Anda di halaman 1dari 6

KESIMPULAN

Saddhā juga bukanlah iman (Inggris: faith) dalam agama atau kepercayaan lain, karena
saddhā memerlukan penindakan selanjutnya berupa pembuktian dan tidak berdasarkan
pada kepercayaan membuta serta rasa takut. Iman dalam agama atau kepercayaan
lain adalah rasa percaya yang berdasarkan pada ketakutan terhadap apa yang
dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dan juga tanpa diawali dengan
verifikasi serta tidak memerlukan penindakan selanjutnya berupa pembuktian.
terdapat dua jenis saddhā, yaitu: saddhā yang memiliki pokok alasan/berdasar (Pali:
mūlikā saddhā; Skt: mūlakā śraddhā) dan saddhā yang tidak memiliki pokok
alasan/tidak berdasar (Pali: amūlikā saddhā; Skt: amūlakā śraddhā).
Mūlikā saddhā adalah keyakinan yang muncul dari penilaian yang hati-hati dari hasil
verifikasi atau pemeriksaan atau penyelidikan (ehipassiko) yang memiliki alasan atau
dasar (hakikat) terhadap sebuah pernyataan, ajaran, dsb. Sedangkan, amūlikā saddhā
adalah keyakinan yang muncul tanpa didahului dengan penilaian yang hati-hati dari
hasil verifikasi atau pemeriksaan atau penyelidikan yang juga tanpa memiliki alasan
atau dasar (hakikat) terhadap sebuah pernyataan, ajaran, dsb.

Setiap agama apapun bersendikan Ketuhanan YME, hanya saja konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha tidak sama dengan konsep Ketuhanan dari agama lain. Dalam
agama Buddha, Tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi, yang kepada-Nya umat
Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya, akan tetapi agama Buddha
mengajarkan bahwa nasib, penderitaan, kebahagiaan, keberuntungan, kerugian, adalah
hasil dari perbuatannya sendiri dimasa lampau.

Umat Buddha menjadikan Tiratana sebagai keyakinan untuk mendorong diri mengakhiri
penderitaan. Keyakinan ini diperoleh dari memahami kualitas atau sifat-sifat luhur dari
Buddha, Dhamma, dan Saṅgha. Kita dapat menemukan kualitas itu dengan menghayati
yang ada pada Buddhānusati, Dhammānusati, dan Saṅghānusati.
Sering kali Buddha diumpamakan seorang dokter, Dhamma diumpamakan obat,
Saṅgha diumpamakan orang yang sembuh setelah minum obat yang diberikan oleh
dokter. Demikian pula kita-kita ini, diumpamakan seperti orang yang sedang mengalami
sakit, maka kita perlu pergi ke dokter dan minum obat dari petunjuk dokter. Tujuannya
agar kita tidak menderita sakit terlalu lama.
Seseorang yang memiliki keyakinan pada Tiratana ia tidak akan memiliki keragu-raguan
pada agama Buddha, sebab telah memiliki pandangan benar. Dengan memiliki
pandangan benar seseorang tidak percaya secara membuta, sebab dalam Dhamma
dinyatakan dapat dibuktikan secara langsung.

Bodhisatva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk
menjadi Buddha.
Arahat adalah siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan
ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, Samadhi dan
Panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran batin dan
mencapai tingkat kesucian tertinggi.
Dewa adalah makhluk yang tinggal di alam Dewa/Surga dan hidup dari hasil ciptaanya
sendiri berkat kekuatan karma baik atau kusala-kamma yang dilakukan pada
kehidupannya lampau maupun semasa di alam Dewa.

