Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
AGRIBISNIS C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
WEDA
SRUTI SMRTI
Itihasa
Siksa Purana
Reg Weda Wyakarana Artha Sastra
Aitareya Prashna
Sama Weda Chanda Ayur Weda
Kausitaki Mandukya
Yajur Weda Nirukta Gandharwa
Tandya Chandogya
Atharwa WEda Jyotisa Weda
Agama
BAB 1
PENDAHULUAN
Agama yang diyakini oleh Negara yaitu agama yang memiliki kitab suci
dan memiliki suatu kepercayaan dan keyakinan di dalam beragama. Agama Hindu
memiliki kitab suci yang bernama Veda dan ajaran yang ada di dalam dunia ini
semuanya datang dari kitab suci Veda.
A. Pengertian Veda
Kitab suci agama Hindu adalah weda, kitab ini berlaku sepanjang
zaman. Mulai dari zaman manusia prasejarah hingga zaman modern. Weda
memuat penjelasan tentang Tuhan dan alam semesta yang sesuai dengan
kemampuan akal manusia.
Sumber ajaran Agama Hindu adalah Kitab Suci Veda (Weda), yaitu
kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi
Wasa melalui para Maha Rsi. Veda merupakan jiwa yang meresapi seluruh
ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai
yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau
wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai kitab suci agama Hindu maka ajaran Veda diyakini dan
dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan
informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk
waktu-waktu tertentu. Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan
yang menurunkan (mewahyukan) adalah Tuhan Yang Maha Esa yang Maha
Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran-Nya kepada umat manusia
adalah ajaran suci terlebih lagi bahwa isinya itu memberikan petunjuk atau
ajaran untuk hidup suci.
Ajaran Weda dikutip kembali dan memberikan vitalitas terhadap
kitab-kitab susastra Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab Veda (Sruti)
mengalirlah ajaran Veda pada kitab-kitab Smrti, Itihasa, Purana, kitab-kitab
Agama, Tantra, Darsana dan Tattwa-tattwa yang kita warisi di Indonesia.
Swami Sivananda menyatakan : ”Veda adalah kitab tertua dari perpustakaan
umat manusia. Kebenaran yang terkandung dalam semua agama berasal dari
Veda dan akhirnya kembali pada Veda. Veda adalah sumber ajaran agama,
sumber tertinggi dari semua sastra agama berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Veda diwahyukan pada permulaan adanya pengertia waktu”.
- Rsi Grtsamada
- Rsi Wasistha
- Rsi Atri
- Rsi Wiswamitra
- Rsi Wamadewa
- Rsi Bharadwaja
- Rsi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada nabi-nabi tersebut
tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah
yang sama. Nabi yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang
sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan nabi lainnya, sehingga
ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke
zaman, tidak pada suatu zaman saja.
Artinya:
Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu
sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya
dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.
B. Sifat-Sifat Weda
- Weda tidak berawal, sebab Weda merupakan sabda suci yang sudah ada
sebelum alam diciptakan oleh Tuhan.
- Weda tidak berakhir karena ajaran di dalamnya berlaku sepanjang
zaman.
- Weda bukan agama dan hasil ciptaan manusia.
- Weda tidak kaku, tidak memiliki inti, dan sifatnya fleksibel.
Kitab Weda terbagi menjadi dua jenis, yakni Weda Sruti dan Weda
Smrthi. Weda Sruti mengandung wahyu, sedangkan Weda Smrthi memuat
penjelasan tentang Weda Sruti. Kitab Weda menyimpan nilai-nilai penting,
di antaranya:
- Kemuliaan
- Keharmonisan
- Kebenaran
- Kasih saying
- Sedekah
- Menghindari judi
- Kemurahan hati
- Keindahan
- Pengorbanan, keikhlasan
- Persatuan
1. SRUTI
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan
(Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang
sebenarnya (originair) yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan
sesuai periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena
itu Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita
artinya himpunan).
