Anda di halaman 1dari 3

Pantangan dalam Petangan

1. Kalaning Wuku
Saat suatu wuku dianggap rawan sehingga sebaiknya dijauhi. Letak atau
kalenggahan wuku itu dianggap tempat yang rawan bagi orang yang dilahirkan di
wuku tersebut sehingga pantangannya adalah selama 7 hari berlangsungnya wuku,
orang yang bersangkutan sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke arah letak wuku.
Kalaning wuku bagi masing-masing wuku terjadi 7 hari berturut-trut dalam daur 210
hari, yaitu selama wuku itu berlangsung.
Contohnya: orang yang lahir pada wuku Watugunung, pada saat wuku itu berlangsung
selama 7 hari sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke arah barat.
Wuku Warigalit, wuku Kuruwelut, dan wuku Wayang yang palenggahannya diatas
tidak perlu menunda perjalanan dengan pesawat terbang, tetapi sebaiknya jangan
melakukan kegiatan panjat-memanjat.
Wuku Kuranthil, wuku Mandasiya, dan wuku Prangbakat yang palenggahannya di
bawah sebaiknya tidak melakukan perjalanan atau bepergian melalui curah atau
lereng yang curam atau jangan menggali sumur.
2. Kala renteng (Kukudan)
Karena adanya penyesuaian caturwara dan asthawara terhadap pawukon,
terdapat 3 hari naas berturut-turut yang disebut Kala renteng yang di Bali juga disebut
Sang Kala Tiga Galungan. Karena 210 hari pawukon tidak habis dibagi 4 hari
caturwara dan 8 haru asthawara dan masing-masing sisa 2 hari, sisa tersebut
dicurahkan pada wuku Galungan. Tiga hari naas itu dapat disebutkan bahwa selama
wuku Galungan terjadi jayaning Kala yaitu pada hari Radite Jenar, Soma Palguna,
Anggara Cemengan. Jadi Kala Renteng terjadi selama 3 hari berturut-turut, dalam
daur 210 hari
3. Hari Sarik Agung (Dhodhopan)
Hari tersebut terjadi setiap 7 wuku, jatuh pada hari Buda. Hari Sarik Agng
terjadi pada hari Rabu setiap 49 hari. Salah satu primbon menyebutkan bahwa Kala
rnteng dan Sarik Agung adalah sama-sama naasing wuku dengan peringatan bahwa
semua hajat atau keperluan jangan sampai dilakukan pada naasing waku tersebut,
sebab sama sekali sudah tidak mungkin dicarikan upaya untuk menolaknya kecuali
tinggal diam tidak melakukan apapun.
4. Dina Samparwangke
Disebut juga ringkeling wuku. Terjadi pada hari saptawara Soma yang
bertepatan dengan hari sadwara Aryang dan hari triwara Betheng terjadi setiap 42 hari
sekali, yaitu pada wuku Sinta, Warigalit, Langkir, Tambir, Bala. Untuk dina
Samparwangke atau ringkeling wuku ini ada peringatan yang menyebutkan bahwa
yang disebut naasnya wuku lima ialah Si, Wa, La, Ta, Ba, artinya Si=Sinta,
Wa=Warigalit, La=Langkir, Ta=Tambir, Ba=Bala. Kelima wuku itu dinakan wuku
malihan atau wuku bubuk. Tidak baik untuk mendirikan hajat seperti pernikahan,
mendirikan rumah. Bahkan bila menebang bambu pun, bambunya akan dimakan
serangga. Pada hari Samparwangke itu, berkumpul dengan istri sendiri pun tabu
karena bila membuahkan anak, anak itu akan sering mengalami musibah.
5. Dina Taliwangke
Termasuk hari naas atau rawan yang perlu dihindari bila akan
menyelenggarakan keperluan yang penting. Hari Taliwangke terjadi setiap 36 hari
sekali, dimulai pada wuku Wuye, hari Soma/Senin Kasih/Kliwonm dan selalu
bertepatan dengan hari triwara Betheng dan hari sadwara Uwas.
6. Dina Sritumpuk
Adalah hari yang baik terutama untuk memulai kegiatan yang berkaitan
dengan pertanian. Seperti yang diketahui bahwa dewi Sri adalah dewi pertanian/
kesuburan. Hari Sritumpuk adalah hari bertemunya (tumpuk) hari caturwara pertama
Sri dengan hari asthawara pertama Sri yang bersamaan pula dengan hari pertama
triwara (Pasah), hari pertama sadwara (Tungle), hari sangawara pertama (Dangu).
Dalam 210 hari umur pawukon hanya terdapat 3 kali Sritumpuk.
7. Anggara Kasih
Anggara Kasih atau Selasa Kliwon dinyatakan sebagai hari baik sehingga baik
untuk menyelenggarakan pernikahan dan keperluan lain. Primbon lain menyatakan
bahwa Anggara Kasih adalah dina gumantining wuku utawa dina gumiriling wuku
(hari pergantian wuku).
8. Petangan Sengkan Turunan
Adalah 5 ekor binatang langit yang namanya Srigati, Sapi Gumarang, Kutila
Pas, Asu Ajag, dan Celeng Tembalung. Bintang imajiner ini mempunyai kebiasaan
turun ke bumi dan naik lagi ke langit secara teratur bergantian. Pada waktu naik
(sumengka) dan turun (tumurun) mereka merupakan pertanda baik bagi petani untuk
mengadakan kegiatan pertanian, khususnya untuk mulai menanam sesuatu yang cocok
dengan musimnya. Secara teratur para binatang langit ini membagi waktunya 15 hari
di langit dan 15 hari di bumi.
Menurut kepercayaan zaman dulu, khususnya yang menyangkut kegiatan pertanian
ada petunjuk sbb:
a. Saniscara Cemengan, hari yang baik untuk menanan pala kependem (umbi-
umbian).
b. Buda Kasih dan Respati Kasih, hari yang baik untuk menanam pala kesimpar dan
pala rumambat (tanaman merambat).
c. Buda Manis dan Respati Manis, hari yang baik untuk mulai menananm padi,
pisang, kelapa, jagung.
d. Buda Jenar dan Respati Jenar, har yang baik untuk mulai menanam dhukut-kruwut
(tanaman yang lazim ditanam di halaman rumah)
9. Petangan Sangat (Sa’at)
Adalah petangan yang digunakan untuk mencari atau menetapkan sangat atau
sa’at yang baik dalam 1 hari khususnya untuk bepergian. Petangan ini berdasarkan
neptu saptawara dan neptu pancawara kemudian dijumlah.
10. Petangan Rakam
Berdasarkan neptu pancawara dan neptu saptawara. Petangan ini dipakai untuk
berbagai keperluan terutama menyakut rumah tangga misalnya mendirikan rumah
baru atau pindahan rumah.
11. Petangan Pancasuda
Merupakan petangan yang banyak dikenal dan dianggap petangan penting dan
sering digunakan. Siklusnya setiap 35 hari (selapan). Dariangka 35 ini merupakan
hasil perkalian 5 dan 7 terlihat bahwa petangan ini berdasarkan pancawara dan
saptawara. Petangan ini digunakan untuk mengetahui sifat dan nasib bayi yang baru
lahir dan juga menetapkan hari baik bagi penyelenggaraan upacara pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai