Anda di halaman 1dari 54

PENDAHULUAN

Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai


dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu yang
diikuti masuknya agama Buddha ke Indonesia pada masa
kerajaan Sriwijaya. Agama Buddha sampai ke Asia
Tenggara sebagai akibat aktivitas kolonisasi umat Hindu
yang bukan saja mendirikan pusat-pusat perdagangan
tapi juga membawa serta cara pemujaan dan kebudayaan
mereka. Kehadiran dua agama tersebut meninggalkan
banyak kekayaan budaya berupa candi, salah satunya
adalah candi megah agama Buddha, Candi Borobudur.

Candi Borobudur dipercaya sebagai perwujudan dari


kitab suci yang berisi cerita-cerita tentang dewa,
kehidupan manusia, hewan, dan perwujudan
‘Boddhisatva’ yang diarahkan sebagai monumen atas
intisari kehidupan dari dasar hingga puncak bangunan.
Kemegahan Candi Borobudur menjadikannya salah satu
tujuan wisata para turis lokal maupun internasional
sehingga menjadi aset kebanggaan Indonesia. Bersama
dengan situs manusia purba Sangiran dan Candi
Prambanan, Candi Borobudur menjadi situs warisan

1
dunia UNESCO dari Indonesia yang dikategorikan
dalam World Heritage of Culture yang harus
dilestarikan.

Candi Borobudur tidak hanya mencatat sejarah


perkembangan agama dan kerajaan saja. Borobudur
adalah monumen yang juga merekam sejarah kehidupan
bermasyarakat. Dalam konteks inilah, kita dapat
memahami bagaimana sejak semula Borobudur telah
didirikan beralaskan pada jalinan antara sejarah, religi,
dan seni. Upaya mendirikan suatu monumen sebesar
Borobudur adalah petunjuk tentang keinginan manusia
membuat sejarah. Membuat suatu landmark atau tetenger
yang menandai suatu capaian tertentu dalam perjalanan
masyarakat itu. Borobudur menjadi monumen yang khas
ketika desain awal disusun dengan konsepsi religi yang
khas pula. Muatan religi yang amat dalam menjiwai
monumen ini.

Yang lebih mengagumkan, muatan religius itu telah


diwujudkan dalam bentuk yang mempunyai nilai seni
yang tinggi pula. Dari situ, dapat kita bayangkan
bagaimana kohesivitas masyarakat ketika itu. Ada

2
sinergi yang luas antara raja kula yang ingin
menciptakan sejarah, rakyat yang mendukungnya dengan
kepatuhan, tenaga dan materi, konseptor religi yang
dimotori pemuka agama dan para filsuf, dan kelompok
seniman yang diwakili oleh arsitektur, teknisi,
dan pemahat yang membangun Candi Borobudur. Tanpa
adanya keterpaduan dari berbagai unsur masyarakat,
pembangunan monumen raksasa ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Karena itulah, Borobudur adalah
monumen bukti
sejarah kemajuan kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Kehidupan yang merefleksikan keharmonisan,
kemakmuran, dan kesejahteraan lahir dan batin.

CANDI BOROBUDUR SECARA UMUM

Candi Borobudur merupakan tumpukan  batu yang


diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya,
sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang
masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan
bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi
(Sampurno, 1966).
3
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan
berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
gunung (bhudara) di mana lereng-lerengnya terletak
teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat
lainnya. Misalkan Borobudur berasal dari ucapan para
Buddha yang karena pergeseran bunyi menjadi
Borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal
dari kata bara dan beduhur. Kata bara berasal dari kata
vihara. Sementara ada pula penjelasan lain dimana bara
berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya tinggi. Jadi
maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada
di tanah tinggi.

Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis


pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles,
Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi
nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua
yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-
satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan
candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis

4
oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365.Di kitab tersebut
ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat
meditasi penganut Buddha.

Lukisan cat air Candi Borobudur oleh Sir Stamford


Raffles

Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang


berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur"
(perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta.
Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka
tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat
penganut Budha.

