Anda di halaman 1dari 12

BAB II  ISI

2.1           Pengertian Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi budha terbesar didunia. Candi ini merupakan salah satu
keajaiban dunia yang merupakan salah satu icon kebanggan Indonesia. Bangunan candi
memiliki wujud triangga  yaitu kepala, badan dan kaki. Masing-masing bagian ini memiliki
arti secara simbolis yaitu :

1.      Kepala melambangkan alam atas, yang merupakan alam para dewa;

2.      Badanmelambangkan alam antara yang mempunyai makna sebagai tempat manusiayang


telah meninggalkan tempat suci; dan

3.      Kaki yang melambangkan alam bawah yaitu tempat manusia biasa.

Beberapa peninggalan bersejarah tersebut adalah Candi Prambanan dari kerajaan Hindu dan
Candi Borobudur dari kerajaan Buddha. Kegunaan candi adalah sebagai tempat pemujaan
dewa oleh agama Hindu atau Buddha dan tempat disemayamkannya raja atau pemuka
agama.

2.2           Maksud dan Tujuan Dibangunnya Candi


Borobudur
            Menurut catatan sejarah, candi dibangun untuk memuliakan orang yang sudah
meninggal, khususnya para raja dan keluarganya. Abu jenazah aja atau keluarganya itu
ditaruh didalam candi, lalu pada candi ditaruh arca yang menggambarkan almarhum sebagai
Dewa. Biasanya didepan arca itu orang, menaruh sesaji untuk memuliakan almarhum.
Namun kadang – kadang pembuatan candi itu untuk tempat pemujaan dewa atau tempat
beribadah candi yang digunakan tempat ibadah biasanya candi yang bercorak agama Budha.
Candi yang dibuat dari batu – batu yang dipahat. Batu – batu yang telah dipahat itu disusun
rapi, sehingga terbentuklah candi. Pada dinding candi terdapat pahatan yang disebut relief
pada candi yang memiliki makna. Makna pada bangunan dan relief itu menunjukkan betapa
tinggi peradapan nenek moyang kita. Candi Borobudur adalah canti agama Budha, candi
didirikan pada tahun 824 M. pada masa pemerintahan raja Samaratungga dari Dinasti
Syailendra.

Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah
Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah pada
khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad
Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di
lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang
bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas
Hindu. Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh
wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung
tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur. Akan tetapi
kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu
perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki
asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di
dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut
dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan kurang lebih sekitar tahun 800
M.

2.3           Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 sebelum masehi atau abad ke 9 .
Borobudur dibangun oleh pengikut Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Dinasti
Dinasti. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti dinasti. Pendiri Candi Borobudur,
Raja Samaratungga dari atau dinasti dinasti dinasti. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar
824 AD dan selesai sekitar 900 Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani
putri Samaratungga. Sementara arsitek yang membantu membangun candi ini untuk cerita
turun-temurun bernama Gunadharma.

 Beberapa Penafsiran Nama Borobudur

Dari beberapa literarur yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat yang berbeda
dari para ahli, antara lain:

a)      Kitab negara kertagema

Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca,
menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajradha.
Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut  tidak lain adalah Candi Borobudur. Karena
tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambilsuatu kesimpulan.

b)      Sir Thomas Stamford Raffles


Penafsiran tentang Borobudur juga telah dilakukan oleh Raffles berdasarkan keterangan
dari masyarakat luas yang menafsirkan bahwa:

  Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang dalam bahasa Jawa berarti Kuno.Tetapi bila
dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno” jelas tidak mengandung suatu
pengertian yang dapat dikaitkan dengan Candi Borobudur.Budha.Dengan demikian
Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.

  Namun kerana “Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno dapat diartikan banyak,maka Borobudur
dapat juga berarti “Budha yang Banyak”.

  Jika dikaji secara teliti,maka keterangan yang dikemukakan oleh Raffles memang tidak ada
yang memuaskan.”Boro jaman Kuno” kurang mengena. ”Sang Budha yang Agung” maupun
“Budha yang banyak”.Kurang mencapai sasaran.Perubahan kata “Budha menjadi Budur”
misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu bahasa,karena sukar
dapat diterima.(Soekmono, 1981)

c)      Poerbatjaraka

Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berati “Biara
Budur”.Penafsiran ini memang sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan
bukti-bukti yang ada.

Penyelidikan dan penggalian yang dilakukan tahun 1952 di halaman sebelah barat laut
bangunan Candi Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta
perunggu berukuran besar.Penemuan fondasi batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan
yaitu merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.

Selanjutnya jika dihubungkan dengan Kitab Negara Kertagama mengenai “Budur”


maka besar kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.Namun demikian
masih merupakan suatu pertanyaan mengapa Biara dalam hal ini penamaan menggantikan
Candinya,padahal Candi jauh lebih penting dari biaranya.

d)     De Casparis

De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasasti yang kemungkinan


merupakan asal kata Borobudur.Dalam prasasti SRI KAHULUNAN  YANG BERANGKA 842
Masehi dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara” yaitu suatu sebutan untuk bangunan suci
pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.

Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap dalam prasasti dan
rekonstruksi yang teliti terhadap geografi daerah yang terjadinya peristiwa sejarah bertalian
dengan prasasti tersebut,maka De Casparis itu menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara
Budhara tidak lain adalah Borobudur.(Soekmono,1981)

e)      Drs. Soediman

Didalam bukunya “Borobudur salah satu keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti
nama Borobudur sampai sekarang masih belum jelas.Dijelaskan pula bahwa Borobudur
berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa sansekerta
“Vihara”yang berarti kompleks Candi dan “Bihara”yang berati asrama.”Budur” dalam bahasa
Bali  Beduhur yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau Vihara dan
kelompok Candi yang terletak diatas tanah yang tinggi atau bukit.

Penemuan Kembali

Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah yang
ada di daerah sekelilingnya. Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni
terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi
bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan.

Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu


yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di
hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan
sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja
menghiasi atau membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah
pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan
berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser
ke Timur. Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh
macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi
bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul
dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia
di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M. Pada tahun 1835 M seluruh candi di
bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang
bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia
mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di
sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan
semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.

A.     Penyelamatan I

Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran


kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta
pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur
yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf
dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi
dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding
terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak
miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri
namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan
dari kerusakan yang lebih besar. Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah
di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari
bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara
tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat
merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding
– dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai
50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf
itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah.

B.      Pemugaran Candi Borobudur

Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya


pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda
lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai
teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur
sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang
sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh
badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti
penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
(PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE
FILIPINE). Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu
tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur
serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari
1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat +
20 Ton. Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu
yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi
menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga
yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi
Borobudur.

Bangunan Candi Borobudur

a. Uraian Banguan Candi Borobudur

Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3


bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik
pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada
ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.

Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M. Panjang bangunan Candi Borobudur 123
M. Pada sudut yang membelok 113 M. Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M. Pada
kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar
undaknya.  Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang
terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya:

1.           Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat
pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat
pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah
yang melukiskan hukum sebab akibat.

2.           Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah
meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini
terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.

3.          Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa
bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.

b.       Patung

Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya
sebagai berikut:

Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah Sedangkan pada teras – teras I,
II, III berjumlah : 72 Buah. Jumlah : 504 Buah

Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:

                                  i.            Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha

                                ii.            Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha

                              iii.            Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha

                              iv.            Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha

                                v.            Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha

                              vi.            Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha

                            vii.            Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha

                          viii.            TerasBundar III Terdapat : 16 Patung Budha


Jumlah : 504 Patung Budha

Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga
perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya
adalah dalam sikap tangannyayang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap
patung sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena
macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan
Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada
umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5
kelima mudra it adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya –
Mudra, Dharma Cakra – Mudra.

c.       Patung Singa

Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung
singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya
berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi
Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi
Borobudur yang megah dan anggun.

d.      Stupa

         Stupa Induk

Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling
atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis
tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak
di atas Padmaganda dan juga terletak di garis Harmika.

         Stupa Berlubang / Terawang

Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras
I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah stupa
berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu:

Teras I terdapat 32 Stupa

Teras II terdapat 24 Stupa

Teras III terdapat 16 Stupa

Jumlah 72 Stupa

         Stupa kecil

Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang
menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi
hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada
langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian
berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
e.      Relief

Bagan Relief

Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Pigura

Kaki candi asli ----- Karmawibhangga 160

a. Lalitawistara 120
dinding
b. jataka/awadana 120
Tingkat I
a. jataka/awadana 372
langkan
b. jataka/awadana 128

dinding Gandawyuha 128


Tingkat II
langkan jataka/awadana 100

dinding Gandawyuha 88
Tingkat III
langkan Gandawyuha 88

dinding Gandawyuha 84
Tingkat IV
langkan Gandawyuha 72

Jumlah 1460

  Relief Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana bangunan


aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi di buatkan batu tambahan
sebagai penutup. Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi
dinding batu yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga
adalah naskah yang menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan
baik dan jahat. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap
pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan
hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia danpahala. Secara
keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup -
mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang
akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan
dapat dilihat oleh pengujung.

