Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Candi borobudur merupakan warisan budaya bangsa indonesia yang terkenal


sampai ke seluruh dunia. Bangunan ini merupakan candi budha terbesar didunia dan
ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO. Lokasi ini terletak
di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan dibangun oleh Raja
Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra.
Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari
bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur berasal dari
kata Beduhur yang berarti di atas, dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas
bukit. Sementara menurut sumber lain berarti sebuah gunung yang berteras-teras
(budhara), sementara sumber lainnya mengatakan Borobudur berarti biara yang
terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat,
berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter
setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi
borobudur tersusun oleh andesit yang memiliki porositas tinggi sehingga memiliki
daya tekan lebih rendah, walaupun kebanyakan disusun oleh batuan andesit tetapi
banyak ragam batuan penyusun candi borobudur. Andesit menjadi dominan karena
posisi gunung merapi yang mengandung magma dan membeku.
Ada beberapa hal yang membedakan Candi Borobudur dengan candi-candi
lain. Pertama, Candi Borobudur berbentuk paling besar. Karena itu Candi Borobudur
dianggap sebagai monumen milik dunia. Kedua, Candi Borobudur termasuk
bangunan unik, dalam arti badan candi bisa dinaiki banyak pengunjung sekaligus.
Lokasi demikian sering menjadi sasaran utama para wisatawan.
Sesuai hukum alam, suatu benda semakin lama semakin lemah karena
berbagai macam faktor. Begitu pula tentunya dengan Candi Borobudur. Banyak faktor
yang menjadi pemicu kerusakan yang terjadi pada Candi Borobudur diantara yaitu
kondisi Candi borobudur yang dibangun di tempat terbuka, sehingga berisiko
mengalami berbagai kerusakan karena faktor alam, selain itu banyaknya pengunjung
yang datang sehingga terjadi gesekan dan sentuhan pada relief candi. Bahkan tangan-
tangan jahil dari pengunjung yang datang serta kurangnya pengawasan dari pihak
terkait bisa jadi menjadi salah satu faktor juga dalam kerusakan yang terjadi pada
bagian-bagian candi.
Atas beberapa masalah tersebut maka penulis ingin membuat sebuah karya
tulis dengan mengambil tema “Penyebab kerusakan bebatuan Candi Borobudur”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan tema yang diambil, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik bebatuan pada Candi Borobudur ?
2. Apa saja kemungkinan penyebab kerusakan bebatuan pada Candi Borobudur?

1.3. TUJUAN

Adapun yang menjadi tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik bebatuan pada Candi Borobudur
2. Mengetahui kemungkinan penyebab kerusakan bebatuan pada Candi Borobudur

1.4. MANFAAT

Adapun manfaat yang diperoleh :


1. Bagi Siswa
- Menjadi salah satu syarat untuk memperoleh raport
- Menambah ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan sejarah bangsa
indonesia dan perkembangannya
2. Bagi Sekolah
- Menjadi tambahan refrensi bacaan untuk siswa yang lain
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Candi Borobudur


2.1.1. Letak Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di kota Magelang, provinsi Jawa Tengah. Alamat
Candi Borobudur lengkapnya ada di Jl. Badrawati, Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari Semarang, 86 km dari
Surakarta dan 40 km dari DI Yogyakarta.

2.1.2. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Sejarah panjang dalam berdirinya candi Borobudur. Sampai saat ini tidak
ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun Borobudur dan apa
tujuan membangun candi ini. Diperkirakan candi Borobudur dibangun pada tahun 800
Masehi. Perkiraan waktu pembangunan candi didasarkan pada perbandingan antara
jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang
umumnya digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Candi borobudur
dibangun pada masa kerajaan dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan
antara kurun waktu 760 sampai 830 Masehi.

Borobudur adalah candi umat Budda yang berbentuk stupa yang didirikan oleh
para penganut Budda Mahayana sekitar tahun 800 –an Masehi pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Dinding Candi Borobudur dihiasi oleh pahatan
2672 panel relief yang tersusun sepanjang 6 km yang merupakan relief Budha
terbesar dan terlengkap di dunia. Relief yang terpahat di dinding tersebut dibagi
mejadi 4 kisah : yaitu Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awanda serta
Gandawyuda.

