Anda di halaman 1dari 24

BAB I

KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM


AJARAN BUDDHA

1. SADDHA (KEIMANAN)

Saddha atau Sradha mempunyai arti kata


keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti kepercayaan
yang membabi buta atau asal percaya saja, akan tetapi
merupakan “ suatu keyakinan yang didasarkan pad
apengertian yang muncul karena bertanya dan
menyelidiki’. Karena keyakinan itu muncul akibat
pengertian, maka keyakinan umat Buddha pada
sesuatu yang diyakini adalah tidak sama kualitasnya.
Yang dimaksud keyakinan adalah mengetahui
suatu hukum kebenaran dengan jelas, sedangkan
kepercayaan hanyalah menganggap sesuatu itu benar,
tapi tidak disertai dengan suatu bukti-bukti atau
penglihatan lengkap.keyakinan dalam agama Buddha
adalah Sad-Saddha , artinya Enam Keyakinan Umat
Buddha. Uraian Sad-Saddha merupakan pedoman atau
keyakinan umat Buddha.
Saddha timbul dalam diri kita disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu:
1. Karena kita datang, melihat dan mengalami sendiri
kejadian tersebut (Ehipassiko)
2. Karena kita percaya kepada orang yang mengajarkan
Dhamma, yaitu Sang Buddh
3. Karena kita melihat adanya gejala-gejala atau tanda-
tanda yang timbul yang dapat direnungkan.

1.1. Keyakinan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan yang


Maha Esa tidaklah berdiri sendiri melainkan menjadi
kesatuan dengan kepercayaan dan keyakinan kepada
pokok-pokok ajaran Buddha Dhamma, seperti :
Tiratana, Tilakkhana, Paticassamuppada, Kamma,
Cattari Ariya Saccani dan Nibbana.
Umat Buddha berusaha mendekatkan diri kepada
Tuhan dengan dua cara, yaitu :
1. Memuji kebesaran Tuhan dalam setiap melakukan
kebaktian dengan membaca paritta Vandana
2. Berusaha melakukan perbuatan kata-kata dan
pikiran sesuai dengan sifat-sifat Tuhan, yang terhimpun
dalam Brahma Vihara, yaitu : Metta, Karuna, Mudita,
dan Uppekha.

1.2. Saddha terhadap tiratana atau triratna

Triratna merupaka tiang pokok agama Buddha


yang terdiri dari Buddha, Dhamma dan Sangha. Umat
Buddha yakin kepada Buddha karena jasa-jasa Sang
Buddha dalam mengenalkan dan mengajarkan
Dhamma. Umat Buddha yakin kepada Dhamma karena
dengan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan dan
merealisasikannya sehingga mencapai tingkat-tingkat
kesucian akan dapat mengatasi usia tua, sakit dan
mati. Umat Buddha yakin kepada Sangha karena berkat
Sangha-lah maka Dhamma dapat dilestarikan di dunia
ini hihngga sekarang.

1.3. Saddha terhadap dewa, arahat, bodhisatta

Umat Buddha yakin bila berbuat baik di


dunia, yang dengan sungguh-sungguh melakukannya
dan tidak ada perbuatan baiknya, maka setelah
meninggal ia akan bertumimbal lahir di alam Dewa.
Bila imbalan dan tanpa mementingkan diri sendiri atau
bermeditasi hingga mencapai hasil, maka akan
mencapai kesucian Arahat. Umat Buddha yakin kepada
Bodhisatta sebagai calon Buddha dan yakin kepada
Buddha yang telah menunjukan jalan hidup bagi umat
Buddha karena berkat ajaran-Nya umat Buddha dapat
memiliki pengertian dan pandangan hidup yang benar.

1.4. Saddha terhadap hukum kesunyataan

Hukum Kesunyataan adalah hukum yang tidak


bergantung kepada tempat, waktu dan keadaan atau
sasaran, yaitu :
1. Cattari Ariya Saccani (Empat Kesunyataan Mulia)
yang memuat Empat Kesunyataan Mulia tentang
Dukkha atau penderitaan.
2. Kamma dan Punabhava (Hukum Perbuatan dan
Kelahiran Kembali)
3. Tilakkhana (Hukum Tiga Corak Umum)
4. Paticcasamuppada (Hukum Sebab Musabab Yang
Saling Bergantungan)

1.5. Saddha terhadap kitab suci tipitaka

Keyakinan pada kitab suci adalah titik tolak atau


dasar dari suatu agama. Berdasarkan pada ajaran yang
tertulis atau yang ada dalam kitab suci, seorang mulai
mengembangkan kehidupan beragamanya secara jelas
dan terarah.
Kitab suci agama Buddha adalah Tipitaka (pali)
atau Tripitaka (sansekerta), terdiri dari :
1. Sutta Pitaka, berisi khotbah-khotbah Sang Buddha
2. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan anggota
Sangha, Bhikkhu-Bhikkhuni
3. Abhidhamma Pitaka, berisi filsafat dan metafisika
agama Buddha
Ajaran agama Buddha yang diuraikan dalam kitab
suci Tipitaka adalah realistis, karena merupakan
pengalaman sang Buddha dan para siswanya. Namun,
segala sesuatu(yang muncul) adalah tidak kekal.

1.6. Keyakinan terhadap Nibbana

Umat Buddha yakin akan adanya kebahagiaan


Nibbana, yaitu pembebasan dari Dukkha, sebagai
kesucian tertinggi. Untuk mencapai Nibbana umat
Buddha menempuh Delapan Jalan Utama dalam
hidupnya dengan bermeditasi, memusnahkan
belenggu, melenyapkan 3 akar kejahatan dan
memadamkan Tanha (nafsu keinginan)
Terdapat 2 jenis Nibbana, yaitu :
1. Sa-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa
secara total dengan Pancakkhanda (5 kelompok
kehidupan) yang masih ada.
2. An-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa dan
pancakkhanda secara total.

2.PUJA (BAKTI, KETAQWAAN)

Kata “puja” dalambahasa Indonesia merupakan


kata “benda” yang artinya upacara penghormatan
kepada dewa dewi, dan sebagainya. Kata puja dalam
agama Buddha tidak harus dengan membakar dupa,
membaca mantra, serta memberikan
persembahan.Puja dalam agama Buddha juga tidak
terbatas sebagai penghormatan kepada dewa dewa,
tetapi termasuk juga penghormatan kepada mereka
yang patut dihormati seperti orang tua, dan juga orang
yang lebih tua dari kita.

2.1 Amisa Puja danPattipati Puja

Amisa puja adalah pemujaan atau penghormatan


dengan persembahan materi atau benda,
misalnyamemujamereka yang
patutdipujadengankembang,lilin,cendana,dupa, dll.

Pattipati puja adalah pemujaan atau


penghormatan dengan melaksanakan ajaran Buddha
Dharma, mempraktekkansila, Samadhi dan panna.

2.2 Sarana Puja

2.2.1. Paritta, Sutta, Dharani, dan Mantra

Paritta adalah perlindungan. Pembacaan paritta


menimbulkan ketenangan batinbagi mereka yang
mendengarkan dan juga bagi mereka yang telah
mepunyai keyakinan akan keberadaan kata-kata
Buddha.
Sutta adalah pengertian sebagai penguntai atau
penyambung bersama-sama, penarik, yang tetap dan
suatu metode.
Dharani adalah bentuk yang lebih singkat dari
sutta. Bentuk yang lebih sederhana dari dharani adalah
Mantra. Keduanya ini tidak dapat dipahami,
dibayangkan atau digambarkan, tetapi dapat dirasakan
kekuatannya.
2.2.2. Vihara (Uposathagara, Dhammasala, Kuti,
Perpustakaan,PohonBodhi)

Vihara adalah tempat untuk melaksanakan


kebaktian atau puja yang lengkap, terdiri dari:

Uposathagara, yaitu gedung uposatha


(persamuan para bhikkhu).
Dhammasala atau Dharmasala, yaitu tempat
puja-bakti dan pembabaran dhamma.
Kuti, yaitu tempat tinggal para bhikkhu,
bhikkhuni, samanera atau samaneri
Perpustakaan, yaitu tempat buku-buku agama
atau buku yang isinya ada hubungannya dengan
pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya.
Pohon Bodhi, atau pohon kebijaksanaan yang
mengingatkan umat Buddha kepada pencapaian
kebuddhaan oleh Petapa Gotama.