Beberapa Penafsiran Nama Borobudur

5
Dari beberapa literarur yang ada, dapat disebutkan
berbagai pendapat yang berbeda dari para ahli, antara
lain:

a)      Kitab negara kertagema

Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara Kertagama


karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur”
untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran
Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur”
tersebut tidak lain adalah Candi Borobudur. Karena
tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambil suatu
kesimpulan.

b)     Sir Thomas Stamford Raffles

Penafsiran tentang Borobudur juga telah dilakukan oleh


Raffles berdasarkan keterangan dari masyarakat luas
yang menafsirkan bahwa:
Ø  Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang
dalam bahasa Jawa berarti Kuno. Tetapi bila dikaitkan

6
dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno” jelas
tidak mengandung suatu pengertian yang dapat dikaitkan
dengan Candi Borobudur.Budha.Dengan demikian
Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.
Ø  Namun kerana “Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno
dapat diartikan banyak, maka Borobudur dapat juga
berarti “Budha yang Banyak”.
Ø  Jika dikaji secara teliti, maka keterangan yang
dikemukakan oleh Raffles memang tidak ada yang
memuaskan. ”Boro jaman Kuno” kurang mengena.
”Sang Budha yang Agung” maupun “Budha yang
banyak”. Kurang mencapai sasaran.Perubahan kata
“Budha menjadi Budur” misalnya perubahan demikian
tidak dapat diterangkan dari segi ilmu bahasa,karena
sukar dapat diterima.(Soekmono, 1981)

c)      Poerbatjaraka

Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian


Borobudur berati “Biara Budur”. Penafsiran ini memang
sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan
bukti-bukti yang ada.

7
Penyelidikan dan penggalian yang dilakukan tahun 1952
di halaman sebelah barat laut bangunan Candi
Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu
dan genta perunggu berukuran besar.Penemuan fondasi
batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan yaitu
merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.
Selanjutnya jika dihubungkan dengan Kitab Negara
Kertagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan
penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.Namun
demikian masih merupakan suatu pertanyaan mengapa
Biara dalam hal ini penamaan menggantikan
Candinya,padahal Candi jauh lebih penting dari
biaranya.

d)     De Casparis

De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah


prasasti yang kemungkinan merupakan asal kata
Borobudur. Dalam prasasti SRI KAHULUNAN YANG
BERANGKA 842 Masehi dijumpai kata “Bhumi
Sambhara Budhara” yaitu suatu sebutan untuk bangunan
suci pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.

8
Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang
terungkap dalam prasasti dan rekonstruksi yang teliti
terhadap geografi daerah yang terjadinya peristiwa
sejarah bertalian dengan prasasti tersebut,maka De
Casparis itu menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara
Budhara tidak lain adalah Borobudur.(Soekmono,1981)

e)      Drs. Soediman

Didalam bukunya “Borobudur salah satu keajaiban


Dunia”, menyebutkan bahwa arti nama Borobudur
sampai sekarang masih belum jelas.Dijelaskan pula
bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan
“Budur”. Bara berasal dari bahasa sansekerta
“Vihara”yang berarti kompleks Candi dan “Bihara”yang
berati asrama.”Budur” dalam bahasa Bali Beduhur yang
artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau
Vihara dan kelompok Candi yang terletak diatas tanah
yang tinggi atau bukit.

Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan.


Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar

9
bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik.
Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan
dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian
bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah
terindah dan terbaik di dunia yang tercatat dalam Daftar
Peninggalan Sejarah Dunia.Candi Borobudur adalah
bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah
diakui sebagai peninggalan sejarah terbesar yang pernah
dibuat oleh manusia dan hingga kini selalu dikunjungi
oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara.

Pulau Jawa terletak di “Cincin Api Sirkum Pasifik”,


salah satu daerah seismik paling aktif di dunia.
Borobudur dikelilingi oleh empat gunung berapi aktif :
Merapi, Sindoro, Merbabu dan Sumbing dari mana batu-
batu bangunan candi dihasilkan. Blok batu Borobudur
digali dari sungai-sungai dan lahar di sekitarnya. Untuk
membangun candi tersebut, batu disinggungkan satu
sama lain dan disusun bersama-sama tanpa
menggunakan mortar untuk mendapatkan sambungan

10
yang sangat sempit. Dengan menggunakan teknik ini
dihasilkanlah
dinding yang nyaris ‚monolitik yang dibuat untuk
mendukung relief batu yang halus.

Candi ini terletak di Desa Borobudur, Kecamatan


Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Candi ini berlokasi di kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat
Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Secara geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh
Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung
Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan Bukit
Menoreh di Sebelah Selatan. Di sekitar Candi Borobudur
terdapat dua aliran sungai., yaitu Sungai Progo dan Elo.

Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut


agama Buddha Mahayana sekitar abad ke-8 masehi pada
masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur
adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,
sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

11
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur
sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran
melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel
relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur
memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak
di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah
sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya
terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi
teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan)
Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan


dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha
sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi
menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran
Buddha.

Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang


mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan
Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak
dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk

12
lingkaran. Jika dilihat dari luar hingga ke dalam
terbagi menjadi dua bagian yaitu alam dunia yang
terbagi menjadi tiga zona di bagian luar, dan alam
Nirwana di bagian pusat. Para peziarah masuk melalui
sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan
melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil
terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan
ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu
adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu
(ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud).
Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui
serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak
kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada
dinding dan pagar langkan.

Zona 1: Kamadhatu

alam dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh


manusia sekarang.

Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang


menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum
sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan

13
nafsu manusia, seperti merampok, membunuh,
memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.

Tudung penutup pada bagian dasar telah dibuka


secara permanen agar pengunjung dapat melihat
relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto
seluruh 160 foto relief dapat dilihat di Museum Candi
Borobudur yang terdapat di Borobudur
Archaeological Park.

Zona 2: Rupadhatu

alam  peralihan, dimana manusia telah dibebaskan


dari urusan dunia.

Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan


patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung
Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada
ukirannya.

Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri


dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha,

14
Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya
membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.

Zona 3: Arupadhatu

alam tertinggi, rumah Tuhan.

Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah


di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan
kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada
ornamen maupun hiasan, yang berarti
menggambarkan kemurnian tertinggi.

Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk


lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi
patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi.
Terdapat 72 stupa secara keseluruhan. Stupa terbesar
yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya
yang memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan
diameter 9.9m. Berbeda dengan stupa yang
mengelilinginya, stupa pusat kosong dan
menimbulkan perdebatan bahwa sebenarnya terdapat
isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa
tersebut memang kosong.

15
CANDI BOROBUDUR SEBAGAI CANDI BUDHA

Agama Buddha menjadi pandangan hidup bangsa


Indonesia pada waktu itu.Wangsa Sailendra telah
berhasil mendirikan Candi Borobudur yang merupakan
salah satu keajaiban dunia. Disamping candi Borobudur
terdapat candi Buddha lainnya, yaitu Candi Mendut,
Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sari dan Candi
Sewu yang indah dan sudah selesai dipugar.

Atisa Sriyana Dipamkara dalam tahun 1012 telah datang


ke Swarna Dwipa ( Sumatra ) dan berdiam selama dua
tahun untuk berguru dengan seorang Maha Guru
Bhikkhu Agung yang sangat termasyur memiliki
pengetahuan Buddha Dharma yang tidak terbatas
bernama Maha Acarya Dharmakhirti, mempelajari dan
mempraktekan ajaran Bodhicitta dan Pranidana, serta
Avatara .Kedatangan Atisa dari India untuk belajar
agama Buddha di Sriwijaya merupakan suatu prestasi
Dharma dari bangsa Indonesia.

Tahun 1983 hari ulang tahun yang ke 1000 lahirnya


Atisa telah diperingati dan dirayakan di seluruh India

16
dan Banglades. Hal ini membuktikan betapa besarnya
nama Atisa dalam perkembangan Agama Budha di
seluruh Asia dan Tibet. Bahkan PBB ( United nation/
Persatuan Bangsa Bangsa ) sangat menghargai Atisa,
sehingga ulang tahunnya yang ke 1000 dipakai sebagai
peringatan mulai dipugarnya Candi Borobudur.

Keagungan zaman keemasan yang jaya dari zaman


kerajaan Mataram Purba, tidak seluruhnya hanya
merupakan mimpi masa lampau, namun keberadaan
Candi Borobudur adalah merupakan suatu realita yang
hidup, yang telah diwarisi oleh bangsa Indonesia sebagai
warisan budaya yang tidak ternilai mutu seninya. Candi
Agung Borobudur yang merupakan sebuah mandala
agung Tantrayana sungguh merupakan limpahan berkah
dan karunia kepada Umat Buddha masa kini.

Keberadaan candi agung Borobudur ternyata bukan


merupakan suatu impian saja, namun dapat kita saksikan
adanya Upacara Suci Waisak Nasional yang dilakukan
oleh para pendahulu yaitu saat kebangkitan kembali
agama Buddha di bumi Indonesia dalam tahun 1956,
yang dikenal dengan 2500 tahun Buddha Jayanti. Pada

17
saat yang sama Buddha Jayanti juga mulai dirayakan di
India , dimana Indonesia mengirimkan dua orang utusan.