Adapun kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah:
Upanisad
Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra – mantra yang
membahas berbagai aspek teori mengenai keTuhanan. Di dalam
penelitian berbagai naskah suci Hindu, Dr. G. Sriniwasa Murti di
dalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa tiap
– tiap sakha (cabang ilmu) merupakan satu upanisad, antara lain :
- Rg. Weda terdiri dari 21 Sakha
- Sama Wedha terdiri dari 1000 sakha
- Yajur Wedha terdiri dari 109 Sakha
- Atharwa Wedha terdiri dari 50 sakha
Berdasarkan Jumlah sakha, yaitu 1.180 sakha maka jumlah
Uphanisad seyognyanya berjumlah 1.180 buah buku. Tetapi
berdasarkan catatan Muktikopanisad, jumlah uphanisad disebut secara
tegas adalah sebanyak 108 buah buku . Adapun perincian dari pada kitab
– kitab Upanisad itu adalah sebagai berikut :
- Upanisad yang tergolong jenis Rg. Weda yaitu Aitareya, Kausitaki, dll
- Uphanisad yang tergolong Sama Weda yaitu Kena, Chandogya, dll.
Uphanisad yang tergolong Yajur Weda, yaitu :
- Yajur Weda Hitam : Kathawali , Taittriyaka, dll
- Yajur Weda Putih : Isawasya, Subata, dll.
Upanisad yang tergolong Jenis Atharwa Weda , Yaitu :
- Prana, Munduka , dll.
2. SMRTI
A. Wedangga
Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam
bidang Weda yaitu:
- Itihasa
Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan
Mahabharata. Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya
dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah
syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah
Ayodhya Kanda, Bala Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha
Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian
yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia cerita
Ramayana sangat populer yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan
berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang
disusun sekitar abad ke-8.
- Purana
Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan
dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai
silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan
perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat
ceitra-ceritra yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum
yang pernah di jalankan. Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-
pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritra kejadian alam
semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa,
tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara
bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting
dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai
Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu.
Adapun kitab-kitab Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Purana,
Bhawisya Purana, Wamana Purana, Brahma Purana, Wisnu Purana,
Narada Purana, Bhagawata Purana, Garuda Purana, Padma Purana,
Waraha Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa
Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.
- Arthasastra
Adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok
pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut
Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku
yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara,
Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang
Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan
Parasara dan Rsi Canakya.
- Ayur Weda
Adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani
dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan,
baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka luas lingkup
ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda meliputi bidang yang
amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur
Weda meliptui delapan bidang ilmu, yaitu ilmu bedah, ilmu penyakit,
ilmu obat-obatan, ilmu psikotherapy, ilmu pendiudikan anak-anak (ilmu
jiwa anak), ilmu toksikologi, ilmu mujizat dan ilmu jiwa remaja.
Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang ditulis oleh
Maharsi Punarwasu. Kitab inipun memuat delapan bidan ajaran (ilmu),
yakni Ilmu pengobatan, Ilmu mengenai berbagai jens penyakit yang
umum, ilmu pathologi, ilmu anatomi dan embriologi, ilmu diagnosis dan
pragnosis, pokok-pokok ilmu therapy, Kalpasthana dan Siddhistana.
Kitab yang sejenis pula dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan
Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat
pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang
penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani dan rohani.
- Gandharwa Weda
Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada
beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah
Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri),
Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smerti
meliptui banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang
tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama,
Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu
Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua
terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab
Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad.
E. Weda Sebagai Wahyu Dari Tuhan Yang Maha Esa
Kata Sanàtana Dharma berarti agama yang bersifat abadi dan akan
selalu dipedomani oleh umat manusia sepanjang Nama asli dari agama ini
masa, karena ajaran yang disampaikan adalah kebenaran yang bersifat
universal, merupakan santapan rohani dan pedoman hidup umat manusia
yang tentunya tidak terikat oleh kurun waktu tertentu. Kata Vaidika Dharma
berarti ajaran agama yang bersumber pada kitab suci Veda, yakni wahyu
Tuhan Yang Maha Esa (Mahadevan, 1984: 13).
Kitab suci Veda bukanlah sebuah buku sebagai halnya kitab suci
dari agama-agama yang lain, melainkan terdiri dari beberapa kitab yang
terdiri dari 4 kelompok yaitu kitab-kitab Mantra (Saýhità) yang dikenal
dengan Catur Veda (Ågveda, Yajurveda, Sàmaveda atau Atharvaveda).