2.2.3. Cetiya atau Altar

Cetiya adalah tempat puja bakti umat Buddha


yang lebih kecil dan saranya lebih sederhana jika
dibandingkan dengan vihara.Di dalam cetiya hanya
terdapat Dhammasala dan altar, dan pada umumnya
tidak ada kuti maupun perpustakaan.
Altar adalah suatu tempat atau meja di mana
Buddha rupang atau pratima sang Buddha
ditempatkan. Di atas altar terdapat tempat bunga, lilin
dan dupa.

2.2.4. Stupa

Stupa (sansekerta) atau Thupa (pali) adalah suatu


monument yang didirikan sebagai tempat untuk
penempatan abu jenajah sisa kremasi atau benda
peninggalan (relik) dari orang suci atau Cakkavati (Raja
Sejagat).

2.3. Hari Raya Agama Buddha

2.3.1.MaghaPuja,
Biasanya jatuh pada purnama siddhi di bulan Febuari –
Maret. Pada hari ini kita memperingati dua kejadian
penting dalam masa hidup sang Buddha. Pertama
adalah berkumpulnya 1250 orang arahat di
viharaVeluvana, Rajagaha
2.3.2.VesakhaPuja,
Biasanya jatuh pada purnama siddhi di bulan Mei-Juni,
untuk memperingati kejadian penting yang berkenaan
denganTathagata, yaitu :
Hari lahirnya Pangeran Sidhatta Gotama pada
tahun 623 SM di taman lumbini.
Hari tercapainya Penerangan Sempurna oleh
pertapa Gotama dan menjadi Buddha pada tahun
588 SM di Hutan Gaya (Bodhgaya)
Hari Sang Buddha mencapai Parinibbana (wafat)
pada tahun 543 SM di Kusinara.

2.3.3.AsadhaPuja,
Biasanya jatuh pada purnama siddhi di bulan Juli-
Agustus (dua bulan sesudah Waisak). Hari asadha
diperingati oleh umat Buddha karena beberapa alasan
sebagai berikut :

Hari dimana sang Buddha memberikan khotbah


yang pertama. Khotbah ini “Dhammacakkappavattana
Sutta” (kothbah pemutaran dhamma).
Munculnya Sangha pertama di dunia. Sangha
adalah salah satu faktor atau sarana (perlindungan)
dalam Tisarana yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.
2.3.4.KhatinaPuja,
Dirayakan setiap tiga bulan sesudah hari asalha.
Perayaan ini diselenggarakan para umat Buddha
sebagai ungkapan perasaan terimakasih atau
menyadari perbuatan baik yang telah dilakukan oleh
para bhikkhu. Ungkapan terimakasih ini dinyatakan
dengan mempersembahkan baraang-barang
kebutuhan berupa jubbah, obat-obatan, perlengkapan
vihara dan kebutuhan sehari-hari.

HARI RAYA BUDDHIS MAHAYANA

Dalam tradisi Buddhis Mahayana, hari Waisak


berasal dari bahasa Sansekerta (Vaisakha) dan berasal
dari variannya. Vesakha dikenal dengan nama Vesak
atau Wesak dalam bahasa Sinhala. Hari raya Waisak
adalah hari suci Agama Buddha yang juga dikenal
dengan nama Visakha Puja. Di beberapa tempat
disebut juga sebagai “hari Buddha”. Dirayakan di bulan
Mei pada waktu terang bulan (purnama siddhi).

3. BUDDHA, BODHISATTA, ARAHAT

Buddha adalah guru manusia dan para dewa yang


menjadi guru junjungan kita, yang menemukan
kesunyataan dan mewariskannya kepada kita. Buddha
adalah suatu sebutan atau gelar dari suatu keadaan
batin yang sempurna. Buddha berarti “Yang sadar,
Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, atau Yang
telah mencapai kebebasan Agung dengan kekuatan
sendiri”.
Arahat adalah siswa Sang Buddha yang karena
ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran
Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih
sila, Samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi
serta melenyapkan semua kekotoran batin dan
mencapai tingkat kesucian tertinggi.
Bodhisatta adalah calon Buddha atau seseorang
yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha.
Buddha Sakyamuni sebelum menjadi Buddha terlebih
dahulu terlahir sebagai seorang Bodhisatta yang harus
menyempurnakan paramita atau sifat-sifat luhurnya.

