Anda di halaman 1dari 10

Pemahaman Budi Pekerti dalam Agama Hindu Cetak Email

Ditulis oleh Pinisepuh I Gusti Agung Yudistira

Oṁ Swastyastu,

Bagaimana pemahaman budi pekerti dalam agama Hindu? Nilai budi pekerti dan sikap negatif sudah
tersebar dalam ajaran agama Hindu. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Nilai Budi Pekerti

Tri Marga:

Bhakti Marga, meliputi bhakti kepada Tuhan dan bhakti kepada orangtua dan guru. Bhakti kepada Tuhan
dengan dilaksanakannya ajaran-ajarannya dan bhakti kepada orangtua dan guru dengan malaksanakan
amanatnya.

Karma Marga, dilaksanakan dengan melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk dipersembahkan kepada
orang lain dan Tuhan.

Jnana Marga, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup. Akan
pentingnya ilmu itu dinyatakan dalam kitab Bhagawadgita, Sarasmuccaya dan Nitisara dll.

Tri Warga:

Dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat,

Artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran, dan

Kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Catur Paramita:

Maitri, bersahabat dengan orang-orang baik budi,

Karuna, kasih sayang kepada orang yang menderita,

Mudita, bergembira kepada orang yang berbuat kebajikan, da


Upeksa, menjauh dari orang-orang buruk budi.

Rwa welas brta sang brahmana:

Dharma (kebenaran),

Satya (setia, jujur),

Tapa (mampu menahan diri),

Dama (sabar, tahu menasihati diri sendiri),

Wimatsaritwa (tidak dengki),

Hrih (tahu malu),

Titiksa (tidak cepat marah),

Anasuya (tidak jahat),

Yajna (rajin ber-yajna ),

Dana (senang berderma),

Dhrti (kalem dan tenang), dan

Ksama (sabar dan senang mengampuni).

Dasa Yama Brata:

Anrsangsa (tidak mementingkan diri sendiri),

Ksama (sabar, tahan uji),

Satya (jujur),

Ahimsa (tidak menyakiti),

Dama (sabar),

Arjawa (tulus hati),

Priti (welas asih),

Prasada (jernihnya pikiran),

Madhurya (manisnya pandangan dan perkataan), dan

Mardawa (lembutnya hati).


2. Sikap Negatif

Sad Ripu/Tujuh Musuh:

Kama (nafsu),

Lobha (serakah),

Krodha (kemarahan),

Moha (bingung),

Mada (mabuk), dan

Matsarya (iri hati).

Sapta Timira/Delapan Kegelapan:

Surupa (ketampanan),

Dhana (kekayaan),

Guna (kepandaian),

Kulina (kepandaian),

Kulina (kebangsawanan)

Yowana (keremajaan), Sura (minuman keras), dan

Kasuran (keberanian).

Dana Mala/Sepuluh Kecemaran:

Tandri (malas),

Kleda (suka menunda-nunda waktu),

Laja (pikiran gelap),

Kutila (suka menyakiti hati orang),

Kuhaka (keras kepala),

Metraya (angkuh),
Mengata (kejam),

Ragastri (suka memperkosa wanita),

Bhaksa Bhuwana (suka membuat orang lain menderita), dan

Kimburu (senang menipu).

Lalu, apa itu tatakrama? Tatakrama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antar manusia setempat. Tatakrama juga sering disebut etiket. Dalam perkembangannya,
etiket tidak hanya berarti kartu undangan dengan sopan santun yang tertulis di dalamnya, namun
tatakrama yaitu sopan santun dalam pergaulan. Etiket lebih menekankan pada tata aturan sikap dan
perbuatan yang lebih bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Penerapan etika lebih bersifat filosofis, budi
pekerti lebih bersifat operasional humanity yang mempermulia martabat manusia. Ajaran budi pekerti
tidak menerima mentah-mentah sifat-sifat bawaan manusia secara alamiah saja namun menerimanya
dengan mempermulianya menjadi sifat-sifat yang terpuji.

Hakikat pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti yang bersumber pada Kitab Suci Veda selalu
mengarah pada konsep Tri Kaya Parisudha berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat yang baik
demi terwujudnya manusia yang berbudi pekerti luhur. Pendidikan agama Hindu selalu mengajarkan
tentang hakikat satyam kejujuran, sivam kesucian, sundaram keindahan sehingga mampu
menumbuhkan perilaku-perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran di lingkungannya.
Pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti yang paling penting adalah menjunjung tinggi Dharma,
diantaranya nilai sraddha. Sraddha adalah keyakinan akan Brahman atau Sang Hyang Widhi, keyakinan
akan Atman, keyakinan akan Karmaphala, keyakinan akan Punarbhava, dan keyakinan akan Moksha.
Pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti menekankan pada dua aspek, yaitu; aspek Paroksah dan
Aparoksah Para Vidya dan Apara Vidya sehingga dapat melahirkan insan Hindu yang Sadhu Gunawan.

C. Tujuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Tujuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, antara lain: 1. Menumbuhkembangkan dan
meningkatkan kualitas Sraddha Bhakti kepercayaan dan penghormatan melalui pemberian motivasi dan
pengamalan ajaran agama Hindu. 2. Menumbuhkan insan Hindu yang dapat mewujudkan nilai-nilai
Mokshartham Jagadhita ya ca ithi dalam kehidupannya. Pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti yang
berlandaskan Kitab Suci Veda menekankan peserta didik untuk memiliki Sraddha Bhakti, berakhlak
mulia, dan berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Baik hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia dan lingkungan, peserta didik juga harus mampu membaca dan memahami
Veda, berkarma dan ber-yajňa yang baik dan benar, sehingga dapat menjaga kerukunan antar umat
beragama.

D. Fungsi Agama Hindu sebagai Perekat Bangsa


Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
menyebutkan bahwa Pendidikan Agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter 5 Buku Panduan Guru Agama Hindu 5 Buku Panduan Guru Agama Hindu 5
Buku Panduan Guru Agama Hindu 5 Buku Panduan Guru Agama Hindu 5 Buku Panduan Guru Agama
Hindu 5 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dan antar umat beragama Pasal 2 ayat 1. Selanjutnya,
disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Pasal 2 ayat 2. Sebagai warga negara, umat Hindu memiliki
konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung rapat
tahunan Parisadha Hindu Dharma Indonesia PHDI tahun 1963. Konsep yang tersurat dan tersirat demi
mendukung keutuhan NKRI, diantaranya: 1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana
hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia
dengan alam lingkungan. 2. Agama Hindu selalu menekankan ajaran Tatvamasi. 3. Agama Hindu selalu
mengajarkan tentang persaudaraan Vasudeva Kutumbhakam. Untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut,
Pendidikan Agama Hindu sekolah dasar memuat kompetensi-kompetensi pembentukan karakter.
Kompetensi-kompetensi tersebut, antara lain: toleransi, persatuan dan kesatuan, kasih sayang,
menjauhi sikap radikal, gotong royong, dan menghargai perbedaan. Nilai-nilai karakter bangsa pada
kompetensi Pendidikan Agama Hindu untuk sekolah dasar secara eksplisit tercantum pada aspek materi
Sraddha pada kelas I sampai dengan kelas VI.

Pengertian Budi Pekerti atau Perilaku adalah istilah dari bahasa Jawa yang berarti berpikir dan makna
bertindak. Dengan teknik-teknik ini, Anda dapat yakin bahwa pemahaman karakter melengkapi sikap
atau perilaku seseorang, perilaku keluarga atau komunitas mengenai etika dan norma.

Menurut terminologi, pemahaman tentang perilaku adalah nilai perilaku manusia dan diukur dalam hal
kebajikan dan kebajikan dengan mengukur norma-norma agama, norma etis, hukum, serta tata krama
atau budaya / adat istiadat masyarakat atau negara.

Budi-Pekerti

Memahami etiket adalah upaya untuk membentuk, meningkatkan, mendiskusikan, memelihara, dan
meningkatkan perilaku siswa sehingga siap dan mampu melakukan tugas-tugas kehidupan secara
harmonis, harmonis dan seimbang antara jasmani dan rohani Untuk melaksanakan kelahiran, jasmani-
rohani, spiritual, dan juga individusosial.

