
dan rasanya juga tidak enak (kapus-kapus). Jika hal tersebut terjadi, umbi lobak tidak akan laku
dijual.
Tanaman yang terawat dapat menghasilkan umbi 15-20 ton/ha. Bahkan ada jenis lobak yang
dapat menghasilkan umbi beratnya hingga mencapai 0,5-1 kg tiap tanaman dan rasa umbinya
pun enak dimakan.

[sunting] Manfaat lobak


Lobak dapat digunakan sebagai obat gangguan ginjal dan demam. Di samping itu, dapat pula
menghasilkan lender dalam kerongkongan sehingga baik sekali untuk obat batuk. Lobak,
terutama umbinya dapat dimakan mentah atau dibuat acar (asinan), tetapi umumnya dibuat
sebagai campuran soto.

GECKO MAAF
Intro : B F#m E G A B
B F#m
E
G A B
Sejenak hatiku perih melihat kamu
B F#m
E
G
A
B
sesaat bibirku tak mampu tuk berucap
B F#m
E
G A B
akankah terjadi semua yang ku pikirkan
B F#m
E
G
A
jiwaku tlah larut dalam kesedihan
Bridge :
C#m
E
ku tak sanggup menjalani
C#m E
G AB
ku tak sanggup semua ini
Reff :
B F#m
E
G A
B
maafkanlah.. hati ini.. ku hanya ingin kau tahu
B F#m
E
G
A B
ku tak bisa.. jauh darimu, ku mohon maafkan aku...
B F#m
E
G A B
sempatku berpikir kau bukanlah untukku
B F#m
E
G
A
dan kini ku tahu hanyalah khayalan
Bridge :
C#m
E
ku tak sanggup ( tak sanggup) menjalani
C#m
E
G A
B
ku tak sanggup ho.. uoho..uyea...
Reff :
B F#m
E
G A
B
maafkanlah.. hati ini.. ku hanya ingin kau tahu
B F#m
E
G
A B

ku tak bisa.. jauh darimu, ku mohon maafkan aku...


(maafkanlah hati ini..)
B F#m
E
G A B
ku tak bisa.. jauh darimu, ku mohon maafkan aku..
~ B F#m
E
G
A
B~
~ Sejenak hatiku perih melihat kamu..~

Anda mungkin juga menyukai