Anda di halaman 1dari 20

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL II

SISTEM SUBAK
Disusun oleh
Kelompok 4
Kelas C

I Komang Agus Saskara (2106511127)


Ni Komang Dilla Adriana (2106511136)
I Kadek Wahyu Kertha Dinata (2106511143)
Yemima Okta Renona (2106511144)
Ni Kadek Indah Oktiana Dewi (2106511151)
Ni Kadek Dita Savitri (2106511153)
Ni Komang Ayu Winda Prayoni (2106511160)
Agam Putra Pratama (2106511166)
I Gst Agung Ayu Koen Diva Amara (2106511172)
Komang Anggun Saraswati (2106511173)
Ida Ayu Kade Nabila krisnina (2106511175)
Ni Komang Ayu Tri Ratna Sari (2106511178)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat waktunya. Paper
ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Paper ini berjudul “Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial II”. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok yang telah membantu
membuat paper ini dengan baik.
Kami menyadari dalam pembuatan paper ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, kritik, saran dan masukan terkait paper ini sehingga paper
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi Pertanian
Indonesia.

Denpasar, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................................................1
1.4. Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
2.1 Peran Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial............................................3
2.1.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu................................................................................3
2.1.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial...................................................................................4
2.2 Dinamika Interaksi Sosial......................................................................................................5
2.2.1 Pengertian Interaksi sosial...............................................................................................5
2.2.2 Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial....................................6
2.2.3 Syarat Terjadinya Interaksi.............................................................................................7
2.2.4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.......................................................................................8
2.3 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat..............................11
BAB III..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun
tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati, manusia akan selalu hidup
bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi
dan situasi (Ahmad, 2014). Manusia sebagai makhluk individu memiliki beberapa unsur
seperti unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, serta unsur raga dan jiwa. Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Manusia Sebagai Makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia
lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan
untuk berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need)
untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Biasanya didasarkan pada kesamaan ciri atau
kepentingan. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluksosial, karena beberapa alasan,
yaitu:◦ Manusia tunduk pada aturan dan norma sosial, perilaku manusia mengaharapkan
suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain.◦ Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa peran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2. Bagaimana dinamika interaksi sosial?
3. Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini yaitu

1
1. Untuk mengetahui peran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
2. Untuk mengetahui dinamika interaksi sosial

2
3. Untuk mengetahui dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

1.4. Manfaat
Dengan dibuat dan adanya paper ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan untuk pembaca agar dapat memahami tentang manusia sebagai makhluk individu
dan sosial, serta dapat menerapkan peran manusia dengan baik. Serta diharapkan juga dapat
memberikan gambaran nyata tentang kesetaraan sesame makhluk sosial.

3
BAB II
ISI

2.1 Peran Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


2.1.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti
yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan.Individualitas manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh berkembang
sebagai sosok pribadi yang khas atau berbeda dengan lain. Manusia secara perseorangan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada
unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di
mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar. Karakteristik yang khas
dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip)
yang saling berinteraksi terus-menerus.

4
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan berbagai peranan,
yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat
konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan
yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar
untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.
Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai
warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu
tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya
sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi,
tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh
kelompok sekitarnya.

2.1.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Dimulai sejak lahir. Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan
selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga
karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-
tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan,
yaitu:
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

5
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah
dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal
yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang
lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang
lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

2.2 Dinamika Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya.

2.2.1 Pengertian Interaksi sosial


Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak
terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Karp dan Yoels
menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi
atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu
 Ciri Fisik adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi
jenis kelamin, usia, dan ras.

6
 Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana,
dan wacana.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana yang
menyangkut hubungan antarandividu , individu dan kelompok antau antar kelompok. Menurut
Charles P. loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jumlah pelakunya dua orang atau lebih
2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbul atau lambing-lambang
3. Adanya suatu demensi waktu yang meliputi, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Jadi Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial
1. Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting
dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa
seseorang untuk mematuhi kaidah – kaidah yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel
Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor
imitasi saja.
2. Sugesti 
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya,
lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi
yang tidak netral sehingga tidak dapat bewrfikir rasional.
Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
1. Orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti,
misalnya orang tua, ulama, dsb.
2. Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.

