Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA (WEDA SEBAGAI SUMBER HUKUM AGAMA

HINDU)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) pada akhirnya makalah ini tersusun dalam bentuk yang sederhana setelah banyak
rintangan baik teknis maupun non teknis. Adapun judul makalah yang saya ambil adalah
“Weda”.
Penyusun menyadari bahwa komposisi, struktur maupun materi yang terdapat dalam
makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu penyusun menyadari beberapa
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan penulis miliki. Oleh karena itu saran dan kritik
dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam perbaikan makalah
ini.

Dengan selesainya makalah ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen yang
telah memberi petunjuk dalam pembuatan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini
dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

i
DAFTAR ISI

Kata
pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar isi……………………………………..……………………….
…………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang……………….……………………………………………………….…1

 Rumusan Masalah….…………….……………………………………………...……..1

 Tujuan …….………………………….……………………………………………...…..1

 Manfaat…………….………………..……………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

 Pengertian Weda………………………………………………………………………2

 Bahasa dalam Weda…………………..………………………………………………2

 Weda sebagai sumber hukum Hindu dilihat dari sudut pandang....….…………..3

 Sumber hukum Hindu menurut kitab Manavadharmasastra..……..……………...4

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan ……………………………………………………………………………11
Daftar Pustaka…………………...
………………………………………………………………11

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan manusia secara
menyeluruh yang menyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan kewajiban manusia baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Sumber hukum bagi umat Hindu adalah
kitab suci Veda.

Rumusan Masalah:

 Apa pengertian Weda?


 Bahasa apa yang digunakan dalam Weda?
 Jelaskan Weda sebagai sumber hukum Hindu dilihat dari beberapa sudut pandang!
 Apa sumber hukum Hindu menurut kitab Manavadharmasastra?

Tujuan : Untuk memahami tentang pengertian Weda sebagai sumber hukum agama Hindu

Manfaat : Dapat menjadi bahan pembelajaran pendidikan agama Hindu khususnya tentang
Weda sebagai sumber hukum Hindu

1
BAB 2 PEMBAHASAN

Pengertian Weda
Kata Veda berasal dari bahasa Sanskerta, berakar kata Vid yang artinya ilmu pengetahuan.
Tetapi tidak semua ilmu pengetahuan dapat disebut sebagai Veda. Veda adalah ilmu
pengetahuan yang mengandung tuntunan rohani agar manusia mencapai kesempurnaan
hidup atau paravidya. Veda juga mengandung ilmu pengetahuan tentang ciptaan Brahman
atau aparavidya untuk tujuan memuliakan hidup manusia dan alam semesta.

Veda disebut sebagai kitab suci Agama Hindu, karena berbentuk buku atau kitab disucikan
oleh pemeluk agama Hindu, diyakini sebagai wahyu Tuhan, dan dipakai sebagai pedoman
dasar hidup oleh umat Hindu dalam melakukan hidup bermasyarakat. Veda juga disebut
sebagai mantra, terutama ketika diucapkan dengan hikmat oleh para Sulinggih. Perhatikan
ketika ada Sulinggih atau Pandita yang sedang merapalkan mantra, maka Sulinggih itu
disebut sebagai sedang ngaveda. Dalam konteks ini, Veda berarti pujastuti atau mantra.