4. DHAMMANIYAMA

4.1. Utu Niyama

Utu Niyama adalah hukum universal tentang


energy yang mengatur tebentuk dan hancurnya bumi,
planet, tata surya, temperatur, cuaca, halilintar, gempa
bumi, angin, ombak, matahari, gunung meletus,
membantu pertumbuhan manusia, binatang dan
pohon, atau segala sesuatu yang bertalian dengan
energi.

4.1.1. Alam Semesta

ALAM SEMESTA memiliki luas yang tidak terkira


dan apa yang ada di dalamnya pun tidak terhitung
jumlahnya. Dalam alam semesta terdapat banyak tata
surya. Terdapat hal lain yang menarik, yaitu adanya
banyak bumi yang dinyatakan dengan “ adanya seribu
Sineru, seribu jambudipa”. Dan adanya manusia yang
hdup di bumi-bumi itu dinyatakan dengan adanya
“Empat ribu Maharaja”. Jadi manusia dan bumi sebagai
tempat kehidupan manusia, ada banyak sekali dan
tersebar di alam semesta ini.

4.1.2. Kejadian Bumi dan Manusia

Kejadian bumi dan manusia menurut pandangan


Buddhis adalah berlangsung dalam proses yang sangat
lama sekali. Proses kejadian ini merupakan suatu
proses evolusi, namun bukan seperti evolusi dari
Darwin, hal ini dapat kita ikuti pada uraian berikut ini.
Kejadian bumi disebutkan secara singkat dalam
Mahaparinibbana Sutta, ketika Ssang Buddha
menerangkan tentang Delapan sebab gempa bumi
kepada bhikkhu Ananda sebagai berikut: ‘Bumi yang
sangat luas ini terbentuk dari zat cair; zat cair
terbentuk dari udara, dan udara ada di angkasa”.
(Mahaparinibbana Sutta)

4.1.3. Kehancuran Bumi

Kehancuran bumi kit aini berlangsung karena


dipengaruhi oleh ulah manusia, juga oleh Hukum
Universal itu sendiri, walaupun keterlibatannya adalah
wajar-wajar saja. Bumi kita hancur karena terjadi
ketidak-teraturannya sistem rotasi orbit tata surya
sehingga terjadi persilangan orbit dengan sistem
beberapa tata surya lain. Akibatnya sinar matahari dari
tujuh tata surya lain menerpa bumi yang
mengakibatkan bumi kita kepanasan, terbakar dan
lenyap.

4.2. Bija Niyama


Bija Niyama adalah hukum universal yang
berkaitan dengna tumbuh-tumbuhan(botani), yaitu
bagaimana biji, steak, batang, pucuk, daun dapat
bertunas, bertumbuh, berkembang, berbuah kemudian
dari satu bibit menghasilkan buah yang banyak atau
adanya berbagai jenis buah-buahan.

4.3. Kamma Niyama

Kamma Niyama adalah hukum universal tentang


Kamma yang dikenal sebagai hukum yang berkaitan
dengan moral atau hukum kamma. Kamma Niyama
disebut sebagai ajaran yang menekankan pada
tanggung jawab sehingga pengalaman hidup yang
ditemui merupakan tantangan yang harus dihadapi
untuk diatasi dan diselesaikan dengan baik dan
bijaksana bukannya dihindari, disesali dan ditinggal
pergi.

4.4. Citta Niyama

Citta Niyama adalah hukum universal tentang


pikiran atau batin, misalnya proses kesadaran, timbul
dan tenggelamnya kesadaran, kekuatan pikiran yang
dihasilkan karena sukses bermeditasi (samatha
bhavana) sehingga mencapai jhana, kesucian batin
degan melenyapkan semua kekotoran batin (vipassana
bhavana) dan sebagainya.