Manfaat Pendidikan Budi Pekerti


Saat ini, pendidikan karakter begitu sangat penting karena dapat memperhitungkan dengan begitu
banyak nilai-nilai murni remaja. Dalam hal ini, kami akan menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat
diberikan oleh pelatihan karakter.

Salah satunya dapat membantu kaum muda menciptakan nilai tambah yang dihargai melalui
penanaman moral dan nilai-nilai moral, dan juga mulai belajar tentang kompetensi.

Selain itu, karakter dapat mengambil manfaat dari peningkatan kesadaran akan pentingnya
menyampaikan karakter dan taktik dalam pengembangan kompleksitas saat ini.

Pendidikan karakter juga berguna ketika menambahkan sumber daya manusia atau manusia untuk
menciptakan masyarakat yang berbudi luhur dengan mendidik dan mengembangkan karakter di
sekolah.

Menurut Haidar Putra Dauly, dalam suatu tujuan terhadap pendidikan karakter adalah untuk
mengembangkan sikap, nilai-nilai, dan perilaku siswa untuk menciptakan karakter yang lebih tinggi atau
karakter yang mulia.

Anda dapat mengatakan bahwa pembangunan karakter adalah nilai-nilai yang ingin Anda tegakkan,
yaitu nilai-nilai moral yang tertanam dalam diri siswa dan kemudian dalam perilaku.

Penting untuk memberikan karakter sebanyak mungkin kepada anak-anak, karena itu adalah suatu
keharusan untuk melihat dalam pengertian mereka sendiri tentang karakter tersebut. Karena itu,
mereka harus dididik dan dilatih dengan berbagai nilai luhur.

Ada sejumlah tujuan untuk pendidikan karakter itu sendiri, termasuk mencegah berbagai peristiwa
negatif, mendapatkan gagasan tentang nilai-nilai norma moral yang tidak lagi ada, dan meningkatkan
dengan suatu kualitas hidup masyarakat dengan memahami etika pendidikan.

Macam-Macam Budi Pekerti dan Contoh


Contoh-Budi-Pekerti

1. Sikap terhadap Tuhan

Sebagai makhluk kita, mereka yakni dapat menghormati Sang Pencipta. Dengan menghargai pendeta,
kami ingin menghormati dan memuji Sang Pencipta. Pujian itu yakni dapat diwujudkan oleh semua
makhluk, terutama oleh mereka sendiri.

a. Sikap Terhadap Sesama Manusia

Sikap Penghargaan Terhadap Setiap Manusia

Dalam sebuah penghargaan bahwa orang yang berguna, tak boleh diremehkan atau dihilangkan yakni
harus dikembangkan. Dengan setiap orang adalah orang yang berguna sebagai teman yang diciptakan
oleh Tuhan.

Penghargaan Terhadap Perempuan

Salah satu bentuk apresiasi bagi semua orang adalah apresiasi terhadap wanita (gender). Ini sangat
penting pada titik ini bahwa perempuan tidak mendiskriminasi laki-laki.

Wanita dan pria diciptakan sama, mereka akan berharga di masa depan. Dia harus melakukan hal yang
sama dengan anak laki-laki, perbedaan antara fungsi-fungsi ini.

Baca Juga : Pengertian Libertalisme

b. Sikap Terhadap Diri Sendiri

Dalam sebuah keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan diri diperlukan untuk perkembangan siswa.
Prinsip kejujuran harus diperhitungkan jika kita ingin negara kita benar-benar makmur dan orang-orang
di dalamnya menjadi lebih kaya.

Beberapa karakteristik perkembangan kepribadian manusia seperti disiplin, kehati-hatian,


kebijaksanaan, pengendalian diri dan kepercayaan diri dapat mendukung kesempurnaan kita sendiri.
Meskipun ini tidak terkait langsung dengan orang lain, bekerja dengan orang lain dapat membantu
Anda.

Kekuatan dan kontrol diri dalam perang melawan budaya yang bergerak cepat dan mengejar
kesenangan, misalnya dalam suatu penguasaan kedokteran saat ini, sangat penting. Tantangan dan
tantangan besar yang kita hadapi besar. Jika tidak, mereka akan bebas dari masa kini yang tidak sehat.
1

BAB IPENDAHULUAN1.1

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari

hari kita akan selalu senantiasa dihadapkandengan berbagai masalah atau persoalan yang akan datang
silih berganti. Dalam halini kita harus memiliki sifat kesabaran atau ketabahan dalam hal menghadapi
suatumasalah itu. Salah satu caranya adalah meningkatkan iman dan taqwa kita. Disiniagamalah
memiliki peran yang amat penting dalam meningkatkan hal tersebut.Agama memiliki peran yang amat
penting dalam kehidupan umat manusia, mulaidari menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting
bagikehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadimenjadi sebuah
keniscayaan, maka dari itu agama perlu ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan
keluarga, di lembaga pendidikan formalmaupun nonformal serta masyarakat.Pendidikan Agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadimanusia yang beriman dan bertakwa tentunya
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan
potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensiyang dimiliki
manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnyasebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.Ajaran agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengantiga kerangka
dasar, di mana bagian yang satu dengan lainnya saling mengisi, dansatu kesatuan yang bulat, sehingga
dapat dihayati, dan diamalkan untuk mencapaitujuan yang disebut Moksa. Tiga kerangka dasarnya,
yaitu: (1) tattwa, (2) susila,dan (3) upacara. Ketiganya secara sistematik merupakan satu kesatuan yang
salingmemberi fungsi atas sistem agama Hindu secara keseluruhan. Namun seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta modernisasi, sebagian orang telah mengabaikan
hal itu. Melalui karya tulis

2atau makalah ini saya mencoba untuk mengingatkan kembali salah satu materidalam pelajaran agama
Hindu, yaitu tentang etika (moralitas). Dalam karya tulisini akan dibahas mengenai pengertian etika
secara umum maupun, prinsip dasaretika dalam ajaran agama hindu, cara menuju manusia ideal
(manava madhava), pengimplementasian yang tentunya terkait dalam kehiduan sehari


hari dilingkungan sekitar, dimana diharapkan para pembaca dapat mengetahui, mengertidan
memahami dengan mudah isi karya tulis atau makalah ini.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1

Apa yang dimaksud dengan etika (moralitas) serta maknanya?1.2.2

Bagaimana prinsip

prinsip dasar beretika dalam ajaran agama hindu?1.2.3

Bagaimana cara menuju manusia yang ideal (manava madhava) dalamajaran agama hindu?1.2.4

Bagaimanakah cara yang tepat untuk implementasi kebenaran, kebajikan,kasih sayang, kedamaian dan
tanpa kekerasan dalam kehidupan bersamasehari-hari?

1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis atau makalah ini yakni sebagai berikut :1.3.1

Dapat menjelaskan arti dan makna dari etika (moralitas).1.3.2

Dapat menjelaskan prinsip - prinsip dasar beretika dalam ajaran agamahindu.1.3.3


Dapat menjelaskan cara menuju manusia yang ideal (manava madhava)dalam ajaran agama hindu.1.3.4

Dapat menjelaskan cara yang tepat untuk implementasi kebenaran,kebajikan, kasih sayang, kedamaian
dan tanpa kekerasan dalam kehidupan bersama sehari-hari.

1.4

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penyusunan makalah ini adalah:1.

Bagi PenulisPembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan dalam menyusunmakalah atau
karya ilmiah ini beserta presentasinya, serta dapat memperoleh pengetahuan tentang Etika. Selain itu,
pembuatan makalah atau karya tulis yang

3akan dipresentasikan ini dapat meningkatkan mental berbicara dan kepercayaan diridi depan umum.2.

Bagi PembacaPembaca dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai Etika, yangnantinya dapat
dijadikan pedoman dalam kehidupan beragama, khususnya AgamaHindu. Mengerti arti dan makna dari
etika (moralitas), prinsip - prinsip dasar beretika dalam ajaran agama hindu, cara menuju manusia yang
ideal (manavamadhava) dalam ajaran agama hindu, dan tentunya cara yang tepat untukimplementasi
kebenaran, kebajikan, kasih sayang, kedamaian dan tanpa kekerasandalam kehidupan bersama sehari-
hari

Anda mungkin juga menyukai