Asal usul nama Candi Borobudur masih menjadi misteri sampai sekarang karena tidak
ada bukti baik berupa prasasti atau pun kitab yang menjelaskan nama asli dari Candi
ini. Beberapa mitos mengenai asal usul penamaan Candi Borobudur ada yang
mengatakan bahwa candi ini berasal dari kata "Samara Budhara" artinya gunung
dengan lereng berteras-teras. Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa asal
usul penamaan Borobudur dari ucapan Buddha yang mengalami perubahan.
Lalu siapa yang memberi nama Candi Borobudur? Berdasarkan sejarahnya, orang
pertama yang menyebutkan candi ini dengan nama "Borobudur" adalah Sir Thomas
Stanford Raffles. Ia menyebutkan nama Borobudur dari dua kata yaitu Bore dan Budur.
Bore memiliki arti Dasa tempat ditemukan candi, sementara budur memiliki arti purba.
Pendapat tersebut ditulis dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Pulau Jawa".
Asal usul mengenai nama Candi Borobudur sampai saat ini belum disepakati oleh
beberapa ahli sejarah. Berdasarkan Kitab Negarakertagama disebutkan mengenai budur
yang merupakan sebuah bangunan suci penganut agama Buddha dengan aliran
Vajradhara. Sementara itu, menurut Casparis (Pada Prasasti Kahulunan tahun 842
Masehi) dijelaskan mengenai Kawulan i Bhumi Sambhara. Dari isi prasasti tersebut
beliau berpendapat bahwa Candi Borobudur adalah candi yang digunakan sebagai
tempat pemujaan.
Kapan Candi Borobudur didirikan? Berdasarkan bukti yang nyata pada isi tulisan di
batu-batu yang terdapat di Candi Borobudur disitu disebutkan bahwa candi ini
dibangun pada tahun 780 Masehi atau pada masa Wangsa Sanjaya berkuasa di Kerajaan
Mataram. Proses pembangunan membutuhkan waktu yang lama hingga dapat
diselesaikan pada tahun 830 masehi atau sekitar 50 tahun (saat Raja Samaratungga
berkuasa)
Beberapa pendapat bermunculan mengenai tokoh arsitek yang membangun candi ini,
ada yang berpendapat Candi Borobudur dibangun oleh arsitek yang bernama
Gunadharma. Akan tetapi bukti tertulis mengenai tokoh yang membangun belum juga
dapat ditemukan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, Candi Borobudur sebelum
ditemukan keberadaannya yaitu telah terkubur oleh lava dari letusan Gunung Merapi,
kemudian berhasil ditemukan setelah 1 ribu tahun atau lebih tepatnya sekitar tahun
1814 Masehi.
Pembangunan Candi Borobudur
Tahap Pertama : Pembangunan dimulai pada tahun 780 Masehi, tahap pertama
ini candi masih berupa bangunan kecil yang berbentuk teras bertumpuk
berjumlah 3. Tahap ini mulanya bangunan dirancang berbentuk piramida kecil
dan kemudian dihancurkan.
Tahap Keempat & Kelima : Tahap ini terjadi beberapa perubahan, meliputi
menambahkan relief baru, perubahan patung dan tangga di sepanjang Jalan
candi. Dekorasi pada monumen pun dirubah namun simbolnya tetap sama.
Keberadaan relief di Candi Borobudur merupakan karya seni tinggi yang memiliki nilai
tak terhingga dan sangat mahal harganya. Pada tahap pertama pembangunan candi,
terdapat relief pada bagian kaki bangunan. Relief ini menggambarkan tentang hukuman
berat bagi setiap orang yang berbuat jahat (berkelahi dan membunuh hewan).
Pada bagian dinding pertama, candi borobudur terdiri dari empat relief meliputi 2 pada
bagian serambi dan 2 di tembok utama. Relief di bagian serambi menggambarkan
tentang Buddha dari lahir dan kisah hidupnya. Sementara itu, relief pada dinding utama
menggambarkan kehidupan hingga mendapatkan pencerahan serta sang budha sebagai
guru bertapa.
Pada bagian ke lima terdapat 3 gambaran bagian atasnya. Relief bagian atas
menggambarkan tentang seorang pemuda anak dari pedagang yang memiliki nama
Sudhana. Tokoh ini mencari pencerahan dengan berguru ke beberapa guru. Rata-rata
relief di bagian atas menceritakan kehidupan tentang Sudhana. Terdapat pula relief
transportasi yang digunakan Sudhana untuk bepergian yakni dengan gajah dan kereta
kuda.
Sementara itu, pada bagian terakhir relief yang terdapat di Candi Borobudur dibagian
teras atas menceritakan tentang Sudhana melakukan sumpah untuk menjadi Bodistava.
Relief yang terdapat dibagian paling atas ini menunjukan bahwa pada bagian ini
merupakan bagian yang sangat dihormati di bangunan Candi Borobudur. Relief-relief
yang terdapat digambarkan dengan tujuan para peziarah yang datang untuk mengikuti
jejak Sudhana.
