Anda di halaman 1dari 22

ENAM MACAM KEYAKINAN

DALAM AGAMA BUDDHA (SAD


SADDHA)

Disusun oleh:
Tim Dosen Agama Buddha
Saddha (Pali: saddhā; Skt: śraddhā)  adalah keyakinan berdasarkan
pengetahuan dari hasil verifikasi atau pemeriksaan atau penyelidikan
awal berupa hipotesis (anggapan benar) terhadap ajaran (konsep,
gagasan, dll.)
Lebih jauh tentang pengertian Saddha secara tepat.

• Keyakinan atau saddhā yang mengakar secara dalam pada wawasan


yang beralasan/berdasar (Pali: ākāravatā saddhā dassanamūlika)
adalah keyakinan yang kokoh yang tidak terkalahkan oleh siapa
pun. Keyakinan ini merupakan keyakinan yang didasari oleh
kebijaksanaan (Pali: pañña; Skt: prajñā). Dengan kebijaksanaan atau
disebut indria kebijaksanaan (Pali: paññindriya) maka saddhā pada
diri seseorang akan stabil.
Tuhan Yang
Maha Esa

Nibbana Tiratana

Sad Saddha/ Saddha


Enam Keyakinan
Arahat,
Bodhisatta & Tripitaka
Dewa

Hukum
Kesunyataan
1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa

• Setiap agama apapun bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa,


meskipun makna dan pengertian yang diberikan oleh setiap agama
terhadap Tuhan berlainan antara agama yang satu dengan agama
yang lain. Demikian juga agama Buddha meyakini Tuhan Yang Maha
Esa tidak sama dengan meyakini benua atau hal yang lain.
Konsep yang Udana VIII.3:
• Dalam Kitab Udana VIII.3 Buddha bersabda sebagai berikut :

“ Para bhikkhu ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak


tercipta, yang Mutlak. Dan Para bhikkhu, bila tidak ada yang tidak
dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang Mutlak, maka tidak
dapat tergambarkan dalam bentuk apapun”. 