Masing-masing kitab mantra ini memiliki kitab-kitab Bràhmaóa, Àraóyaka
dan Upaniûad) yang seluruhnya itu diyakini sebagai wahyu wahyu Tuhan
Yang Maha Esa yang didalam bahasa Sanskerta disebut Úruti. Kata Úruti
berarti sabda tuhan Yang Maha Esa yang didengar oleh para maharsi. Pada
mulanya wahyu itu direkam melalui kemampuan mengingat dari para
maharsi dan selalu disampaikan secara lisan kepada para murid dan
pengikutnya, lama kemudian setelah tulisan (huruf) dikenal selanjutnya
mantra-mantra Veda itu dituliskan kembali. Seorang maharsi Agung, yakni
Vyàsa yang disebut Kåûóadvaipàyaóa dibantu oleh para muridnya
menghimpun dan mengkompilasikan mantra-mantra Veda yang terpencar
pada berbagai Úàkha, Aúsrama, Gurukula atau Saýpradaya.
Didalam negara, UU. dari semua UU. disebut UUD. UUD. Itu mengatur
pokok-pokok yang menjadi sendi kehidupan bernegara dan dari UUD. itu
dibuat UU. Pokoknya. Seperti halnya dengan UUD. itu, dalam kehidupan
beragama, semua peraturan dan ketentuan-ketentuan selanjutnya
dirumuskan lebih terperinci dengan menafsirkan ketentuan-ketentuan yang
terdapat didalam kitab suci itu. Tingkah laku manusia baik yang menjadi
tujuan didalam pengaturan kehidupan ini disebut Dharmika adalah
perbuatan-perbuatan yang mengandung hakekat kebenaran yang
menyangga masyarakat (Dharma dharayate prajah). Untuk memperoleh
kepastian tentang kebenaran ini setiap tingkah laku harus mencerminkan
kebenaran hukum (Dharma), artinya tidak bertentangan dengan UU yang
menguasainya. Dalam hal ini bagi umat beragarna yang juga merupakan
warga Negara mereka harus tunduk pada dua kekuasaan hukum yaitu:
Manawadharmacastra II. 6.
Artinya :
Seluruh Weda merupakan sumber utama dan pada dharma 1) (Agama
Hindu) kemudian barulah Smrti disamping Sila (kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan orang-orang yang menghayati Weda) dan kemudian acara tradisi-
tradisi dan orang-orang suci) serta akhirnya atmanastusti (rasa puas diri
sendiri).
Yang pertama, ajaran lontar yang kita terima harus sesuai dengan
petunjuk guru spiritual. Di Bali sendiri aguron-guron (proses belajar
mengajar dari seorang guru dan murid) sebenarnya sudah terpatri dalam
sistem banjar dimana sebuah banjar pasti memiliki sebuah “Surya” atau
junjungan orang suci yang bertempat di sebuah “Griya”. Pada Griya tersebut
harus terdapat orang suci yang khusus menekuni spiritual, sastra Veda dan
lontar yang selanjutnya dijadikan pegangan dalam pelaksanaan dan
penyampaian tattva, susila dan upakara kepada para warganya yang disebut
“Sisya”. Sistem pembelajaran yang baik dalam memahami kesusastraan
lontar di suatu Griya harus melalui pengawasan setidaknya satu orang guru
Nabe. Guru Nabe disini haruslah “jnaninas tattva darsinah (Bhagavad Gita
4.34). Jnani bearti ahli Veda, dan tattva darsinah berarti sudah melihat
kebenaran. Dan pada waktu yang sama Guru Nabe haruslah seorang
Acharya, yaitu beliau melaksanakan apa yang dijarkan dengan sempurna.
Sayangnya pada jaman sekarang, posisi sentral Griya yang begitu stategis
ini sering kali tidak mampu memerankan fungsinya. Griya yang harusnya
memberikan pelajaran tattva dan susila kepada Sisya-nya sudah kehilangan
pamor dan hanya tinggal sebagai media dalam muput upacara saja.
Kedepannya seharusnya para orang suci dan penerusnya yang ada di Griya
bisa melaksanakan kembali proses aguron-guron kepada Sisya-nya yang
sudah lama terkubur sehingga Griya bisa kembali menjadi media
penyebaran dan pembelajaran spiritual Veda yang efektif dan tempat
menjaga keotentikan ajaran leluhur yang adi luhur.
Kedua, isi lontar harus sesuai dengan ajaran para sadhu (orang-orang
suci) seperti ajaran Catur Kumara, Rsi Narada, Rsi Kapila, Manu, Bali
Maharaj dan lain sebagainya. Salinan lontar tidak boleh menyimpang dari
dasar-dasar ajaran yang mereka sampaikan. Jika terdapat penambahan-
penambahan tafsir/ulasan yang tidak jelas asal-usulnya, maka lontar
tersebut dapat kita tolak.
Dan yang terpenting, lontar harus sesuai dengan Sastra, yaitu Veda.
Lontar pada dasarnya disarikan dari sastra Veda, jadi apapun yang
merupakan penjabaran, ulasan atau perangkuman Veda yang tertuang dalam
lontar haruslah memiliki sifat mampu telusur (traceable) ke sumber aslinya.
Keberadaan sastra Veda sendiri sangat berbeda dibandingkan lontar. Sastra
Veda lebih terbuka dan copy-annya tersebar ke banyak orang dalam
berbagai garis perguruan, sehingga untuk memvalidasi suatu kitab suci
Veda, dapat dilakukan dengan membandingkan Veda yang terdapat dalam
suatu perguruan dengan perguruan lainnya. Sampai saat ini meskipun ada
banyak usaha menyimpangkan isi Veda terutama sekali setelah masuknya
kaum Indologis, namun Veda yang otentik tetap masih terpelihara pada
setiap garis perguruan Veda yang bona fide. Veda sendiri menyatakan
bahwa Veda diturunkan bersamaan dengan diciptakannya alam material ini.
Bagaikan tercipta dan dipublikasikannya suatu produk baru, maka idealnya
produk tersebut harus memiliki buku panduan yang memuat petunjuk-
petunjuk pengoperasian, cara kerja produk dan bagaimana perawatannya
agar dalam penggunaan produk bersangkutan tepat guna. Demikian juga
keberadaan Veda dengan alam semesta ini. Alam semesta yang diciptakan
sebagai sarana bagi sang atman/jiva melakukan pengembaraannya
menikmati kehidupan yang terpisah dari Tuhan Yang Maha Esa dilengkapi
dengan panduan berupa kitab suci Veda. Veda akan memberikan tuntunan
bagi Jiva-Jiva tersebut menikmati dunia materil ini dan/atau keluar dari
siklus kelahiran dan kematian (samsara) dan kembali ke dunia rohani. Untuk
memudahkan mempelajari Veda oleh orang awam yang tidak pengerti
bahasa sansekerta, pada jaman dahulu leluhur kita berusaha menjabarkan
ajaran-ajaran Veda kedalam bahasa yang lebih membumi ke dalam sebuah
lontar.
Sada lia
Bak segelas susu yang sangat menyehatkan, tetapi jika susu tersebut
telah tersentuh oleh mulut ular, maka susu itupun akan menjadi berbahaya.
Demikian juga karya-karya yang digubah dari sastra suci Veda, jika
gubahan/penyalinan lontar tersebut dilakukan oleh orang yang diselimuti
oleh sifat kama, lobha dan krodha, maka ia akan mengacaukan isi lontar
tersebut. Jangan lupa bahwasanya orang gilapun bisa mengeluarkan tutur-
tutur/nasehat indah dan masuk akal, namun belum tentu nasehat tersebut
benar adanya.
Dari uraian di atas, jelas menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk
paling tidak meyakinkan diri kita sendiri, sebelum meyakinkan orang lain,
bahwa Weda khususnya Itihasa dan Purana, bukan sekedar mitologi.
Bagaimana caranya?
Agama hindu banyak memiliki kitab suci tapi yang pertama ialah
kitab suci weda dan ada beberapa kitab yang yang isinya di ambil dari kitab
suci weda, Weda merupakan himpunan wahyu- wahyu Tuhan. Kitab suci
weda berisikan tentang ajaran-ajaran agama hindu baik maupun buruk, dan
ajaran tentang yang ada di alam bhuana agung ini. purana merupakan suatu
ajaran yang menceritakan terciptanya alam semesta beserta isinya dan
mengenai ajaran-ajaran yang ada di dalam agama hindu seperti halnya cara
untuk memuja tuhan dan yang lainnya, di dalam kitb suci purana juga ada
kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Mengenal Weda, Kitab Suci Agama Hindu yang Menjadi Pedoman Hidup
https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-weda-kitab-suci-agama-
hindu-yang-menjadi-pedoman-hidup-1vvD6mfuHTr