Anda di halaman 1dari 197

7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 1/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

 Al Mawaqif Wal Mukhotobat


AN NAFRI

Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megah


di hadapan para ulama dan untuk berdebat dengan
 para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan
musyawarah, rapat maupun muktamar, dan.... untuk
mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!.

Judul : Melihat Allah


Terjemahan : oleh Mustafa Mahmud
Penerbit : PT. Bina Ilmu – Surabaya – Tanpa tahun
Penyadur : Pujo Prayitno

Catatan : Buku adalah hidangan... bila tidak ada selera


 jangan dimakan.

Buku ini mengungkap Rahasia di balik hutan larangan


yang penuh racun...
Bila belum punya penawarnya... jangan coba-coba
memasukinya... berbahaya.

An-Nafri | Al Mawaqif Wal Mukhotobat 1

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 2/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Ulasan
Abdul Hasan Asy-Sadzili

Dokter Abdul Halim Mahmoud dalam bukunya yang


 berjudul “Abdul Hasan Asy-Syadzily” yang
diterbitkan di tahun 1387 H – 1967 H. Mengatakan
 bahwa beliau adalah seorang Arif Billah, seorang sufi
 penuh perjuangan, lahir di tahun 593H – wafat 656H.

Dalam ulasan nya yang singkat, diterangkan


 bagaimana pendapat Asy-Syadzilly mengenai Asy
Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri,
 penulis kitab “Almawaqif wal Mukhotobat”, kata
 beliau : “Kitab itu bukan sembarang kitab, tidak
mudah, yang kesukarannya sudah pasti sukar, oleh
karena isinya mengibaratkan tentang hal-hal ruhani,
meninggi dan tidak mungkin bagi seseorang dapat
mendalami selain “Kawan-kawan ahli rasa”
(dzauqiah) yang tinggi pula pengertian dan
kemauannya, tak mungkin seluruh kitab itu dipahami
kecuali oleh orang khusus di bidangnya”.

Dan dalam hal ini Abdul Hasan Asy-Syadzilly penuh


 berhasrat hendak “Meringankan” dan
“Menggampangkan” kandungan isi kitab itu, agar
mereka yang berkemampuan bersedia untuk
menerima, dapat memahami. Dan beliau dalam hal ini
 bersedia menyediakan “Kunci pembuka” bagi setiap
yang merindukan alam hikmat kebijaksanaan; sayang
sekali sampai akhir hayat niat baik beliau belum
sampai terlaksana.

2 Ulasan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 3/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah
membawakan sebuah kisah : Pada suatu hari pernah
terjadi suatu pertemuan di Cairo di rumah Zaky As
Sarrakh, dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul
Hasan Asy-Syadzilly memegang sebuah kitab
“Almawaqif wal Mukhotobat” Kitab tersebut beliau
 baca di hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Am
Marsi...

Berdasarkan pada tulisan Doktor Abdul Halim


Mahmoud mengenai kehidupan Asy-Syadzily (yang
 pernah berguru pada Abdus Salam bin Masysy)
teranglah sudah bahwa buku “Almawaqif wal
Mukhotobat” karangan Asy-Syeikh Muhammad bin
Abdul Jabbar An-Nafri yang kami terjemahkan dan
disusun dalam Bahasa Indonesia dengan Judul
“Melihat Allah” sudah dikenal dan diketahui oleh Ibn
Athaillah As-Iskandari penulis kitab :Al Hikam” yang
sudah tidak asing lagi bagi kita, bahwa sudah dikenal
 pula oleh Abul Abbas Al-Marsi (Guru Ibn Athaillah)
murid Abul Hasan Asy-Syadzilly. Dalam buku
tersebut terdapat banyak persamaan perihal kata-kata
“Allah berkata kepadaku” dan lain-lain yang serupa
dengan itu. Semoga ridha dan Rahmat Allah kepada
 beliau-beliau..........

SELAMAT MENGEMBARA DI BELANTARA

ILMU RAHASIA...
SAMPAI TERSESAT HATI-HATI ... JANGAN
JALAN........ MISTERI
TETAP SEBAGAI RAHASIA... UNTAIAN KATA
HANYA SEBATAS UNTAIAN KATA....
RAHASIA... TETAP RAHASIA....