Relief Karmawibhanga yang terdapat pada bagian Kamadhatu berjumlah 160 buah pigura
yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat
perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima tetapi ada juga perbuatan baik serta
pahalanya. Yang di perlihatkan pada relief – relief itu antara lain:

         Gambaran mengenai mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk – mabukan perbuatan
– perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.

         Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci
bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat
ketentraman hidup dan dapat pahala

  Lalitawistara merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief


(tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha
dari surga Tushita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan
relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut
menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief
tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran
Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara
simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di
sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

  Jataka dan Awadana

Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela
berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain
manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang melibatkan
tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti manusia. Sesungguhnya, pengumpulan jasa
atau perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-
Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam
kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan
sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan
yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita
Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

  Gandawyuha merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah


cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan
Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura
didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian
penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur
terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan
mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini
dipahat dari bahan batu andesit.

Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi


luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung, baris keempat
72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di
tingkat Rupadhatu.Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha
diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar
pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16
stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300
telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala
buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus
diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra:
Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas
menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur,
Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut
menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di
dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra  melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna
simbolisnya tersendiri.

1. Bhumisparca Mudra

Letak: Arca ini menghadap timur dan menjadi tanda khusus bagi Dhyani
BuddhaAksobhya  sebagai penguasa Timur.

Makna: Sikap tangan sedang menghadap kebawah, tangan kiri terbuka dan
menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan
jari-jari menunjuk kebawah. Melambangkan saat sang Buddha memanggil Dewi Bumi
sebagai saksi ketika dia menangkis serangan iblis Mara.

2. Wara Mudra

Letak: Mudra  ini dapat dikenali DhyaniBuddha Ratna Sambawa yang bertahta di


Selatan. Arca ini menghadap selatan.
Makna: Telapak tangan yang kanan menghadap keatas sedangkan jari-jarinya
terletak di lutut kanan. Mudra  ini melambangkan pemberian amal.

3. Dyhana Mudra

Letak:  Arca ini menghadap ke Barat dan merupakan tanda khusus


bagi Dhyani Buddha Amitabha yang menjadi penguasa daerah Barat.

Makna: Mudra  ini menggambarkan sikap semedi, kedua tangan diletakkan di


pangkuan, yang kanan diatas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua
jempolnya saling bertemu.

4. Abhaya Mudra

Letak :  Arca ini menghadap ke Utara Langkan dan merupakan tanda khusus
bagi Dhyani Buddha Amogasidha yang berkuasa di Utara.

Makna: Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, tangan kanan diangkat


sedikit diatas lutut kanan dengan telapak menghadap muka. Mudra  ini menggambarkan
sikap tangan sedang menenangkan dan menyatakan ketidak gentaran.

5. Witarka Mudra

Letak: Mudra  ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana.Arca ini terdapat di


tengah, pada tingkat Rupadhatu  di pagar langkan baris kelima (teratas).

Makna: Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan
diangkat sedikit diatas lutut kanan dengan telapak menghadap muka, jaritelunjuk dan ibu
jari bersatu. Mudra  ini menggambarkan akal budi.

6. Dharmacakra Mudra

Letak: Mudra  ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana yang daerah
kekuasaannya terletak di pusat.

Makna: Kedua tangan diangkat sampai ke depan dada, yang kiri dibawah yang kanan.
Tangan kiri menghadap ke atas dengan jari manisnya, serupa dengan gerakan memutar
roda. Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma.
2.4           Letak Candi Borobudur

Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit pada ketinggian ± 15m di atas dataran di
sekitarnya.

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,  Kabupaten Magelang,


Propinsi Jawa Tengah, Negara Indonesia,  ± 41 km dari Yogyakarta. ±80km dari Kota
Semarang, Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Candi borobudur juga dikelilingi oleh
pegunungan Menoreh di sisi Selatan, Gunung Merapi (2411m) dan Gunung Merbabu
(3142m) di sisi Timur, serta Gunung Sumbing (2271m) dan Gunung Sindoro (3135m) di sisi
Barat Laut. Disebelah Timur Candi Borobudur juga  terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.

Anda mungkin juga menyukai