Meskipun umat Budha yang hadir dalam Upacara Suci


Waisak Nasional tahun 1956 hanya berjumlah beberapa
ratus orang sebagai tahun kebangkitan kembali Agama
Budha di Indonesia, Namun upacara Waisak saat itu
mempunyai arti sejarah yang sangat penting dimana
Umat Budha Indonesia melakukan upacara puja bhakti
diatas Candi Borobudur.

Sejak tahun 1956 umat Budha setiap tahun disaat Waisak


selalu melaksanakan puja bhakti diatas Candi
Borobudur. Selama candi Borobudur dipugar umat
Budha hanya diperkenankan melakukan Puja Bhakti
Waisak di Candi Mendut, namun kemudian setelah
Candi Borobudur selesai dipugar, maka umat Buddha
kembali melakukan puja bhakti Waisak setiap tahun di
Candi Borobudur dan mulai dilaksanakannya prosesi
keagamaan yang diadakan mulai dari Candi Mendut ke
Candi Borobudur.

18
Masyarakat dan Pemerintah telah menyaksikan bahwa
Candi Borobudur adalah Candi Agama Budha, dan
bukannya Candi Hindu dan Budha seperti yang
diragukan oleh Dirjen Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.Karena semua sekte
agama Budha sejak lama melakukan upacara suci
Waisak di Candi Borobudur.

Masyarakat dan Pemerintah telah menyaksikan bahwa


Candi Borobudur adalah Candi Agama Budha, dan
bukannya Candi Hindu dan Budha seperti yang
diragukan oleh Dirjen Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.Karena semua sekte
agama Budha sejak lama melakukan upacara suci
Waisak di Candi Borobudur.

SEJARAH DITEMUKANNYA CANDI


BOROBUDUR PERTAMA KALI

Tahun 4000 SM, menurut sejarah, orang-orang Jawa


dulunya berasal dari pelaut-pelaut Cina. Lalu pada tahun
400 M, Jawa menjadi jalur laut antara India dan Cina,
dan orang-orang jawa mulai mengukir patung dan

19
prasasti batu. Bangsa Maya membangun kota-kota besar
dengan puluhan ribu penduduk dibawah kepemimpinan
Raja Simaratungga pada tahun 800an. Pada abad ke-8
sampai abad ke-13, Dinasti Syailendra memimpin
Sumatera dan Jawa dan mencapai kejayaannya pada
tahun 750 sampai 850. Diperkirakan sekitar tahun 760an
Candi Borobudur mulai dibangun dan diperkirakan
mencapai tahap akhir pembangunan pada tahun 830.

Pada rentang tahun 700 sampai 900, masyarakat Jawa


Tengah sedang menikmati pembangunan budaya tingkat
tinggi, mendirikan banyak istana megah dan monument
keagamaan. Lalu sekitar tahun 930an, Budaya Jawa dan
kehidupan politik mulai bergerak ke timur, jauh dari
tanah di sekitar Borobudur.

Pada abad ke-13 sampai abad ke-14, Islam mulai masuk


ke tanah Jawa. Tahun 1500-1800an, Borobudur mulai
ditinggalkan dan terbengkalai. Abuabu vulkanik mulai
menutupi dan memenuhi galeri-galerinya. Vegetasi,
termasuk pohon-pohon, tumbuh di atas monument yang
telah terkubur.

20
Pada tahun 1709, menurut Babad Tanah Jawi abad ke-
18, pemberontak Ki Mas Dana berdiri di Borobudur
dalam sebuah pemberontakan melawan Sultan Mataram.
Monumen itu dikepung dan pemberontak dikalahkan lalu
dibawa ke hadapan raja dan dijatuhi hukuman mati. Pada
tahun 1758, di Babad Mataram (Sejarah Kerajaan
Mataram), sebuah kisah diceritakan tentang putra
mahkota Kesultanan Yogyakarta, yang tidak menaati
ayahnya dan melakukan perjalanan untuk mendaki
"gunung seribu patung." Sultan mengirim orang-
orangnya untuk membawanya kembali, tetapi dia jatuh
sakit dan mati segera setelah dia kembali ke istana.

Akhirnya pada tahun 1811-1816, Jawa diduduki dan


dipimpin oleh Inggris.

Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur Letnan


Inggris di Jawa, mendapatkan informasi tentang
keberadaan monument besar yang disebut Candi
Borobudur. Raffles memerintahkan perwira insinyur
Belanda, H.C. Cornelius dan dua ratus penduduk desa
menebang pohon, membakar semak dan menggali tanah
yang menutupi monumen. Pekerjaan menggali lokasi

21
yang diduga monumen besar kemudian dilanjutkan oleh
Hotman salah satu pejabat pemerintah Belanda. Sejak
saat ditemukan, para arkeolog berlomba lomba mencari
tahu asal usul candi budha terbesar didunia ini.