4.5. Dhamma Niyama

Dhamma Niyama adalah hukum universal tentang


segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat niyama
diatas tapi yang diajarkan oleh Sang Buddha setelah
ditemukan Beliau.

5. KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AJARAN


BUDDHA

5.1. Lokattara dan Ariya

Dasyabodhisattabhumi disebut sebagai tingkat


lokattara (tingkat di atas dunia), sebelum sampai ke
tingkat lokattara lebih dahulu harus menjalani tingkat
persiapan. Tingkat persiapan tersebut teridir atas 2
thap pula, yaitu Sambharamarga dan Prayogamarga.
Kedua tahap ini merupakan tahap kehidupan di dunia
atau laukika.
Dalam Buddha Dhamma makhluk suci disebut
juga dengan Ariya Puggala. “Ariya” artinya agung,
mulia baik atau benar. “Puggala” artinya individu,
seorang yang mulia atau agung.

5.2. Kitab Udana VIII. 3

Keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam


agama Buddha dapat kit atemukan dalam sabda-sabda
Sang Buddha, seperti dalam Kitab Udana :
“Para Bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak
Menjelma, Tidak Tercipta dan Yang Mutlak. Para
Bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak
Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada
pula kemungkinan untuk dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan dan pemunculan dari sebab
yang lalu. Tapi para Bhikkhu, karena ada yang Tidak
Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta,
Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan pemunculan
dari sebab yang lalu…” (Udana VIII. 3)

6.SAMADHI, SEBAGAI LANDASAN MEMAHAMI


DAN MENGERTI KETUHANAN YME
6.1.Bhavana

Meditasi atau Bhavana adalah cara untuk


memusatkan pikiran yang merupakan ringkasan dari
cara memusatkan pikiran dan pikiran terpusat. Dalam
hal ini, Bhavana adalah sinonim dengan “Samadhi”
yang berarti pengembangan batin.

6.1.1. Vipassana Bhavana

Vipassana Bhavana adalah meditasi pandangan


terang yang dilakukan dengan mengembangkan
pengertian sempurna mengenai sebuah objek dna
biasanya dimulai dengan Kayanupassana satipatthana
atau perhatian seksama pada jasmani, dst. hingga
mencapai kesucian batin.

6.1.2. Samatha Bhavana

Samatha Bhavana adalah meditasi ketenangan


batin yang dilakukan dengna memusatkan pikiran pada
sebuah objek hingga pikiran terpusat, menjadi tenang
dengan mencapai Rupa Jhana atau Arupa Jhana.

6.2. Nivarana, Jhana, Abinna


Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin
yang selalu menghambat perkembangan pikiran.
Nivarana ada 5 macam, yaitu :
1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kelelahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)
Jhana berarti kesadaran/ pikiran yang memusat
dan melekat kuat pada objek kammatthana/ meditasi,
yaitu kesadaran/ pikiran terkonsentrasi pada obyek
dengan kekuatan appana-samadhi (konsentrasi yang
mantap, yaitu kesadaran/ pikiran terkonsentrasi pada
obyek yang kuat). Jhana merupakan keadaan batin
yang sudah diluar aktivitas panca indera. Keadaan ini
hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan
tekun.
Abhinna berarti kemampuan atau kekuatan batin
yang luar biasa, atau tenaga batin. Abhinna akan
muncul dalam diri orang yang telah mencapai jhana-
jhana dimana jhana tingkat keempat merupakan dasar
untuk timbulnya abhinna ini. Namun, hal ini juga
bergantung pada kusala-kamma (perbuatan baik) dari
kehidupan yang lampau.

