Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan sesuatu yang sangat
pribadi bagi manusia. Namun secara konseptual, sadha adalah suatu bentuk
keyakinan dalam ajaran Buddha yang diawali dengan
penyelidikan/penelitian atau “datang dan melihat” (ehipassiko) agar tidak
mengarah pada keyakinan buta.Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa tidak sama dengan kepercayaan terhadap keberadaan Amerika atau
kepercayaan terhadap bumi yang bulat.Keyakinan ini tidak mengubah sikap
atau perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.Namun keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang sehari-
hari dalam bentuk pengabdian (attasanniyyana).
Untuk Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha kita menemukan sabda
Buddha dalam Udana VIII,3 tercantum sebagai berikut: “Kalian tahu, para
bhikkhu, bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak terwujud, tidak
diciptakan, mutlak.Jika ia tidak dilahirkan, tidak terwujud, mutlak, maka
mustahil bagi kita untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan, penjelmaan,
dan kemunculan dari sebab-sebab masa lalu.Karena ada yang tidak
dilahirkan, tidak terwujud, tidak diciptakan dan mutlak, maka adalah
mungkin untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan
kemunculan dari sebab-sebab masa lalu.
Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka berisi hal hal yang berkaitan dengan peraturan bagi para Bhikkhu &
Bhikkhuni. Vinaya Pitaka terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Sutta Vibhanga, berisi peraturan bagi para Bhikkhu dan bhikkhuni. Bhikkhuni
Vibhanga berisi peraturan serupa bagi para bhikkhuni, tetapi jumlahnya lebih
Banyak.
2. Khandhaka, terdiri atas Mahavagga dan Culavagga. Kitab Mahavagga berisi
Peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara pentabhisan bhikkhu,
upacara Uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru dimana
dibacakan Patimokkha ( peraturan disiplin bagi para bhikkhu), peraturan
tentang tempat tinggal selama Musim hujan ( vassa), upacara pada akhir
vassa (pavarana), peraturan-peraturan Mengenai jubah Kathina setiap tahun,
peraturan-peraturan bagi bhikkhu yang Sakit, peraturan tentang tidur, tentang
bahan jubah, tata cara melaksanakan Sanghakamma ( upacara Sangha), dan
tata cara dalam hal terjadi perpecahan. Kitab Cullavagga berisi peraturan
untuk menangani pelanggaran-pelanggaran, tata Cara penerimaan kembali
seorang Bhikkhu kedalam Sangha setelah melakukan Pembersihan atas
pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah Yang timbul,
berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, mengenakan jubah,
Menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya,
Mengenai perpecahan kelompok-kelompok Bhikkhu, kewajiban guru (Acariya)
Dan calon bhikkhu ( samanera), pengucilan dari upacara pembacaan
patimokkha, Pentabishan dan bimbingan dari bhikkhuni, kisah mengenai
pasamuan agung Pertama di rajagaha, dan kisah mengenai pasamuan agung
kedua di vesali.
3. Kitab Parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan
Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam
Pengajaran dan ujian.
Abidhamma Pitaka
Abidhamma Pitaka berisi filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan
mencakup berbagai bidang seperti jiwa, logika, dan metafisika. Abidhamma Pitaka
terbagi menjadi 7 yaitu :
1. Dhammasangani, terutama menguraikan etika dilihat dari sudut pandangan
ilmu Jiwa.
2. Vibhanga, menguraikan apa yang terdapat dalam buku Dhammasangani
dengan Metode yang berbeda. Buku ini terbagi menjadi delapan bab ( vibhanga),
dan Masing-masing bab mempunyai tiga bagian : Suttantabhajaniya,
Abidhannabhajaniya, dan Pnnapucchaka atau daftar pertanyaan-pertanyaan .
