Anda di halaman 1dari 66

JAWA ADALAH PENGERTIAN POSITIF

Meneliti Budaya Ilmu Jawa & berpikir positif untuk mencari suatu kebenaran dan bukan melakukan
pembenaran, tuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia

Kamis, 12 Mei 2016

Menurut catatan files saya

Dari Ali Bin Abu tholib ra.

=======================

Makna huruf hijaiyah

Alif (‫)ا‬:

Ismullah (nama Allah), yang tiada Tuhan selain-Nya. Dia selalu hidup, Maha Mandiri dan Mahakuasa.

Menurut saya

---------------

Alif = daya hidup Energy Alloh, antena spiritual yaitu tali roh hidup.

Ba’ (‫)ﺏ‬: al Baqi’ (Mahakekal), setelah musnahnya makhluk.

Menurut saya

---------------

Ba' = wadah hidup bersama energy alloh kode titik adalah ruh

Ta (‫)ﺕ‬: al Tawwab (Maha Penerima Taubat) dari hamba-hamba-Nya.

Menurut saya

----------------

Energy Alloh berdualistik kode 2 titik adalah tuah dan tulah, Allah Rosul, bersifat sepasang seperti
gelap dan terang, bumi langit.dll

Tsa’ (‫)ﺙ‬: al Tsabit (Yang Menetapkan) keimanan hamba-hamba-Nya.

Menurut saya

---------------

Kode 3 titik adalah 3 posisi citra Allah yaitu posisi tri tunggalnya yaitu
al kholiq (brahma), posisi fana

al hafidz (wisnu), posisi rohso

al jabbar (siwa), posisi baqo'

Jim (‫ )ﺝ‬: Jalla Tsanauhu (Yang Mahatinggi Pujian-Nya), kesucian-Nya, dan nama-nama-Nya yang tiada
berbatas.

Menurut saya

---------------

Makluk dan material adalah wajahnya semua ada dat hidupNya dalam wadah dan bentuknya ada 1
titik didalam model huruf.

Ha’ (‫)ﺡ‬: al Haq, al Hayyu, wa al Halim (Yang Mahabenar, Mahahidup, dan Mahabijak).

Menurut saya

===========

Semuanya yg tampak disemesta raya adalah kebenaran dari wajahnya dalam kekosongan

Kha (‫)ﺥ‬: al Khabir (Yang Mahatahu) dan Mahalihat. Sesungguhnya Allah Mahatahu apa yang kalian
kerjakan.

Menurut saya

============

Keberadaan makhluk ada di 1 titik ruhnya yaitu atas kesadaran.

Dal (‫)ﺩ‬: Dayyanu yaumi al din (Yang Mahakuasa di Hari Pembalasan).

Menurut saya

===========

Makhluk yg sadar akan hakikat titik atau ruh ( naluri ) akan tunduk dan patuh pada NYA

Dzal (‫)ﺫ‬: Dzu al Jalal wa al Ikram (Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).

Menurut saya

===========

Dalam ketundukan mahluk yg bernaluri maka akan menaikkan kesadaran ruh diatas segala
ketundukkannya ( nalar )
Ra (‫)ﺭ‬: al Rauf (Mahasayang).

Menurut saya

============

Makhluk yg telah menjadi hakikat ruhnya menjalankan kasih sayang yaitu Rosul

Zay (‫)ﺯ‬: Zainul Ma’budin (Kebanggaan Para Hamba).

Menurut saya

===========

Rosul adalah cermin dari.citra Alloh dan menjadi suri tauladan

Sin (‫)ﺱ‬: al Sami al Bashir (Mahadengar dan Mahalihat).

Menurut saya

===========

Setiap Rosul menggunakan pandangan dan pendengaran energy titik yaitu Ruh NYA

Syin (‫)ﺵ‬: Syakur (Maha Penerima ungkapan terima kasih dari hamba-hamba-Nya).

Menurut saya :

Rosul mensyukuri setiap keadaannya dengan merawat semuanya dlm kapasitasnya memandang
semua 3 titik yaitu cipto, roso, karso.

Shad (‫ )ﺹ‬: al Shadiq (Mahajujur) dalam menepati janji. Sesungguhnya Allah tidak mengingkari janji-
Nya.

Menurut saya

===========

Kebenaran adalah kejujuran tritunggal sbg penyaksian yg nyata.

Dhad (‫)ﺽ‬: al Dhar wa al Nafi (Yang Menangkal Bahaya dan Mendatangkan Manfaat).

Menurut saya

===========

Kejujuran adalah kebenaran yg menyelamatkan dari prilaku rosul pada hakikat satu titik.
Tha (‫)ﻁ‬: al Thahir wal al Muthahir (Yang Mahasuci dan Menyucikan).

Menurut saya

===========

Kejujuran mensucikan jiwa dalam kehampaan melebur tanpa titik fana fi syeh hakikat ummy

Zha (‫)ظ‬: Zhahir (Yang Tampak dan Menampakkan Kebesaran-Nya).

Menurut saya :

==============

Terjadinya penyatuan prilaku menunjukkan kesaktian hakikat titik yaitu RUH sbg penampakan
prilaku nyata.

‘Ain (‫)ﻉ‬: al ’Alim (Yang Mahatahu) atas segala sesuatu.

Menurut saya :

----------------

Itulah manusia berkesadaran makro cosmos dalam mikro cosmosnya.

Ghain (‫)ﻍ‬: Ghiyats al Mustaghitsin (Penolong bagi yang memohon pertolongan) dan Pemberi
Perlindungan.

Menurut saya :

---------------

Rosul atau wali yg berkesadaran penyatuan adalah media atau jembatan pertolongan dari hakikat 1
titik ( ahadun ) roh

Fa (‫)ف‬: Yang Menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan.

Menurut saya :

----------------

Mampu memberikan kemanfaatan prilaku sbg alat dari hakikat titik.

Qaf (‫)ﻕ‬: Yang Mahakuasa atas makhluk-Nya.

Menurut saya

---------------

Dualitas 2 hakikat titik digunakan utk kemanfaatan segala sesuatu.


Kaf (‫)ﻙ‬: al Kafi (Yang Memberikan Kecukupan) bagi semua makhluk, tiada yang serupa dan sebanding
dengan-Nya.

Menurut saya :

----------------

Sinergisitas peran dalam kemanfaatan yg saling bergantung satu sama lain.

Lam (‫)ﻝ‬: Lathif (Mahalembut) terhadap hamba-hamba-Nya dengan kelembutan khusus dan
tersembunyi.

Menurut saya

---------------

Itulah kelembutan bagi mereka yg sadar utk saling berbagi peran.

Mim (‫)ﻡ‬: Malik ad dunya wal akhirah (Pemilik dunia dan akhirat).

Menurut saya :

----------------

Mim adalah manusia sbg cermin pemilik dualitas gaib dan nyata

Nun (‫)ن‬: Nur (Cahaya) langit, cahaya bumi, dan cahaya hati orang-orang beriman.

Menurut saya :

-----------------

Manusia berkesadaran rosul telah memangku hakikat titik dalam keummyannya.

Waw (‫)ﻭ‬: al Wahid (Yang Mahaesa) dan tempat bergantung segala sesuatu.

Menurut saya :

---------------

Kesatuan dan penyatuan adalah sinergisitas bima sakti adalah kebergantungan kita.

Haa (‫)ه‬: al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk) bagi makhluk-Nya. Dialah yang menciptakan segala sesuatu
dan memberikan petunjuk.

Menurut saya

---------------
Dalam kekosonganlah RUH menciptakan isi dan petunjuk nyata wujud.

Lam alif  (‫)آل‬: lam tasydid dalam lafadz Allah untuk menekankan keesaan Allah, yang tiada sekutu
bagi-Nya.

Menurut saya :

---------------

Penyatuan hamba dan RUH sbg kalam yg nyata.

Ya (‫)ﻱ‬: Yadullahbasithun lil khalqi (Tangan Allah terbuka bagi makhluk). Kekuasaan dan kekuatan-
Nya meliputi semua tempat dan semua keberadaan.

Menurut saya :

----------------

Pupuslah semua hawa nafsu dan hawa murni dan berbagai kekuatan ego dan pikiran kpd penyatuan
dan kesadaran ruh sehingga mulut berkata " YA BALA "

Rasulullah lalu berkata “Inilah perkataan dari orang yang telah diridhai Allah dari semua makhluk-
Nya”.

Mendengar penjelasan itu maka yahudi itu masuk Islam.

Dari Ibrahim bin Khuttab, dari Ahmad bin Khalid, dari Salamah bin Al Fadl, dari Abdullah bin Najiyah,
dari Ahmad bin Badil Al Ayyamy, dari Amr bin Hamid hakim kota ad Dainur, dari Farat bin as Saib dari
Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas dan sanadnya Rosulullah SAW, ia berkata: “Segala sesuatu ada
penjelasan (tafsir)nya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang
yang tidak mengetahuinya”.

Ilmu Huruf dan Rahasianya

Ketika huruf hijaiyah terbagi menjadi 28 makhraj (pengucapan huruf) dan setiap makhraj merupakan
manzilah dari manzilah-manzilah bulan yang jumlahnya juga 28, maka tersusunlah huruf-huruf itu ke
dalam susunan Abjad. Dan huruf-huruf itu terbagi menjadi:

Pertama: Bertitik dan tidak bertitik, menggambarkan nathiq (bicara) dan shamit (diam).

Kedua:

=====

Mengandung empat unsur, yaitu:


#Unsur_api : alif, haa’, tha’, shad, mim, fa’, syin.

#Unsur_udara : ba’, wawu, ya’, nun, shat, ta’, dha’.

#Unsur_air : jim, za’, kaf, sin, qaf, tsa’, zha’.

#Unsur_tanah : ha’, lam, ‘ain, ra’, kha’, ghain.

Ketiga:

=====

Dari segi kesendirian dan tidaknya, terbagi menjadi:

mufradah, matsani dan matsalis.

#Mufradah adalah huruf-huruf Muqaththa’ah (yang terdapat di awal surat Al-Qur’an) seperti huruf
alif, kaf, dan lam.

#Matsani seperti dal, dzal, sampai fa’ dan qaf.

#Matsalis seperti ba’ sampai kha’ dalam susunan Abatatsa.

Dari sisi nuqthah (titik):

ada yang satu, dua, dan yang tiga.

Keempat:

=======

Malfuzhi, masruri, dan malbubi.

#Malfuzhi adalah huruf yang dalam pelafazhan atau pengucapannya tidak sama antara huruf
pertama dan huruf terakhir, misalnya alif dan jim.

#Masruri adalah huruf yang dalam pengucapannya sama antara huruf pertama dan huruf terakhir,
misalnya mim, nun, dan wawu.

#Malbubi adalah huruf yang pengucapannya terdiri dari dua huruf, misalnya ba, ta; huruf ini juga
disebut huruf ‘illiyyah.
Kelima:

Mufashshalah dan Muwashshalah.

#Mufashshalah adalah huruf yang hanya bisa disambung dengan huruf sebelumnya, yaitu alif, wawu,
dzal, ra’, za’, dan dal.

#Muwashshalah adalah huruf yang bisa disambung dengan huruf sebelum dan sesudahnya.

Keenam:

======

Huruf cahaya dan huruf kegelapan.

Huruf cahaya adalah: shat, ra’, alif, tha’, ‘ain, lam, ya’, ha’, qaf, nun, mim, sin, kaf, ha’.

Yang semuanya terhimpun dalam kalimat:


ُ ‫صِ َر‬
‫اط َعلِيٍّ َح ٌّق ُنمْسِ ُك ُه‬

Jalan Ali benar kita pegang teguh

Dan selain huruf-huruf tersebut adalah huruf kegelapan.

Coba kita perhatikan nama-nama semuanya didominasi oleh huruf-huruf cahaya kecuali “Al-
Wadûd”.

Ketujuh:

=======

Huruf mudghamah (tersembunyi) dan muzhharah (nampak).

Masing-masing berjumlah 14 sama dengan pembagian jumlah manzilah bulan.

Yang nampak selalu berada di atas bumi, dan yang tersembunyi selalu berada di bawah bumi.
Huruf Mudghamah adalah huruf yang bila diawali (Al) bunyi Al-nya tidak nampak, misalnya Ra’ dan
Dal. Huruf Muzhharah adalah huruf yang bila diawali (Al) bunyi Al-nya nampak, misalnya ba’, jim.

Hukum huruf-huruf tersebut memiliki rahasia yang menakjubkan. Misalnya, dalam susunan
Abatatsa, “alif” merupakan huruf zat Yang Maha Suci, yakni Al-Awwalu wal Akhiru.

Adapun khalifah huruf “alif” adalah “ya'” dan “wawu”, keduanya termasuk huruf layyinah dalam
menjelaskan semua huruf, sebagaimana wujud Yang Maha Suci adalah sumber dari semua wujud,
dan hal ini terkandung dalam doa, misalnya:

‫يا من كل شيئ قائم بك‬

Wahai Zat yang segala sesuatu terwujud karena keberadaan-Mu

Tak ubahnya kwalitas suara dan perbedaannya terjadi di udara karena ketergantungan gelombang
pada sumber gelombang.

Karena itu kita tidak akan menemukan dua bentuk yang sama dalam semua wujud berdasarkan
hukum penampakan Ahadiyah (hukum Alif dan ba’) dan penampakan nama “Man laysa kamitslihi
syay-un ” (Dia yang tidak diserupai oleh segala sesuatu).

Demikian juga kita tidak akan mendapatkan dua suara dalam wujud yang sama, sebagaimana hal ini
digambarkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:

‫ِين‬ ٍ ‫اخ ِتالَف أَ ْلسِ َنتِك ْم َو أَ ْل َوانِك ْم إِنَّ فى َذلِك الَ َيا‬
َ ‫ت لِّ ْل َعلِم‬ ِ ْ‫ت َو األَر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫َو مِنْ َءا َي ِت ِه َخ ْل ُق الس َم َاوا‬

“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan bahasa
dan warna kulitmu, sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi semesta
alam.” (Ar-Rum: 22).

Allah Maha Mendengar suara ini dan semua suara yang kwalitasnya telah terjadi dan akan terjadi di
udara, dengan satu pendengaran yang sifatnya hudhuri dan isyraqi (pengenalan tingkat rasa).