7
3. Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
4. Reklame atau iklan media masa.
3. Identifikasi: Merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
4. Simpati: Merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan
orang lain.
5. Empati: Merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan
fisik seseorang.
2.2.3 Syarat Terjadinya Interaksi
1.   Adanya kontak sosial
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau “cum” yang artinya
bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh. Jadi kontak berarti sama-sama menyentuh.
Kontak social ini tidak selalu melalui interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat melakuan
kontak social tidak dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon dsb.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social mengarah pada
kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu pertentangan atau konflik berarti
negative.
 Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social primer terjadi apa
bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misanya kontak antara guru dengan
murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui perantara.
Missal percakapan melalui telepon, HP dsb.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang lain
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu:
 Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau perasaan atau
pemikiran pada pihak lain.
 Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, informasi.

8
 Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
 Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan
 Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan
setelah mendapat pesan dari komunikator.

Ada tiga tahapan penting dalam komunikasi:


a.       Encoding
Pada tahap ini gagssaan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam
kalimat atau gambar. dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau istilah, kalimat dan
gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan
kode-kode yang membingungkan komunikan.
b.      Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan
gambar disampaiakan. Penyampaian dapat berupa lisan dan dapat berupa tulisan atau gabungan
dari duanya.
c.         Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna fdan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

2.2.4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas
bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama
individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan,
kontravensi, dan pertentangan.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan. Menurut mereka, ada dua macam proses
sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
a. Proses Asosiatif
1. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai
suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat

9
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut
di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-
group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah
kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota / perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila
orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan
yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang
berguna”
Macam - macam bentuk kerjasama :
1. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih
2. Kooptasi (cooptation),  yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
3. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut
yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk
mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
2.  Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti: menujuk pada suatu keadaan dan Untuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu
proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan
yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan,

10
2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration,  Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
7. Adjudication,  Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

b. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan
oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai
cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for
existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif
dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu:
1.      Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka
yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
2.      Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5 yang umum meliputi perbuatan seperti; penolakan, keenganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,

11
pengacauan rencana, yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian
pada pihak lain, dst. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan
pihak lain, yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan
lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
3.      Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang
sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
a) Pertentangan pribadi,
b) Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan
antara mereka yang menimbulkan pertentangan,
c) Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan,
d) Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat,
e) Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan
yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara. 
Akibat-akibat bentuk pertentangan:
 Tambahnya solidaritas in-group.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
 Perubahan kepribadian para individu.
 Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
 Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.

2.3 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat


Dilema sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua kepentingan,
yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan

12
kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat. Dalam diri manusia, kedua
kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut
hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan.
Persoalan pengutamaan kepentingan individua tau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua pandangan, yaitu
1. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Paha mini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan indivulah yang harus
diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk
merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa
disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada
abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben,
John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi
liberalisme adalah sebagai berikut.
a) Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada
pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,
b) Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan,
c) Pemberian kebebasan penuh pada individu,
d) Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan
dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu
tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan
kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan
tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
2. Pandangan Sosialisme

13
Paham sosialisme ditolkohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi, Blanc,
dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-
hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam
suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,
selaras, bebas, dan sejahtra bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.
Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang
tersisih oleh system liberalisme, mendapatkan keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk
meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam
kerangka kepentingan masyarakatyang lebihluas.
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang
hakikat manusia. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk
Tindakan tidak manusiawi, imperalisme, dan kolonialisme. Sosialisme dalam bentuk yang
ekstrem, tidak menghargai manusia sebagi pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.

14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi, dkk. 2006 . Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
https://azmi648.blogspot.com/2013/02/dinamika-interaksi-sosial.html?m=1 Diakses pada
Minggu, 10 Oktober 2021

Herimanto dan Winarno. 2010. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
https://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/tugas-isbd-makalah-manusia-
sebagai_4.html?m=1 Diakses pada Minggu, 10 Oktober 2021

Reyhansyah Prawira. 2015. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial. Depok:
Rineka Cipta
http://reyhansyah23.blogspot.com/2015/10/makalah-manusia-sebagai-makhluk.html?
m=1 Diakses pada Minggu, 10 Oktober 2021

16

Anda mungkin juga menyukai