Panel yang mengelilingi dasar tersembunyi Borobudur


ditemukan oleh J.W. Ijzerman, Ketua Lembaga
Arkeologi di Yogyakarta, di bawah jalur prosesi yang
telah dibangun di sekitar monumen. Penemuan ini
membawa upaya baru untuk melindungi Borobudur dari
vandalisme dan ancaman alam.

Proyek restorasi besar pertama di Borobudur dimulai


oleh Theodor van Erp, seorang perwira insinyur militer
Belanda. Dia menghabiskan tujuh bulan pertama
menggali tanah di sekitar monumen, menemukan kepala
Buddha yang hilang dan batu panel. Van Erp kemudian
membongkar dan membangun kembali tiga teras
melingkar dan stupa runtuh. Timnya membersihkan
banyak patung lumut dan lumut. Namun, ia tidak dapat
menyelesaikan masalah drainase yang mana
meremehkan monumen. Dalam waktu lima belas tahun,

22
dinding-dinding galeri kendur dan relief menunjukkan
tanda-tanda retakan dan kerusakan baru.

Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975


hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia
dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk
dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Pembangunan Candi Borobudur sangat misterius karena


manusia pada abad ke 7 belum mengenal perhitungan
arsitektur yang tinggi tetapi borobudur dibangun
perhitungan arsitektur yang canggih ,hingga kini tidak
satu pun yang dapat menjelaskan bagaimana cara
pembangunan dan sejarah Candi Borobudur ini.

Sudah banyak ilmuan dari seluruh penjuru dunia yang


datang namun tidak satu pun yang berhasil
mengungkapkan misteri pembangunan borobudur. Salah
satu pertayaan yang membuat para peneliti penasaran
adalah dari mana asal batu-batu besar yang ada di candi
borobudur dan bagai mana menyusunnya dengan presisi
dan arsitektur yang sangat rapih. Ada yang
memperkirakan batu itu berasal dari gunung merapi

23
namun bagaimana membawanya dari gunung merapi
menuju lokasi candi mengingat lokasinya berada di atas
bukit.

Candi borobudur memiliki 72 stupa yang berbentuk


lonceng ajaib, Stupa terbesar terletak di puncak candi
sementara yang lain mengelilingi stupa hingga kebawah.
Ketika ilmuan menggambar denah candi borobudur,
mereka menemukan pola-pola aneh yang mengarah pada
fungsi borobudur sebagai jam matahari, jarum jamnya
berupa bayangan stupa yang besar dan jatuh tepat di
stupa lantai bawah  namun belum di ketahui secara pasti
bagaimana pembagian waktu yang di lakukan dengan
menggunakan candi borobudur ada yang mengatakan
jam pada candi borobudur menunjukan tanda kapan
masa bercocok tanam atau masa panen.

Konon, Candi Borobudur dibangun diatas danau purba.


Misteri tentang adanya danau purba muncul ketika
seorang seniman belanda mengajukan sebuah teori
bahwa dulunya dataran gedung tempat borobudur berdiri
merupakan sebuah danau, jika di lihat dari atas
borobudur melambangkan sebuah bunga teratai, teratai

24
biasanya tumbuh di atas air postur budha yang berada di
puncak borobudur melambangkan sutra teratai yang
banyak di temui dalam naskah agama budha teori ini
menimbulkan pertentangan yang cukup pelik. Para
arkeolog menemukan bukti-bukti arkeologi yang
membuktikan bahwa kawasan sekitar borobudur pada
masa pembangunan candi adalah dataran kering bukan
dasar danau purba sementara pakar geologi malah
mendukung seniman Belanda ini. Mereka menemukan
endapan senimen lumpur di dekat candi penelitian ini di
lakukan tahun 2000 dan mendukung keberadaan danau
purba di sekitar borobudur bukti tersebut menunjukan
bahwa dasar bukit dekat borobudur pernah kembali
terendam dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13
dan ke-14.

Candi Borobudur
merupakan salah
Candi Borobudur
satu dari 7
pertama ditemukan
25
keajaiban yang ada didunia. Sebuah bangunan misterius
yang pernah hilang dimakan amukan letusan Gunung
Merapi dan kembali ditemukan pada tahun 1814 oleh
penjajah Belanda.

Candi Borobudur
dimasa lalu

Beberapa ahli mengatakan Borobudur awalnya berdiri


dikelilingi rawa kemudian terpendam yang disebabkan
oleh letusan gunung Merapi.