Relief ini banyak menceritakan tentang perjalanan hidup sang budha dan
ajaran-ajarannya serta kemajuan peradaban masyarakat jawa pada masa itu. Terdapat
10 relief kapal yang membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dulunya
adalah pelaut yang tangguh dalam mengarungi samudera. Untuk mengikuti cerita dan
alur dari relief yang terpahat di dinding candi Borobudur ini, pengunjung harus
berjalan searah jarum. Masuk melalui pintu sebelah timur berjalan searah jarum jam
agar posisi candi bisa selalu di sebelah kanan, hingga sampai di tangga timur dan naik
ke tingkat berikutnya. Berjalan seperti tersebut dilakukan secara berulang ulang
hingga semua tingkat dapat terlewati dan sampai ke puncak candi yang berupa induk
stupa.

Menurut prasasti yang bertanggal 26 Mei 824, candi Borobudur ini dibangun
oleh raja Samaratungga antara abad ke 8 – 9, bersamaan dengan pembangunan candi
Mendut dan Pawon. Pembuatan candi Borobudur ini dilakukan selama kurun waktu
75 tahun dipimpin oleh seorang arsitek yang bernama Gunadarma. Meski pada waktu
itu tekhnologi belum maju akan tetapi sudah ada seorang arsitek yang mampu
membangun sebuah candi sebanyak 60.000 m3 batu andesit yang berjumlah 2 juta
balok batu yang didatangkan dari sungai Progo dan sungai Elo yang selanjutnya
dirangkai membentuk piramida berundak dengan balok batu yang saling mengunci
hingga berbentuk sebuah candi yang sekarang bernama Candi Borobudur yang
terletak di sebuah bukit.

2.1.3. Sejarah Penemuan Candi Borobudur


Masuknya kerajaan Islam di abad ke 15 juga membuat Borobudur kian
dilupakan. Meski ada cerita dan legenda candi Borobudur yang beredar mengenai
kejayaan candi ini di masa lampau. Baru pada tahun 1814 Masehi, candi Borobudur
kembali ditemukan lagi. Saat itu pulau Jawa ada di bawah pemerintahan Inggris yang
dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles selaku gubernur jenderal. Raffles memiliki
ketertarikan pada sejarah dan kebudayaan Jawa. Saat melakukan inspeksi ke
Semarang, Raffles mendengar kabar adanya monumen besar yang letaknya
tersembunyi di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Ia kemudian mengutus H. C.
Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar
ini.
Dalam 2 bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan
semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah
yang mengubur candi ini. Ia melaporkan temuan ini dan memberi sketsa candi
Borobudur pada Raffles. Raffles pun dianggap berjasa atas penemuan kembali Candi
Borobudur dan mulai menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah
hilang ini. Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan
Kedu meneruskan kerja Cornelius. Pada tahun 1835 Masehi, akhirnya seluruh bagian
bangunan candi telah tergali dan bisa terlihat. Pemerintah Hindia Belanda
menugaskan F. C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik untuk
mempelajari monumen ini.
Setelah itu terus dilakukan penelitian terkait candi Borobudur oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Borobudur pun kian terkenal hingga mengundang kolektor candi
untuk berkunjung. Borobudur juga sempat menjadi target pencuri artefak candi untuk
kemudian dijual mahal. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan
agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat
kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen.
Namun seorang arkeolog bernama Groenveldt yang ditunjuk pemerintah menggelar
penyelidikan menyeluruh atas situs dan kemudian menyarankan agar bangunan ini
dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.

2.1.4. Sejarah Pemugaran Candi Borobudur

Sejarah berdirinya Candi Borobudur berlanjut dengan proses pemugaran. Pada


tahun 1900 Masehi, pemerintah Hindia Belanda mengambil langkah menjaga
kelestarian monumen ini. Dibentuklah komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk
meneliti monumen ini yang terdiri dari seorang sejarawan seni bernama Brandes,
seorang insinyur dan tentara Belanda bernama Theodoor van Erp dan insinyur ahli
konstruksi bangunan Departemen Pekerjaan Umum bernama Van de Kamer.