(Disarikan dari kitab Syarah Doa Jawsyan Kabir, Sabzawari)


Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah yakni 30 kunci huruf hijaiyah yang berada di tubuh manusia
antara lain yaitu:

1. alif = hidung

2. ba' = mata

3. ta' = tempat mata(lubang tempat mata)

4. tsa' = bahu kanan

5. jim = bahu kiri

6. ha = tangan kanan

7. kha = tangan kiri

8. dal = telapak tangan kanan dan kiri

9. dzal = kepala dan rambut

10. ro' = rusuk kanan

11. zai = rusuk kiri

12. sin = dada kanan

13. syin = dada kiri

14. shod = pantat kanan

15. dhod = pantat kiri

16. tho' = hati

17. zho'= gigi

18. ain = paha kanan

19. ghoin = paha kiri

20. fa' = betis kanan

21. kof = betis kiri

22. kaf = kulit

23. lam = daging

24. mim = otak

25. nun = nur/cahaya

26. wau = telapak kaki kanan dan kiri

27. ha' = sungsum tulam

28. lam alif = manusia utuh


29. hamzah = memenuhi segala

30. ya' = mulut/manusia

Rahasia Angka

oleh Wahyudi Pratama Suta

Katagori Penjabaran Pelayaran Samudra Bathin Pribadi

Selasa wage, 28 September 2010 jam 07.00 wib, aku tidak sengaja ada sesuatu yang merinding
ditangan kiriku, tiba - tiba diantara kegundahanku aku mendengar ketukan suara dari dalam
hatiku….ngger......!! ngger......!! Ono rahasiane ongko 1,2,3.4,5,6,7,8,9,0…………..serta merta bathinku
saling bertanya jawab …..

Ongko Siji iku tegese Tunggal, Esa weruhi Gusti kang Tunggal sing wenehi dalan sing lurus kanggo
panguripan yo iku Alif, sing dadi manungsa………ing bumi mulya, mangkane dadio sing siji yo sing
nunggal marang dalan sing lurus…yo Bagusing Atimu…..

Ongko Loro iku tegese Awan lan Bengi, Lanang Wedok, Bumi Langit, Banyu lan Geni sing
nggambarno sepasang kahanan ing bumi mulya, Gaib samar lan Nyata mangkane eling marang Uripe
kudu Jangkep…Huuu………(allah), Rip ….(Nur Ahmad mulyo)………

Ongko Telu iku tegese napase segitiga, Ngger…yo iku punjere pepundhen urip kudu ngerti marang
Batara Guru, Batara Brama lan Batara Wisnu, Bapa, biyung lan anak, Manungsa karo Gusti (Gusti
Allah), Manungsa karo Manungsa, Manungsa karo Alam, Bapa Angkasa, Bapa Biyung lan Ibu bumi,
Tata, Titi lan Ngastiti……….Syariat, Hakekat, Makrifat, Iqra.…. Iqra,….. Iqra….., Roh sejati, Sukma
sejati, lan Muhammad sejati…..

Ongko Papat iku tegese Sedulurmu sing Papat Kowe Lak wis weruh, Ngger…!!!

Yo iku malaikat Jibril yo Mutmainah, Yo Mikail Yo Lawwamah, Yo Isrofil Yo Supiyah, Yo Izroil Yo


Amarah kuwi kudu mbok peper….dadi kudu iso melu kakarepanmu, iso ngengkrek hawa nepsumu
ben kowe iso duwe Budi luhur, Daya luhur, lan Pekerti luhur kanggo patrap ing bumi mulyo…

Ongko Limo iku tegese kowe wis dadi Pancer ksatrio sing iso nyetir panguripanmu golek kamulyan
ing bumi mulyo kowe wis duwe kereta kencana jaran papat kelir abang, ireng, kuning, lan putih wis
kowe taklukne, nandi wae golek kamulyan wis penak, nyandang cukup…
Ongko Nem iku tegese Manembah dumateng Gusti kang Moho Suci, yo anyuceni jiwo lan rogo, yo
nyuwun pangapura marang sedoyo lepat lan luput, lan tunduk marang titahing Gusti Suci tan Keno
Owah

Lan Maturnuwun dumateng sedoyo rahmat lan nikmat sing sampun ditrami….., eling…eling…eling…
eling…eling…eling….

Ongko Pitu iku tegese Yen wuz eling lan nembah bakal tinemu wejang, pitutur kang becik lan iso
ngadepi masalah-masalah ing bumi mulyo kanggo nglepas sengsaraning urip ben tetep rahayu
nyandang kamulyan……yo ngger….!!!

Ongko Wolu iku tegese Kowe wis wiridan Drajat Wolung Pangkat lan kowe biso lungguh, linggih lan
lenggah dadi manungsa sejati sing rahmatan lil ‘alamin nyandang manfaat kamulyan ing bumi
mulyo…………

Ongko Songo iku tegese kowe tetep eling marang bolongan songo sing kerep tekone nafsu angkara,
Karena kuwi lungguhne sedulurmu lan kowe kudu iso buka lan tutup bolongan songo mau neng
panggonane dewe-dewe……….dadi tetepmu kowe lek dadi pimpinan iso Arif lan Bijak……….Eling,
Eling!!

Ongko Nol lek wis iso mlaku mulai siji nang songo yo mbalek nol, alam kosong, ora ono opo-opo……
wis bisa Ning Sangkan Paraning Dumadi……..

Wiz yo eling-elingano wejanganku iki……

Sambil menyetir mobil aku terpaku diam dengan berdzikir dan menyebut Subhanallah…………matur
nuwun Gusti…..., sehari ini hatiku terus merasa gundah dan terus menerus seperti ada yang ingin
masuk untuk memberikan wejangan pada diriku, apalah dayaku kuteruskan saja mengikuti hatiku
kemana akan pergi mengembara ke pangkuan ilahi……………….SUBHANALLOH….!!!!

JAWA ADALAH PENGERTIAN POSITIF

Meneliti Budaya Ilmu Jawa & berpikir positif untuk mencari suatu kebenaran dan bukan melakukan
pembenaran, tuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia

 Telusuri

Selasa, 30 September 2014

TUHAN DALAM PANDANGAN KEJAWEN & HINDU


Semoga semua mahluk berbahagia...

Tuhan adalah “Sangkan Paraning Dumadi”.

DIA adalah sang Sangkan sekaligus sang Paran, karena itu juga disebut Sang Hyang Sangkan Paran.

DIA hanya satu, tanpa kembaran, dalam bahasa Jawa dikatakan Pangeran iku mung sajuga, tan
kinembari .

Orang Jawa biasa menyebut “Pangeran” artinya raja, sama dengan pengertian “Ida Ratu” di Bali.

Masyarakat tradisional sering mengartikan “Pangeran” dengan “kirata basa”. Katanya pangeran
berasal dari kata “PANGENGERAN”, yang artinya “TEMPAT BERNAUNG & BERLINDUNG”, yang di Bali
disebut “SWECA”.

Sedang Wujud-NYA tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapainya dan kata kata tak
dapat menerangkanNYA. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata hanyalah produk pikiran
hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan kebenaranNYA. Karena itu orang Jawa
menyebutnya “TAN KENA KINAYA NGAPA” ( tak dapat disepertikan).

Artinya sama dengan sebutan “Acintya” dalam ajaran Hindu. Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa
memberikan sebutan sehubungan dengan perananNYA. Karena itu kepada NYA diberikan banyak
sebutan, misalnya:

Gusti Kang Karya Jagad (Sang Pembuat Jagad),

Gusti Kang Gawe Urip (Sang Pembuat Kehidupan),

Gusti Kang Murbeng Dumadi (Penentu nasib semua mahluk) ,

Gusti Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Besar), dan lain-lain.

Sistem pemberian banyak nama kepada Tuhan sesuai peranan-NYA ini sama seperti dalam ajaran
Hindu. “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti” artinya “Tuhan itu satu tetapi para bijak menyebut-NYA
dengan banyak nama”.
Hubungan Tuhan dengan Ciptaannya.

Tentang hubungan Tuhan dengan ciptaanNYA, orang Jawa menyatakan bahwa Tuhan menyatu
dengan Ciptaan-NYA. Persatuan antara Tuhan dan ciptaannya itu digambarkan sebagai “curiga
manjing warangka, warangka manjing curiga”, seperti keris masuk ke dalam sarungnya, seperti
sarung memasuki kerisnya.

Meski ciptaannya selalu berubah atau “menjadi ” (dumadi), Tuhan tidak terpengaruh oleh
perubahan yang terjadi pada Ciptaan-NYA. Dalam kalimat puitis orang Jawa mengatakan:

Pangeran nganakake geni manggon ing geni nanging ora kobong dening geni, nganakake banyu
manggon ing banyu ora teles dening banyu.

Artinya:

Tuhan mengadakan api, berada dalam api, namun tidak terbakar, mencipta air bertempat di air
tetapi tidak basah.

Sama dengan pengertian wyapi, wyapaka dan nirwikara dalam agama Hindu.

Oleh karena itu Tuhan pun disimbolkan sebagai bunga “teratai” atau “ sekar tunjung ”, yang tidak
pernah basah dan kotor meski bertempat di air keruh.

Ceritera tentang Bima bertemu dengan “Hanoman”, kera putih lambang kesucian batin, dalam
usahanya mencari “tunjung biru” atau “teratai biru’ adalah sehubungan dengan pencarian Tuhan.
Menyatunya Tuhan dengan ciptaanNYA secara simbolis juga dikatakan “kaya kodhok ngemuli leng,
kaya kodhok kinemulan ing leng”, seperti katak menyelimuti liangnya dan seperti katak terselimuti
liangnya.

Pengertiannya sama dengan istilah immanen sekaligus transenden dalam filsafat modern, yang
dalam Bhagavad Gita dikatakan “DIA ada padaKU dan AKU ada padaNYA”.

Dengan pengertian demikian maka jarak antara Tuhan dan Ciptaan-Nya pun menjadi tak terukur lagi.
Tentang hal ini orang Jawa mengatakan: “Adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan”, artinya
jauh tanpa batas, dekat namun tak bersentuhan.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pada hakekatnya filsafat Jawa adalah Hinduisme, yang
monotheisme pantheistis.

Karena itu pengertian Brahman Atman Aikyam, atau Tuhan dan Atman Tunggal, juga dinyatakan
dengan kata-kata “Gusti lan kawula iku tunggal”.

Di sini pengertian Gusti adalah Tuhan yang juga disebut Ingsun, sedang Kawula adalah Atman yang
juga disebut Sira, hingga kalimat “Tat Twam Asi” pun secara tepat dijawakan dengan kata kata “Sira
Iku Ingsun” atau “Engkau adalah Aku”, yang artinya sama dengan kata-kata “Atman itu Brahman”.

Pemahaman yang demikian itu tentunya memungkinkan terjadinya salah tafsir, karena menganggap
manusia itu sama dengan Tuhan.
Untuk menghindari pendapat yang demikian, orang Jawa dengan bijak menepis dengan kata-kata
“ya ngono ning ora ngono”, yang artinya “ya begitu tetapi tidak seperti itu”.

Mungkin sikap demikian inilah yang menyebabkan sesekali muncul anggapan bahwa pada dasarnya
orang Jawa penganut pantheisme yang polytheistis, sebab pengertian keberadaan Tuhan yang
menyatu dengan ciptaannya ditafsirkan sebagai Tuhan berada di apa saja dan siapa saja, hingga apa
saja dan siapa saja bisa diTuhankan. Anggapan demikian tentulah salah, sebab Brahman bukan
Atman dan Gusti bukan Kawula walau keberadaan keduanya selalu menyatu.

Brahman adalah sumber energi, sedang Atman cahayanya. Kesatuan antara Krisna dan Arjuna oleh
para dalang wayang sering digambarkan seperti “Api dan Cahayanya”, yang dalam bahasa Jawa
“Kaya Geni lan Urube”.

Upaya Mencari Tuhan Berdasar pengertian bahwa Tuhan bersatu dengan Ciptaan-NYA itu, maka
orang Jawa pun tergoda untuk mencari dan membuktikan keberadaan Tuhan. Mereka
menggambarkan usaha pencariannya dengan memanfaatkan sistim simbol untuk memudahkan
pemahaman.

Sebagai contoh pada sebuah kidung Dhandhanggula, digambarkan sebagai berikut:

“Ana pandhita akarya wangsit, kaya kombang anggayuh tawang, susuh angin ngendi nggone, lawan
galihing kangkung, watesane langit jaladri, tapake kuntul nglayang lan gigiring panglu”, dst.

Di sini jelas bahwa “sesuatu” yang dicari itu adalah

susuh angin (sarang angin),

ati banyu (hati air),

galih kangkung (galih kangkung),

tapak kuntul nglayang (bekas burung terbang),

gigir panglu (pinggir dari globe),

wates langit (batas cakrawala),


yang merupakan sesuatu yang“tidak tergambarkan” atau “tidak dapat disepertikan dalam bahasa
Jawa “tan kena kinaya ngapa” yang pengertiannya sama dengan “Acintya” dalam ajaran Hindu.

Dengan pengertian “Acintya” atau “sesuatu yang tak tergambarkan” itu mereka ingin menyatakan
bahwa hakekat Tuhan adalah sebuah “kekosongan”, atau “suwung”.

Kekosongan adalah sesuatu yang ada tetapi tak tergambarkan.

Semua yang dicari dalam kidung dhandhanggula di atas adalah “kekosongan”

"Susuh angin" itu “kosong”,

"ati banyu" pun “kosong”,

“tapak kuntul nglayang”adalah "kosong" dan

“batas cakrawala”itu "kosong".

Jadi hakekat Tuhan adalah “kekosongan abadi yang padat energi”, seperti areal hampa udara yang
menyelimuti jagad raya, yang meliputi segalanya secara immanen sekaligus transenden, tak
terbayangkan namun mempunyai energi luar biasa, hingga membuat semua benda di angkasa
berjalan sesuai kodratnya dan tidak saling bertabrakan. Sang “kosong” atau“suwung” itu meliputi
segalanya, “suwung iku anglimputi sakalir kang ana”. Ia seperti udara yang tanpa batas dan
keberadaannya menyelimuti semua yang ada, baik di luar maupun di dalamnya.

Karena pada diri kita ada Atman, yang tak lain adalah cahaya atau pancaran energi Tuhan, maka
hakekat Atman adalah juga “kekosongan yang padat energi itu”.

Dengan demikian apabila dalam diri kita hanya ada Atman, tanpa ada muatan yang lain, misalnya
nafsu dan keinginan, maka “energi Atman” itu akan berhubungan atau menyatu dengan sang
“sumber energi”.

Untuk itu yang diperlukan dalam usaha pencarian adalah mempelajari proses “penyatuan” antara
Atman dengan Brahman itu.

Logikanya, apabila hakekat Tuhan adalah “kekosongan” maka untuk menyatukan diri, maka diri kita
pun harus “kosong”, Sebab hanya “yang kosonglah yang dapat menyatu dengan sang maha kosong”.
Caranya dengan berusaha “mengosongkan diri” atau “membersihkan diri” dengan “menghilangan
muatan-muatan yang membebani Atman” yang berupa berbagai nafsu dan keinginan.

Dengan kata lain berusaha membangkitkan energi Atman agar tersambung dengan energi Brahman.

Dengan uraian di atas maka cara yang harus ditempuh adalah melaksanakan “yoga samadi”, yang
intinya adalah menghentikan segala aktifitas pikiran beserta semua nafsu dan keinginan yang
membebaninya. Sebab pikiran yang selalu bekerja tak akan pernah menjadikan diri “kosong”.