Bahasa Dalam Weda


Sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa maka timbul sebuah pertanyaan, bahasa apakah
yang dipergunakan ketika wahyu itu turun dan demikian pula ketika Weda itu dituliskan.
Dapat kita lihat pada kenyataannya bahwa setiap agama memiliki bahasa wahyunya
tersendiri, biasanya bahasa kitab suci mereka adalah bahasa dimana wahyu tersebut
diterima atau diturunkan. Begitu pula sebaliknya yang terjadi pada agama Hindu, kitab suci
Weda menggunakan bahasa Sansekerta Karena Maha Rsi penerima wahyu Weda tersebut
menggunakan bahasa sansekerta. Sampai saat ini bahasa Sansekerta juga digunakan
dalam penulisan susastra Hindu.
Istilah bahasa Sansekerta adalah bahasa yang dipopulerkan oleh Maharsi bernama Panini
yang hidup pada abad ke VI sebelum masehi. Pada waktu itu Maharsi Panini mencoba
menulis sebuah kitab Vyakarana (tata bahasa) yang kemudian terkenal dengan nama
Astadhayayi yang terdiri dari delapan Adhyaya atau bab yang mencoba mengemukakan
bahwa bahasa yang digunakan dalam Weda adalah bahasa dewa-dewa. Bahasa dewa-
dewa yang demikian dikenal dengan “Daivivak” yang berarti bahasa atau “sabda dewata”.
Kemudian atas jasa Maharsi Patanjali yang menulis kitab “Bahasa” dan merupakan buku
kritik yang menjelaskan kitab Maharsi Panini yang ditulis pada abad ke II sebelum masehi,
makin terungkaplah nama Daivivak untuk menamai bahasa yang digunakan dalam
penulisan karya sastra seperti Itihasa (Sejarah), Purana (cerita-cerita kuno/mitologi). Penulis
yang tampil setelah Maharsi Panini adalah Maharsi Katyayana. Katyayana hidup di abad ke
V sebelum masehi. Katyayana dikenal juga dengan nama Vararuci dan di Indonesia salah
satu karya dari Maharsi Vararuci yaitu Sarasamuccaya telah diterjemahkan kedalam bahasa
Jawa Kuno pada masa kerajaan Majapahit.

2
Dengan perkembangannya yang pesat sesudah diturunkannya Weda, kemudian para ahli
Sansekerta membedakan bahasa Weda kedalam tiga kelompok, yakni:
1) Bahasa Sansekerta Weda (Vedic Sanskrit) yakni bahasa sansekerta yang digunakan
dalam Weda yang umumnya jauh lebih tua dibandingkan dengan bahasa sansekerta yang
kemudian digunakan dalam berbagai susastra Hindu seperti dalam Itihasa, Purana,
Dharmasastra,dll.
2) Bahasa Sansekerta Klasik (Classical Sanskrit) yakni bahasa sansekerta yang digunakan
dalam karya sastra (susastra Hindu) seperti Itihasa (Ramayana dan Mahabharata), Purana
(18 Mahapurana dan 18 Upapurana), Smrti (kitab-kitab Dharmasastra), kitab-kitab Agama
(Tantra), dan Darsana yang berkembang sesudah Weda.
3) Bahasa Sansekerta Campuran (Hybrida Sanskrit) dan untuk di Indonesia oleh para ahli
menamai sansekerta kepulauan (Archipelago Sanskrit). Baik sansekerta campuran maupun
sansekerta kepulauan keduanya ini tidak murni menggunakan kosa kata atau tata bahasa
Sansekerta sebagaimana yang digunakan dalam kedua kelompok sebelumnya (Sansekerta
Weda dan Sansekerta Klasik). Contoh sansekerta campuran dapat dijumpai di India
terutama pada masyarakat yang tidak menggunakan bahasa sansekerta (kini menjadi
bahasa Hindi) seperti di India Timur atau Selatan, sedangkan di Indonesia dapat kita lihat
dari Sruti, Stava atau Puja yang digunakan oleh para pandita di Bali.