Pemugaran candi dilakukan dengan memperhatikan banyak hal. Hal-hal yang


dilakukan antara lain adalah perbaikan sistem drainase, pengaturan sudut bangunan,
pemindahan batu yang membahayakan, penguatan pagar langkan pertama dan
pemugaran beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama.

Hal lain yang harus ditambahkan adalah pembuatan pagar halaman candi dan
pembersihan kawasan. Proses pemugaran candi Borobudur dilakukan pada kurun
1907 sampai 1911 Masehi. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah pun beberapa kali
melakukan pemugaran meski berskala kecil.

Pada akhir 1960an, pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan


kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi
monumen ini. Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO mengambil
langkah untuk perbaikan menyeluruh candi dalam suatu proyek besar yang dimulai
sejak tahun 1975 sampai tahun 1982. Setelah renovasi, tepatnya pada tahun 1991,
UNESCO kemudian memasukkan Candi Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan
Dunia dan masuk dalam kriteria Budaya.

2.2. BEBATUAN
2.2.1. Pengertian Bebatuan
Batuan merupakan kumpulan mineral yang telah membeku. Batuan juga
merupakan elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui
proses pelapukan dan menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral,
sifat-sifat fisik, dan umur yang bermacam-macam. Umumnya batuan merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu zat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral sangat
banyak jenisnya ditambah dengan jenis kombinasinya.

2.2.2. Macam-macam Bebatuan dan Proses Terbentuk nya


1. Batuan Beku

Batuan beku atau yang disebut sebagai batuan igneus merupakan jenis batuan
dimana proses pembentukannya terjadi dari magma yang telah mengalami pembekuan
atau pendinginan. Salah satu contoh yaitu batuan andesit.

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik , ekstrusif, komposisi


menengah, dengan tekstur afanitik hingga porfiritik. Dalam pengertian umum,
Andesit adalah jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida
(SiO2) adalah 57-63% seperti digambarkan di diagram TAS. Susunan mineral
biasanya didominasi oleh plagioklas ditambah piroksen dan / atau hornblende.
Magnetit, zirkon, apatit, ilmenit, biotit, dan garnet adalah mineral aksesori umum.
Alkali feldspar dapat hadir dalam jumlah kecil. Kelimpahan feldspar-kuarsa di batuan
vulkanik andesit dan lainnya diilustrasikan dalam diagram QAPF.

Batuan andesit umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di


wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah
dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari
nama Pegunungan Andes.
Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi
dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai
material ini, misalnya: sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca
dll.

2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk di atas permukaan


bumi dan dibekukan pada suhu dan tekanan udara yang rendah. Batuan sedimen
sebenarnya merupakan bentukan dari batuan yang pernah ada sebelumnya yang sudah
terkena berbagai jenis pelapukan dan erosi tanah. Material hasil dari pelapukan dan
erosi ini kemudian mengendap di dalam sebuah cekungan dan berkumpul menjadi
satu sehingga lambat laun karena adanya tekanan udara dan suhu yang rendah
menjadikan kumpulan tersebut sebuah batu baru. Material tersebut kemudian
mengeras atau membentuk dan mengelami litifikasi sehingga menjadikan sebuah
batuan sedimen. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan
menjadi empat jenis yaitu batuan sedimen klasik, batuan sedimen biokimia, batuan
sedimen kimia dan batuan sedimen vulkanik.

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan sebuah batuan yang mengalami perubahan atau


transformasi dari batuan lainnya yang sudah ada sebelumnya dan dibersamai dengan
adanya proses metamorfosa sehingga membentuk bentuk baru yang berbeda dengan
jenis batuan sebelumnya. Proses pembentukan batuan metamorf juga bisa terjadi
karena adanya tabrakan lempeng benua yang bisa menyebabkan adanya tekanan
horizontal, distorsi dan gesekan pada lempeng tersebut. Batuan metamorf juga bisa
terbentuk karena adanya pemanasan dari magma yang ada di dalam perut bumi.