Karena itu salah satu caranya adalah dengan “Amati Karya”, menghentikan segala aktifitas kerja.

Apabila “kekosongan” merupakan hakekat Tuhan, apakah Padmasana, yang di bagian atasnya
berbentuk “kursi kosong”, dan dianggap sebagai simbol singgasana “Sang Maha Kosong” itu adalah
perwujudan dalam bentuk lain dari apa yang dicari orang Jawa lewat kidung-kidung kuna itu?

Apa sebabnya di Jawa tidak ada dan baru diwujudkan dalam bentuk bangunan ketika leluhur Jawa
berada di Bali? Mungkin saat itu di Jawa memang tidak membutuhkan hal itu, karena masyarakat
Jawa lebih mementingkan “Pemujaan Leluhur”, yang dianggap sebagai “Pengejawantahan Tuhan”.

Kata-kata Wong tuwa iku Pangeran katon atau Orang tua (leluhur) itu Tuhan yang nampak, adalah
bukti adanya kepercayaan tersebut. Itulah sebabnya di Jawa tidak ditemukan Padmasana, tetapi
“lingga yoni”. Baru setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, Padmasama mulai ada di Bali.

Konon sementara sejarawan berpendapat bahwa Padmasana adalah karya monumental Danghyang
Dwijendra, seorang Pandita Hindu yang pindah dari Jawa ke Bali, setelah jatuhnya Kerajaan
Majapahit.

Sebenarnya tujuan umat Hindu ketika bersembahyang di pura, adalah untuk menjalani “proses”
penyatuan diri dengan Tuhan dengan melaksanakan “yoga” secara sederhana. Karena itu setiap
sembahyang tentu diawali dengan “pranayama” yang merupakan salah satu cara untuk
“mengosongkan diri” dengan “mengatur irama pernafasan” Hasil minimal yang dicapai adalah
“mempertenang diri” ketika “memuja Tuhan” dengan bersimpuh di hadapan Padmasana, yang
diyakini sebagai tahta “Sang Hyang Widhi”.

Ketika memuja itulah mereka berusaha “mengosongkan diri” dengan berkonsentrasi untuk
menyatukan diri dengan “Sang Maha Kosong”.
Dengan demikian mereka berharap dapat menyatu dalam rasa, yaitu rasa damai sebenarnya.
Menurut orang Jawa, apabila tujuan “samadi” itu berhasil, terdapat tanda-tanda khusus.

Konon, ketika puncak ke “ Hening ” an tercapai, orang serasa terjun ke suasana “ heneng ” atau “
sunya ”, tenggelam dalam suasana “ kedamaian " batin sejati, rasa damai yang akut”, yang dikatakan
“ manjing jroning sepi ”, atau “rasa damai yang tak terkatakan”.

Suasana demikian terjadi hanya sesaat, yang oleh orang Jawa digambarkan secara indah dengan
kata-kata “tarlen saking liyep layaping aluyup, pindha pesating supena sumusup ing rasa jati” (ketika
tiba di ambang batas kesadaran, hanya seperti kilasan mimpi, kita seolah menyelinap ke dalam rasa
sejati).

Di sini makna kedamaian adalah “kekosongan sejati di mana jiwa terbebas dari beban apa pun”,
yang diistilahkan dengan suasana “hening heneng” atau “kedamaian sejati”.

Mungkin suasana demikian itulah yang dalam agama Hindu disebut “sukha tan pawali dukha”.
Kebahagian abadi yang tanpa sedikitpun rasa duka. Terbebas dari hukum rwa bhinneda.

Kini masalahnya adalah siapa saja yang terlibat dalam proses penyatuan tersebut?

Pertanyaan ini akan dijawab dengan tegas bahwa Sang Atmanlah diminta membimbingnya. Atman
adalah cahaya Brahman, Ia Maha Energi yang ada pada diri setiap manusia, karena itu oleh orang
Jawa diberi sebutan “Pangeraningsun” atau “Tuhan yang ada dalam diriku”.

Karena itulah ketika kita mengawali proses “kramaning sembah” dengan pertama-tama menyebut

“OM Atma Tattvatma”,

orang Jawa menganggapnya sebagai ganti dari kata-kata

“ Duh Pangeraningsun ”, " Duh ya Allah Gusti ", " Duh Gusti "

yang sebelumnya amat dikenal.

Namun sebelum Atman kita jadikan kawan utama dalam usaha penyatuan itu, terlebih dulu kita
harus yakin bahwa ia adalah energi luar biasa.

Kehebatan Energi Atman itu secara simbolis digambarkan sebagai berikut:

"Gedhene amung sak mrica binubut nanging lamun ginelar angebegi jagad",

artinya:
Dia hanya sebesar serbuk merica, namun bila dikembangkan (triwikrama) seluruh jagad raya akan
tergenggam olehnya.

Pengertian energi ini dalam istilah Jawa disebut “geter”. Namun untuk memanfaatkannya orang
harus mengenalnya lebih jauh.

Lebih lanjut ajaran ini menyebutkan bahwa pada diri manusia pun terdapat 4 (empat) kekuatan yang
selalu menjadi kawan dalam perjalanan hidup, di saat suka maupun duka, hingga layak disebut
“saudara”.

Masing-masing ditandai dengan simbol warna putih, merah, kuning dan hitam (catur sanak adalah
saudara empat yang merupakan unsur penyerta bayi ketika berkembang dalam kandungan hingga
lahir yaitu: darah, lamad, air ketuban dan ari-ari.

Ketika manusia lahir ke dunia, dipercaya bahwa keempat saudara inilah yang menjadi pengikut setia
dan senantiasa melindungi.).

Posisi mereka di dalam jiwa manusia adalah lekat dengan Atman, membuat cahayanya membentuk
warna “pelangi”.

Gradasi warnanya menunjukkan kadar “karma wasana” seseorang. Konon peranan mereka amat
menentukan.

Karena itu mereka harus selalu diperhatikan dan dipelihara, sebab bila ditinggalkan dan tak terurus,
akan menjadi pengganggu yang amat berbahaya.

Bandingkan dengan pengertian sa ba ta a i dalam ajaran Hindu. Dalam setiap “proses” meditasi
mereka perlu diberitahu, setidak-tidaknya disebut namanya agar ikut membantu.

Pada dasarnya proses penyatuan (meditasi) itu dimaksudkan sebagai usaha memperpendek jarak
antara Manusia dengan Tuhan, antara Sira dengan Ingsun, atau antara Brahman dengan Atman,
yang dalam istilah Jawa disebut ngudi cinaket ing Widhi, artinya berusaha agar semakin dekat
dengan Tuhan (caket=dekat).

Di sini jelas bahwa pemanfaatan energi Atman mutlak perlu, tetapi ternyata sebagian orang ada
yang tidak mengetahui bahwa pada diri kita ada Atman, Sang Maha Energi itu.

Mungkin karena dasar filsafatnya memang berbeda. Kepada mereka, yang tidak mempercayai
adanya Atman itu, sebuah kidung sengaja diciptakan Apek banyu pikulane warih, apek geni
dedamaran, kodhok ngemuli elenge, tanpa suku lumaku, tanpa una lan tanpa uni, dst.
Artinya terlihat ada orang mencari air, padahal ia telah memakai air sebagai pikulan, dan ada yang
mencari api, padahal telah membawa lentera, katak menyelimuti liangnya, tanpa kaki ia berjalan,
tanpa rasa dan tanpa suara, dst.

Rupanya mereka tidak mengerti bahwa Gusti dan Kawula Tunggal, hingga tidak menyadari bahwa
yang dicari sebenarnya telah ada dalam dirinya sendiri, meski dengan nama yang berbeda.

Mereka tidak tahu bahwa warih adalah air dan damar adalah api, sama halnya dengan Atman adalah
Brahman.

Dia immanen sekaligus transenden, ia bisa berjalan tanpa kaki, dan tanpa suara maupun rasa.
Pendapat bahwa Brahman sama dengan Atman, oleh orang Jawa ditunjukkan dengan perkataan
“kana kene padha bae” artinya “sana dan sini sama saja”.

Ketidaktahuanlah yang menyebabkan orang kebingungan. Sebuah canda sederhana namun


menyengat.

Semua hal yang diterangkan di atas adalah ajaran Hindu. Namun bagi mereka, yang tidak mau
berusaha mencari “akarnya” dan tidak mau berlajar Hinduisme, menganggapnya sebagai “agama
Jawa”. Dan karena “agama Jawa” tidak ada, maka mereka menempatkannya sebatas faham, yaitu
faham “kejawen” dan eksis sebagai aliran kepercayaan. []

ALAM PENGLIHATAN SEJATI

ALAM ULUHIYAH

============

Alam TUHAN YME

=============

ALAM PRAMONO DJATI

================

Alam.Siwa = Alam Baqo

Alam Peralihan Psikis kepada Kehancuran duniawi

Kehancuran Jasad

Perasaan Ketiadaan jasad

Peralihan kpd Alam Kematian

Dgn ledakan Nuklir energy Bing Bang yg mampu membawa pada energu Quantum rasa hampa

.....

Alam Brahma = Alam Fana

Gaya gravitasi bumi atau relatifitas menjadi hilang dgn penciptaan ledakan tersebut sehingga terjadi
energy murni ....hawa murni

.....

Alam Wisnu = Alam Rahsa

Dimana saat pemampatan udara pada diri menaikkan tala raksa pada kundalini sehingga tercipta
gaya elektromagnetik yg menjadi bio kehidupan ruhani

.....

Ketiga posisi ini terjadi pada saat penyaksian pada wukuf atau meditasi duduk sempurna dalam
rangka penyaksiaan thd misykat atau black hole seperti yg dilakukan rosululloh di gua hiro pada
penerimaan wahyunya di gua hiro....sehingga bertemu dgn Hijab Alloh melalui Jibril yg mengajarkan
membaca bersama Alloh didalam dirinya

Tentang sebuah penciptaan.

Iqro' bismirobbikal ladzi kholaq

...dst....

Perenungan dalam diamnya suara hati membuat semua tersibak dalam rahmat semesta yg menjadi
teguhnya Iman kepada Alloh swt Dat Hampa yg tak mampu secara persis terdefinisikan dgn kemasan
bahasa apapun shingga manusia bijak membahasakanNYA dgn =

Dat Suwung Hurip tan keno kinoyo Ngopo.....

Gusti Kang Moho Kuoso......


Alam Peralihan Psikis kepada Kehancuran duniawi

Kehancuran Jasad

Perasaan Ketiadaan jasad

Peralihan kpd Alam Kematian

Dgn ledakan Nuklir energy Bing Bang yg mampu membawa pada energu Quantum rasa hampa

.....

Alam Brahma = Alam Fana

Gaya gravitasi bumi atau relatifitas menjadi hilang dgn penciptaan ledakan tersebut sehingga terjadi
energy murni ....hawa murni

.....

Alam Wisnu = Alam Rahsa

Dimana saat pemampatan udara pada diri menaikkan tala raksa pada kundalini sehingga tercipta
gaya elektromagnetik yg menjadi bio kehidupan ruhani

.....

Ketiga posisi ini terjadi pada saat penyaksian pada wukuf atau meditasi duduk sempurna dalam
rangka penyaksiaan thd misykat atau black hole seperti yg dilakukan rosululloh di gua hiro pada
penerimaan wahyunya di gua hiro....sehingga bertemu dgn Hijab Alloh melalui Jibril yg mengajarkan
membaca bersama Alloh didalam dirinya

Tentang sebuah penciptaan.

Iqro' bismirobbikal ladzi kholaq

...dst....

Perenungan dalam diamnya suara hati membuat semua tersibak dalam rahmat semesta yg menjadi
teguhnya Iman kepada Alloh swt Dat Hampa yg tak mampu secara persis terdefinisikan dgn kemasan
bahasa apapun shingga manusia bijak membahasakanNYA dgn =

Dat Suwung Hurip tan keno kinoyo Ngopo.....

Gusti Kang Moho Kuoso......

Ilmu Rahasia Tentang Nafas

------------------------------

Adapun Nafas yang keluar dan


masuk itu dinamakan Muhammad.

Maka Nafas itu dinamakan Nabi

kepada kita.(…tapi kita bukan nabi?)

Kemudian yang dinamakan

Muhammad itu adalah Pujian,

Maksud dari Pujian disini berkaitan

dengan Nafas..

Maka Nafas itu dinamakan… :

Ketika ke luar = Ilmu Ghaibul

Ghuyub.

Ketika ke dalam = Ilmu Sirrul Asrar.

Dari Nafas itulah timbunya Ibadah

Muhammad.

Dan dari Jasad kita itulah timbulnya Ibadah Adam,

Maka ibadah Muhammad itu :

Sholatul Da’im = Sholat terus-

menerus.

“Wahdah Fil Kasrah = pandanglah

satu kepada yang banyak”

Yang dinamakan Nafas itu = yang

keluar masuk dari mulut.


Yang dinamakan Nufus itu = yang

keluar masuk dari hidung

Yang dinamakan Tanapas itu = yang keluar masuk dari telinga.

Yang dinamakan Ampas itu = yang

keluar masuk dari mata.

Maka Nafas itulah yang menuju

kepada “ARASHTUL MAJID”

karena itu hendaklah kita ketahui

Ilmu tentang Nafas ini..,

yaitu Ilmu Ghaibul Ghuyub, karena

itu adalah salah satu daripada

ibadah Muhammad.

Ingat..!!

--------

Ilmu Nafas harus disertai dengan

praktek langsung..,

tidak boleh hanya diambil teori-nya

saja…

Kita lanjutkan…

Nafas yang keluar dari lubang

hidung kiri itu dinamakan Jibril,

ucapannya “ALLAH”.

Nafas yang masuk melalui lubang

hidung kanan itu dinamakan Izrail,


ucapannya “HU”.

Maka Zikirullah yang dua itu

dinamakan NUR.

Maka jadilah dua Nur, yaitu kalimah

“ALLAH” satu Nur dan kalimah “HU”

satu Nur.

Dua Nur ini bertemu di atas bibir

dan tidak masuk ke dalam tubuh.

Amalan ini harus sampai ke

derajatnya yang dinamakan Nurul

Hadi.

ke arah itulah yang harus dicapai.

Nafas yang naik di dalam tubuh ke

ubun-ubun dinamakan AHMAD,

lalu.. turun dari ubun-ubun sampai-

lah ke Jantung Nurani dinamakan

Izraill, ucapanya “ALLAH”.

Kemudian Nafas yang dari jantung

naik lagi ke ubun-ubun, dinamakan

Jibrill, ucapannya ialah “HU”.

Amalan inilah yang dinamakan :

“Syuhudul Wahdah Fil Kasrah dan

Syuhudul Kasrah Fil Wahdah”

Inilah Pintu Makrifat…,


NAFAS II

Yang dinamakan HATI NURANI

(qalbu) itu adalah NUR yang

dipancarkan dari bagian bawah

jantung (bagian Muhammad) ke arah

bagian atas jantung (bagian Allah).