Hukum Kasunyataan berarti hukum abadi yang berlaku dimana-mana, mengatasi waktu
dan tempat serta keadaan.
1)                  Kesunyataan tentang Dukkha atau Dukkha Ariyasacca
Dukkha diterjemahkan sebagai penderitaan atau duka cita.
Yang termasuk dalam dukkha antara lain:
a.       Kelahiran, usia lanjut, kematian adalah dukkha.
b.      Timbulnya kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesengsaraan, putus asa adalah
dukkha.
c.       Keinginan yang tidak tercapai adalah dukkha.
d.      Kehilangan sesuatu
2)                  Kesunyataan tentang Asal-Mula Dukkha atau Dukkha Samudaya
Ariyasacca
Dukkha disebabkan oleh adanya nafsu keinginan, kehausan, kerinduan (Tanha)
yang berhubungan dengan kenikmatan indriya dan pemikiran untuk terus
mempertahankannya
3)                  Kesunyataan tentang Lenyapnya Dukkha atau Dukkhanirodha Ariyasacca.
Penderitaan maupun keinginan hanya dapat di hapuskan dengan mengikuti Jalan
Tengah,
Itu dapat tercapai dengan menghilangkan segala bentuk napsu keinginan secara
menyeluruh.
4)                  Kesunyataan tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha atau
Dukkhanirodhagaminipatipada Arriyasacca.
Kesunyataan ini harus disadari dengan mengembangkan Jalan Ariya Berunsur Delapan

Kamma adalah kata Pali dan Karma adalah kata Sanskerta yang secara singkat berarti
“Perbuatan”, semua perbuatan yang dilakukan akan meimbulkan akibat dan awal
kejadian disebut dengan sebab, sehingga Kamma juga disebut sebagai “HUKUM
SEBAB AKIBAT PERBUATAN”.
Pembagian Kamma menurut sifatnya ada dua dan apa yang menjadi akarnya:
a.       Kusala-Kamma artinya perbuatan baik; ialah perbuatan baik yang dilakukan oleh
Pikiran, Ucapan, dan Badan.
b.      Akusala-Kamma artinya perbuatan jahat/buruk; ialah perbuatan jahat/buruk yang
dilakukan oleh Pikiran, Ucapan, dan Badan.

Tipitaka atau Tripitaka artinya tiga keranjang atau tiga kelompok. Tripitaka berhasil
ditulis kembali 400 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana oleh Bhikkhu Buddhagosa,
tanpa mengurangi keasliannya. Tripitaka terdiri dari :
1. Vinaya Pitaka : buku yang berisi peraturan para bhikkhu dan bhikkhuni
2. Sutta Pitaka : buku yang berisi khotbah Sang Buddha
3. Abhidhamma Pitaka : buku yang berisi filsafat ajaran Buddha.

Nibbana adalah tujuan akhir dari seseorang yang mmempelajari ajaran agama Buddha.
Nibbana bukan lah surga atau suatu tempat atau pun alam kehidupan, namun nibbana
dapat di capai dengan menghilangkan kekotoran batin dan mempraktikkan jalan mulia
berunsur delapan.

Puja adalah upacara pemujaan atau penghormatan kepada sesuatu atau benda yang
dianggap suci maupun keramat. dalam Agama Buddha, kata Puja artinya menghorma,
menghormat kepada yang patut dihormati, bukan hanya Sang Buddha, tapi juga orang
tua atau pun guru.

Amisa Puja, artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja dengan
mempersembahkan bunga, lilin, cendana/dupa, dll.
Patipati Puja artinya menghormat dengan melaksanakan ajaran (Dhamma),
mempraktekkan sila, samadhi, dan panna. Kebaktian merupakan salah satu praktik
Patipati puja.

Sarana Puja terdiri dari paritta, vihara, cetiya, altar, stupa, dan pagoda

Paritta berarti perlindungan. Pembacaan paritta menimbulkan ketenangan batin bagi


mereka yang mendengarkan dan yang telah mempunyai keyakinan akan kebenaran
kata-kata Sang Buddha. Pembacaan paritta tidak berhasil karena ada 3 sebab, yaitu
halangan kamma, halangan kekotoran batin, dan kurang keyakinan kepada kemanjuran
paritta itu.
Sutta secara harfiah berarti benang/untaian. Sutta pada umumnya berisi khutbah sang
Buddha. Sebelum mengenal tulisan, sutta pada awalnya di lestarikan melalui mulut ke
mulut.
Dharani adalah bentuk yang lebih singkat dari sutra. Bentuk yang lebih pendek dari dharani adalah
mantra.Dharani atau mantra adalah kumpulan suku kata atau kata gaib/mistik yang mempunyai
kekuatan luar biasa.Dengan mengucapkan mantra berulang-ulang, akan timbul kekuatan luar biasa, yang
akan mengejutkan seluruh dunia