Sejarah ditemukannya
26
Candi Borobudur
Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan
"amawa" yang berarti lautan susu. Kata tersebutlah yang
kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan
Borobudur tertimbun lahar dingin Gunung Merapi. Desa
- desa disekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan
Kanurejo terdapat aktivitas warga yang membuat
kerajinan. Selain itu, puncak Watu Kendil merupakan
tempat ideal untuk memandang Borobudur dari
ketinggian.

 SEJARAH DITEMUKANNYA CANDI


BOROBUDUR

Reruntuhan Candi Borobudur


Sebelum Dipugar
Setelah perang
Inggris - Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa,

27
Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada
kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles
ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki
minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan
artefak - artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat
catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang
dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat
setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada
kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia
dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh
di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena
berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia
tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan
mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda,
untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini.
Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya
menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh
di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah
yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia
tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong.
Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk
menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur.

28
Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa
kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan
kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas
keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda
di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan
pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah
tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih
bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak
menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar
kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di
stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa
utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi
misteri karena bagian dalam stupa kosong.

Foto pertama Borobudur oleh Isidore van Kinsbergen

29
(1873) setelah monumen ini dibersihkan dari tanaman
yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak
pada stupa utama candi.

Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen,


seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia
mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan
sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk
melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini,
yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah
berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian
Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen,
tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan
ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi
monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan
Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian
lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi
terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.
Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli
engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.

30
Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk
waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi
sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri,
penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala
arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri.
Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan
besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh
pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di
Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala.
Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran
kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh
dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya
menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan
reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang
tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di
monumen. Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt,
seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan
menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi
aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa
kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar
bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk
dipindahkan.

31
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama
memiliki menara dengan chattra (payung) susun tiga.

Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda


cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda
antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan
salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun
1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi
Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan
minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari
Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan
dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan

32
bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke
Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan
30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu
berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga
dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi —
beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa
artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini
dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.

SEJARAH CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur dibangun sekitar abad VIII- IX M pada


zaman keemasan Dinasti Syailendra. Arsitek yang
merancangnya beserta konsep-konsep cara berfikirnya
masih belum diketahui secara pasti hingga saat ini.
Berdasarkan interpretasi dari pahatan huruf pada bagian
kaki Candi Borobudur yaitu pada relief
Karmawibhangga , diketahui adanya inskripsi singkat
yang dapat memberi petunjuk. Inskripsi tersebut
mempunyai gaya huruf yang sama dengan prasasti
Karang Tengah yang berangka tahun 824 M dan prasasti
Ҫri Kahulunan 842 Masehi. Menurut Carparis,

33
berdasarkan interpretasi prasasti Karang Tengah dan
prasasti Ҫri Kahulunan, pendiri candi Borobudur adalah
Samaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada
masa dinasti Syailendra. Candi Borobudur adalah candi
yang dibangun untuk memuliakan agama Buddha
Mahayana yang dianut oleh masyarakat pendukungnya
pada masa itu.

Pemugaran Candi Borobudur

Pemugaran candi Borobudur dimulai tanggal 10 Agustus


1973 prasasti dimulainya pekerjaan pemugaran candi
Borobudur terletak di sebelah Barat Laut menghadap ke
Timur, karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang
diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan
SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan
khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang
Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi
(TA).

Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan


memasang batu-batu candi Borobudur sedangkan
Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta

34
memperbaiki batu-batu yang sudah retak dan pecah,
pekerjaan-pekerjaan di atas bersifat arkeologi semua
ditangani oleh badan pemugaran candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan  yang bersifat teknis seperti
penyediaan transportasi pengadaan bahan-bahan
bangunan ditangani oleh Kontraktor Pt. Nidya Karya
Dan The Contruction And Develovment Corporation Of
The Filipine . Bagian-bagian candi Borobudur yang
dipugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari
bawah yang berbentuk bujur sangkar, sedangkan kaki
candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut
dipugar, pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari
1983 M di bawah pimpinan Dr. Soekmono dengan
ditandai sebuah batu prasasti peresmian selesainya
pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang
sangat besar dibuatkan dengan dua bagian satu
menghadap ke Utara satu lagi menghadap ke Timur
penulisan dalam prasasti tersebut ditangani langsung
oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarata
yang bekerja pada proyek pemugaran candi Borobudur.

35
Pemugaran Pertama Candi Borobudur

Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka


pada tahun 1900 dibentuk suatu panitia khusus, diketuai
Dr. J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr.
J.L.A. Brandes meniggal tahun 1905 namun laporan
bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan
rancangan pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran
besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van
Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun
sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden
dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.

Konservasi Tahap 1

36
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system
drainase, saluran-saluran pada bukit diperbaiki dan
pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan.
Pada tingkat rupadhatu, lantai yang melesak diratakan
dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran
pasir dan tras atau semen sehingga air hujan mengalir
melalui dwarajala atau gorgoyie. Batu-batu yang runtuh
dikembalikan dan beberapa bagian yang miring atau
membahayakan diberi penguat. Pada tingkat rupadhatu,
72 buah stupa terus dibongkar dan disusun kembali
setelah dasarnya di ratakan, demikian juga pada stupa
induknya.

Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya


pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan
asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari
Borobudur.

Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus


untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-
reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga

37
macam kerusakan yang masing-masing di sebabkan
oleh:

1)      korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim;

2)      kerja mekanis, yang disebabkan tangan manusia


atau kekuatan lain yang datang dari luar;

3)      kekuatan tekanan, kerusakan karena tertekan atau


tekanan batu-batunya berupa retak-retak, bahkan pecah.

Pemugaran Kedua Candi Borobudur

Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun


1963 oleh pemerintah Republik Indonesia dengan
adanya pemberontakan G-30-S/PKI.

Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia


membentuk Panitia Nasional untuk membantu
melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun
itu juga UNISCO akan membantu pemugaran. Pada
tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan
membebankan tugasnya kepada Mentri Perhubungan,
bahkan pada tahun 1970 atas prakarsa UNISCO

38
diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas
rencana pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh adalah
membongkar dan kemudian memasang kembali batu-
batu bagian Rupadhatu.

Konservasi Tahap 2

Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden


Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Candi
Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu
selama dua tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulai
pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975.

Dengan menggerakan lebih dari 600 pekerja serta batu


sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di pugar

39
adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari
bawah yang berbentuk bujur sangkar.

Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada


tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur
dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden
Soeharto dengan ditandai penandatangan prasati.

Usaha-usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan


berjuta-juta dollar mempunyai banyak manfaat bagi
bangsa ini. Menurut Prof. Soekmono, sesungguhnya
Candi Borobudur  mempunyai nilai lain dari pada
sekedar sebagai objek wisata yaitu sebagai benteng
pertahanan budaya kita. Seperti peninggalan purbakala
lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak kepribadian
bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prasasti
nenek moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan
keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.

Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi Borobudur

* 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur


40
Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya
penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk
menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang
dipenuhi semak belukar.
* 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
* 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan
sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi
Borobudur.
* 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran
hingga tahun 1911.
* 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada
tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
* 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan
UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia
untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
* 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat
keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan
setelah terjadi peristiwa G-30-S.
* 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO
setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan

41
Borobudur.
* 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan
pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 - International Consultative Committee dibentuk
dengan melibatkan berbagai negara dan Komite yang
disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika
Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika
Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
* 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan
dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai
pada tahun 1984
* 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang
merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang
kemudian segera diperbaiki kembali.
Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang
dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
* 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia
UNESCO.

Struktur Borobudur

42
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang
terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga
tingkat berbentuk bundar melingkar dan
sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan


secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah
kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk
mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu,


yaitu dunia yang masih dikuasai olehkama atau "nafsu
rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh
tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat
konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur
tambahan ini terdapat 120 panel
cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur
tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat
melihat relief pada bagian ini.

43
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh
para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk
persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat
membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh
rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam
antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada
bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat
pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak


berelief. Tingkatan ini dinamakanArupadhatu (yang
berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai
berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam
atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan
dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum
mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan
di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti
dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih
tampak samar-samar.

44
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan
wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan
tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung
Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga
unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai
patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih
lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung
yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya
pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang
salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh
dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di
halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan


30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu
berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan
kepada RajaThailand, Chulalongkorn yang
mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada
tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia
Belanda ketika itu.

45
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti
candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang
yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di
lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan
melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke
arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur
bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan
dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia

Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali,


melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-
balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

Relief Candi Borobudur


Candi Borobudur tidak hanya menujukan
kemegahanya saja tetapi juga mempunyai relief yang
sangat menarik. Relief cerita yang di pahatkan pada
candi itu lengkap dan panjang yang tidak pernah ditemui
di tempat lain.