Kitab Udana VIII,3 terdapat dalam Sutta Pitaka bagian Khuddhaka


Pitaka (buku yang kelima).
2. Keyakinan terhadap Tiratana
• Keyakinan terhadap Triratna adalah keyakinan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha.
• Keyakinan terhadap Buddha dilandasi dengan pengertian benar; karena berkat jasa,
pengorbanan dan kebajikan yang dimiliki oleh Buddha mengkondisikan umat manusua
dan para deva dapat mengenal dan belajar Dhamma.
• Umat Buddha mempunyai keyakinan terhadap Dhamma, dengan melaksanakan Dhamma
dalam kehidupannya dan merealisasikannya ia mencapai tingkat-tingkat kesucian,
mereka yang mencapai tingkat Arahat dapat mengatasi usia tua, sakit dan mati, serta
mematahkan roda samsara.
• Seseorang yakin kepada Sangha, karena Sanghalah maka Dhamma dapat lestari di dunia
ini sampai sekarang. Tanpa adanya Sangha, kita tidak dapat mengenal Dhamma yang
dibabarkan oleh Sang Buddha Gotama.
3. Keyakinan terhadap Kitab Suci Tipitaka
• Keyakinan terhadap Kitab Suci
adalah titik tolak atau dasar
suatu ajaran berdasarkan pada
ajaran yang tertulis atau yang
ada dalam Kitab Suci,
seseorang mulai
mengembangkan kehidupan
beragamnya secara jelas dan
terarah.
4. Keyakinan terhadap Bodhisatta, Arahat dan
Dewa
• Bodhisatva adalah calon Buddha
atau seorang yang bercita-cita
dan bertekad untuk menjadi
Buddha. Buddha Sakyamuni
Gotama sebelum menjadi Buddha
terlebih dahulu terlahir sebagai
seorang Bodhisatva yang harus
menyempurnakan paramita atau
sifat-sifat luhur.
• Arahat adalah siswa Sang
Buddha, karena ketekunan dan
keyakinannya melaksanakan
ajaran Sang Buddha dalam
kehidupan sehari-hari, berlatih
dalam sila, Samadhi dan Panna,
sehingga dapat mengatasi serta
melenyapkan semua kekotoran
batin dan mencapai tingkat
kesucian tertinggi.
• Dewa adalah makhluk yang hidup di alam
Dewa/Surga , yang hidup dari hasil
ciptaanya sendiri berkat kekuatan karma
baik atau kusala- kamma yang dilakukan
pada kehidupannya lampau maupun
semasa di alam Dewa.
5. Keyakinan terhadap hokum kesunyataan
• Umat Buddha mempunyai keyakinan terhadap Hukum Kesunyataan
yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Hukum Kesunyataan tersebut
terdiri dari:
• Hukum Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani)
• Hukum Karma dan Punarbhava (tumimbal lahir)
• Hukum Tilakkhana (Hukum tentang Tiga corak umum yaitu: Anicca,
Dukkha, dan Anatta)
• Hukum Paticca Samuppada yaitu Hukum sebab musabab yang saling
bergantungan.
Hukum Empat Kesunyataan Mulia (Cattari
Ariya Saccani)
• Kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha)
• Kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
• Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
• Kebenaran tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha
Nirodha Gamini Patipada Magga)
Hukum Karma dan Punabhava (tumimbal
lahir)
• Kamma adalah kata berasal dari bahasa pali
dan Karma adalah kata berasal dari bahasa
Sansekerta menurut huruf
berarti: "Perbuatan" atau "Action", yang dalam arti
umun meliputi semua kehendak (cettana) dan
maksud perbuatan, yang baik (kusala) maupun
yang buruk (akusala), lahir atau batin, dengan
pikiran (mano kamma), kata-kata/ucapan (vaci
kamma), dan badan jasmani (kaya kamma).
Makna yang lebih luas dari kamma adalah semua
kehendak dengan tidak membeda-bedakan apakah
kehendak itu baik (bermoral) atau buruk (tidak
bermoral) (A: vi: 63).
Punabhava/Tumibal Lahir
• Tumimbal Lahir, Punabhava adalah
istilah yang dikenal dalam
agama Buddha sehubungan dengan
kelahiran kembali suatu mahkluk
hidup dalam alam kehidupan yang sama
atau berbeda serta tidak membawa
kesadaran akan kehidupan dari alam
sebelumnya. Konsep ini berbeda dengan
konsep reinkarnasi di mana reinkarnasi
masih membawa kesadaran akan alam
kehidupan dari alam sebelumnya.
Anicca
Hukum Tilakkhana
• Tilakkhana (Tiga Corak
Umum/Tiga Corak Kehidupan)
merupakan tiga sifat umum 3
yang pasti dimiliki oleh setiap
fenomena yang terkondisi. Lakkhana
Anatta Dukkha
Anicca
• Anicca berarti ketidakkekalan.
Segala sesuatu yang terkondisi
adalah tidak kekal atau
kondisinya selalu berubah-ubah
mengikuti hukum alam.
Dukkha
• Dukkha berarti tidak memuaskan.
Segala sesuatu yang terkondisi
memili sifat selalu berubah-ubah dan
tanpa inti sehingga segala sesuatu
yang terkondisi memiliki sifat tidak
memuaskan. Ketidakpuasan inilah
yang pada akhirnya akan membawa
pada penderitaan.
Anatta
• Anatta berarti tanpa inti. Disebut sebagai
tanpa inti karena tidak terdapat suatu hal
dasar yang pasti atau yang menandakan suatu
objek. Misalkan ada sebuah meja kayu.
Sebetulnya bagian mana yang disebut sebagai
meja? Apakah bagian kaki, papan atas, atau
bagian lainnya? Tidak ada satupun bagian
yang bisa disebut sebagai meja. Kumpulan
dari kayu-kayu yang membentuk kaki dan
papan atas yang ditopang oleh kaki
tersebutlah yang dikenal dengan sebutan
meja.
Hukum Paticcasamuppada
• berarti Hukum Sebab-Musabab yang
saling bergantungan merupakan
salah satu ajaran terpenting
dalam agama Buddha.
• Ajaran ini menyatakan adanya sebab-
musabab yang terjadi dalam
kehidupan semua mahluk, khususnya
manusia.
6. Keyakinan terhadap Nibbana
• Keyakinan umat Buddha terhadap adanya Nibbana didasarkan pada
khotbah Sang Buddha yang pertama yaitu Dhammacakkha-
pavatthana-Sutta. Khotbah tersebut dinyatakan bahwa untuk
mengatasi penderitaan akibat roda samsara adalah dengan
pencapaian Nibbana. Selain itu Sang Buddha menjelaskan tentang
Nirvana atau Nibbana kepada Ananda demikian: Ini adalah aman
tentram, ini adalah suci, luhur, dimana semua bentuk kamma telah
berhenti, gugurnya semua lapisan kehidupan, padamnya keinginan
nafsu (tanha) disanalah Nirvana atau Nibbana.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai