Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas rahmat
dan anugrah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai jadwal yang di inginkan.
Dalam artikel ini penulis mengakat judul Asas-asas Kepemimpinan Hindu.
Penyusunan artikel ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat terselesaikan dengan
baik karena berkat kerjasama yang baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak/sumber yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saransaran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
makalah-makalah yang selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

OM Santih, Santih, Santih, Om.

Baturiti, 6 November 2012

Penulis

I MADE EKO ADI SETIAWAN (11)


MADE OGI SADANA YOGA (19)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBAHASAN
2. Asas-asas Kepemimpinan Hindu

BAB III Penutup


3. Simpulan
4. Saran-saran

BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Dalam kehidupan zaman Kaliyuga seperti sekarang ini, tindakan manusia semakin
tidak terarah dan tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga sering terjadi penyimpanganpenyimpangan dalam aturan-aturan atau undang-undang, untuk mengatasi semua masalah
tersebut sangat diperlukan seorang pemimpin, untuk mengarahkan masyarakat agar bertindak
kearah yang benar.
Pemimpin adalah orang yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
masyarakat yang dipimpinnya, seorang pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat dalam
mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya, jadi seorang pemimpin harus mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjalankan semua tugas
dan kewajibanya sebagai pemimpin dan mampu mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya
. dalam makalah ini penulis akan menjelaskan beberapa hal tentang Asas-asas
Kepemimpinan Hindu.
Semoga dengan selesainya tugas ini kita dapat memaknai arti dari kepemimpinan ,dan
mampu mengaplikasikanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dapat melahirkan
pemimpin yang memilki karakter yang baik ,dalam membimbing masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik .

BAB II
Pembahasan

2. Asas-asas Kepemimpinan Hindu


Hindu sebagai agama tertua di dunia sudah tentu menjadi agama yang paling kaya akan
sastra-sastra agamanya. Berbagai macam jenis ajaran dimilikinya, semua itu terangkum
dalam kitab suci Weda. Weda adalah sumber tertua ajaran Agama Hindu.
1. Panca Dasa Pramiteng Prabhu
Dalam kitab Negara Kertagama, Rakawi Prapanca melukiskan keutamaan asas-asas
kepemimpinan yang patut di pedomani oleh setiap pemimpin.asas-asas kepemimpinan yang
tertuang dalam kitab Negara Kertagama tersebut sejalan dengan sifat-sifat pemimpin besar
bangsa Indonesia, yaiutu Gajah Mada sebagai maha patih kerajaan Majapahit. Dinyatakan
ada 15(lima belas) keutamaan sifat-sifat Gajah Mada menurut Rakawi Prapanca yang disebut
Panca Dasa Pramiteng Prabhu.
Panca Dasa Pramiteng Prabhu adalah lima belas macam sifat utama yang patut di
pedomanidan dilaksanakan oleh setiap pemimpin dalam memimpin masyarakat/bangsa dan
negaranya. Sifat-sifat pemimpin yang patut dipedomani oleh setiap pemimpin Hindu antara
lain:
a. Wijaya, artinya berlaku bijaksana dan penuh hikmat dalam menghadapi masalah
yang sangat penting.
b. Mantriwira, artinya bersifat pemberani dalam membela negara.
c. Wicaksanengnaya, artinya sangat bijaksana dalam memimpin.
d. Natanggwan, artinya mendapat kepercayaan dari rakyat dan negara.
e. Satyabhakti aprabhu, artinya selalu setia dan taat pada atasan.
f. Wakmiwak, artinya pandai berbicara baik di depan umum maupun berdiplomasi.
g. Sarjawaupasawa, artinya bersifat sabar dan rebdah hati.
h. Dhirotsaha, artinya bersifat teguh hati dalam segala usaha.
i. Teulelana, artinya bersifat teguh iman, selalu riang atau optimis dan antusias.
j. Dibyacita, artinya bersifat lapang dada atau toleransi dapat menghargai pendapat
orang lain.
k. Tansatresna, artinya tidak terikat pada kepentingan golongan /pribadi yang
bertentangan dengan kepentingan umum.
l. Masihsatresnabhuwana, artinya bersifat menyayangi isi alam
m. Ginengpratidina, artinya setiap hari berusaha berbuat baik dan berusaha tidak
mengulangi perbuatan-perbuatan buruk.
n. Sumantri, artinya bersifat menjadi abdi negara dan penasihat yang baik.
o. Anayakenmusuh, artinya mampu membersihkan musuh-musuh negara.

