PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang dan tema yang diambil, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik bebatuan pada Candi Borobudur ?
2. Apa saja kemungkinan penyebab kerusakan bebatuan pada Candi Borobudur?
1.3. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik bebatuan pada Candi Borobudur
2. Mengetahui kemungkinan penyebab kerusakan bebatuan pada Candi Borobudur
1.4. MANFAAT
Sejarah panjang dalam berdirinya candi Borobudur. Sampai saat ini tidak
ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun Borobudur dan apa
tujuan membangun candi ini. Diperkirakan candi Borobudur dibangun pada tahun 800
Masehi. Perkiraan waktu pembangunan candi didasarkan pada perbandingan antara
jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang
umumnya digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Candi borobudur
dibangun pada masa kerajaan dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan
antara kurun waktu 760 sampai 830 Masehi.
Borobudur adalah candi umat Budda yang berbentuk stupa yang didirikan oleh
para penganut Budda Mahayana sekitar tahun 800 –an Masehi pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Dinding Candi Borobudur dihiasi oleh pahatan
2672 panel relief yang tersusun sepanjang 6 km yang merupakan relief Budha
terbesar dan terlengkap di dunia. Relief yang terpahat di dinding tersebut dibagi
mejadi 4 kisah : yaitu Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awanda serta
Gandawyuda.
Relief ini banyak menceritakan tentang perjalanan hidup sang budha dan
ajaran-ajarannya serta kemajuan peradaban masyarakat jawa pada masa itu. Terdapat
10 relief kapal yang membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dulunya
adalah pelaut yang tangguh dalam mengarungi samudera. Untuk mengikuti cerita dan
alur dari relief yang terpahat di dinding candi Borobudur ini, pengunjung harus
berjalan searah jarum. Masuk melalui pintu sebelah timur berjalan searah jarum jam
agar posisi candi bisa selalu di sebelah kanan, hingga sampai di tangga timur dan naik
ke tingkat berikutnya. Berjalan seperti tersebut dilakukan secara berulang ulang
hingga semua tingkat dapat terlewati dan sampai ke puncak candi yang berupa induk
stupa.
Menurut prasasti yang bertanggal 26 Mei 824, candi Borobudur ini dibangun
oleh raja Samaratungga antara abad ke 8 – 9, bersamaan dengan pembangunan candi
Mendut dan Pawon. Pembuatan candi Borobudur ini dilakukan selama kurun waktu
75 tahun dipimpin oleh seorang arsitek yang bernama Gunadarma. Meski pada waktu
itu tekhnologi belum maju akan tetapi sudah ada seorang arsitek yang mampu
membangun sebuah candi sebanyak 60.000 m3 batu andesit yang berjumlah 2 juta
balok batu yang didatangkan dari sungai Progo dan sungai Elo yang selanjutnya
dirangkai membentuk piramida berundak dengan balok batu yang saling mengunci
hingga berbentuk sebuah candi yang sekarang bernama Candi Borobudur yang
terletak di sebuah bukit.
Hal lain yang harus ditambahkan adalah pembuatan pagar halaman candi dan
pembersihan kawasan. Proses pemugaran candi Borobudur dilakukan pada kurun
1907 sampai 1911 Masehi. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah pun beberapa kali
melakukan pemugaran meski berskala kecil.
2.2. BEBATUAN
2.2.1. Pengertian Bebatuan
Batuan merupakan kumpulan mineral yang telah membeku. Batuan juga
merupakan elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui
proses pelapukan dan menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral,
sifat-sifat fisik, dan umur yang bermacam-macam. Umumnya batuan merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu zat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral sangat
banyak jenisnya ditambah dengan jenis kombinasinya.
Batuan beku atau yang disebut sebagai batuan igneus merupakan jenis batuan
dimana proses pembentukannya terjadi dari magma yang telah mengalami pembekuan
atau pendinginan. Salah satu contoh yaitu batuan andesit.
2. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf
Ada beberapa jenis batuan metamorf dan bisa dibedakan menjadi batuan
metamorfosis kontak, batuan metamorf regional, batuan metamorf katalakstik, batuan
metamorf hidrotermal, batuan metamorf tindihan, dan batuan metamorf dampak.
2.2.3. Faktor Pelapukan Batuan
1. Pelapukan Fisika
2. Pelapukan Kimia
Adalah faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Faktor yang
paling dominan tersebut adalah suhu udara tekanan, dan juga kristalisasi garam
(hujan). Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh
adanya perubahan suhu atau iklim.
Unsur- unsur cuaca dan juga iklim yang akan mempengaruhi proses pelapukan
antara lain adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain sebagainya.
Di daerah yang memiliki iklim lembab dan juga panas, batuan akan cepat mengalami
proses pelapukan. Selain itu pergantian antara siang dan juga malam yang dingin akan
semakin membuat pelapukan mudah terjadi, apabila hal ini dibandingkan dengan
daerah yang memiliki iklim dingin.
Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan pelapukan pada bebatuan yang
terdapat pada candi menjadi lebih cepat, prosesnya memang berlangsung dalam waktu
yang lama tetapi apabila hal ini tidak ditangani dengan benar maka akan
menyebabkan kerusakan pada Candi Borobudur.