Vihara adalah tempat untuk melakukan ibadah bagi umat Buddha


- Uposathagara : Gedung tempat pentahbisan Bhikkhu atau Bhikkhuni
- Dhammasala : Gedung untuk mengajar dan diskusi ajaran Buddha atau tempat
pertemuan keagamaan
- Kuti : adalah bangunan untuk tempat tinggal para Viharawan yaitu para
bhikkhu/ni, Samanera/i, Upasaka/sika yang melaksanakan atthasila
- Perpustakaan : Tempat yang berisi buku-buku keagamaan atau pengetahuan
lainnya
- Pohon Bodhi : tempat pertapa Gautama duduk bersemedi dan mencapai
pencerahan

Cetiya adalah tempat puja bakti umat Buddha. Cetiya berasal dari bahasa Sanskerta
'caitya' yang berarti "pengingat" atau “peringatan“, berupa objek atau tempat yang digunakan
oleh penganut agama Buddha Theravada untuk mengingat Buddha Gautama. Cetiya hanya
memiliki bhaktisala atau dharmasala.
Altar adalah tempat atau meja untuk meletakkan rupang Buddha atau pun
persembahan seperti buah, dll
Hari raya dalam agama Buddha yang utama adalah waisak, namun agama buddha juga
mempunyai hari raya yang lainnya seperti hari asadha, kathina, dan magha puja
Perayaan Magha Puja dilaksanakan di bulan Magha yaitu pada bulan Februari/Maret
saat bulan purnama Siddhi.
Magha puja memperingati peristiwa penting, yaitu berkumpulnya 1.250 bhikkhu di
Rajagaha tanpa adanya janji/pemberitahuan terlebih dahul, yang mana mereka semua
adalah arahat yang memiliki 6 kekuatan gaib dan ditahbiskan dengan “Ehi Bhikkhu”

Hari Waisak dirayakan dalam bulan Mei pada waktu bulan purnama sidhi. Hari waisak memperingati 3
(tiga) peristiwa penting yaitu : Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 Sebelum
Masehi. Petapa Siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha di bawah pohon bodhi
pada usia 35 tahun di tahun 588 Sebelum Masehi. Buddha Gautama parinibbana di Kusinara pada usia
80 tahun di tahun 543 Sebelum Masehi.

Dilaksanakan dua bulan setelah hari Waisak. Hari raya Asadha memperingati khotbah
pertama Sang Buddha pada lima orang pertapa (Kondanna, Bodhiya, Vappa,
Mahanama dan Asaji). Khotbah pertama Sang Buddha adalah Dhammacakkapavatana
Sutta (khotbah berputarnya roda Dhamma).

Dirayakan tiga bulan setelah hari Asadha. Perayaan Kathina dimaksudkan untuk
memberikan keperluan hidup sehari-hari kepada Bhikkhu Sangha yang telah
melaksanakan masa vassa selama tiga bulan di suatu tempat tertentu.

Dalam buddhis Mahayana, hari raya waisak lebih di kenal dengan sebutan Visakha
Puja. Hari Ulambana, yang dalam tradisi Theravada disebut hari Kathina, yaitu hari persembahan
empat kebutuhan pokok kepada anggota Sangha.
KESIMPULAN

Iman dalam agama atau kepercayaan lain adalah rasa percaya yang berdasarkan pada
ketakutan terhadap apa yang dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dan
juga tanpa diawali dengan verifikasi serta tidak memerlukan penindakan selanjutnya
berupa pembuktian. Setiap agama apapun bersendikan Ketuhanan YME, hanya saja
konsep Ketuhanan dalam agama Buddha tidak sama dengan konsep Ketuhanan dari
agama lain. Dalam agama Buddha, Tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi, yang
kepada-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya, akan
tetapi agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan, kebahagiaan,
keberuntungan, kerugian, adalah hasil dari perbuatannya sendiri dimasa lampau. Umat
Buddha menjadikan Tiratana sebagai keyakinan untuk mendorong diri mengakhiri
penderitaan.