Ada beberapa jenis batuan metamorf dan bisa dibedakan menjadi batuan
metamorfosis kontak, batuan metamorf regional, batuan metamorf katalakstik, batuan
metamorf hidrotermal, batuan metamorf tindihan, dan batuan metamorf dampak.
2.2.3. Faktor Pelapukan Batuan

Pelapukan merupakan proses berubahnya batuan menjadi tanah secara alamiah


melalui proses kimia, fisika atau biologi. Pelapukan yang terjadi secara alami ini
terdiri atas berbagai macam jenis. Secara umum, jenis- jenis pelapukan ini terdiri atas
3 macam, yaitu pelapukan fisika, kimia, dan biologi atau organik. Penjelasan
mengenai masing- masing jenis pelapukan ini adalah sebagai berikut:

1. Pelapukan Fisika

Jenis pelapukan yang pertama adalah pelapukan fisika. Pelapukan fisika


merupakan pelapukan yang sering disebut sebagai pelapukan mekanik. Pelapukan
fisika adalah proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan adanya pengaruh faktor
fisik pada batuan. Ada faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Faktor
yang paling dominan tersebut adalah suhu udara tekanan, dan juga kristalisasi garam.
Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya
perubahan suhu atau iklim.

2. Pelapukan Kimia

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan kimia. Pelapukan kimia


merupakan proses pelapukan yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi yang ada
pada batuan melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan kimia ini, reaksi yang terjadi
pada proses pelapukan dibedakan menjadi tiga macam. 3 macam reaksi yang terjadi
pada pelapukan kimia ini antara lain adalah solution, hidrolisis, dan oksidasi.

3. Pelapukan Biologi atau Organik

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan biologi atau pelapukan


organik. Pelapukan biologi merupakan jenis pelapukan batuan yang dilakukan oleh
organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan tersebut berada. Dengan
kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan oleh makhluk hidup.
Pelapukan ini terjadi karena adanya peranan organisme- organisme tertentu. adapun
organisme- organisme yang berperan dalam pelapukan ini antara lain berupa binatang,
tumbuhan, jamur, bakteri, atau bahkan manusia.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Bebatuan Pada Candi Borobudur

Candi Borobudur tersusun dominan batuan andesit. Batu andesit banyak


digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga
perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai material ini, misalnya:
sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dll. Batuan andesit
banyak menyusun Candi Borobudur karena kondisi nya dekat dengan gunung merapi.

Namun jika diamati, andesit penyusun Candi Borobudur memiliki beberapa


macam karakteristik, misalnya dilihat dari segi warna, pertumbuhan lumut maupun
munculnya endapan garam. Dari hasil pengamatan di lapangan, andesit penyusun
Candi Borobudur dapat dikelompokkan menjadi 5 macam warna, yaitu: abu-abu,
abu-abu kecokelatan, abu-abu kehitaman, kemerahan dan hitam, meskipun jika
diamati lebih jauh perbedaan warna batuan terlihat secara gradasional, sehingga
macam warna batu bisa sangat banyak dan relatif (subjektif).

Batu penyusun Candi Borobudur yang berjenis andesit tersusun atas


komposisi kimia yang terdiri dari unsur-unsur utama yaitu silikat, aluminium, besi,
kalsium, magnesium, natrium, dan kalium. Dari hasil analisis komposisi kimia andesit
Candi Borobudur menunjukkan bahwa andesit berwarna relatif memiliki kandungan
silika lebih tinggi daripada andesit berwarna gelap. Selanjutnya untuk kandungan besi
(fe) andesit berwarna gelap memiliki nilai yang lebih tinggi daripada andesit berwarna
cerah.