An-Nafri | Ulasan 3

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 4/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 1 

Tentang Tauhid

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Wahai hamba, engkau tiada memiliki sesuatu pun,
kecuali apa yang Aku kehendaki untuk menjadi
milikmu. Tiada juga engkau memiliki dirimu, karena
Akulah Maha Pencipta-Nya; Tiada pula engkau
memiliki jasad mu, maka Akulah yang membentuk-
 Nya; Hanya dengan pertolongan-Ku engkau dapat
 berdiri; dan dengan “Kalimat-Ku” engkau datang ke
dunia ini.

“Wahai hamba! Katakanlah Tiada Tuhan melainkan

Allah, kemudian
maka Tiada Tuhantegakkan berdiri
melainkan AKU.di jalan
Danyang
tiadabenar,
pula
wujud yang sebenarnya wujud kecuali untuk-Ku, dan
segala yang selain daripada-Ku, adalah dari bantuan
tangan-Ku dan dari tiupan Roh-Ku.

“Wahai hamba! Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku,


 bagi-Ku dan untuk-Ku, jangan sekali-kali engkau
merebut apa yang menjadi kepunyaan-Ku.
Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya akan
Ku terima pengembalian mu dengan tangan-Ku dan
Ku tambah padanya dengan kemurahan-Ku.
Serahakan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya Ku
selamatkan engkau dari segala sesuatu.

4 Tentang Tauhid | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 5/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang terpercaya, adalah
yang mengembalikan segala yang selain-ku kepada
Ku. Tengoklah dengan pandangan tajam kepada-Ku,
 bagaimana cara-Ku melakukan pembagian, niscaya
engkau akan melihat pemberian dan penolakan
merupakan dua bentuk yang dinamakan, agar dengan
demikian engkau mengenal-Ku”.

“Hai hamba! Sesungguhnya engkau telah melihat


Daku sebelum dunia terhampar dan engkau mengenal
siapa yang telah engkau lihat. Dan kepada-Ku-lah
engkau akan kembali. Aku ciptakan segala sesuatu
untuk mu dan Aku labuh kan tirai (Hijab) atasmu.
Lalu engkau pun tertutup dengan tirai dirimu sendiri,
kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri
yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru
kepadamu dan pada dirinya dan menjadi hijab
(penutup) dari pada Ku.

Setelah kesemuanya itu, maka Aku-pun kembali


menyata di balik kesemuanya itu, dan dari belakang
kesemuanya itu Ku perkenalkan diri-Ku; Ku katakan
kepadamu bahwasanya Aku-lah Maha Pencipta; Aku
yang menciptakan kesemuanya itu dan bahwasanya
Aku menjadikan engkau Khalifah (Pengurus yang
 berkuasa di Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah
 bahwa kesemuanya itu adalah amanah (titipan) pada

sisi-mu. Dan diharuskan pada pengemban amanah itu


untuk mengembalikannya.

Maka telitilah dirimu setelah engkau mempercayai-


Ku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu

An-Nafri | Tentang Tauhid 5

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 6/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
itu kepada-Ku ?? Dan sudahkah engkau memenuhi
 perjanjian yang telah engkau buat dengan Ku..????

“Dan ... barangsiapa menepati janjinya kepada Allah,


maka Allah akan memberinya pahala yang besar”
(QS. Al-FatKh 48:1). 
“Dan sesungguhnya... kami perintahkan kepada Adam
dahulu, maka ia lupa akan perintah itu, dan tidak
Kami dapati padanya kemauan yang kuat” (QS.Thaha
20:115)

“Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu itu


untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau
engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu.
Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk
menggantungkan dirimu pada sesuatu (Selain-Ku)
karena Aku pencemburu padamu”.

“Hai Hamba!!!! Aku tidak rela engkau peruntukan


dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan surga
sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan
engkau hanya untuk-Ku; supaya engkau berada di
sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang tiada
mana.

Ku Ciptakan engkau atas pola gambar-Ku seorang


diri, tunggal, mendengar, melihat dan berkemauan

serta berbicara.
kemampuan Dan
untuk aku jadikan (menyatakan)
TAJALINYA engkau mempunyai
nama-
nama-Ku, dan... tempat untuk pemeliharaan-Ku”.

6 Tentang Tauhid | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 7/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Engkau adalah sasaran pandangan-Ku... tiada
dinding penghalang yang memisahkan antara-Ku dan
antaramu.