Hukum Kasunyataan berarti hukum abadi yang berlaku dimana-mana, mengatasi waktu
dan tempat serta keadaan.
1)                  Kesunyataan tentang Dukkha atau Dukkha Ariyasacca
Dukkha diterjemahkan sebagai penderitaan atau duka cita.
Yang termasuk dalam dukkha antara lain:
a.       Kelahiran, usia lanjut, kematian adalah dukkha.
b.      Timbulnya kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesengsaraan, putus asa adalah
dukkha.
c.       Keinginan yang tidak tercapai adalah dukkha.
d.      Kehilangan sesuatu
2)                  Kesunyataan tentang Asal-Mula Dukkha atau Dukkha Samudaya
Ariyasacca
Dukkha disebabkan oleh adanya nafsu keinginan, kehausan, kerinduan (Tanha)
yang berhubungan dengan kenikmatan indriya dan pemikiran untuk terus
mempertahankannya
3)                  Kesunyataan tentang Lenyapnya Dukkha atau Dukkhanirodha Ariyasacca.
Penderitaan maupun keinginan hanya dapat di hapuskan dengan mengikuti Jalan
Tengah,
Itu dapat tercapai dengan menghilangkan segala bentuk napsu keinginan secara
menyeluruh.
4)                  Kesunyataan tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha atau
Dukkhanirodhagaminipatipada Arriyasacca.
Kesunyataan ini harus disadari dengan mengembangkan Jalan Ariya Berunsur Delapan

Tipitaka atau Tripitaka artinya tiga keranjang atau tiga kelompok. Tripitaka berhasil
ditulis kembali 400 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana oleh Bhikkhu Buddhagosa,
tanpa mengurangi keasliannya. Tripitaka terdiri dari :
1. Vinaya Pitaka : buku yang berisi peraturan para bhikkhu dan bhikkhuni
2. Sutta Pitaka : buku yang berisi khotbah Sang Buddha
3. Abhidhamma Pitaka : buku yang berisi filsafat ajaran Buddha.

Vihara adalah tempat untuk melakukan ibadah bagi umat Buddha


- Uposathagara : Gedung tempat pentahbisan Bhikkhu atau Bhikkhuni
- Dhammasala : Gedung untuk mengajar dan diskusi ajaran Buddha atau tempat
pertemuan keagamaan
- Kuti : adalah bangunan untuk tempat tinggal para Viharawan yaitu para
bhikkhu/ni, Samanera/i, Upasaka/sika yang melaksanakan atthasila
- Perpustakaan : Tempat yang berisi buku-buku keagamaan atau pengetahuan
lainnya
- Pohon Bodhi : tempat pertapa Gautama duduk bersemedi dan mencapai
pencerahan

Hari raya dalam agama Buddha yang utama adalah waisak, namun agama buddha juga
mempunyai hari raya yang lainnya seperti hari asadha, kathina, dan magha puja
Perayaan Magha Puja dilaksanakan di bulan Magha yaitu pada bulan Februari/Maret
saat bulan purnama Siddhi.
Magha puja memperingati peristiwa penting, yaitu berkumpulnya 1.250 bhikkhu di
Rajagaha tanpa adanya janji/pemberitahuan terlebih dahul, yang mana mereka semua
adalah arahat yang memiliki 6 kekuatan gaib dan ditahbiskan dengan “Ehi Bhikkhu”

Hari Waisak dirayakan dalam bulan Mei pada waktu bulan purnama sidhi. Hari waisak memperingati 3
(tiga) peristiwa penting yaitu : Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 Sebelum
Masehi. Petapa Siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha di bawah pohon bodhi
pada usia 35 tahun di tahun 588 Sebelum Masehi. Buddha Gautama parinibbana di Kusinara pada usia
80 tahun di tahun 543 Sebelum Masehi.

Dilaksanakan dua bulan setelah hari Waisak. Hari raya Asadha memperingati khotbah
pertama Sang Buddha pada lima orang pertapa (Kondanna, Bodhiya, Vappa,
Mahanama dan Asaji). Khotbah pertama Sang Buddha adalah Dhammacakkapavatana
Sutta (khotbah berputarnya roda Dhamma).

Dirayakan tiga bulan setelah hari Asadha. Perayaan Kathina dimaksudkan untuk
memberikan keperluan hidup sehari-hari kepada Bhikkhu Sangha yang telah
melaksanakan masa vassa selama tiga bulan di suatu tempat tertentu.

Dalam buddhis Mahayana, hari raya waisak lebih di kenal dengan sebutan Visakha
Puja. Hari Ulambana, yang dalam tradisi Theravada disebut hari Kathina, yaitu hari persembahan
empat kebutuhan pokok kepada anggota Sangha.

Anda mungkin juga menyukai