3.2. Faktor Penyebab Kerusakan Pada Candi Borobudur

Faktor penyebab kerusakan pada Candi Borobudur antara lain disebabkan


oleh :
1. Fisika

Adalah faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Faktor yang
paling dominan tersebut adalah suhu udara tekanan, dan juga kristalisasi garam
(hujan). Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh
adanya perubahan suhu atau iklim.

Unsur- unsur cuaca dan juga iklim yang akan mempengaruhi proses pelapukan
antara lain adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain sebagainya.
Di daerah yang memiliki iklim lembab dan juga panas, batuan akan cepat mengalami
proses pelapukan. Selain itu pergantian antara siang dan juga malam yang dingin akan
semakin membuat pelapukan mudah terjadi, apabila hal ini dibandingkan dengan
daerah yang memiliki iklim dingin.

Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan pelapukan pada bebatuan yang
terdapat pada candi menjadi lebih cepat, prosesnya memang berlangsung dalam waktu
yang lama tetapi apabila hal ini tidak ditangani dengan benar maka akan
menyebabkan kerusakan pada Candi Borobudur.

Untuk menekan perubahan iklim memang sulit tetapi cara yang tepat untuk
melakukan minimalisir dari pelapukan fisika adalah melakukan pengecekan secara
berkala pada bagian-bagian candi serta melakukan perbaikan apabila telah ditemukan
bebatuan yang rusak.

2. Biologi

Faktor yang menyebabkan kerusakan pada candi borobudur juga disebabkan


oleh faktor biologi Faktor biologi merupakan jenis pelapukan batuan yang dilakukan
oleh organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan tersebut berada.
Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan oleh makhluk hidup.
Pelapukan yang terjadi pada batu Candi Borobudur salah satunya disebabkan oleh
tumbuhan tingkat rendah seperti lumut yang tumbuh pada permukaan batu.
Pertumbuhan lumut pada tiap blok batu tidak sama. Ada blok batu yang banyak
ditumbuhi oleh lumut, di sisi lain ada juga blok batu yang bersih dari pertumbuhan
lumut. Hal ini disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pelapukan batuan
ini terjadi karena adanya peranan organisme- organisme tertentu. adapun organisme-
organisme yang berperan dalam pelapukan ini antara lain berupa binatang, tumbuhan,
jamur, bakteri. Contohnya yaitu Lumut Kerak.
Lumut kerak adalah tumbuhan yang dapat hidup di batu. Dalam
pertumbuhannya lumut kerak mengeluarkan zat yang bersifat asam yang dapat
menghancurkan batu tempat hidupnya. Cendawan dan lumut yang menutupi
permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan
tersebut. Salah satunya adalah batuan di Candi borobudur yang akhir-akhir ini
dipenuhi oleh Lichenes, dan kabarnya batuan candi yang terletak di Kabupaten
Magelang tersebut terancam terjadi pelapukan. Melapuknya batuan candi dapat
berlangsung secara efisien, menunjukan bahwa lumut kerak akan tumbuh dengan baik
pada batuan. Garam-garam mineral pun mampu mempengaruhi tumbuhan dalam
batuan candi Borobudur, sedikit demi sedikit menjadi struktur tanah dan untuk dapat
mengikat nitrogen, sehingga pelapukan akan berjalan lebih cepat.
Bagian yang paling dominan rusak disebabkan oleh lumut kerak yaitu pada
bagian yang tersembunyi atau daerah yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Selain itu kerusakan akibat dari pertumbuhan lumut kerak adalah hancurnya segi-segi
arsitektur bangunan candi dan bentuk relief atau arca Candi Borobudur. Jika hal
tersebut tidak cepat diatasi maka masalah yang timbul akan semakin besar karena
dengan hancurnya batuan ataupun hancurnya struktur batuan maka Candi Borobudur
dimasa yang akan datang hanyalah sejarah yang tidak dapat dinikmati dan disaksikan
keberadaannya.
Lumut merupakan salah satu organisme penyebab pelapukan dan kerusakan
bangunan-bangunan benda cagar budaya, baik bangunan yang terbuat dari batu
maupun bata. Lumut mempunyai pengaruh yang lebih serius dalam proses pelapukan
batuan, karena akar lumut mampu menyusup ke dalam pori-pori batuan sambil
mengeluarkan zat-zat organik yang bersifat korosif terhadap sebagian mineral batuan.
Pertumbuhan organisme perusak pada batu dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
dan pelapukan batu. Hal tersebut terjadi karena organisme tersebut mengambil
mineral terlarut dari batuan pada saat melakukan aktivitasnya. Selain itu juga terjadi
degradasi mineral pada batuan itu sehingga batuan menjadi rapuh dan rusak. Untuk
menghindari kerusakan batuan lebih lanjut perlu dipikirkan metode pembersihan batu
dari pertumbuhan organisme-organisme yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan pelapukan batuan. Tujuan studi pengembangan metode pembersihan
lumut dengan pemanasan adalah untuk mengetahui efektifitas dan keamanan
pembersihan lumut dengan pemanasan. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan alternatif lain dalam pelaksanaan pembersihan benda cagar budaya yang
terbuat dari batuan.
Selama ini metode pembersihan lumut yang dilakukan dalam pembersihan
batu di Candi Borobudur adalah pembersihan secara kimiawi dan mekanis. Metode
pembersihan kimiawi menggunakan bahan kimia Hivar XL dengan konsentrasi 1%.
Pembersihan secara mekanis berupa penggosokan dengan sikat baik secara kering
maupun basah. Metode lain yang digunakan adalah pembersihan secara fisik
menggunakan steam cleaner. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menerangkan bahwa metode pembersihan yang dipakai mempunyai kelemahan,
khususnya pembersihan secara mekanis dan steam cleaner. Kelemahan tersebut di
antaranya adalah menimbulkan efek kerontokan pada permukaan batu.
Berdasarkan hasil penelitian metode pembersihan lumut dengan pemanasan
lebih efektif dibandingkan dengan pembersihan secara mekanis, tetapi metode
pembersihan dengan pemanasan ini kurang aman untuk digunakan pada benda cagar
budaya karena adanya kontak langsung antara permukaan benda dengan api. Dari
pengamatan mikroskopis terlihat adanya perubahan pada permukaan batu yang terjadi
setelah dilakukan proses pemanasan