Adapun zikir NAFAS ketika keluar =

ALLAH- dinamakan ABU BAKAR,

ketika masuk adalah HU dinamakan

UMAR, letaknya NAFAS adalah di

mulut.

Adapun zikir ANFAS itu adalah ketika

keluar adalah = ALLAH- dan ketika

masuk adalah HU,letaknya AN

FAS pada hidung, dinamakan MIKAIL

dan JIBRIL.

Adapun zikir TANAFAS itu adalah

tetap diam dengan “ALLAH HU”

letaknya di tengah-tengah antara

dua telinga, dinamakan HAKEKAT

ISRAFIL.

Adapun zikir NUFUS adalah ketika

naik HU dan ketika turun adalah

“ALLAH” letaknya di dalam

jantung,diri nufus ini dikenal

dengan USMAN dan perkerjaanya

dikenal sebagai ALI…

Sabda Nabi S.A.W :


“Barang siapa keluar masuk nafas

tanpa zikir Allah maka sia-sialah ia”.

Ber-awal Nafas itu atas dua langkah

yaitu :

Satu Naik dan kedua Turun.

Maka takkala naiknya itu sampai ke

langit tingkat 7

“Wan Nuzuulu Yajrii Ilal Ardhi Fa

Qoola HUWALLOH”.

Dan takkala turun hingga 7 lapis

bumi Maka nafas itu bunyinya ALLAH.

Takkala masuk pujinya #HUWA…

Takkala ia terhenti seketika antara #keluar masuk Tanafas, pujinya #AH..

#AH..

Takkala ia tidur atau mati Nufus

namanya #Haqqu_Daim.

Ingatlah olehmu…

Dalam menjaga akan nafas ini,

dengan menghadirkan makna ini

senantiasa, di dalam berdiri.. dan

duduk.. dan di atas segala aktifitas

yang diperbuat.. hingga memberi

manfaat kepada sekalian tubuh…

dan .. segala cahaya Nurul ‘Alam itu

atas seluruh anggota tubuh.

Maka tetaplah me-nilik kedalam

hatimu, jadikanlah engkau hidup di


dalam Dua Negeri yakni Dunia dn

Akhirat dan semoga di-buka-kan

Allah baginya pintu selamat..

sejahteralah di dalam Dunia dan

Akhirat…

Semoga dianugerahi Allah

Ta’ala sampai kepada martabat

segala Nabi dan segala Muslimin..

dan di-haramkan Allah Ta’ala

tubuhnya dimakan api neraka dan

badanya pun tiada dimakan tanah didalam kubur.

Maka tetaplah dengan hatimu wahai saudaraku…

Jangan engkau menjadi orang yang lupa dan lalai,

mudah-mudahan dibahagiakan Allah

Ta’ala dan diberikan rahmatNya atas mu..

dengan senantiasa “berhadapan”

slalu… hingga sampai akhir ajalmu.

NAFAS III

Normalnya nafas kita keluar masuk

sehari semalam 24 000 kali

pada siang hari12 000 kali..

dan pada malam hari 12 000 kali

inilah jumlah jam sehari semalam =

24 jam,

pada siang 12 jam

dan malam 12 jam,

Demikian hal-nya seperti huruf “Laa

Ilaaha Illallah, Muhammadur

Rasulullah”,
masing-masing mempunyai 12 huruf

berjumlah 24 huruf semuanya.

Barang siapa “mengucap” dengan

sempurna yang 7 kalimah itu niscaya,

ditutupkan Allah Ta’ala Pintu Neraka yang 7.

Juga barang siapa

“mengucap” yang 24 huruf ini

dengan sempurna niscaya diampuni

Allah Ta’ala yang 24 jam.

Inilah bentuk persembahnya kita

kepada Tuhan kita yang tiada henti

yang dinamakan Sholatul Da’im

(sekaligus melakukan puasa nafsu

zahir dan batinnya).

Sabda Nabi S.A.W :

“Ana Min Nuurillah Wal ‘Aalami

Nuurii”

artinya “Aku dari Cahaya Allah dan

sekalian alam dari Cahaya-ku”

Sebab itulah dikatakan “Ahmadun

Nuurul Arwah”

artinya “Muhammad itu bapak dari

sekalian nyawa”

dan dikatakan “Adam Abu Basyar”

artinya “Adam bapak sekalian

tubuh”.
Adapun Awal Muhammad Nurani

Adapun Akhir Muhammad Rohani.

Adapun Zahir Muhammad Insani

Adapun Batin Muhammad Robbani.

Adapun Awal Muhammad Nyawa Adapun Akhir Muhammad Rupa

kepada kita,

Adapun yang bernama Allah

Sifatnya,

Adapun sebenar-benar Allah itu Zat Wajibal Wujud,

Adapun yang sebenar-benar Insan

yaitu manusia yang tahu berkata-

kata adanya.

Kita telah mendengar bahwa barang

siapa yang tidak mengenal ilmu zikir

nafas ,maka sudah tentu orang

tersebut tidak dapat menyelami

alam hakekat sholat da’im…

....

Dzikir normal

Masuk nafas HU atau HU atau HA

Keluar nafas RIP atau WA atau YU

PENYAKSIAN TRANSENDEN 9 THN YANG LALU

Hidupku Dwi Tunggal

----------------------------

Kupejamkan mataku maka tak terlihat apapun

Gelap dan tidak menemukan apa-apa

kuteruskan saja dalam gelap dan damai


tak ada apa-apa ........ kosong saja

berjam-jam kulanjutkan aku tak bertemu apa apa

hanya keheningan yg sunyi dan damai

...

lalu terasa halus sekali desiran jantung

sangat halus sekali... tiba-tiba kumerasakan sesuatu

sebuah perasaan yg terlihat ada bias cahaya yg keluar

dari jantungku lurus kedepan halusnya seperti asap putih

persis didepanku kulihat setangkai terate putih kuncup

kemudian mekarlah bunga itu sembari mengepulkan asap putih

ke angkasa dan byaaaaar cahaya putih menyelimuti seluruh

keadaanku.....

....

aku masih terhanyut dalam sunyi yg terang

cahaya putih itu tetap menyelimuti keadaanku

Tiba-tiba ada suara yg muncul persis di jantungku

itu yg kurahsakan ...

dan aku berdialog tanpa sengaja dan kuharapkan

dan hasil dialog itu memberikan solusi kesulitanku

waktu itu...

....

Didalam Sunyi nan Damai aku menemukan solusi hidup

dalam ragu dan ketidakmengertian kulepaskan saja

dan kulakukan semua petunjuk yg diperintahkan dan

byaaar persis semua tak kurang semua sama...

aku mulai heran dan bingung....

.....

kulepaskan saja semua kesulitanku tertuntaskan

ada yg diperintahkan aku jalani saja dalam ketidakmengertian

setelah kujalani petunjuk itu semakin heran dan bimbang

....
aku tak peduli yg penting aku damai

dan aku selalu berdialog sendiri dgn nuansa itu

dan tetap dalam ketidakmengertian

namun sekali lagi selalu tepat

....

kebimbanganku pupus sudah

kesadaran dan penjelasan datang silih berganti

dan aku tetep cuek ajha menjalani hidup ini

dengan prinsip aku mendharmakan semua

kemampuanku dengan kasih dan sayang

tak peduli lagi aku dicemooh dan difitnah

kulepaskan tetap dalam ketidakmengertian

....

Itulah Kesadaranku yang bukan milikku

namun kuwujudkan dalam setiap prilaku

tak perduli disukai atau tidak disukai

kulepaskan semuanya dalam ketidakmengertian

....

Rahayu .....

ALAM ULUHIYAH SECARA TRANSENDENTAL

KAJIAN ALAM TRITUNGGAL pada DIRI KITA SENDIRI

Versi saya pribadi

......


ALAM FANA

ALAM BAQO

ALAM ROHSO DJATI

Ketiga hal tsb disebut juga

Tersibaknya Cahaya atas Cahaya

Dalil Qs.an Nur 35

ALAM PRAMONO DJATI

ALAM PENGLIHATAN SEJATI

ALAM TUHAN YME

ALAM ULUHIYAH

===========================

#DALIL_AIR_MAULHAYAT

===================

Allah Ta'ala berfirman,

)7 :‫ش ُه َعلَى ْال َما ِء ِل َي ْبلُ َو ُك ْم أَ ُّي ُك ْم أَحْ َسنُ َع َماًل ) (سروة هود‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض فِي سِ َّت ِة أَي ٍَّام َو َك‬
ُ ْ‫ان َعر‬ ِ ‫َوه َُو الَّذِي َخلَقَ ال َّس َم َاوا‬

"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
#singgasana_Nya_diatas_air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya."
(QS. Hud: 7)

.....

#DALIL_API_dlm_LAUT

=========================

"Ada laut yang di dalam tanahnya ada api," (QS. Ath-Thur ayat 6).

Nabi SAW juga bersabda:

"Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang
di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan," (HR
Abu Daud).....

Memasuki ruang hampa

===================
ُ ‫ك َيجْ َع ُل هَّللا‬ َّ ‫ض ِّي ًقا َح َرجً ا َكأ َ َّن َما َي‬
َ ِ‫ص َّع ُد فِي ال َّس َما ِء َك َذل‬ َ ‫الم َو َمنْ ي ُِر ْد أَنْ يُضِ لَّ ُه َيجْ َع ْل‬
َ ُ‫ص ْد َره‬ َ ْ‫َف َمنْ ي ُِر ِد هَّللا ُ أَنْ َيه ِد َي ُه َي ْش َرح‬
ِ ْ‫ص ْد َرهُ لِإلس‬
َ ‫ِين ال ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ‫س َعلَى الَّذ‬ َ ْ‫الرِّ ج‬

“Barang siapa dikehendaki Allah SWT akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan
dadanya untuk (menerima) Islam (keselamatan).

Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, #Dia_jadikan_dadanya_sempit_dan_sesak, seakan-


akan dia (sedang) mendaki ke langit.

Demikianlah Allah SWT menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman,”

(QS. Al-An’am: 125).

.......

"Sesungguhnya Allah membatasi manusia dengan hatinya” Apa pula ini maksudnya? (Al anfal 24)

.....

rahsa saya berkata begini;

Ada ruang hampa udara yang tak terjamah tangan manusia di hati kita, dimana hanya Allah yang
berhak mengisinya.

Ia bernama #ruang_Hidayah atau #ruang_tauhid disebut juga #BAITUL_MUHARROM yaitu dimana


tempat yg dilarang urusan dunia masuk ke dalamnya.

Sifat Angin ( SANG BAYU )

Dan Kami telah #meniupkan_angin_untuk_mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu
Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (Al
Qur'an, 15:22)

( TIRTHA MAHENING SUCI / TIRTA HAYU / MAUL HAYAT )

Tiga penyatuan ALAM TRITUNGGAL TUHAN YME DI DLM DIRI KITA

TRANSENDENTAL METODE

===========================

#API = BRAHMA = IJROIL = JASAD

Posisi Wajib FANA

Peralihan tak terasanya jasad atau hilangnya kesadaran jasad

( KANDHA PAT BUTA )

#ANGIN = ISWARA = JIBRIL = SUARA


Posisi Wajib BAQO'

Peralihan alam kematian alam luyut aluyut jawa

( KANDHA PAT DEWA/ MALAIKAT)

#AIR = WISNU = MIKAIL = AIR SUCI = MAUL HAYAT = badan halus = badan muhammad = cahaya
utusan

Posisi RAHSA / ISBAT suara hati petunjuk atau keluarnya air suci dari ujung mata, hidung, dan pori
pori sebagai samudra tanpa tepi .

( KANDHA PAT SARI / UAP AIR )

....

....

Dan semuanya secara tersirat ditunjukkan dalam firman NYA.

....

Penyatuan inilah bahwa secara psikis dan pengalaman transenden setiap jiwa akan mengerti asal
usul kehidupannya.....

" ALASTU BIROBBIKUM QOLU???"

Apakah Aku Tuhanmu bersama kalian ??

" YA BALA "

Ya BENAR "

Konsep

SANGKAN PARANING DUMADI memiliki identitas yg sama dengan KONSEP INNA LILLAHI WA INNA
ILAIHI ROJIUN atau juga AMOR RING ACINTYA....

.......

PENYAKSIAN YG MUTLAK SECARA BATIN ATAU TRANSENDEN BAGI MEREKA YG MAU SAJA....

.....

INI KHUSUS BAGI YG BERHAK....

SALAM RAHAYU

SUBHANALLOH ......ALLOHUAKBAR
LAA MAUJUDUN ILALOHI ALLOHUAKBAR

TIADA WUJUD APAPUN SELAIN TUHAN YG MAHA BESAR

Maka TAK LEPAS PANDANGANKU SEDETIK SAJA DARI SELAIN TUHAN YME.

ISROK MI'ROJ ITU HANYA DISINI

SAJA

Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian,

....

Kupasan Rahasia Angka

2 dualitas jiwa raga

7 pengaktifan 7 cakra kundalini

Bulan Rajab = ROH TANPA HIJAB

Tahun 10 kenabian adalah

Penyatuan 10 malaikat/dewa dalam diri kita, dijadikan 1 satu menuju 0 kosong

....

Masjidil HARAM ke masjidil AQSHO

Masjidil AQSO ke SIDRATUL MUNTOHA


Masjid = kedudukan = baitul muharrom = DADA MUKMIN = JANTUNG TEMPAT BERSEMAYAM ROH
AL QUDS

....

Aqsho = KESADARAN RUH AL QUDS ( ESQ ) yg berdualitas yg ditidurkan yaitu IQ dan EQ fana baqo
mindset

...

Menuju SIDRATUL MUNTOHA adalah

Pohon yg tumbuh dilangit ke 7 merupakan simbolik penyatuan MACRO COSMOS DAN MICRO
COSMOS = AHADUN = PENYATUAN = TAT TWAM ASI

.......

Buroq = kendaraan cahaya kundalini yg ke atas menancap di inti surya dan ke bawah di inti bumi

Dalam jawa sering disebut SODO LANANG merupakan cahaya putih seperti neon yg muncul dari
tulang belakang.

.....

Maka terputarlah energi.semesta besar.laksana gasing yg memutas semesta kecil.......

.....

Zero to Clue anykinds of LORDS ORDERS

TITAH RASA

SABDA BAYU IDEP

.....

HANYA SIKLUS SEDERHANA DI GAMBAR INI

Lahirnya KESADARAN ILAHIYAH

Penyaksian Tuhan dan karakter Nya

#PENYAKSIAN

===========

ISTILAH HANYA BERFUNGSI MENUNJUKKAN SUATU MAKNA DAN TUJUAN

===============

SUSUNAN URUT ISTILAH #TANPA_MENUNJUK_NAMA_ORANG, ALLAH BERSAMA KITA SELALU


DISADARI MAUPUN TIDAK....!!!