2. Sad Warnaning Raja Niti


Ajaran Sad Warnaning Raja Niti merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran
kepemimpinan Hindu. Disebutkan bahwa ini adalah salah satu syarat mutlak yang harus di
pedomani bagi seorang yang kehendak menjadi pemimpin.
Sad Warnaning Raja Niti adalah enam kesan, corak, dan sifat yang utama sebagai persyaratan
kepemimpinan bagi seotang raja atau pemimpin yang harus dilaksanakan dalam
kepemimpinannya guna memimpin bangsa dan negara. Adapun yang merupakan bagianbagian dari Sad Warnaning Raja Niti sebagai ajaran kepemimpinan Hindu, antara lain:
a. Abhigainnika, artinya seorang pemimpin harus mampu menarik perhatian yang
positif dari masyarakat, bangsa, dan negara yang dipimpinnya.
b. Prajna, artinya seorang pemimpin harus memilika daya kreatif yang benar sesuai
dengan dharma guna memimpin bangsa dan negara ini.
c. Utsaha, arttinya seorang pemimpin harus memilikidaya kreatif yang luhur untuk
memajukan kepentingan masyarakatnya.
d. Sakya Samanta, artinya seorang pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya
dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang di pandang kurang baik untuk menjadi lebig
baik.
e. Atma Sampad, artinya pemimpin harus memiliki moral yang baik dan luhur yang
dapat dipedomani oleh bawahannya dan masyarakat yang dipimpinnya.
f. Aksudra Parisatha, artinya seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
memimpin persidangan para menterinya dan menarik kesimpulan yang bijaksana,
sehingga dapat di terima oleh semua pihak.
Sebagaimana yang disebutkan di atas itu hendaknya dapat di pahami, dihayati, dan di
amalkan oleh para pemimpin di masyarakat dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian
tujuan yang ingin di capai dalam mengantarkan bangsa dan negara ini dengan mudah
dapat tercapai.

3. Panca Upaya Sandhi


Panca Upaya Sandhi berarti lima macam usaha dan upaya yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan serta tantangan yang
menjadi tanggung jawabnya. Ajaran Panca Upaya Sandhi tersurat dalam lontar Siwabuddha
Gama Tattwa.
Bagian-bagian dari ajaran Panca Upaya Sandhi yang di maksud adalah sebagai berikut:
a. Maya, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki dan melakukan upaya dalam
pengumpulan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukan dan profesinya,
sehingga dapat di lakukan penataan lebih lanjut untuk mencapai kesempurnaan.

b. Upeksa, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan untuk
meneliti dan menganalisis semua data dan informasi yang ada, sehimgga semua
permasalahan yang dihadapi itu dapat diletakkan pada proporsinya masing-masing.
c. Indrajala, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan
untuk mencarikan jalan keluar setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
yang dipimpinnya.
d. Wikrama, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan
untuk melaksanakan semua rencana dan rumusan yang telah diprogramkan
sebelumnya. Dengan demikian, masyarakat yang dipimpinnya menjadi bertambah
percaya akan program selanjutnya.
e. Logika, artinya seorang pemimpin dalam melaksanakan semua tindakannya,
hendaknya selalu didahului dengan pertimbangan nalar yang sehat dan dapat di terima
oleh masyarakat kebanyakan. Segala sesuatu yang diupayakannya bukan didasarkan
pada emosi semata.

4. Nawa Natya
Nawa Natya dapat di artikan sembilan sifat dan sikap teguh serta bersusila yang harus
dimiliki oleh para pemimpin dan oleh para pembantu-pembantunya, guna mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan bangsa dan negara yang di pimpinnya.
Sifat dan sikap yang mulia yang di maksud, sebagai di uraikan dalam bagian-bagian dari
ajaran Nawa Natya antara lain sebagai berikut:
a. Pradnya Widagda, artinya seorang yang bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu
pengetahuan serta teguh pendirian.
b. Wira Sarwa Yudha, artinya pemberani, pantang menyerah dalan
menghadapiberbagai masalah atau tantangan.
c. Paramartha, artinya para pemimpin hendaknya memiliki sifat yang mulia dan luhur.
d. Dhirotsaha, artinya para pemimpin hendaknya memiliki ketekunan dan keuletan
dalam semua pekerjaannya.
e. Pragiwakya, artinya para pemimpin pandai berbicara di depan umum dan pandai
berdiplomasi.
f. Samaupaya, artinya para pemimpin hendaknya setia pada janji yang di buatnya
dengan pihak lain atau masyarakat.
g. Laghawangartha, artinya para pemimpin hendaknya tidak bersifat pamrih terhadap
harta benda di dalam hidup ini.
h. Wruh ring Sarwa Bastra, artinya para pemimpin tahu cara mengatasi macam-macam
kerusuhan.

i. Wiweka, artinya para pemimpin dapat membedakan mana yang benar dan mana yang
salah.

BAB III
Penutup
3. Kesimpulan
Demikian lah pemimpin dalam kepemimpinannya. Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin
bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain atau
memimpin orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal .

4. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri, kita dapat menggunakan asas-asas kepemimpinan Hindu sebagai landasan untuk
menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki sifat dan sikap kedewataan .
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Anda mungkin juga menyukai