Weda sumber hukum Hindu dilihat dari beberapa sudut pandang

1.Weda sebagai sumber hukum dalam arti sejarah


Sumber hukum hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum hindu yang digunakan oleh
para ahli Hindulogi dalam peninjauan dan penulisannya mengenai pertumbuhan serta
kejadiannya. Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, dibedakan menjadi:
a. Pada zaman Krta Yuga berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Manu
b. Pada zaman Treta Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis
oleh Gautama
c. Pada zaman Dwapara Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Samkhalikhita
d. Pada zaman Kali Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Parasara
Selanjutnya sejarah pertumbuhan hukum hindu lebih jauh ditandai oleh adanya madzab,
yaitu:
1. Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya
2. Aliran Mitaksara oleh Yajnaneswara
3. Dayabhaga oleh Jimutawahana
3
2. Weda sebagai sumber hukum dalam arti sosiologi
Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang telah mempunyai aturan
yang melembaga baik berdasarkan tradisi maupun pengaruh-pengaruh baru lainnya.
Pemikiran tentang berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari pandangan-pandangan
masyarakat setempat

3. Weda sebagai sumber hukum dalam arti formal


Dapat kita lihat susunan sumber hukum dalam arti formal sebagai undang-undang,
kebiasaan dan adat, traktat, yurisprudensi, dan pendapat ahli hukum yang terkenal.

4. Weda sebagai sumber hukum dalam arti filsafat


Sumber hukum dalam arti filsafat merupakas aspek rasional dari agama dan merupakan
satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah ilmu pikir dan
juga merupakan pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran yang juga memberikan
pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan.

Sumber hukum hindu menurut kitab Manavadharmasastra


1. Weda (Sruti).
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini sebagai
sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Setelah tulisan
ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan.
2. Smrti (Dharmasastra).
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan
Weda.
3. Sila (tingkah laku orang suci).
4. Acara (Sadacara).
Sadacara berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Sat dan Acara. Sat adalah Satya yang
berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.
5. Atmatusti (Amanastuti).
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam upacara
yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi Atmanastusti dalam
kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah paruman desa adat.

4
WEDA SRUTI
Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui pendengaran
langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok Weda Sruti menurut
Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau weda orisinil. Menurut sifat
isinya, weda sruti dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1. Bagian mantra (Mantra Samhita)
Kitab Mantra atau Mantra Samhita umurnya sangat tua dan merupakan dokumen umat
manusia tertulis yang tertua dan masih ada sampai sekarang. Kitab ini ditulis dalam bentuk
syair atau prosa liris, bahasanya bahasa Sansekerta Weda. Syair-syair tersebut terkumpul
dalam empat himpunan mantra yang masing-masing disebut samhita. Keempat samhita
tersebut disebut Catur Weda Samhita yang terdiri dari :
a. Rg. Weda atau Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan. Rg. weda terdiri dari 10.552
mantra, isinya syair-syair pujaaan. Kitab ini merupakan Weda yang tertua dan yang
terpenting, isinya terdiri dari 10 mandala.Pendeta penyajinya disebut Hort (Horti).
b. Sama Weda atau Sama Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan atau saman yang dinyanyikan
waktu upacara. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Kata sama berarti irama atau
melodi. Pendeta penyajinya disebut Udgatr (Udgatri). Sama Weda terdiri dari dua
bagian, yaitu :
Ø Bagian Arcika terdiri dari mantra-mantra pujaan yang bersumber pada Rg. Weda.
Ø Bagian Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab
ini terdiri dari beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dari kitab-kitab yang ada, yang
masih dapat dijumpai antara lain Ranayaniya, Kutama, dan Jaiminiya (Talawakara).
c. Yajur Weda atau Yajur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat doa-doa pujaan atau pokok-pokok yadnya, yang terdiri dari 1.975 mantra.
Pendeta penyajinya disebut Adwaryu. Kitab ini terdiri atas dua aliran, yaitu :
Ø Yajur Weda Hitam (Kresna Yajur Weda) yang terdiri atas beberapa resensi yaitu
Katakhassamhita, Mapisthalakathasamhita, Maitrayamisamhita, dan
Taithiriyasamhita (terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
Ø Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda juga dikenal Wajasaneyi Samhita). Kitab ini
terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Perbedaan pokok antara kedua Yajur Weda ini terletak pada penggunaan mantra. Mantra
pada yajur weda putih diucapkan sebagai doa-doa dalam suatu upacara, sedangkan mantra
pada Yajur Weda Hitam menguraikan tentang arti dari upacara itu sendiri.