=====
#Alloh_swt

#Brahman

#Bapa_Allah

#SANGHA dll adalah

label nama utk menunjuk Dat Hidup Suci yg tak terbias oleh dualitas baik dan buruk....YME SATU
SATUNYA SUMBER

...

Percikan ruh Alloh swt yaitu

#Roh_alquds

#Roh_kudus

#jiwa_atman

#adibudha dll adalah

label nama yg menunjukkan #percikanNya yg ada pada diri setiap manusia baik diakui maupun tidak
dan itu mutlak dari hukum kejadian manusia.....

tidak dapat diganggu gugat...!!

...

sedangkan

#Rosululloh_saw

#Kristus

#atma

#dharma adalah

label nama yg menunjuk pada #karakter dari Roh al quds dlm diri kita yaitu cermin sifat
kemuliaannya yg disederhanakan dalam

nama, sifat, af'al adalah #wajah_Alloh_swt

( trimurti karakter ) yg tak dapat diserupakan karena memang bentuknya jiwa/ kejiwaan

...

Sedangkan

#jisim

#jasad

#pancamahabhuta

#raga adalah

label nama utk menunjukkan #alat utk membiaskan kemuliaan tsb.


itulah yg terpuji (bhs indonesia) dan muhammad dlm bhs arab adalah #muhammad sbg #tubuh
realitas rohman rohiim NYA bukan merujuk pada nama seseorang

.....

Muhammad atau terpuji bila kita membiaskan derajat trimurti tadi dlm segenap aktifitas kita....

.....

Makanya rosulloh saw berjiwa #maksum atau #tersucikan karena memang itu karakter murni dari
Roh al quds yg ada didlm diri kita......

.....

Karakter itu lahir dari pemurnian 10 nafsu syetan ( sifat buruk ) dan penyatuan 10 malaikat ( sifat
baik ) dlm diri agar mampu diikat pada satu titik RUH AL QUDS

....

Maka siapa saja yg membiaskan karakterNYA ini dgn beragam istilah apapun akan #SELAMAT

Itulah Universal Derajat Manusia Sejati yg bersama ROB NYA

...

SALAM AHADUN

Salam Damai Rahayuy

KONSEP PERJALANAN MANUSIA AKSARA JAWA

KONSEP PERJALANAN HIDUP MANUSIA DALAM AKSARA JAWA

ONGKARA SUNGSANG

==================

RUH MENAMPAKKAN DIRI DALAM JASAD MANUSIA DI KEHIDUPAN DUNIA PADA SAAT DI PERUT IBU
DAN SAAT DILAHIRKAN ( JAYENGDRIYO ) SAAT KITA LAHIR KITA TERLUPAKAN OLEH HAKIKAT SEJATI
TENTANG KUASA HIDUP KITA YAITU RUH SUCI SBG SANG JURU SELAMAT, PENYAKSIAN AWAL DLM
KANDUNGAN.

HANACARAKA
Ada ucapan, ada kata-kata, ada utusan, kalam penciptaan, suara hati

DATASAWALA

Saling perselisihan, Timbulnya Dualistik Baik dan Buruk, pertentangan nurani ( hati ) dengan nalar
( pikiran )

PADAJAYANYA

Siapa yg menepati Janji dalam nuraninya, Dia akan Berjaya karena sama

MAGABATHANGA

Mati di dalam Hidup adalah sarana Hidupnya Kuasa Hidup

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Sesungguhnya Tuhan dan kembali kpd Tuhan

ONGKARA NGADEG

================

SETELAH PROSES PENYAKSIAN YG KEDUA DALAM KEHIDUPAN KITA DGN KESADARAN MAKA KITA
BERDIRI ( NGADEG ) UTK MEMUPUS SUNNATULLOH (KARMA) HIDUP ATAS KUASA HIDUP SBG
SATU2NYA HUKUM ALAM SEMESTA YG TUHAN SENDIRI PATUH KEPADA HUKUM YG DIBUATNYA INI
YAITU THE LAW OF ATTRACTION, SEHINGGA MANUSIA KAMIL MENGINDAHKAN SEBAB AKIBAT
( SUNNATULLOH ) SBG HUKUM YG UTAMA UTK MENGEMBALIKAN ROH NYA PADA ALAM PITRA /
ALAM FITRAH / ALAM KEMURNIAN SEHINGGA JIWA YG TUNDUK INI MENJADIKAN RUH / ATMA
AKTIF PADA PRILAKU HARIAN.

MENUJU DERAJAT INSAN KAMIL ( MANUSIA SEMPURNA )

NGATHABAGAMA

Tidak Ada Ucapan, hadirnya suara hati, sbg penerima Mandat Kuasa Hidup

NYAYAJADAPA

Tidak Adanya Perselisihan, leburnya baik & buruk, Spontanitas Prilaku Hikmah

LAWASATADA

Tidak Ada Adu Kekuatan, Harmoninya suara hati dan pikiran serta jasad

KARACAHANA

Tidak Adanya Tumpah Darah Yg Akibatkan Kematian, Kasih Sayang Tulus




Dan dalam hal pelaksanaan sifat 20 ini tentunya kita sebagai manusia yg berpikir sangat mencermati
keadaan dan situasi tentang kehidupan kita dan mengaturnya dengan berbagai tatanan keilmuan yg
bermanfaat baik bagi diri kita pribadi, keluarga, beserta lingkungan kehidupan kita agar selaras
damai dan bahagia.

Sifat 20 dalam konteks keselamatan perlu dicermati dengan ilmu pengetahuan yg humanis dan tepat
pada porsinya sehingga melahirkan pola pola pikir yg menyebabkan timbulnya Kesadaran tentang
Management ( Sistem Penataan dan Pengaturan ).

Dan dapat diidentikkan dengan bahasa terkini sifat 20 adalah managemen thd konteks konteks
bidang kehidupan.

Arti caraka walik:

Nga ~ Ngracut busananing manungso

~ Melepaskan sifat kemanusiaan menjadi Aku Sejati

~ Melepaskan Egoisme Pribadi, Manusia.

Tha ~ Tukul saka niat

~ Budhi Sedyo/Budi Niat

~ Sesuatu Harus Dimulai, Tumbuh Dari Niatan.

Ba ~ Bayu sejati kang andalani

~ Budhi Daya/Harmoni

~ Menyelaraskan Diri Pada Gerak Alam.

Ga ~ Guru sejati sing muruki

~ Suara Hati sbg Pusat Tindakan

~ Belajar Pada Guru Nurani

Ma ~ Madep mantep manembah mring Ilahi


~ Diamnya Intelektual Hidupnya Naluri yg ternalar ( intuisi )

~ Yakin,Mantap Dalam Menyembah Ilahi

Nya ~ Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki

~ Ilmu Laduni / Fana Fi Syeh

~ Memahami Kodrat Kehidupan

Ya ~ Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi

~ Haqqul Yakin atau iman atas segala yg tercipta Kalam Semesta

~ Yakin Atas Titah / Kodrat Illahi

Ja ~ Jumbuhing kawula lan Gusti

~ Peleburan/ Penyatuan /Jumat/ Ahadun

~ Selalu Berusaha Menyatu, Memahami Kehendak Nya

Dha ~ Dhuwur wekasane endek tumindak kang dumadi

~ Melaksanakan Sabda Suara Hati pada Prilaku Harian

~ Yakin Atas Titah / Kodrat Illahi

Ja ~ Jumbuhing kawula lan Gusti

~ Menyatunya Hamba dan Tuhan ( makrifat sempurna )

~ Selalu Berusaha Menyatu, Memahami Kehendak Nya

Dha ~ Dhuwur wekasane endek wiwitane

~ Untuk Bisa Diatas Tentu Dimulai Dari Dasar

~ Prilaku Harian sbg dasar Tauhid/moksa

Pa ~ Papan kang tanpa kiblat

~ Hakekat Allah Yang Ada Disegala Arah

~ Semua Peran gerak dinamis alam semesta adalah wajah Allah


La ~ Lir handaya paseban jati

~ Mengalirkan Hidup Semata Pada Tuntunan Illahi

~ Fana Baqo’ fi syeh ( mati sajroning hurip ) tunduknya ego

Wa ~ Wujud hana tan kena kinira

~ Ilmu Manusia Hanya Terbatas Namun Implikasinya Bisa Tanpa

Batas

~ Menembus batas sifat sifat Kemanusiaan menjadi sifat Tuhan

Sa ~ Sifat ingsun handulu sifatullah

~ Sifat diri menjadi Sifat Tuhan

~ Membentuk Kasih Sayang Seperti Kasih Tuhan

Ta ~ Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa

~ Mendasar, Totalitas, Satu Visi,

~ Ketelitian Dalam Memandang Hidup

Da ~ Dumadining dzat kang tanpa winangenan

~ Menerima Hidup Apa Adanya

~ Spontanitas dalam Prilaku atau Ikhlas

Ka ~ Karsaningsun memayuhayuning bawana

~ Lahirnya Jiwa Kepemimpinan yg memberi kasih sayang

~ Hasrat Diarahkan Untuk Kesejahteraan Alam

Ra ~ Rasaingsun handulusih

~ Kasih Sayang Sejati muncul dari Hati yg Hampa

~ Rasa Cinta Sejati Muncul Dari Cinta Kasih Nurani

Ca ~ Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi

~ Satu Arah Dan Tujuan Pada Yang Maha Tunggal


~ Mencipta Keheningan, Mencipta Kehendak, Mewujudkannya

Na ~ Nur candra, gaib candra, warsitaning Candara

~ Pengharapan Manusia Hanya Selalu Ke Sinar Illahi

~ Kuasa Energy Hidup satu satunya penolong yg nyata

Ha ~ Hana hurip wening suci

~ Kembali kpd pemilik Kuasa Hidup Suci ( Tauhid Dat / Moksa )

~ Adanya Hidup Adalah Kehendak Dari Yang Maha Suci

JAWA ADALAH PENGERTIAN POSITIF

Meneliti Budaya Ilmu Jawa & berpikir positif untuk mencari suatu kebenaran dan bukan melakukan
pembenaran, tuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia

 Telusuri

Rabu, 07 September 2016

Makna Sholat dan gerakannya

Katagori Tasawuf

Tasawuf indal akhlaq wal adab

Tasawuf indal Fuqaha,

Tasawuf indal ahlil Makrifat

Tasawuf indal akhlaq wal adab

Merupakan Etika yang bisa kita terapkan sedini mungkin untuk anak-anak kita. terutama makan
dengan tangan kanan, masuk kamar mandi dengan kaki kiri, keluar kaki kanan ini, yg merupakan
perbuatan yg memandang nilai nilai adaptasi prilaku manusia dengan mencerminkan tatakrama,
kesopanan dan menempatkan diri ( teposliro; bhs jawa)

Tasawuf indal fuqaha


Memiliki pengertian bagaimana hukum sariat ritual peribadatan agama (fiqih) ini tidak berhenti
hanya secara etika dan tata cara ritual semata, namun tetap memiliki kesinambungan maksud dan
tujuannya secara berkesinambungan.

Contoh :

Orang kalau sudah menjalakan wudhu mau sholat, setelah selesai adab ritual wudhu lalu dipakai
shalat wudhunya kemana?

Selesai kan?!

Nah orang tasawuf pada tataran ini tidak mau berhenti hanya sampai pada ritual pengerjaan
wudhunya tersebut. Tasawuf indal fuqoha mencermati sampai sejauh mana anda membawa wudhu
ini meningkat daripada kefardhuan yang sudah anda laksanakan. Bahkan mereka mencermati
hakikat ritual hukum fiqih ke tataran yg lebih mengena secara prilaku hidup dan aktifitas hariannya.

Sehingga hakikat wudhu atau bersuci tersebut selalu hadir dalam setiap aktifitasnya dengan
mensucikan penglihatannya, pendengatannya, perkataannya, penciumannya, kesadaran akal
pikirannya, kedua prilaku tangan dan kakinya digunakan selalu dalam kesadaran kemanfaatan
semesta, maka layaklah seorang tasawuf pada tataran ini selalu mengupas makna makna ritual sariat
peribadatan kpd jenjang af’al akmaliyah murni sbg bentuk membiaskan kesucian didalam Dirinya.

Tasawuf indal ahli makrifat,

Pada tataran ini seorang tasawuf sering disebut sufistik, yaitu orang yg suci dan sudah tidak terlibat
lagi dgn dogma agama, karena Aku sejati didalam dirinya sudah manunggal atau ahadun.

Manunggal atau Ahadun disini kebangkitan roh al quds didalam dirinya sudah membias ke luar
jasadnya, sehingga seolah olah jasadnya hilang tertutup cahaya ilahiyah.

Sehingga apa apa yg disampaikannya adalah Suara Sang Roh Al quds yg termanifestasikan kepada
Ruh Al amr ( jibril ) sebagai pembawa Wahyu Sang Aku Sejati.

Nah disni banyak orang luar terjebak dan menilai bahwa Dunia Tasawuf, memunculkan analis-analis,
seolah-olah tasawuf berbau Budha, berbau Hindu, berbau Kristen, berbau Kejawen dan bermacam
lagi penafsiran yg melibatkan kemelekatan agama agama.

Karena apa….?..... Mereka belum tahu, belum mengerti, belum diberi hidayah Tuhan….!!!

Bahwa kunci tasawuf dan sufistik adalah pelaksanaan penyaksian Tauhid dalam jiwanya ke prilaku
sehari hari dalam rangka ahadun mutlak sbg kekasih Alloh swt.

SHOLAT SESUAI ILMU TASAWUF

Menurut ilmu tasawuf, maka apabila orang itu sholat walau dengan syarat rukunnya tapi dia makan
barang haram, dan melakukan segala perbuatan tercela, seperti sombong zina, membunuh,
membicarakan kejelekan orang, mengadu domba, melakukan riba, minum arak, dan perbuatan dosa
yang lain maka sholatnya tak sah, dalam artian tidak menerima pahala, atau makin sholat makin
menjadi-jadi dosanya.

SHOLAT DALAM PANDANGAN AHLI SUFI

Takbirotul Ikram

--------------------

Takbirotul artinya pekikan memuji Roh Tuhan

Ikrom artinya dilarang atau Haram

Setelah melakukan pekikan memuji Roh Tuhan dilarang urusan dunia masuk kedalam hati baitul
muharrom, karena baitul muharrom adalah kedudukan frekwensi daripada percikan ROH AL QUDS.

Urusan Pikiran ( baitul makmur ) dilarang masuk Jantung hati jiwa ( baitul muharrom ) setelah
Takbirotul Ikrom.