3. Dhatukatha, terutama membicarakan mengenai unsur-unsur batin.
4. Puggalapannati, menguraikan mengenai jenis-jenis watak manusia (puggala),
Yang dikelompokkan menurut urutan bernomor, dari kelompok satu sampai
Dengan sepuluh, seperti sistem dalam kitab Anguttara Nikaya
5. Kathavatthu, terdiri atas 23 bab
6. Yamaka, terbagi menjadi sepuluh bab ( yang disebut Yamaka)
7. Patthana, menerangkan berbagai “ sebab-sebab) yang berkenaan dengan 24
Paccaya ( hubungan-hubungan atara batin dan jasmani)
Selain itu, ada tiga hal lagi yang juga harus diperhatikan agar Amisa Puja
dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Ketiga hal tersebut yaitu :
a. Vatthu sampada: kesempurnaan materi
b. Cetana sampada: kesempurnaan dalam kehendak
c. Dakkhineyya sampada : kesempurnaan dalam obyek pemujaa
b. Patipati puja
2.2.sarana puja
2.2.2 VIHARA
Vihara adalah tempat untuk melaksanakan puja disertai sarana yang
lengkap dan memiliki fungsi tersendiri
a. Uposathagara juga bisa disebut Sima adalah tempat
perkumpulan para Bhikkhu untuk melaksanakan kegiatan
Sangha yaitu “Sanghakamma” dan juga merupakan bangunan
untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
penerangan vinaya misalnya upacara penahbisan seseorang
menjadi Bhikkhu, pembacaan aturan kebhikkhuan dan
rehabilitasi kesalahan sedang dari para Bhikkhu
b. Dhammasala adalah tempat untuk melaksanakan puja bakti
yaitu membaca paritta, melakukan meditasi, pembabaran
dharma dan lain sebagainya
c. Kuti adalah tempat tinggal para bhikkhu, bhikkhuni serta
samanera dan samaneri
d. Perpustakaan adalah tempat koleksi buku agama Buddha dan
bacaan umum serta audio CD dan DVD
e. Pohon Bodhi, ada beberapa vihara yang memiliki pohon bodhi
guna mengingat para umat Buddha akan pencapaian
penerangan sempurna oleh Sang Buddha
2.2.4 Stupa
Stupa adalah tempat untuk menyimpan relik Buddha, para Arahat siswa
Buddha. Sikap fisik dalam melaksanakan puja biasanya adalah dengan ber-
anjali ( merangkapkan kedua tangan di depan dada), namakara (bersujud
tiga kali dengan lima titik menyentuh lantai) ataupun padakhina (tangan
beranjali, berjalan mengelilingi obyek penghormatan dari kiri ke kanan,
dilakukan tiga kali dengan pikiran tertuju pada Tiratana.
2.3 Hari Raya Agama Buddha
Dalam kitab suci Tipitaka diuraikan mengenai empat hari suci agama Buddha,
yaitu:
2.3.1 Magha Puja
Magha Puja adalah hari suci agama Buddha yang memperingati 4
peristiwa penting yaitu berkumpulnya 1250 Bhikkhu tanpa
pemberitahuan, semuanya telah mencapai Arahat, memiliki enam
abhinna dan ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan “Ehi Bhikkhu”
Peristiwa ini dinamakan Caturangga-sannipata, yang berarti pertemuan
besar para Arahat yang diberkahi dengan 4 faktor seperti diatas. Peristiwa
penting ini hanya terjadi satu kali dalam kehidupan Sang Buddha Gotama
yaitu pada saat purnama penuh di bulan Magha ( Februari), tahun 587 SM
(9 bulan setelah Sang Buddha mencapai Bodhi).
2.3.2 Waisak
Waisak memperingati 3 peristiwa penting pada Buddha Gotama, yaitu:
1. Pangeran Sidharta lahir di taman Lumbini tahun 623 SM
2. Pertapa Gotama mencapai bodhi atau penerangan sempurna di Bodhi
Gaya pada usia 35 tahun.
3. Buddha Gotama mencapai Parinibbana (mangkat) di Kusinara pada usia
80 tahun. Peristiwa suci waisak mengajak umat Buddha untuk
merenungkan dan menghayati kembali perjuangan hidup Buddha Gotama.
2.3.3 Asadha
Peristiwa Asadha merupakan peristiwa yang mempunyai arti penting,
bahkan mempunyai nilai keramat bagi kemanusiaan. Sebab, dengan
terjadinya peristiwa Asadha itulah, maka sampai saat ini umat Buddha
masih dapat mengenal Buddha Dhamma yang merupakan rahasia hidup
dan kehidupan ini.
Hari suci Asadha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:
1. Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa di Taman
Rusa
Isipatana
2. Terbentuknya Sangha Bhikkhu yang pertama
3. Lengkapnya Tiratana/Triratna
2.3.4 Kathina
Kathina adalah hari suci agama Buddha yang dirayakan pada akhir masa
vassa dan disini juga sekaligus waktu bagi para umat Buddha untuk
berdana kepada para Bhikhhu sebagai tanda rasa syukur. Para Bhikkhu
hanya mempunyai 4 kebutuhan pokok yaitu Civara ( Jubah ), Pindapata
( Makanan ), Senasana ( Tempat Tinggal ), Gilanapaccayabhesajja ( Obat-
Obatan )
Dari keempat hari suci tersebut, hanya hari suci waisak yang telah
ditetapkan sebagai hari libur nasional di Negara Indonesia oleh
Pemerintah dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
tahun 1983. Hari suci Waisak mulai menjadi hari libur nasional sejak
waisak 2527 yang jatuh pada tanggal 27 Mei 1983.
Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu
gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparagoyana, seribu
Uttarakuru, seribu Pubbavideha, empat ribu maha samudera, empat ribu
maharaja (manusia), seribu Tusita, seribu Nimmanarati, seribu
Paranimmitavassavatti dan seribu alam Brahma. Ananda inilah yang
dinamakan Sahassi Culanikalokadhatu. Ananda, seribu kali Sahassi
Culanikalokadhatu dinamakan Dvisahassi Majjhimalokadhatu. Seribu
Dvisahassi Majjhimalokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi
lokadhatu. Dan bila Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkn
suaranya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun
melebihi itu lagi." (Ananda Vagga, Anguttara Nikaya)
Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa
yang lama sekali. ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi,
umumnya makhluk-makhluk terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya);
disana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi
kegiuran,memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa,
hidup dalam kemegahan. Mereka hidup demikian dalam masa yang lama
sekali.
Pada waktu itu bumi kita ini semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak
ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang
maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan, siang dan malam belum
ada, laki-laki dan perempuan belum ada. Makhluk- makhluk hanya
dikenal sebagai makhluk-makhluk saja. Vasettha, cepat atau lambat
setelah suatu masa yang lama sekali bagi makhluk-makhluk tersebut,
tanah dan sarinya muncul keluar dari dalam air.
Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan
masuk ke dalam dirinya. Makhluk-makhluk lainnya mengikuti contoh
perbuatannya, mencicipi sari-sari tanah itu dengan jari, makhluk-
makhluk mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan sari tanah
tersebut dengan tangan mereka.
Dan dengan melakukan hal ini, maka cahaya dalam tubuh makhluk-
makhluk itu lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka
matahari, bulan, bintang-bintang dan
konstelasi-konstelasi nampak, siang dan malam terjadi. Demikianlah
vasettha, sejauh bumi terbentuk kembali.
sebagai berikut: Para bhikkhu, bentuk apapun tidak kekal, goyah, dan
tidak tetap. Akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun atau ratusan
tahun, tidak ada hujan. Kalau tidak ada hujan, maka semua bibit
tanaman, pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering. dan mati.
Selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama,
matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut,
kering dan tiada. Selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu akhir masa
yang lama, matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar seperti
Gangga dan Yamuna surut, kering dan tiada.
Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir
masa yang lama, matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan
Gunung Sineru terbakar, menyala berkobar-kobar dan menjadi sebuah
bola api yang berpijar, akibatnya bumi hangus total tanpa ada bara
maupun debu yang tersisa, bagaikan mentega atau minyak yang terbakar
hangus tanpa sisa. (Sattakanipata, Anguttara Nikaya)
Ketuhanan Yang Maha Esa diterima dalam agama Buddha dan tergolong
dalam bidang Lokuttara, mengatasi semua alam dan tidak terbatas, yang
tidak mungkin dilukiskan dengan bahasa manusia yang terbatas.
6.1 Bhavana
adalah sinonim dengan bhavana, yang berarti pengembangan batin.
Bhavana terdiri dari dua macam, yaitu Samatha Bhavana dan Vipassana
Bhavana.
2. Lokuttara Abhinna
6.4.1 Sotapanna
Sotapanna diberikan kepada seseorang yang telah mendapatkan
pemahaman tentang Kesunyataan Luhur sampai pada suatu tahap
tertentu yang dimulai dengan pandangan aci sbg suatu landasan.
Sotapanna, orang suci yang paling banyak akan terlahir tujuh kali lagi.
6.4.2 Sakadagami
Sakadagami, orang suci yang paling banyak akan terlahir sekali lagi.
6.4.4 Arahat
7. Konsep Keselamatan
7.1 Ortodoks, keselamatan sepenuhnya tergantung dari pengampunan
Ortodoks : segala kebahagiaan dan penderitaan yang terjadi atas
kehendak atau maunya Tuhan, dalam arti apapun yang dilakukan oleh
manusia tidak berarti, aktif atau pasif, Tuhanlah yang menentukannya
7.2 Heterodoks, keselamatan dapat terjadi sebab adanya pengampunan dan
usaha
Heterodoks : segala sesuatu memang ditentukan oleh Tuhan namum
manusia juga harus memiliki usaha agar tercapai keinginan manusia itu
sendiri
7.3 Independen, keselamatan sepenuhnya tergantung dari usaha manusia
Independen : Buddhisme, 100% kebahagiaan dan penderitaan berasal dari
dalam diri manusia itu sendiri