Keruntuhan dan Penemuan Kembali Candi Borobudur
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Candi Borobudur pernah terkubur oleh Lava dari
Letusan Gunung Api Merapi yakni pada sekitar tahun 950 Masehi. Setelah terkubur,
kemudian dapat ditemukan ditemukan kembali setelah hampir selama 1000 tahun
selanjutnya, yakni tahun 1814. Penemu Candi Borobudur adalah Raffles, dia merupakan
orang inggris. Ia pertama kali mendapatkan informasi mengenai keberadaan tumpukan
batu bergambar ketika ia berkunjung di kota Semarang.
Pemugara kedua Candi Borobudur dilakukan pada tahun 1973 sampai dengan tahun
1983. pada tahap ini dilakukan pembongkaran candi. Pembongkaran dilakukan dengan
tujuan untuk penguatan candi. Pada proses ini, bagian dinding dan fondasi diberi beton
bertulang hal ini untuk menguatkan candi. Selain itu, candi-candi dibersihkan, batunya
diteliti dan juga diberi pengawet. Proses terakhir yaitu menyusun kembali bangunan
Candi Borobudur seperti semula.
Saat ini Candi Borobudur merupakan salah satu tempat wisata di Indonesia yang
menjadi primadona bagi wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Hal ini tidak lepas
dari peran UNESCO yang telah mengakui Candi Borobudur sebagai warisan budaya
dunia pada tahun 1991. Tidak hanya bagi wisatawan, tetapi bagi umat Buddha yang ada
di Indonesia maupun kawasan Asia, Candi Borobudur masih memiliki penting.
Candi Borobudur juga sering digunakan untuk upacara keagamaan. Umat Buddha
misalnya, mereka sering menggunakan Candi Borobudur sebagai pusat kegiatan
keagamaan saat hari Waisya. Oleh karena itu, saat hari Waisya Candi Borobudur sangat
ramai dan dipenuhi pengunjung yang bukan hanya wisatawan tetapi umat Buddha
Indonesia maupun Asia.
Candi Borobudur Jadi Tempat Ibadah Umat Buddha Sedunia
Pemerintah pada Februari 2022 resmi mencanangkan Candi Borobudur menjadi tempat
ibadah sedunia. Selain itu, pemerintah juga mencanangkan Candi Prambanan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Candi Pawon, dan Candi Mendut di Jawa Tengah menjadi tempat
ibadah umat Hindu dan Buddha dari seluruh dunia. Menurut Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X, pemanfaatan Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Mendut,
dan Candi Pawon untuk tujuan keagamaan akan berfokus pada nilai-nilai spiritual dan
pendidikan dari situs tersebut. Sri Sultan berharap masyarakat yang berkunjung tidak
sekadar melihat aspek keindahan candi, tetapi juga kegiatan peribadatan yang
dilakukan oleh umat Hindu dan Buddha. “Pemanfaatan dilakukan dengan tetap
memperhatikan aspek pelestarian cagar budaya dan nilai-nilainya serta tidak
bertentangan dengan regulasi baik dari Pemerintah Indonesia maupun UNESCO,” kata
Sultan seperti dikutip dari Antara. Menurut Koordinator Staf Khusus Menteri Agama,
Adung Abdul Rochman, Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi
Mendut selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian,
kebudayaan serta pariwisata. Melalui pencanangan ini, fungsi candi-candi tersebut akan
mencakup kepentingan ritual merujuk tujuan awal didirikan. Kementerian Agama,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Pemprov DIY dan Pemprov Jateng
menggelar penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) mengenai pemanfaatan empat
candi tersebut menandai pencanangan ini pada 11 Februari 2022.
Fakta menarik pertama dari Candi Borobudur ini adalah dimana di dalam candi
ternyata menyimpan 2672 panel relief dan 504 arca Budha. Hal ini tentunya membuat
Borobudur menjadi salah satu candi terlengkap dan terbanyak reliefnya dalam skala
dunia.
Fakta kedua mungkin sudah bukan sesuatu yang asing lagi bahwa candi ini memiliki
banyak sekali arca. Bahkan, arca dari kepala Budha ini sering kali dikaitkan dengan
cerita mitos yang hinggga kini masih dipercaya kebenarannya.
Banyak cerita mengatakan bahwa jika Anda bisa meraih wajah kepala Budha yang
berada di dalam tempurung arcanya, maka segala keinginan Anda bisa terwujud. Hal
inilah yang kemudian membuat maraknya kasus pencurian arca ini terjadi. Selain itu,
pencurian juga dilakukan dengan menjual arca tersebut sebagai barang antik dengan
harga jual tinggi.
Fakta berikutnya mengatakan bahwa ternyata Candi Borobudur ini pernah di bom
tepat pada tanggal 21 Januari 1985, tepatnya berselang dua tahun setelah proses
pemugaran ke-2 dilakukan. Pemboman ini dikaitkan dengan pemahaman radikal yang
mana 9 dari 13 bom tersebut meledak dan menghancurkan banyak balok stupa.
Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga sempat memberikan arca berharga ini
kepada Thailand dan Inggris secara cuma-cuma. Hal ini dilakukan karena pemerintahan
Hindia Belanda ingin memberikan buah tangan kepada Raja Thailand yang berkunjung
kala itu, yakni Chulalongkorn II.
Bahkan, fakta yang terakhir sedikit mencengangkan yakni dimana ternyata pemerintah
dari Hindia Belanda ini pernah mendirikan sebuah warung kopi di puncak stupanya
ketika baru pertama kali ditemukan.