Di sini maksudnya, berpisah dari Alam Mulki dan fanalah hamba. ketika mengucapkan “Allahu
Akbar”. Hanya sifat ”yang menyembah” saja yang tinggal sebagai penzohiran. wujud Alloh ‘Yang
Disembah’. Ia bergerak dengan gerak Allah. Ia berkata-kata dengan kata-kata Allah. Takluknya dalam
rahasia Titik bagi Alif – ‘Tiada’. Seperti kalimat,“Ariftu Robbi bi Robbi’. (Aku mengenal Tuhanku
dengan Tuhanku).

Aku adalah Roh Al Quds mengenal Alloh swt pada frekwensi fana baqo fi syeh atau AHADUN dan
aplikasi terapannya adalah Ilmu Laduni.

Membaca Fatihah

---------------------

Ketika membaca Fatihah, terbukalah Pintu Alam Malakut bagi “yang menyembah”. Dia menyaksikan
kalimat Allah melalui penyingkapan (syuhud) akan firman Allah; “Maliki yaw middin” di dalam
Kerajaan Allah. Dari takluknya “Tiada” ia menjadi Titik dari Nur Nya (Nur Muhammad= cahaya
kemuliaan) . Dengan Nur Muhammad inilah “yang menyembah” mengenal dirinya ”man arofa
nafsahu” – sebagai “Ruh-Nya” yang pernah dihimpunkan di Alam Lahut semasa Adam baru
sempurna kejadiannya, yakni ketika Jibril menepuk tulang sulbi Adam, maka keluarlah semua ruh
anak cucu Adam dari tulang sulbi Adam itu.

Adapun”Ruh-Nya” itu pada hakikatnya adalah satu jua, yaitu daripada Sirulloh.Ruh anak cucu Adam
itu hanyalah bayangan (menumpang dari Ruh-Nya.Tanpa hadirnya Nur Muhamad, “yang
menyembah” tak mungkin bisa berhadap di depan Allah Ta’ala. Dengan perwujudan Nur
Muhammad inilah maka “yang menyembah”.
“Kepada Engkaulah kami sembah dan kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah
kami jalan yang lurus, jalan mereka yang Engkau berikan ni’mat, bukan (jalan) mereka yang Engkau
murkai, dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat”.

Maka di Amin kan akhir Fatihah itu oleh para malaikat dari setiap 7 lapis langit, yaitu dari:

Alam Mulki, adalah Cakra Muladara, merah, energy, hidup

Alam Malakut, adalah Cakra Swadistana, oranye, kreatifitas, eksplorasi

Alam Jabarut, adalah Cakra Manipura, kuning, intelek, persepsi, gairah

Alam Bahut, adalah Cakra Jantung/anahata, hijau, koneksi, pertumbuhan, damai

Alam Lahut, adalah Cakra tenggorok/visuda, biru, klarifikasi, ekspresi

Alam Ahut, adalah Cakra Ajna/mata ketiga, indigo, persepsi

Alam Al-Insan. Adalah Cakra Swahasrara, ungu, Kesadaran, logika, dumadi

Alam Al insan merupakan Alam puncak tertinggi Sholat itu, yaitu kesadaran naluri, nurani yg ternalar
( Ahadun Roh 7 Alam)

Adapun maksud “jalan yang lurus” bagi kalangan sufi ialah Mikroj. Sebagaimana sabda Nabi SAW;
“Sholat itu adalah mikroj bagi mukmin”. Tujuan Mikroj itu ialah Penyatuan, yakni kembalinya “yang
menyembah” kepada ”Yang Disembah”..

Rukuk

-------

Takluknya kepada huruf ‘Lam’ terzohirnya dari Alif – ‘yang menyembah’ menampakkan ‘Yang
Disembah’.

Alif adalah Kanzun Mahfiyyan (Yang Tersembunyi).

Yang Tersembunyi ingin dikenali maka dizohirkan Lam sebagai tabirnya.

Sabda Nabi SAW,”Dirikanlah sholat seolah-olah kau melihat Allah”.

Para Arif Billah telah berkata bahwa”Siapa yang kenal dirinya, kenallah Tuhannya.” ‘Yang
menyembah’ dinatijahkan seperti ‘angin’, manakala tatkala ‘yang menyembah’ pada posisi berdiri
tadi, natijahnya adalah ‘api’ – fana dalam wujud. Api itu sifatnya membakar – yakni melenyapkan
keakuan diri.

Pada tahap ‘rukuk’ ini, ‘yang menyembah’ berada dalam suatu tarikan yang tersangat kuat dari Nur
Muhammad.

Justru itulah ia dinatijahkan kepada angin (tunduk dan menderu). ‘Yang menyembah’ ditarik masuk
ke dalam Alam Jabarut dan berpisah dari Alam Malakut.
Justru itulah kata para Arif Bilah , “Barangsiapa mencari Tuhan di luar dirinya, niscaya akan sesat.”.
Pada tahap ini ‘yang menyembah’ melepas qolbunya dan yang tinggal padanya adalah Roh-Nya yang
akan naik ke lapisan yang lebih tinggi untuk kembali kepada Tuhan.

Alam Jabarut yang menghubungkan Perbendaharaan Wujud (batas larangan yang tak bisa ditembus
melainkan kepada Nur Muhammad) di antara yang ‘maujud’ – ‘yang menyembah’. ‘Yang
menyembah’ mengenal dirinya di Alam Jabarut, maka tersingkaplah baginya seluas-luasnya wujud
Alloh tanpa tabir bahwa ‘yang menyembah’ telah bersatu dengan ‘Yang Disembah’ sebagaimana
adanya di dalam Misykat itu ialah Cahaya-Nya.

(Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.adalah Nur Muhammad cahaya kemuliaaNya
dalam nama, sifat dan af’al; Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak
tembus adalah Telinga pendengaran indriya, yang di dalamnya ada pelita besar adalah Pendengaran
Hati. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara
adalah Bola Mata penglihatan indriya, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya) adalah sajarotul hayyun pohon kehidupan penglihatan Hati, yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi adalah cahaya matahari, walaupun tidak disentuh api adalah Daya Nya.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. ). Maka bertasbihlah ‘yang menyembah’, “Maha suci Tuhanku yang
Maha Agung dengan sifat kepujiannya”

Jika difahami ayat itu, maka pengertian bersatu dengan ‘Yang Disembah’ yang dimaksudkan di sini
bukanlah mengambil kefahaman ‘Hulul’ sebagaimana yg diyakini oleh Mansur Al-Hallaj. Yang lebih
ditekankan di sini ialah Wahdatusy-Syuhud (Kesaksian Penyatuan).

I’tidal

---------

‘Yang menyembah’ adalah yang dibangkitkan – ‘Yang menyembah’ masuk dalam ‘Pintu Kematian.’
“Matikanlan dirimu sebelum mati”. Di sini juga artinya ‘waqof’ (sementara) dalam Sholat.

Sujud Awal

------------------

Takluknya kepada huruf ‘Lam’ – juga huruf ‘Mim’. Nabi Muhammad SAW bersabda,”Aku dizohirkan
ke dunia dalam keadaan sujud”. ‘Yang menyembah’ dinatijahkan kepada air ( maul hayat )

Air adalah sumber kejadian Alam Mulki. Arasy Tuhan berada di atas air. Maka ‘yang menyembah’
dinatijahkan kepada air, karena di sinilah ‘yang menyembah’ sampai di Alam Bahut.

Alam Bahut adalah Pembatasan Terakhir Segala Penzohiran, Ungkapan Syeikh Akbar Ibnu Arobi;
Syajarotul Hayyun (Pohon kejadian) atau sebutan yang sering juga disebut – Sidrotul Muntaha.
Pada tahap ini ‘yang menyembah’ adalah Ruh-Nya yang di dalam Sirr.

Sabda Nabi Muhammad SAW ketika mi’roj baginda melihat Wajah Alloh, “Aku tidak tahu di mana
aku berada”.

Pada tahap ini juga ‘yang menyembah’ menyerap kepada ‘Yang Disembah’ seolah-olah ‘yang
menyembah’ itulah ‘Yang Disembah,’ ‘Yang Disembah’ itulah ‘yang menyembah, – yang pada
hakikatnya wujud terurai dalam fana fil sifat dan lebur dalam fana fil zat – ‘Melihat Alloh dengan
Alloh’ – maka ‘yang menyembah’ diberikan pengetahuanNya – Anal Haq (Akulah Yang Benar’).

Dari sisi tahap ini, lihatlah kepada ‘Basmallah’.

Hanya ‘Ba’ dalam Basmallah saja yang tercantum dengan Alif. Sabda Nabi SAW; “Seluruh kitab Al-
Qur’an itu terkandung dalam Al-Fatehah. Dan seluruh Al-Fatehah itu terkandung dalam Basmallah.

Dan Basmallah terkandung dalam huruf ‘Ba’. Dan rahasia ‘Ba’ itu adalah Titik di bawahnya” Inilah
yang dimaksudkan ‘Arobi Wujud Kesatuan – Wahdatul Wujud. Maka bertasbihlah ‘yang
menyembah’, “Maha suci Tuhanku yang Maha Mulia dengan sifat kepujian-Nya.”

Duduk diantara 2 Sujud

---------------------------

Takluknya pada huruf ‘Ha’ besar dan juga ‘Ha’ kecil (maksudnya selepas huruf Jim). ‘Yang
Menyembah’ telah dikurniai ‘Baqo’ setelah fana fil sifat dan fana fil zat. Dengan dikurniai ‘Baqo’,
barulah ‘yang menyembah’ dapat memasuki Perbendaharaan Rahasia Tuhan – Ilahiyat – pada sujud
yang akhir nanti, sebagaimana diistilahkan oleh para Arif Billah melalui tiga tahapan, Yaitu ;

( Ahadiat, – Wahdat, – Wahadiat ).

Pada tahap ini ‘yang menyembah’ berada di Alam Lahut – Alam Tiada, yang tiada sesuatu pun yang
tercipta, tiada awal dan akhir, ‘yang menyembah’ menyaksikan kekosongan tanpa perbatasan, dan
disinilah awalnya Diri yang kemudiannya dizohirkan sebagai Adam. Di kalangan sufi, ia juga
diistilahkan ‘Negeri ‘Adami’. Diri (‘yang menyembah’) dinisbahkan kepada air yakni Air Mutlak, inilah
asal-usul manusia dari alam tiada ‘La’.

Pada tahap ini juga ‘yang menyembah’ adalah di dalam Sirr-Nya – Ruh-Nya dalam keghoiban Nur
Muhammad. Haqiqot Ruh-Nya adalah Nur Muhammad. Di sinilah ia bermunajat; “ Tuhanku
ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah
aku petunjuk, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.”

Sujud Akhir

-------------------
Takluknya pada rahsia huruf ‘Ha’ – yang tak kelihatan atau bunyi diujungnya ‘Hu’ dan juga huruf
‘Mim’.

Pada tahap ini ‘yang menyembah’ berada di Alam Ahut’ pada nisbahnya air yang di bawah ‘Arasy
Tuhan . Yang tinggal pada ‘yang menyembah’ adalah Sirulloh.

Di dalam Sirr, inilah Aku. Kata Ahli Sufi, ‘Air dalam gelas, tak dapat dibedakan lagi. Air itulah gelas.
Gelas itulah air.” ‘Yang menyembah’ itulah ‘Yang Disembah’ dalam gedung makrifat, bukan dalam
gedung syari’at, gedung thoriqot dan gedung haqiqot.

Pahamkanlah ini ‘Yang menyembah’ tidak bisa menjadi ‘Yang Disembah’ dalam arti haqiqot.

Ini hanya pada makrifat semata-mata.

Ingatlah, bukan faham hamba yang bertukar menjadi Tuhan….!!!

Camkan air di dalam gelas, bersatu dalam kejernihan.

Lihatlah pada ‘ombak’- ombak hanya pada nama yang diberikan padahal itu air yang beriak dan
menggelora.

Pada sujud akhir inilah, ‘yang menyembah’ memasuki Wilayah Ilahiyat:

· Ahadiat – Zat Mutlak atau Zat wajibal wujud

· Wahdat – Zat Yang Maha Esa

· Wahadiat – ILAH – Zat yang maha kaya daripada tiap-tiap sesuatu yang lain dan sesuatu yang
lain memerlukannya.

Zat ingin dikenali sebagai Kanzun Mahfiyyan. Di sinilah terbitnya ungkapan ‘Kun’ jadilah maka jadilah
ia.

Duduk Tahiyat Akhir

---------------------------------

Takluknya pada huruf Dal.

Pada tahap ini ‘yang menyembah’ berada di Alam Al-Insan, dinisbahkan kepada tanah ketika ia
duduk – dalam kesempurnaan.

Dia yang mengenal dan Dialah yang dikenal pada akhirnya.

Dialah yang turun dan naik dalam mikroj.

“Rahasia Insan RahasiaKu, RahasiaKu Rahasia Insan”.

Di Alam Insan, ‘yang menyembah’ diliputi dengan Wujud, Ilmu, Nur dan Syuhud, maka Zat adalah
rahasianya, Sifat adalah ruhnya, Asma’ adalah qolbunya dan Af’al adalah tubuhnya.
Di sinilah ia mengucapkan Selamat sejahtera (tahiyat) ke atas Nabi dan rahmat Alloh dan
keberkatan-Nya. Juga kepada hamba-hamba yang solihin sekaliannya. Dialah yang menyaksi dan
dialah yang bersaksi tiada Tuhan melainkan Alloh dan Muhammad adalah utusan Allah swt.

Salam

-----------

“Salamun qowlam mir-robbir- rohiim”. Inilah salam ahli syurga.

Syurga inilah yang dinikmati oleh ‘yang menyembah’, yakni syurga yang di dalamnya tanpa bidadari,
sungai, buah-buahan dan pepohonan.

Di syurga inilah ‘yang menyembah’ terlena memandang Wajah Alloh.

Menoleh ke kanan dan ke kiri laksana simbol salib bahwa kita wajib memberi kedamaian,
kenyamanan, keselamatan kepada kanan dan kiri kita sbg upaya pembiasan rohmatam lil alamin.

Perlu kita renungi ini adalah sutu konsep atau pandangan dari para Arif Bilah yang pemahamannya
sudah jauh dari manusia awam, yang perlu kita tekankan sholat (sujud) adalah salah satu rahasia diri
kita, jadi tidak perlu diungkapakan dengan kata-kata bagaimana aku sholat (sujud), cukuplah untuk
diri kita pribadi,. (semuanya jadi kosong). tapi jika kita berkholwat silahkan berbicara sebebas –
bebasnya.

PERBANDINGAN SHOLAT DALAM PERSEPEKTIF FIQIH DAN TASAWUF

Sholat dalam persepektif fiqih ( sholat formal )

Sebagai ibadah terpokok dalam Islam, shalat dipastikan menjadi “trade mark” bagi siapapun yang
mengaku beragama Islam, artinya ke-Islaman seseorang secara lahir dapat dilihat dari ritual
shalatnya.

Jika shalatnya “baik” maka orang tersebut dikenal sebagai Islam santri atau Islam “hijau” (terkadang
disebut Islam putih).