Untuk menekan perubahan iklim memang sulit tetapi cara yang tepat untuk
melakukan minimalisir dari pelapukan fisika adalah melakukan pengecekan secara
berkala pada bagian-bagian candi serta melakukan perbaikan apabila telah ditemukan
bebatuan yang rusak.
2. Biologi
3. Kimia
Faktor terjadinya kerusakan batuan pada Candi Borobudur adalah faktor kimia
yaitu berupa penggaraman. Munculnya penggaraman ini disebabkan oleh unsur yang
ada pada batu terlarut oleh air dan keluar melalui pori-pori batu akibat penguapan lalu
mengendap di permukaan batu. Karena itulah banyak faktor yang menyebabkan
penggaraman terjadi baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang
bekerja adalah air, karena keberadaan air ini dapat melarutkan unsur yang terkandung
pada batu. Selain itu faktor internal juga sangat mempengaruhi terjadinya
penggaraman, seperti keberadaan unsur yang dapat terlarut oleh air maupun porositas
batuan, karena keberadaan poripori pada batuan ini menjadi celah untuk keluarnya
hasil pelarutan yang pada akhirnya akan mengendap di permukaaan batuan sehingga
memudahkan proses pelapukan.
Untuk menekan terjadinya proses memang sulit tetapi cara yang tepat untuk
melakukan minimalisir dari pelapukan kimia adalah melakukan pengecekan secara
berkala pada bagian-bagian candi serta melakukan perbaikan apabila telah ditemukan
bebatuan yang rusak.
4. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan salah satu penyebab dari kerusakan Candi
Borobudur. Manusia yang tidak bertanggung jawab seperti menginjak area yang
dilarang untuk diinjak sehingga dapat mempercepat kerusakan pada batuan Candi.
Candi yang sering diinjak-injak tentu dampaknya semakin besar, batu yang usianya
sudah ratusan tahun lalu itu jadi cepat aus.
Banyak upaya yang dapat dilakukan pengelola cagar budaya dunia itu untuk
mengantisipasi kejadian tersebut. Mulai dari pemasangan rambu-rambu di tangga,
stupa, dan titik lainnya agar wisatawan tidak menginjak, duduk, maupun memanjat,
hingga penempatan petugas keamanan setiap hari.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
- Faktor penyebab kerusakan pada Candi Borobudur antara lain disebabkan oleh :
fisika adalah faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Pelapukan
fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya perubahan
suhu atau iklim. Faktor yang menyebabkan kerusakan pada candi borobudur juga
disebabkan oleh faktor biologi Faktor biologi merupakan jenis pelapukan batuan
yang dilakukan oleh organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan
tersebut berada. Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan
oleh makhluk hidup. Pelapukan yang terjadi pada batu Candi Borobudur salah
satunya disebabkan oleh tumbuhan tingkat rendah seperti lumut yang tumbuh pada
permukaan batu. Faktor terjadinya kerusakan batuan pada Candi Borobudur adalah
faktor kimia yaitu berupa penggaraman. Munculnya penggaraman ini disebabkan
oleh unsur yang ada pada batu terlarut oleh air dan keluar melalui pori-pori batu
akibat penguapan lalu mengendap di permukaan batu. Karena itulah banyak faktor
yang menyebabkan penggaraman terjadi baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor eksternal yang bekerja adalah air, karena keberadaan air ini dapat melarutkan
unsur yang terkandung pada batu. Selain itu faktor internal juga sangat
mempengaruhi terjadinya penggaraman, seperti keberadaan unsur yang dapat
terlarut oleh air maupun porositas batuan, karena keberadaan poripori pada batuan
ini menjadi celah untuk keluarnya hasil pelarutan yang pada akhirnya akan
mengendap di permukaaan batuan sehingga memudahkan proses pelapukan. Faktor
manusia merupakan salah satu penyebab dari kerusakan Candi Borobudur. Manusia
yang tidak bertanggung jawab seperti menginjak area yang dilarang untuk diinjak
sehingga dapat mempercepat kerusakan pada batuan Candi. Candi yang sering
diinjak-injak tentu dampaknya semakin besar, batu yang usianya sudah ratusan
tahun lalu itu jadi cepat aus.
4.2. Saran
- http://www.anton-nb.com/2015/09/sejarah-candi-borobudur.html
- https://liburanjogja.co.id/blog/candi-borobudur-magelang/
- https://www.njogja.co.id/wisata-candi/candi-borobudur/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Andesit
- https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/140500427/cegah.kerusakan.sebetulnya.
erapa.kapasitas.pengunjung.candi.borobudur.
- http://konservasiborobudur.org/download/jurnal/2014/jurnal1/Karakteristik%20Bat
%20Penyusun%20Candi%20Borobudur.pdf
- https://repository.ugm.ac.id/274172/1/PMP-12.pdf
- https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/pelapukan-batuan
- https://travel.kompas.com/read/2017/07/11/140500427/cegah.kerusakan.sebetulnya.
erapa.kapasitas.pengunjung.candi.borobudur.
-