46
Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang
jika diukur memanjang mencapai 2.500 meter.
Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu:

 Relief cerita, yang menggambarkan cerita


dari suatu teks dan naskah.
 Relief hiasan, yang hanya merupakan
hiasan pengisi bidang

Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau


disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang
berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah
timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya,
antara lain relief-relief cerita jātaka.

Agar dapat menyimak ceritanya didalam relief secara


berurutan dianjurkan memasuki candi melalui pintu
sebelah timur dan pada tiap tingkatan berputar kekiri dan
meninggalkan candi di sebelah kanan.

Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara


singkat bermakna sebagai berikut :

47
A. Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, di
pahatkan pada kaki tertutup. Sesuai dengan makna
simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi
dinding batur yang terselubung tersebut
menggambarkan hukum karma. Deretan relief
tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi
pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang
mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut
tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan
tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan
diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia
dan pahala. Secara keseluruhan merupakan
penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran
lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah
yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.

B. Lalita Wistara, terdiri dari 120 panel, di pahatkan


pada dinding lorong 1 di bagian atas. Merupakan
penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan
relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang

48
lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha
dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan
pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief
ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,
setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura
yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura
tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga
maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang
Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut
menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada
ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja
Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri
Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura,
yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara
simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda
Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharmayang
juga berarti "hukum", sedangkan dharma
dilambangkan sebagai roda.

49
C. Jataka dan Awadana, terdiri 720 panel, dipahatkan
pada dinding lorong 1 di bagian bawah, balustrade
lorong 1 atas dan di bawah dan balustrade II.
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum
dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya
merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang
membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain
manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan
jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan
dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama
dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang
Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya
dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti
perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka
atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi
Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama,
artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama
tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal
dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala
atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura
dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

50
D. Gandawyuda, terdiri 460 panel di pahatkan pada
dniding lorong II balustrade III dan IV serta
Bhadraceri dinding lorong IV.
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong
ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa
mengenal lelah dalam usahanya mencari
Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh
Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura
didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang
berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya
berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

FUNGSI CANDI BOROBUDUR

51
Selain sebagai tempat pariwisata, ternyata fungsi
candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada
umumnya antara lain :

1. Tempat menyimpan relik atau di sebut Dhatugarba.


Erlik tersebut antara lain benda suci, pakaian, tulang
atau abu dari budha, arwah para biksu yang tersohor
atau terkemuka.
2. Tempat sembayang atau beribadat bagi umat Budha.
3. Merupakan lambang suci umat budha, cermin nilai-
nilai tetinggi umat .
4. Budha dan mengadung rasa rendah hati yang di sadari
penciptanya sedalam-dalamnya.
5. Tanda peringatan dan penghormatan kepada sang
Budha.

52
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, D.E., Setyawan, Hari dan Puspita, W.D.
2010. Kearsitekturan Candi Borobudur. Magelang :
Balai Konservasi Peninggalan Borobudur ( ISBN Seri
Terbitan Candi Borobudur – 3).

Tanudirjo, D. A.,. 2007. Borobudur yang Inspirasional.


Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

UNESCO Office. 2013. Melestarikan Candi Borobudur


untuk Masa Depan. Jakarta : UNESCO Office.

Madhori. 2008. Borobudur Sepanjang


Masa. Yogyakarta: Media Cipta Pustaka.

Soetarno R. Borobudur  Selayang  Padang. Solo : Tiga


Serangakai. 

MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut,


Kanisus Yogyakarta 1993

53
Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia
Gramedia Yogyakarta, 1980

Sukmono.1981.Candi Borobudur Pustaka Umat


Manusia.Yogyakarta:Pustaka Jaya

www://https.id.wikipedia.org., Borobudur, diakses


tanggal 30 April 2018.
www://http. anton-nb.com., Asal usul dan Sejarah
Berdirinya Candi Borobudur, diakses tanggal 30 April
2018.

www://http. borobudurpark.com., Borobudur, diakses


tanggal 30 April 2018.

www://http. pbs.org., Borobudur Timeline, diakses


tanggal 30 April 2018.

www://https. mandiricom.files.wordpress.com., Bab II


Sejarah Candi Borobudur, diakses tanggal 1 Mei 2018.

www://https. mandiricom.wordpress.com, Pemugaran


Candi Borobudur, diakses tanggal 1 Mei 2018.

54

Anda mungkin juga menyukai