Sebaliknya jika shalatnya “jelek” atau malah tidak shalat, maka orang tersebut akan dikatakan
sebagai Islam KTP atau Islam abangan.

Lebih dari sekedar “trade mark” , ada sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh at-Turmudziy dll,
bahwa Rasulullah SAW menegaskan betapa pentingnya shalat:

“Sungguh, amal seorang hamba yang pertama kali diperhitungkan pada hari kiamat adalah
shalatnya.
Jika shalatnya baik, maka dia benar-benar telah beruntung. Tetapi bila shalatnya jelek, maka dia
sungguh-sungguh amat merugi…”.

Dalam tataran fiqih, shalat dikatakan “baik” manakala telah memenuhi syarat (sesuatu yang harus
dipenuhi sebelum melakukan shalat) dan rukun (sesuatu yang harus dipenuhi ketika mengerjakan
shalat) nya. Sebagaimana dapat dibaca dalam kitab-kitab fiqih, syarat shalat ada dua macam ( Syarat
wajib sholat dan Syarat sah-nya sholat ).

Syarat wajib sholat yaitu ;

1. Islam

2. Baligh ( bagi laki-laki bila sudah mimpi keluar mani, sedang bagi perempuan bila sudah haidl)

3. Berakal sehat (tidak gila)

Sedangkan, Syarat sahnya sholat, yaitu :

1. Mengetahui waktu shalat

2. Suci dari hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar) dan najis

3. Menutup aurat (bagi laki-laki adalah bagian badan antara pusat dan lutut, sedang bagi
perempuan adalah seluruh tubuh selain muka dan dua tapak tangan)

4. Menghadap arah qiblat bagi yang memungkinkan

Sementara, Rukun sholat adalah :

1. Berdiri bagi yang mampu (kalau tidak mampu maka duduk, dan jika tidak sanggup maka
telentang dengan posisi kaki di arah qiblat)

2. Takbiratul Ihram (mambaca Allaahu Akbar pertama) disertai niat shalat

3. Membaca surat al-Fatihah (dalam keadaan berdiri bagi yang mampu)

4. Ruku’ (membungkuk 90 derajat)

5. I’tidal (berdiri tegak sesudah ruku’)

6. Sujud (7 anggota badan harus menyentuh tempat shalat, yaitu dahi, dua tapak tangan bagian
dalam, dua lutut dan jari-jari dua kaki) dengan posisi pantat diangkat lebih tinggi dari kepala

7. Duduk di antara dua sujud

8. Duduk tahiyyat/tasyahhud (membaca at-tahiyyaat/syahaadatain)

9. Membaca tahiyyat/tasyahhud dan shalawat Nabi.

10. Mengucapkan salam (sambil menengok ke kanan dan ke kiri)


11. Tertib (semua rukun shalat dikerjakan secara urut)

Seorang muslim/ah yang telah melaksanakan shalat dengan memenuhi syarat dan rukun tersebut,
berarti telah menunaikan kewajibannya. Mengenai bacaan/doa (selain rukun di atas) yang
mengiringi/menyertai semua gerakan dalam shalat hukumnya adalah sunnah (sebaiknya dibaca,
tetapi kalau tidak dibacapun shalatnya tetap sah)

Dalil alquran tentang kundalini

ALFATEHAH menunjukkan CAKRA KUNDALINI

=============================

1. Bismillahirrahmanirrahim"

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

Cakra dasar lingga, awal kehidupan kita

2. Alhamdulillahi rabbil alamin,

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".

Cakra sex /kemaluan baitul muqoddas

3. Arrahmaanirrahiim

"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

Cakra pusar/udel, pusat tenaga/ tan tien 2 jari dibawah pusar yin yang berputar/
dualistik/sunnatulloh/ hukum dualitas tarik menarik simbol jagat agung masjidil aqsho

4. Maaliki yaumiddiin,

"Yang menguasai di Hari Pembalasan".

Cakra jantung/anahata/baitul muharrom tempat dilarang urusan dunia masuk disini simbol jagad
agung masjidil harom

5. Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan".
Cakra tenggorokan

6. Ihdinashirratal mustaqim,

"Tunjukilah kami jalan yang lurus",

Cakra ajna bashiroh internal visualisasi psikis Robbi bi Robbi langit ke enam panembahan djati,
simbol jagat agung masjid nabawy

7. shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin,

"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".

Cakra mahkota kesadaran macro micro bersatu ruh al aqal logikal istana air Tuhan dan Ujung Jari
Tuhan malaikat atau sifat gak bisa masuk kesini akan terbakar, simbol jagat agung ka'bah ( kabeh
mlebu/ semua masuk)

Makna Huruf Hijaiyah

Bagikan

Mengirimkan tweet

Save

Email

SMS

Seorang Yahudi mendatangi Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬seraya bertanya, “Apa makna huruf
hijaiyah?”.

Rasulullah ‫صلى هللا عليه وسلم‬berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Jawablah pertanyaannya, wahai Ali!”.

Kemudian Rasulullah saw berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia berhasil dan bantulah dia.

”Ali berkata, “Setiap huruf hijaiyah adalah nama-nama Allah.” Ia melanjutkan:

Alif (‫)ا‬ : (Ismullah) nama Allah, yang tiada Tuhan selain-Nya. Dia selalu hidup, Maha Mandiri dan
Maha Kuasa.

Ba’ (‫)ﺏ‬: (al Baqi’) Maha Kekal, setelah musnahnya makhluk.

Ta (‫)ﺕ‬: (al Tawwab) Maha Penerima Taubat( dari hamba-hamba-Nya.


Tsa’ (‫)ﺙ‬: (al Tsabit) Yang Menetapkan( keimanan hamba-hamba-Nya.

Jim (‫ )ﺝ‬: (Jalla Tsanauhu) Yang Maha Tinggi Pujian-Nya(, kesucian-Nya, dan nama-nama-Nya yang
tiada berbatas.

Ha’ (‫)ﺡ‬ : (al Haq, al Hayyu, wa al Halim) Yang Maha Benar, Maha Hidup, dan Maha Bijak

Kha (‫)ﺥ‬ : (al Khabir) Yang Maha Tahu dan Maha Lihat. Sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang
kalian kerjakan.

Dal (‫)ﺩ‬ : (Dayyanu yaumi al din) Yang Maha Kuasa di Hari Pembalasan

Dzal (‫)ﺫ‬ : (Dzu al Jalal wa al Ikram) Pemilik Keagungan dan Kemuliaan

Ra (‫)ﺭ‬ : (al Rauf) Maha Sayang

Zay (‫)ﺯ‬ : (Zainul Ma’budin) Kebanggaan Para Hamba

Sin (‫)ﺱ‬ : (al Sami al Bashir) Maha Dengar dan Maha Lihat

Syin (‫)ﺵ‬ : (Syakur) Maha Penerima ungkapan terima kasih dari hamba-hamba-Nya

Shad (‫ )ﺹ‬: (al Shadiq) Mahajujur dalam menepati janji. Sesungguhnya Allah tidak mengingkari janji-
Nya.

Dhad (‫)ﺽ‬ : (al Dhar wa al Nafi) Yang Menangkal Bahaya dan Mendatangkan Manfaat

Tha (‫)ﻁ‬ : (al Thahir wal al Muthahir) Yang Mahasuci dan Menyucikan

Zha (‫)ظ‬ : (Zhahir) Yang Tampak dan Menampakkan Kebesaran-Nya


‘Ain (‫)ﻉ‬ : (al ’Alim) Yang Maha Tahu atas segala sesuatu.

Ghain (‫)ﻍ‬ : (Ghiyats al Mustaghitsin) Penolong bagi yang memohon pertolongan dan Pemberi
Perlindungan.

Fa (‫)ف‬ : Yang Menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan.

Qaf (‫)ﻕ‬ : Yang Mahakuasa atas makhluk-Nya.

Kaf (‫)ﻙ‬ : (al Kafi) Yang Memberikan Kecukupan( bagi semua makhluk, tiada yang serupa dan
sebanding dengan-Nya.

Lam (‫)ﻝ‬ : (Lathif) Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya dengan kelembutan khusus dan


tersembunyi.

Mim (‫)ﻡ‬: (Malik ad dunya wal akhirah) Pemilik dunia dan akhirat

Nun (‫)ن‬ : (Nur) Cahaya langit, cahaya bumi,dan cahaya hati orang-orang beriman.

Waw (‫)ﻭ‬ : (al Wahid) Yang Maha Esa dan tempat bergantung segala sesuatu.

Haa (‫)ه‬ : (al Hadi) Maha Pemberi Petunjuk bagi makhluk-Nya. Dialah yang menciptakan segala
sesuatu dan memberikan petunjuk

Lam alif (‫)آل‬ : lam tasydid dalam lafadz Allah untuk menekankan keesaan Allah, yang tiada sekutu
bagi-Nya.

Ya (‫)ﻱ‬: (Yadullahbasithun lil khalqi) Tangan Allah terbuka bagi makhluk. Kekuasaan dan kekuatan-
Nya meliputi semua tempat dan semua keberadaan

.Rasulullah saw bersabda, ”Wahai Ali, ini adalah perkataan yang Allah rela terhadapnya.”

Dalam riwayat dijelaskan bahwa Yahudi itu masuk Islam setelah mendengar penjelasan Ali.
Makna Aksara Jawa

Bagikan

Mengirimkan tweet

Save

Email

SMS

Ha – Hana Hurip Wening Suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.

Na – Nur Gaib, Candra Gaib, Warsitaning Gaib – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi.

Ca – Cipta Wening, Cipta Mandulu, Cipta Dadi – arah dan tujuan pada yang Maha Tunggal.

Ra – Rasaingsun Handulusih – rasa cinta sejati muncul dari rasa kasih nurani.

Ka – Kersaningsun Memayu Hayuning Bawana – hasrat diarahkan untuk kesejahtraan alam.

Da – Dumadining Dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya.

Ta – Tatas, Titis, Tutus, Titi lan Wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang
hidup.

Sa – Sifat Ingsun Handulu Sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan.

Wa – Wujud Hana Tan Kena Kinira – ilmu manusia hanya terbatas, namun implikasinya bisa tanpa
batas.

La – Lir Handaya Paseban Jati – mengalirkan hidup sebatas pada tuntunan Ilahi.

Pa – Papan Kang Tanpa Kiblat – Hakikat Allah yang ada di segala arah.

Dha – Dhuwur Wekasane Endek Wiwitane – Untuk bisa diaatas tentu dimulai dari dasar.
Ja – Jumbuhing Kawula Lan Gusti – selalu berusaha menyatu, memahami kehendaknya.

Ya – Yakin Marang Samubarang Tumindak Kang Dumadi – yakin atas titah atau kodrat Ilahi.

Nya – Nyata Tanpa Mata, Ngerti Tanpa Diuruki – memahami kodrat kehidupan

Ma – Madep, Mantep, Manembah, Mring Ilahi – yakin atau mantap dalam menyembah Ilahi.

Ga – Guru Sejati Sing Mruki – belajar dari guru nurani.

Ba – Bayu Sejati Kang Andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam.

Tha – Tukul Saka Niat – sesuatu harus tumbuh dan dimulai dari niatan.

Nga – Ngracut Busananing Manungso – melepaskan egoisme pribadi.

Keunikan Angka Dalam Bahasa Jawa

Bagikan

Mengirimkan tweet

Save

Email

SMS

“SELAWE – SEKET – SEWIDAK”

Dalam bahasa Indonesia urutan bilangan diucapkan :

Dua Puluh Satu,

Dua Puluh Dua,…s/d

Dua Puluh Sembilan.

Dalam bhs Jawa tidak diberi nama


Rongpuluh Siji,

Rongpuluh Loro, dst;

Melainkan

Selikur,

Rolikur,…

Songo Likur.

Di sini terdapat satuan LIKUR

Yang merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.

Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “ TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya,
profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman,
penulis dan lain sebagainya.

Namun ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi.

Bilangan 25 tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE.

SELAWE (SEneng-senenge LAnang lan WEdok).

Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebut
pada umumnya orang menikah (dadi manten).

Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola :

Telung Puluh,

Telung Puluh Siji,

Telung Puluh Loro, dst.

Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50.

Setelah Sepuluh,

Rongpuluh,

Telung Puluh,

Patang puluh,

mestinya Limang Puluh.

Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET. Pasti ada sesuatu di sini..

SEKET (SEneng KEthunan: suka memakai kethu/tutup kepala topi/kopiah). Tanda Usia semakin
lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih.

Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah.

Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya.


Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun
kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola,

Bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.

SEWIDAK (SEjatine WIs wayahe tinDAK).

Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi. Sudah matang..

Maka diusia ini setidaknya sdh mempersiapkan diri..

Dipo Samudro

Rahasia Syahadat dan Huruf Hanacaraka ..!?

Dipo Samudro

8 tahun yang lalu

Iklan

Sebenarnya Ma’rifat itu terdapat pada kata kehendak, itu kehendaknya Allah, gerak, sabda, semua
itu kemauan Allah (Makarti – Jawa), menurut kenyataan yang dikehendaki sebelum dikerjakan sudah
siap, sebelum ditunggu sudah datang; umpama orang akan pergi ke Kota, baru berfikir mencari
angkot, angkot datang mencari sewa dan tanya,.. Kota ya mas?, lalu orang tadi naik angkot ke Kota,
perjalanan itu berarti kehendak Allah, orang itu menyatu dengan Dat (Allah), sehingga satu sama lain
tidak merasakan hanya menurut kehendaknya.

Jadi Dat yang ada pada orang tadi tidak susah-susah, sudah diterangkan bila Hakikatnya Dat itu ya
Af’al dan Asmanya, artinya ya aku ya kamu adalah satu, maka tidak mengherankan bila orang itu
dikuasai oleh Dat Allah, kuasa mempercepat, kuasa membelokan tujuan, maka dari orang
sebenarnya utusan Dat (sifat Dat), maka dari itu merasa menjadi utusan, lalu memiliki sifat kuasa-
Nya, jadi harus menyembah dan memuliakan terhadap Dat Allah.

Bisa melaksanakan apa saja dasar kekuasaan, jika makhluk itu utusan Dat yang wajib adanya.
Dibawah ini adanya Wiridan itu artinya kalimat Sahadat yang sudah cocok dengan kebudayaan Jawa
akan diterangkan untuk rumah tangga (tingkatan).

Ucapan Rasullullah terhadap Muaz : “Ma Min Ahadin Yashaduan la illaha illallahu washadu anna
muhammadan rasullullahi sidqan min qalbihi illa ahrramahu allahu alla annari “, satu-satunya orang
yang mengucapkan kalimat Sahadat samapai kehati terhadap Allah pasti tidak akan tersiksa
dineraka.

Wiridan (ajaran) Sahadat begini : “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadan
rasullullah”, yang artinya aku bersaksi sebenarnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi
sebenarnya Muhammad itu utusan Allah.