3. Kimia
Faktor terjadinya kerusakan batuan pada Candi Borobudur adalah faktor kimia
yaitu berupa penggaraman. Munculnya penggaraman ini disebabkan oleh unsur yang
ada pada batu terlarut oleh air dan keluar melalui pori-pori batu akibat penguapan lalu
mengendap di permukaan batu. Karena itulah banyak faktor yang menyebabkan
penggaraman terjadi baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang
bekerja adalah air, karena keberadaan air ini dapat melarutkan unsur yang terkandung
pada batu. Selain itu faktor internal juga sangat mempengaruhi terjadinya
penggaraman, seperti keberadaan unsur yang dapat terlarut oleh air maupun porositas
batuan, karena keberadaan poripori pada batuan ini menjadi celah untuk keluarnya
hasil pelarutan yang pada akhirnya akan mengendap di permukaaan batuan sehingga
memudahkan proses pelapukan.

Untuk menekan terjadinya proses memang sulit tetapi cara yang tepat untuk
melakukan minimalisir dari pelapukan kimia adalah melakukan pengecekan secara
berkala pada bagian-bagian candi serta melakukan perbaikan apabila telah ditemukan
bebatuan yang rusak.

4. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan salah satu penyebab dari kerusakan Candi
Borobudur. Manusia yang tidak bertanggung jawab seperti menginjak area yang
dilarang untuk diinjak sehingga dapat mempercepat kerusakan pada batuan Candi.
Candi yang sering diinjak-injak tentu dampaknya semakin besar, batu yang usianya
sudah ratusan tahun lalu itu jadi cepat aus.

Banyak upaya yang dapat dilakukan pengelola cagar budaya dunia itu untuk
mengantisipasi kejadian tersebut. Mulai dari pemasangan rambu-rambu di tangga,
stupa, dan titik lainnya agar wisatawan tidak menginjak, duduk, maupun memanjat,
hingga penempatan petugas keamanan setiap hari.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

- Candi Borobudur tersusun dominan batuan andesit. Batuan andesit banyak


menyusun Candi Borobudur karena kondisi nya dekat dengan gunung merapi.
Andesit penyusun Candi Borobudur dapat dikelompokkan menjadi 5 macam warna,
yaitu: abu-abu, abu-abu kecokelatan, abu-abu kehitaman, kemerahan dan hitam,
meskipun jika diamati lebih jauh perbedaan warna batuan terlihat secara gradasional,
sehingga macam warna batu bisa sangat banyak dan relatif (subjektif).Batu
penyusun Candi Borobudur yang berjenis andesit tersusun atas komposisi kimia
yang terdiri dari unsur-unsur utama yaitu silikat, aluminium, besi, kalsium,
magnesium, natrium, dan kalium.

- Faktor penyebab kerusakan pada Candi Borobudur antara lain disebabkan oleh :
fisika adalah faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Pelapukan
fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya perubahan
suhu atau iklim. Faktor yang menyebabkan kerusakan pada candi borobudur juga
disebabkan oleh faktor biologi Faktor biologi merupakan jenis pelapukan batuan
yang dilakukan oleh organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan
tersebut berada. Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan
oleh makhluk hidup. Pelapukan yang terjadi pada batu Candi Borobudur salah
satunya disebabkan oleh tumbuhan tingkat rendah seperti lumut yang tumbuh pada
permukaan batu. Faktor terjadinya kerusakan batuan pada Candi Borobudur adalah
faktor kimia yaitu berupa penggaraman. Munculnya penggaraman ini disebabkan
oleh unsur yang ada pada batu terlarut oleh air dan keluar melalui pori-pori batu
akibat penguapan lalu mengendap di permukaan batu. Karena itulah banyak faktor
yang menyebabkan penggaraman terjadi baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor eksternal yang bekerja adalah air, karena keberadaan air ini dapat melarutkan
unsur yang terkandung pada batu. Selain itu faktor internal juga sangat
mempengaruhi terjadinya penggaraman, seperti keberadaan unsur yang dapat
terlarut oleh air maupun porositas batuan, karena keberadaan poripori pada batuan
ini menjadi celah untuk keluarnya hasil pelarutan yang pada akhirnya akan
mengendap di permukaaan batuan sehingga memudahkan proses pelapukan. Faktor
manusia merupakan salah satu penyebab dari kerusakan Candi Borobudur. Manusia
yang tidak bertanggung jawab seperti menginjak area yang dilarang untuk diinjak
sehingga dapat mempercepat kerusakan pada batuan Candi. Candi yang sering
diinjak-injak tentu dampaknya semakin besar, batu yang usianya sudah ratusan
tahun lalu itu jadi cepat aus.

4.2. Saran

- Perlu dilakukan melakukan pengecekan secara berkala pada bagian-bagian candi


serta melakukan perbaikan apabila telah ditemukan bebatuan yang rusak.

- Perlu dilakukan pnambahan rambu-rambu pada setiap sudut candi

- Perlu dilakukan penambahan petugas penjagaan Candi Borobudur


DAFTAR PUSTAKA

- http://www.anton-nb.com/2015/09/sejarah-candi-borobudur.html

- https://liburanjogja.co.id/blog/candi-borobudur-magelang/

- https://www.njogja.co.id/wisata-candi/candi-borobudur/

- https://id.wikipedia.org/wiki/Andesit

- https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/140500427/cegah.kerusakan.sebetulnya.
erapa.kapasitas.pengunjung.candi.borobudur.

- http://konservasiborobudur.org/download/jurnal/2014/jurnal1/Karakteristik%20Bat
%20Penyusun%20Candi%20Borobudur.pdf

- https://repository.ugm.ac.id/274172/1/PMP-12.pdf

- https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/pelapukan-batuan

- https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/140500427/cegah.kerusakan.sebetulnya.
erapa.kapasitas.pengunjung.candi.borobudur.
-

Anda mungkin juga menyukai