6.3. Visudhi dan Samyojana

Visudhi Magga artinya jalan kesucian yang


membahas tentnag cara umat awam (orang biasa)
menjadi Ariya Puggala (orang suci atau mulia). Visudhi
Magga terdiri dari 7 tahap, yang menerangkan
perkembangan batin seseorang (makhluk) yang
melaksanakan Dhamma untuk mencapai kesucian,
yaitu:
1. Sila Visuddhi
2. Citta Visuddhi
3. Ditthi Visuddhi
4. Kankhavitarana Visuddhi
5. Maggananadassana Visuddhi
6. Patipadananadassana Visuddhi
7. Nanadassana Visuddhi
Samyojana artinya belenggu, yang dalam
kaitannya dengan Buddha Dhamma berarti hal-hal
yang membelenggu makhluk sehingga tidak dapat
mencapai kebebasan. Belenggu-belenggu itu hanya
dapat dilenyapkan oleh orang yang melaksanakan
Vipassana Bhavana dan sekali belenggu itu telah
dilenyapkan maka ia tidak akan pernah muncul lagi.
Orang yang telah melenyapkan semua belenggu
disebut sebagai arahat.
Terdapat 10 macam samyojana, yaitu :
1. Sakkayaditthi
2. Vicikiccha
3. Silabbataparamasa
4. Kamaraga
5. Patigha
6. Ruparaga
7. Aruparaga
8. Mana
9. Uddhacca
10. Avijja

6.4. Ariya Puggala

Ariya Puggala adalah seseorang atau individu


yang agung atau mulia, makhluk suci yang telah
menghancurkan atau melenyapkan dengan tuntas tiga,
lima atau sepuluh samyojana sehingga mencapai
tingkat kesucian : Sotapanna, Sakadagami, Anagami
dan Arahat.
6.4.1. Sotapanna

Sotapanna atau Pemasuk Arus berarti seseorang


yang telah memasuki arus nibbana, pasti maju dengan
tegush sepanjang “Sang Jalan” tanpa adanya
kemungkinan mundur atau berhenti di dalam
perkembangan batinnya.
Terdapat 3 macam Sotapanna, yaitu :
1. Ekabiji Sotapanna adalah Sotapanna yang akan
terlahir kembali sekali lagi.
2. Kolamkola Sotapanna adalah Sotapanna yang akan
terlahir kembali dua atau tiga kali lagi.
3. Sattakkhatruparana Sotapanna adalah Sotapanna
yang akan terlahir kembali tujuh kali lagi.

6.4.2. Sakadagami

Sakadagami (Ia yang kembali sekali) adalah


setingkat lebih tinggi daripada Sotapanna, akan terlahir
kembali sekali lagi lalu mencapai Penerangan
Sempurna.

6.4.3. Anagami
Anagami artinya tidak kembali lagi, adalah
makhluk suci yang lebih tinggi dan kuat daripada
Sakadagami. Para Anagami akan terlahir kembali atau
hidup di alam Sudhavasa. Mereka akan mencapai
kesucian sempurna atau Arahat dan kemudian
parinibbana di alam Sudhavasa ini. Alam Sudhavasa
adalah alam para Anagami, yang akan mencapai
kesucian sempurna atau Arahat dan kemudian
parinibbana di alam ini.

6.4.4. Arahat

Arahat adalah siswa mulia yang telah


menghancurkan semua belenggu batin, dan
kehidupannya ketika mencapai kearahatan adalah
kelahirannya yang terakhir, karena setelah meninggal
dunia (parinibbana), maka tidak akan ada lagi kelahiran
baginya dalam suatu alam kehidupan manapun.

7. KONSEP KESELAMATAN

Dalam Buddha-Dhamma, tidak diajarkan adanya


sosok juru-selamat yang hanya dengan beriman
kepadanya dosa-dosa kita, umat manusia, akan
sepenuhnya terhapuskan, dan kita terjamin dalam
kehidupan yang kekal-abadi karenanya.
Sang Buddha, Guru Agung kita semua, hanyalah
penunjuk jalan, tetapi kita masing-masinglah yang
harus menjalani “Jalan-Pembebasan” tersebut, seperti
Sabda Beliau yang tertera dalam Dhamapada 160 :
“ Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi
diri sendiri. Karena siapa pula yang dapat menjadi
pelindung bagi dirinya ?
Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri
dengan baik, ia akan memperoleh perlindungan yang
amat sukar dicari. “
7.1. Ortodoks (keselamatan sepenuhnya
bergantung pada pengampunan)
7.2. Heterodoks (keselamatan dapat terjadi sebab
adanya pengampunan dan usaha manusia)
7.3. Independen (keselamatan sepenuhnya
tergantung pada usaha manusia)

Anda mungkin juga menyukai