Wiridan (ajaran) rahasia Carakan HO-NO-CO-RO-KO; “Honocoroko Dotosowolo Podojoyonya


Mogobothongo”, artinya ada utusan dua, laki dan perempuan (wanita) berebut kekuatan, sama
saktinya (kuatnya) bergumul mati sama-sama menjadi bangkai (terpuruk) lunglai.

Yang akan diterangkan terlebih dahulu tentang dua kalimat Sahadat dulu, dan selanjutnya disusul
dengan Carakan;

I. Kalimat Sahadat.

Di tanah Jawa jika ada temukan (mempertemukan) pengantin umumnya mengucapkan Kalimat
Sahadat, walaupun bukan bahsa Jawa tetapi sudah tradisi menjadi kebudayaan dari masa terdahulu
pada zaman para wali. Dan kalimat Sahadat itu ucapan orang Islam yang belum mengetahui
(pelajaran) rukun-rukun Islam. Jadi mengakui menyembah kepada Allah itu harus mengetahui arti
kalimat Sahadat, lalu di zaman wali kalimat Sahadat itu dipakai pertamanya mendapat wejangan
terhadap siapapun orangnya yang mau berguru, walaupun bahasa Arab kalimat Sahadat itu menjadi
saksi Dat Maha Agung dan Muhammad itu utusan-Nya, arinya sudah meliputi alam semesta. Di
tanah Jawa bahasa Arab itu tinggal memakai (pinjam) dan bisa dengan bahasa apa saja yang artinya
sama. Dan bahasa-bahasa tadi hanya sebagai tanda. Di kalimat tadi ada kata Muhammad yan
mempunyai makna sendiri, sebenarnya Nabi Muhammad namanya ada 4, dan kata syair kata
Hamdun (memuji) Hamida (di puji) lengkap nama-nama tadi seperti dibawah ini :

a. Hamid, artinya yang di puji.

b. Mahmud, artinya yang mendapat pujian.

c. Ahmad, artinya yang lebih di puji.

d. Muhammad, artinya yang memiliki pujian.

Di dalam kalimat Sahadat tadi Muhammad tidak bisa di ganti dengan kata lain, walaupun ada akan
tetapi artinya yang dipakai ada 2 (dua) unsur :

1. Mengartikan Umpama.
2. Mengartikan Nama.

Diwirid disebut kata-kata (nama-nama) tadi Nur Muhammad, artinya cahaya yang terpuji atau
cahaya yang sempurna. Kata Muhammad itu sifat yang mempunyai pujian. Kalimat mengatakan
Muhammad Rasullullah, siapa yang menjadi utusan Allah , apa Muhammad putra Sayidina Abdullah
di Mekah (Arab), apa Muhammad atau Nur Muhammad?. Keterangannya : pada citra (Hakikat Allah)
dan pecah-pecah hanya orang hidup. Sebenarnya yang dipuji itu sifat orang hidup yang memiliki sifat
20. jadi yang begitu para Nabi, Wali, Ulama yang mukmin, orang itu semua sifat Muhammad. Dan
keterangan tentang utusan (Rasul) seperti dibawah ini :

Muhammad lalu menjadi utusan Allah , dan Allah itu bisa menjadi Allah-ku, Allah-mu, Allah kita
semua dan seluruh alam. Jadi yang disebut utusan itu ialah utusan Allah-nya sendiri-sendiri, langsung
mengakui mempunyai Allah. Utusan itu sifat hidup, kalau sudah mati (meninggal) tidak bisa menjadi
utusan karena orang mati tidak mempunyai Allah. karena sifat-sifat Dat yang menghidupi sudah
musnah (lihat keterangan Bab Sifat 20).

Di kitab Injil Mutheus 22 (31,52,33) disebut begini : belum pernah membaca kata-kata Allah
kepadamu, Allah ini Allah-nya Abraham, Ishak dan Yakub, Allah itu bukan Allah-nya orang mati tetapi
Allah-nya orang hidup.

Yang menjadi pertanyaan, walaupun mempunyai sifat Muhammad atau Rasul, kenapa bisa menjadi
utusan Nafsu (Syetan) makhluk halus (perewangan-Jawa) atau utusan angkara murka. Semua itu
bagi orang yang belum dalam ilmunya hanya sok (merasa sudah) tahu saja, hanya baru mencapai
tingkat Tarikat, lalu umpama benar mengerjakan membuktikan bahwa menjadi Utusan Allah, dan
harus menjadi Ma’rifat (Islam). Jadi orang itu sebetulnya sudah At-tauhid (menyatu dengan
kehendak Allah), kemudian disebut seorang Islam Sejati (sarino batoro – Jawa) dan juga menjadi
utusan, zaman dulu disebut Nabi, Wali dan cukup disebut Ma’rifatullah.

Pendapat yang salah golongan Wirid mengatakan Muhammad diartikan sebenarnya Muhammad itu
sifatku, Rasul itu rasaku (Rahso-sangsekerta). Rasul itu utusan asal dari bahasa Arab, Rahso (rasa)
asal dari bahasa Sangsekerta (sang sekrit) jadi tidak sesuai. Muhammad itu Rasul tetapi rasa (rahso)
itu rasaku jadi tidak sama. Maka dari itu sudah jelas kalau Muhammad itu sifat hidup yang lengkap
dan menjadi utusan.

Sifat Muhammad sudah lengkap, memiliki sifat 20; Rasa, Perasaan, Pekerjaan, Pikiran (akal yang
sempurna) dan lain-lain. Kenapa bermacam-macam diartikan, Allah itu tidak bisa disamakan dengan
makhluk-makhluk/benda-benda lain, jadi pendapat-pendapat yang salah harus dijauhi.

Kata-kata tadi terdapat juga di Hidayat jati (buku hidayat jati). Jadi pengarang Hidayat jati mengutip
pendapat para Wali.
Kalau begitu pendapat para Wali tadi yang sudah dianut pada zaman sekarang itu apakah salah atau
tidak? Tetapi semua itu harus bersandar kepada hukum Qiyas (meneliti) pendapat itu begini :

Muhammad = Rasul.

Rasul = Sifatnya Muhammad.

Sifat Muhammad = Sifatnya Dat.

Sifatnya Dat = menyertai sifat seluruh yang diciptakan dan hidup (kayu, batu, manusia dan lain-
lainnya).

Sifatnya Dat = Hakikatnya Dat.

Hakikatnya Dat = Wujud Sempurna.

Wujud Sempurna = Manusia Hidup.

Manusia Hidup = Memiliki sifatnya Dat / Sifat 20.

Jadi yang merasakan orang hidup (utusan) yang diutus. Jadi bukan salah satunya sifat-sifat tadi yang
disebut utusan, Rasa sejati (Rosone Ingsun – jawa), sifat pribadi (Sipate Ingsun-jawa), semua itu milik
Dat yang wajib adanya (Allah). Kalau diteliti atau dikaji-kaji kata-kata yang diatas tadi sama dengan
Qiyasan Esa, Widhatul Wujud, artinya Chaliq dan makhluk itu satu (lihat keterangan Bab Dat, Sifat,
Asma, Afhngal terdahulu)

II. Carakan.

Sampai sekarang masih menjadi bahan pertanyaan para sejarah dan belum mendapat yang tepat,
contohnya tentang Aji Saka itu siapa dan apa? Apa maknanya Carakan itu?, walaupun jumlah huruf
hanya 20 (dua puluh) tetapi kenyataan bisa mencakup semua makna huruf bahasa sendiri dan
bahasa asing,, karena kata-kata itu berhubungan dengan kalimat Sahadat maka jumlahnya 20, bisa
dijelaskan dengan sifat 20, maka artinya kalimat Carakan seperti dibawah ini :

a. Wiridan (Pelajaran)

Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah.

b. Carakan, ada 2 utusan; laki dan wanita asik perang tanding sampai mati:

Keterangannya begini: ada 2 utusan laki dan perempuan (hidup laki dan perempuan) sama menjadi
utusan Allah supaya berkembang anak beranak. Laki dan perempuan (wanita), bukan manusia saja
tetapi seluruh makhluk didunia ini semua berpasang-pasang menjadi saksi Dat (Allah), maka dari itu
tidak ada barang yang tidak ada, artinya keadaan DAT itu kekal adanya. Sebenarnya utusan dua
jumlahnya, sama jaya, artinya lebih sempurna dari pada makhluk lain, tidak lain adalah manusia yang
diluhurkan dari sifat kekurangan, lengkap terhadap sifat 20 sama-sama memiliki, disebut juga sama
kuatnya, artinya walaupun laki atau perempuan sama-sama umat luhur dan sempurna.

Carakan tadi mengatakan sama-sama tidak berdaya (kehabisan tenaga) atau mati, apa sebabnya
sama-sama menjadi bangkai (tidak berdaya), sehabis perang tanding atau bersetubuh, tusuk
menusuk hingga mati tanpa ada yang melerai, jadi sama mati seperti bangkai, terpuruk kehabisan
tenaga tidak bergerak dan lemas. Laki dan perempuan jadi sumbernya manusia berkembang.
Mengembangakan manusia itu tidak ada putusnya, berdasarkan Qodrat dan Irodat (sifat 20), lalu
menghasilkan kenikmatan (merasakan enak). Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, jadi mati
seperti bangkai itu sebentar kalau terus mati itu bukan utusan untuk mengembangkan manusia
(umat-Nya).

Orang Jawa setiap saat menyebut kata-kata (Kalimat-kalimat jawa) yang terdapat pada Carakan,
terbukti setiap berkata pasti memakai kata HA. NA. KA. PA. RA. WA. Jadi orang Jawa setiap hari tidak
ketinggalan mengatakan Carakan, setiap kata pasti memakai salah satu dari Carakan tentang berfikir,
bertengkar tetap memakai huruf yang 20 / Carakan seperti ini : HA-NA-CA-RA-KA DA-TA-SA-WA-LA
PA-DA-JA-YA-NYA MA-GA-BA-THA-NGA.

Rahasia yang tersimpan dicarakan itu tidak akan hilang tetapi tetap laki perempuan semua
menyebutkan kata-kata yang ada pada Carakan 20 (jumlah 20 itu sifat Allah).

Keadaan nama Muhammad itu Hakikatnya DAT itu yang mencari orang yang sudah mempunyai ilmu
atau orang yang sudah mengetahui rahasia hidup, artinya begini : apa saja yang yang tertulis dikitab-
kitab suci (Al-Qur’an, Injil, Jabur dll) pasti bisa dicari, dipelajari, diteliti karena kitab itu untuk orang-
orang yang hidup.

Jadi artinya pendapat itu sangat sulit, susah sekali. Rahasia isi kitab Qur’an dan kitab-kitab lainnya
bisa diketahui oleh orang yang berilmu. kita ulang lagi tentang kalimat Carakan, semua itu kalau
bukan orang kaya ilmu tidak bisa mencari (meneliti). Kalimat Sahadat untuk agama Islam itu
sebenarnya kalimat yang tidak abadi, oleh karena menurut umum orang-orang kalau menyebut
kalimat Sahadat itu hanya bertepatan pesta perkawinan, mengkhitankan (sunat) anaknya, kalau
tidak, tidak pernah diucapkan. Kalau kata Carakan tiap menit tiap detik diucapkan selama hidup,
maka untuk menjadi utusan lalu memiliki sifat Muhammmad atau menjadi penanam, penangkar,
mengadakan, membuktikan adanya utusan-utusan itu abadi, dan kalau perlu harus di ingatkan;

1. Kalimat Sahadat, rukun Islam itu saksi adanya Dat Allah, walaupun tidak dipanggil, di bicarakan,
dipikir-pikir dan lain-lain. Dat tetap adanya dan berubah-ubah dan sifat Muhammad itu tetap ada
dan pasti ujud (bentuk nyata), tetapi jika masih hidup bergerak-gerak. Jadi yang memngucap dan
menyaksikan itu orang hidup.

2. Carakan itu rahasia, sulit, artinya rahasianya yang mengatakan; ada Muhammad, ada ujud sifat 20.
adanya abadinya Dat (Allah) tetap tarik menarik dan setiap hari kita merasakan, kita buktikan tetap
bergerak (makarti – Jawa), tidak mati, masih bisa berberbicara dan melanjutkan dua-duanya yang
tersebut diatas tadi saling bantu membantu, satu diantara dua bersatu (Widhatul Wujud), Esa,
artinya tidak ada, dua tetapi satu (menyatu-At’tauhid).

Rahasia yang terdapat di Carakan, sebuah buku karangan seorang Mangku negaran, diterangkan
begini :

1. Hananira Sejatine Wahananing Hyang,

2. Nadyan ora kasat-kasat pasti ana,

3. Careming Hyang yekti tan ceta wineca,

4. Rasakena rakete lan angganira,

5. Kawruhana ywa kongsi kurang weweka,

6. Dadi sasar yen sira nora waspada,

7. Tamatna prahaning Hyang sung sasmita,

8. Sasmitane kang kongsi bisa karasa,

9. Waspadakna wewadi kang sira gawa (sipat Rasul / Muhammad),

10. Lalekna yen sira tumekeng lalis (sekarat) (5),

11. Pati sasar tan wun manggya papa,

12. Dasar beda lan kang wus kalis ing goda; (Islam / Ma’rifat),

13. Jangkane mung jenak jenjeming jiwarja,

14. Yitnanana liyep luyuting pralaya (angracuta yen pinuju sekarat ),

15. Nyata sonya nyenyet labeting kadonyan,

16. Madyeng ngalam paruntunan (?) aywa samar,

17. Gayuhane tanalijan (tan ana lijan) mung sarwa arga,

18. Bali Murba Misesa ing njero-njaba (Widhatulwujud, Esa, Suwiji),

19. Tukulane wida darja tebah nista,

20. Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.


Artinya :

1. Asalmu karena kehendak Allah,

2. Walaupun tidak nampak tetapi ada,

3. Allah yang Kuasa tidak bisa ditebak (dinyatakan),

4. Rasakan dalam tubuhmu,

5. Ketahui sampai kurang waspada,

6. Jadi salah kalau kurang waspada,

7. Nyatakan Allah memberi petunjuk,

8. Petunjuk sampai bisa merasakan,

9. Waspadalah rahasia yang kau bawa (sifat Rasul/Muhammad),

10. Lupakan sampai sekaratil maut (menjelang ajal/koma),

11. Mati yang salah menjadi susah,

12. Dan beda bagi yang tidak tergoda (Islam/Mari’fat),

13. Tujuannya hanya tentram jiwanya,

14. At’tauhid atau khusyuk waktu sekaratil maut,

15. Ternyata sepi (hilang) sifat dunia,

16. Dalam alam barzah ternyata samar (gaib),

17. Tujuan tidak lain hanya satu,

18. Pulang menguasai Lahir Batin (Esa),

19. Tumbuhnya benih menjauhkan aniaya,

20. Hati-hati manuju jalan kedunia

Anda mungkin juga menyukai