d. Atharwa Weda atau Atharwa Weda Samhita terdiri dari 5.987 mantra. Diantara
mantra-mantra itu banyak yang berbentuk prosa. Isinya adalah tuntunan hidup
sehari-hari yang berhubungan dengan hidup keduniawian. Banyak mantranya
bersifat magis (Atharwan). Pendeta penyajianya disebut Brahmana. Kitab ini terdiri
dari Resensi Saunaka dan Paipplada.

5
2. Bagian Brahmana (Karma Kanda)
Kitab-Kitab Brahmana memuat ajaran tentang kewajiban-kewajiban hidup beragama.
Kewajiban-kewajiban ini antara lain kewajiban untuk melakukan upacara korban atau
yadnya. Setiap Kitab Suci Weda memilki kitab Brahmananya sendiri-sendiri. Kitab Reg
Weda memiliki dua buah kitab Brahmana yaitu: Aetareya Brahmana dan Kausitaki
Brahmana yang juga disebut Sankhyana Brahmana. Kitab yang pertama terbagi atas 40
bab, sedangkan kitab yang kedua terdiri dari 30 bab. Kitab Sama Weda memiliki beberapa
kitab brahmana yaitu: Tandya Brahmana (Panca Wirusa), Sadwirusa Brahmana, Adbhuta
Brahmana. Kitab Yajur Weda memiliki dua kitab brahmana yaitu: Taittiriya Brahmana (milik
Sukla Yajur Weda). Kitab Atharwa Weda memiliki kitab Gopatha Brahmana.

3. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jnana Kanda)


Kata Upanisad berarti duduk dibawah dekat seorang guru untuk menerima ajaran-ajaran
yang bersifat rahasia. Kitab ini merupakan pedoman bagi orang yang sudah melaksanakan
Wanasprasta. Kitab ini isinya interpretasi upacara-upacara keagamaan. Kitab ini disebut
rahasya Jnana karena isinya bersifat rahasia. Kitab-kitab Aranyaka yaitu: Aetareya
Aranyaka (milik Reg Weda). Tandra Aranyaka (Milik Sama Weda), Satapatha Aranyaka
(milik Atharwa Weda). setiap Weda dari Catur Weda memilki kitab Upanisad sebagai
berikut:
Ø Upanisad yang termasuk Reg Weda berjumlah 10 Upanisad yaitu: Aetareya, Kausitaki,
Nada-Bindu, Atmaprabedha, Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura, Saubhaya, dan
Brahwrca Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Sama Weda berjumlah 16 Upanisad yaitu: Kena, Chandogya,
Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani, Wasudewa, Mahat, Sanyasa,
Awyakta, Kondika, Sawitri, Rudraksajabala, Darsana dan Jabali Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Yajur Weda:
§ Yajur Weda Hitam berjumlah 32 Upanisad: Kanthawali, Taittiriyaka, brahma, Kaiwalya,
Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra, Kausika,
Sukharahasya, Tejebindu, Dyanabindu, Brahmawidya, Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda,
Sariraka, Yoga Sikha, Ekasara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahredaya, Yogakundalini,
Pancabrahma, Pranagnihotra, Wahara, Kalisandraha, Ratnakhata dan Saraswatirasya
Upanisad.
§ Yajur Weda Putih berjumlah 19 Upanisad: Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa,
Paramahamsa, Subata, Mantrika, Niralambha, Trisikhibrahmana, Turiyatitah,
Adwanyataraka, Pinggala, Bhiksu, Adhyatma, Tarasara, Yadnyawalkya, Satyayani, Muktika
dan Mandala brahmanaa Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Atharwa Weda Berjumlah 31 Upanisad: Prasna, Mundaka,
Mandhuka, Atharwasria, Atharwasikha, Brhaajjabala, Nrsimhatapini, Naradapariwrrjaka,
Sita, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini, Sandilya, Paramahamsa, Annapurna,
Surya, Atma, Pasupata, Parabrahma, Tripuratapini, Dewi, bhawana, Brahma, Ganapati,
Mahawakaya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa, Dattatreya, Garuda, Sarabha.

