2.1 Pengertian Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi budha terbesar didunia. Candi ini merupakan salah satu
keajaiban dunia yang merupakan salah satu icon kebanggan Indonesia. Bangunan candi
memiliki wujud triangga yaitu kepala, badan dan kaki. Masing-masing bagian ini memiliki
arti secara simbolis yaitu :
Beberapa peninggalan bersejarah tersebut adalah Candi Prambanan dari kerajaan Hindu dan
Candi Borobudur dari kerajaan Buddha. Kegunaan candi adalah sebagai tempat pemujaan
dewa oleh agama Hindu atau Buddha dan tempat disemayamkannya raja atau pemuka
agama.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah
Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah pada
khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad
Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di
lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang
bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas
Hindu. Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh
wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung
tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur. Akan tetapi
kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu
perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki
asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di
dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut
dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan kurang lebih sekitar tahun 800
M.
2.3 Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 sebelum masehi atau abad ke 9 .
Borobudur dibangun oleh pengikut Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Dinasti
Dinasti. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti dinasti. Pendiri Candi Borobudur,
Raja Samaratungga dari atau dinasti dinasti dinasti. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar
824 AD dan selesai sekitar 900 Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani
putri Samaratungga. Sementara arsitek yang membantu membangun candi ini untuk cerita
turun-temurun bernama Gunadharma.
Dari beberapa literarur yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat yang berbeda
dari para ahli, antara lain:
Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca,
menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajradha.
Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah Candi Borobudur. Karena
tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambilsuatu kesimpulan.
Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang dalam bahasa Jawa berarti Kuno.Tetapi bila
dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno” jelas tidak mengandung suatu
pengertian yang dapat dikaitkan dengan Candi Borobudur.Budha.Dengan demikian
Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.
Namun kerana “Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno dapat diartikan banyak,maka Borobudur
dapat juga berarti “Budha yang Banyak”.
Jika dikaji secara teliti,maka keterangan yang dikemukakan oleh Raffles memang tidak ada
yang memuaskan.”Boro jaman Kuno” kurang mengena. ”Sang Budha yang Agung” maupun
“Budha yang banyak”.Kurang mencapai sasaran.Perubahan kata “Budha menjadi Budur”
misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu bahasa,karena sukar
dapat diterima.(Soekmono, 1981)
c) Poerbatjaraka
Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berati “Biara
Budur”.Penafsiran ini memang sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan
bukti-bukti yang ada.
Penyelidikan dan penggalian yang dilakukan tahun 1952 di halaman sebelah barat laut
bangunan Candi Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta
perunggu berukuran besar.Penemuan fondasi batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan
yaitu merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.
d) De Casparis
Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap dalam prasasti dan
rekonstruksi yang teliti terhadap geografi daerah yang terjadinya peristiwa sejarah bertalian
dengan prasasti tersebut,maka De Casparis itu menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara
Budhara tidak lain adalah Borobudur.(Soekmono,1981)
e) Drs. Soediman
Didalam bukunya “Borobudur salah satu keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti
nama Borobudur sampai sekarang masih belum jelas.Dijelaskan pula bahwa Borobudur
berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa sansekerta
“Vihara”yang berarti kompleks Candi dan “Bihara”yang berati asrama.”Budur” dalam bahasa
Bali Beduhur yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau Vihara dan
kelompok Candi yang terletak diatas tanah yang tinggi atau bukit.
Penemuan Kembali
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah yang
ada di daerah sekelilingnya. Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni
terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi
bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan.
A. Penyelamatan I
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M. Panjang bangunan Candi Borobudur 123
M. Pada sudut yang membelok 113 M. Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M. Pada
kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar
undaknya. Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang
terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya:
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat
pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat
pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah
yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah
meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini
terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa
bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya
sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah Sedangkan pada teras – teras I,
II, III berjumlah : 72 Buah. Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga
perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya
adalah dalam sikap tangannyayang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap
patung sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena
macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan
Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada
umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5
kelima mudra it adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya –
Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
c. Patung Singa
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung
singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya
berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi
Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi
Borobudur yang megah dan anggun.
d. Stupa
Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling
atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis
tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak
di atas Padmaganda dan juga terletak di garis Harmika.
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras
I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah stupa
berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu:
Jumlah 72 Stupa
Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang
menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi
hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada
langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian
berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
e. Relief
Bagan Relief
a. Lalitawistara 120
dinding
b. jataka/awadana 120
Tingkat I
a. jataka/awadana 372
langkan
b. jataka/awadana 128
dinding Gandawyuha 88
Tingkat III
langkan Gandawyuha 88
dinding Gandawyuha 84
Tingkat IV
langkan Gandawyuha 72
Jumlah 1460
Relief Karmawibhanga yang terdapat pada bagian Kamadhatu berjumlah 160 buah pigura
yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat
perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima tetapi ada juga perbuatan baik serta
pahalanya. Yang di perlihatkan pada relief – relief itu antara lain:
Gambaran mengenai mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk – mabukan perbuatan
– perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.
Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci
bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat
ketentraman hidup dan dapat pahala
Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela
berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain
manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang melibatkan
tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti manusia. Sesungguhnya, pengumpulan jasa
atau perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-
Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam
kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan
sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan
yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita
Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur
terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan
mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini
dipahat dari bahan batu andesit.
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus
diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra:
Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas
menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur,
Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut
menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di
dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna
simbolisnya tersendiri.
1. Bhumisparca Mudra
Letak: Arca ini menghadap timur dan menjadi tanda khusus bagi Dhyani
BuddhaAksobhya sebagai penguasa Timur.
Makna: Sikap tangan sedang menghadap kebawah, tangan kiri terbuka dan
menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan
jari-jari menunjuk kebawah. Melambangkan saat sang Buddha memanggil Dewi Bumi
sebagai saksi ketika dia menangkis serangan iblis Mara.
2. Wara Mudra
3. Dyhana Mudra
4. Abhaya Mudra
Letak : Arca ini menghadap ke Utara Langkan dan merupakan tanda khusus
bagi Dhyani Buddha Amogasidha yang berkuasa di Utara.
5. Witarka Mudra
Makna: Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan
diangkat sedikit diatas lutut kanan dengan telapak menghadap muka, jaritelunjuk dan ibu
jari bersatu. Mudra ini menggambarkan akal budi.
6. Dharmacakra Mudra
Letak: Mudra ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana yang daerah
kekuasaannya terletak di pusat.
Makna: Kedua tangan diangkat sampai ke depan dada, yang kiri dibawah yang kanan.
Tangan kiri menghadap ke atas dengan jari manisnya, serupa dengan gerakan memutar
roda. Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma.
2.4 Letak Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit pada ketinggian ± 15m di atas dataran di
sekitarnya.