6
WEDA SMRTI
Kitab Weda Smrti adalah kitab yang ditulis berdasarkan ingatan yang bersumber kepada
Weda Sruti. Kitab ini dianggap sebagai kitab Hukum Hindu yang didalamnya memuat
tentang sariat Hindu yang disebut Dharma. Kerena itu Kitab Smrti ini dinyatakan sebagai
Kitab Dharmasastra. Dharma berarti hukum dan Sastra berarti ilmu. Smrti dapat digolongkan
kedalam dua kelompok:

1. Kelompok Wedangga
Dilihat dari arti kata, Wedangga terdiri dari dua kata yaitu Weda adalah Kitab Suci dan
Angga artinya badan (batang tubuh). Jadi, Wedangga artinya batang tubuh (badan) Weda.
Kitab Wedangga tidak terpisah dari weda, karena isi dan idenya lahir dari Weda. Kitab ini
akan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ada dalam Weda (badan Weda).
Kelompok Wedangga terdiri dari 6 bagian yang disebut Sad Wedangga, yang terdiri dari:
Siksa (Phonetika)
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang tata cara yang tepat dalam pengucapan mantra
serta tinggi rendahnya tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya yang
dihubungkan dengan berbagai resensi Weda Sruti.
Wyakarana (Tata Bahasa)
Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan
menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa
bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran Wyakarana,
bersumber pada kitab Pratisakhya.
Chanda (Lagu)

Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut
lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan Chanda semua
ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Diantara
berbagai jenis kitab Chanda, yang masih terdapat dewasa ini adalah dua buah buku, antara
lain Nidana sutra dan Chandra sutra. Kitab terakhir itu dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.
Nirukta (Sinonim dan Antonym)
Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutama memuat berbagai penafsiran otentik mengenai
kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab tertua dari jenis ini dihimpun oleh Begawan
Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun 800 SM. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu:
1. Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya.
2. Naidhamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda.
3. Daiwatakanda menghimpun nama Dewa-Dewa yang ada di angkasa, bumi dan
surga.

7
Jyotisa (Astronomi)
Kelompok Jyostisa merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran
astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yadnya. Isinya yang penting
membahas peredaran tata surya, bulan dan benda angkasa lainnya yang dianggap
mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan Yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang masih
kita jumpai ialah Jyostisa Wedangga yang penulisanyan sendiri tidak dikenal.
Kalpa (Ritual)
Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang terpenting.
Kitab kalpa adalah jenis kitab Smrti (Wedangga) yang isinya berhubungan dengan kitab
Brahmanda dan kitab-kitab mantra. Kalpa terdiri empat kitab yang kebanyakan isinya
berhubungan dengan kitab-kitab Brahmana. Dan hanya sebagian kecil yang berhubungan
dengan kitab-kitab mantra.

2. Kelompok UpaWeda
Upa berarti dekat/sekitar dan Weda dapat diartikan pengetahuan suci/kitab suci. Upa Weda
juga diartikan sebagai weda yang lebih kecil. Kitab Upa Weda memiliki fungsi sama
pentingnya dengan kitab-kitab Smrti yang lainnya. Kitab Upa Weda terdiri dari beberapa
cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :

Itihasa
Itihasa adalah karya sastra yang bersifat spiritual, dimana ceritanya penuh filsafat, roman,
kewiraan, dan mitologi sehingga memberi sifat kekhasan sebagai sastra spiritual. Idealisme
yang ada dalam kitab itihasa itu berpegang teguh kepada Dharma, sifat-sifat kepemimpinan
dengan asas Astabrata. Kitab Itihasa secara tradisional terdiri dari kitab Ramayana (terdiri
dari 7 kanda) dan Mahabharata (terdiri dari 18 parwa). Kedua kitab ini sangat terkenal di
dunia dan digubah kedalam sastra jawa kuno yang sangat indah. Ceritanya banyak diambil
dalam bentuk drama, pewayangan,seni pahat, seni lukis dan sebagainya.
Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan didalam
Ramayana menggambarkan kehidupan pada zaman Tretayuga, tetapi menurut para ahli
lainnya, Ramayana telah selesai ditulis sebelum tahun 500SM. Diduga ceritanya telah
populer sejak 3100SM. Ramayana merupakan epos yang ditulis dalam bentuk stansa
meliputi 24.000 buah stansa. Seluruh isi dikelompokkan kedalam tujuh kanda yaitu Bala
Kanda, Ayodnya Kanda, Aranya Kanda, Kiskindha Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda
dan Uttara Kanda. Kitab ini dikenal sebagai adikawya, sedangkan dalam berbagai bentuk
versi baru, seperti Ramayana Tatwa Padika ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh
Sri Rama, dan Kekawin Ramayana oleh Mpu Yogiswara.

8
Mahabharata yang sering disebut dengan istilah "wiracarita" terdiri atas 100.000 ribu sloka
dan dibagi menjadi 18 parwa, sehingga disebut asta dasa parwa. Menurut tradisi, kejadian
Bharatayudha diperkirakan pada permulaan zaman Kaliyuga. Kitab Mahabharata
menceritakan kehidupan keluarga bharata dan isinya menggambarkan pecahnya perang
saudara antara pandawa dengan korawa. Kitab ini meliputi 18 buah parwa, yaitu Adi Parwa,
Sabha Parwa, Wana Parwa, Wirata Parwa, Udyoga Parwa, Bhisma Parwa, Drona Parwa,
Karna Parwa, Satya Parwa, Sampti kaparwa, Stri Parwa, Santri Parwa, Amsasana Parwa,
Aswamedhi Kaparwa, Asramawasi Kaparwa, Mausala Parwa, Mohaprasthani Kaparwa,
Swargarohana Parwa. Parwa ke-12 merupakan parwa terpanjang yang meliputi 14.000
stana. Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Wyasa.

Purana
Kitab Purana adalah bagian dari kitab-kitab Upaweda. Kitab Purana memuat ajaran suci
dalam cerita-cerita kuno dan perumpamaan untuk memudahkan penerapan dan pengertian
yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari serta bagi mereka yang tingkat pikirannya
belum tinggi. Juga menceritakan tentang "Case Low" pembuktian hukum yang pernah
dijalankan. Sejarah penulisan Purana dimulai pada tahun 500 SM. Dan mencapai
kesempurnaan pada tahun 600 SM, ketika Maharaja Harsa Wardana yang memerintah
Negara Aryawarta.
Kitab-kitab purana sangat penting karena bermanfaat untuk memahami garis-garis besar isi
Weda. Menurut Wisnu Purana III.6.24, suatu purana yang lengkap dan baik memuat lima
macam pokok isi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Cerita tentang penciptaan dunia.
2. Cerita tentang bagaimana tanda dan terjadinya pralaya.
3. Cerita yang menjelaskan silsilah dewa-dewa dan bhatara.
4. Cerita mengenai zaman manu atau manwantara.
5. Cerita mengenai silsilah keturunan dan perkembangan dinasti surya wangsa dan
candra wangsa.

Isi kitab-kitab purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan doa-doa
dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tata cara upacara keagamaan dan
petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra ke tempat-tempat suci. Adapun peranan
penting dari purana ialah karena kitab-kitab ini memuat pokok-pokok ajaran mengenai
ketuhanan.

Artha Sastra
Kitab Artha Sastra berisikan tentang pokok-pokok pemikiran bidang ilmu politik atau ilmu
pemerintahaan negara. Artha Sastra sebagai bagian dari kitab Upa Weda, ditulis oleh
Bhagawan Brhaspati

9
Ayur Weda
Kitab Ayur Weda adalah kelompok kitab Upa Weda yang isinya menguraikan tentang bidang
ilmu kedokteran atau kesehatan baik rohani maupun jasmani. Adapun nama kitab yang
termasuk kelompok kitab ayur weda adalah kitab Caraka Samhita, Susruta Samhita,
Kasyapa Samhita, Astanggahrdaya, Yogasara, dan Kama Sutra.
Berdasarkan materi yang terdapat dalam kitab Ayur Weda maka isi kitab Ayur Weda meliputi
delapan bidang ajaran umum, yaitu sebagai berikut :
1. Salya adalah ajaran mengenai ilmu bedah.
2. Salkya adalah ajaran mengenai ilmu penyakit.
3. Kayakitsa adalah ajaran mengenai ilmu obat-obatan.
4. Bhuta Widya adalah ajaran mengenai ilmu psikoterapi.
5. Kaumara Bhrtya adalah ajaran mengenai ilmu pendidikan anak-anak dan merupakan
dasar bagi ilmu jiwa anak-anak.
6. Agada Tantra adalah ajaran mengenai ilmu toksikologi.
7. Rasayamatantra adalah ajaran mengenai ilmu muhjizat.
8. Wajikarana Tantra adalah ajaran mengenai ilmu jiwa remaja.

Gandharwa Weda
Kitab Gandharwa Weda merupakan bagian dari kitab-kitab Upa Weda. Gandharwa Weda
sebagai kitab Smrti, juga memiliki beberapa bagian kitab, seperti: Natya Sastra, Natya
Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa, dan Rasaratnasamucaya. Kitab Gandharwa
Weda isinya menguraikan tentang berbagai aspek cabang ilmu seni.

Kama Sastra
Kama Sastra sebagai bagian dari jenis kitab Upa Weda isinya menguraikan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah. Didalam upaya untuk
mewujudkan salah satu tujuan hidup, umat Hindu dipandang perlu untuk membangkitkan
rasa indah tersebut. Kebangkitan dari rasa indah manusia terbentuk untuk berbakti kepada
Sang Hayng Widhi, hendaknya dipedomani oleh Kama Sastra. Karena dengan demikian
asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu terarah/bernilai positif adanya. Diantara kitab-
kitab Kama Sastra yang terkenal adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.

Agama
Kitab agama itu baru ada setelah agama hindu ada dan berkembang di dunia. menurut
Weda, agama Hindu dapat dipelajari oleh seluruh umat manusia.

10
BAB III PENUTUP

Kesimpulan :
Veda berasal dari bahasa Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu pengetahuan.
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta
dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang
berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam
mempelajari Sansekerta.
Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa dharmasastra

 Weda (Sruti).
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini
sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.
Setelah tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam
bentuk tulisan.

 Smrti (Dharmasastra).
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan
dengan Weda.

 Sila (tingkah laku orang suci).


 Acara (Sadacara).
Sadacara berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Sat dan Acara. Sat adalah
Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.

 Atmatusti (Amanastuti).
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam
upacara yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi
Atmanastusti dalam kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah paruman
desa adat.

DAFTAR PUSTAKA :
https://kimjongin93.wordpress.com/tag/hukum-hindu/
http://novitamahayeni.blogspot.co.id/2016/08/weda-sumber-hukum-hindu.html#more
http://maretanakbali.blogspot.co.id/2014/08/weda-sebagai-sumber-dan-kitab-suci-hindu.html
https://www.scribd.com/doc/50623603/TUGAS-AGAMA-HINDU

11

Anda mungkin juga menyukai