Engkau teman duduk se majelis dengan-Ku, maka


tiada pembatas antara-Ku dan antaramu.

“Hai hamba!! Tiada antara-Ku dan antaramu... antara


Aku lebih dekat kepadamu, maka pandanglah kepada-
Ku, karena aku senang memandang kepadamu”.

An-Nafri | Tentang Tauhid 7

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 8/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 2 

Ujian

<*> Hikmah yang terkandung di balik penciptaan


dunia dan ujian bagi manusia<*>

Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad)


itu adalah suatu hakikat yang akan sirna dan bahwa
tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh
Allah untuk menguji Ruh.

Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya


dari syahwat-syahwat dan keinginan-keinginan serta
kemauan-kemauan yang di ikuti dengan pelanggaran-
 pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian
dari tujuan Roh.

Tiada wujud yang sebenarnya, kalau di tilik dari sifat


manusia yang dikaitkan dengan kemanusiaan, tetapi
yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk
menguji Ruh agar dapat diketahui dan dikenal sampai
di martabat yang dapat dicapai.

Apakah
Allah, laluRuh
Rohitu bisa mencapai
mengarahkan nisbatnya
segenap kepada
kemampuannya
untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh
itu tertarik oleh jasad dengan memanjakan syahwat-
syahwatnya.

8 U j i a n | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 9/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Di Sinilah letak Ujian itu.
Allah berseru dengan tutur kata-Nya :
(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

“Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu


sebagai dinding kukuh yang menghijab atasmu untuk
tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya)
dan.... andaikan engkau melihat dirimu sendiri sebagai
engkau melihat kepada langit-langit dan bumi, tentu
saja akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan
itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya syahwat
dan keinginan”.

“Karena pengujian-Ku kepadamu maka aku coba


engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak
menetap pada dirimu di bawah kekuasaan hukummu
dan tidak pula bisa menetap pada dirimu atas dasar
 penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu itu yang
condong dan berkeinginan, dan ia pulalah yang
mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak
condong ke situ dan tidak pula berkeinginan maupun
mengejar kepuasan dan kelezatan”.
“Engkau yang sebenarnya adalah di balik dinding
yang merupakan syahwat dan di belakang tabir
 penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah
suatu roh yang suci bersih, tanpa noda syahwat, dan
 berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa

condong pada apa pun dan tidak pula berkeinginan”.


Dari arah lain DIA menyeru : “Hai hamba !! Engkau
dalam keadaan lapar lalu engkau lahap makanan,
maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku;
dan AKU pun bukan dari padamu (yang dimaksud ..

An-Nafri | U j i a n 9

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 10/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
ialah seorang hamba yang berdaya untuk
mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil
yang nyata bahwa hamba tersebut telah mengenal
dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan nasabnya
dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan
 berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab
 pada tanah).

Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang


 berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan
sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum
daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia
 bukan dari golonganku, dan barang siapa yang tidak
merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku,
kecuali orang yang hanya menyauk sekali sauk
dengan tangannya (sekedar pembasah tenggorokan)”.
(QS. Al-Baqarah 2:249). 

Ayat tersebut di atas mengandung juga hikmah puasa,


maka... yang demikian itu merupakan kenyataan roh
tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan
diri dari perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad
dari apa yang menjadi ujian untuknya. Begitu halnya
 bila seorang sedang berpuasa menolak makanan
 berarti telah memahami sifatnya (yang asli), bahwa
roh itu tidak memerlukan makanan dan minuman.

Allah berseru kepada hamba-Nya : “Aku ciptakan


engkau adalah melulu untuk-Ku, tinggal di samping-
Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam
lingkungan pemeliharaan-Ku.

10 U j i a n | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 11/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan
yang mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-
Ku atasmu.

Kemudian Aku berkehendak untuk menguji engkau,


lalu aku Buka pada bendungan tadi pintu-pintu
sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak
 bilangan apa yang telah Ku nyatakan dari pengaruh-
 pengaruh yang merangsang.

Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang


 pohon yang rindang yang dikelilingi genangan mata
air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!

Lalu aku pun bersumpah demi karunia-karunia-Ku,


selama engkau menjarak keluar daripada-Ku untuk
minum, melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan
diharapkan engkau akan dapat kembali berdampingan
dengan-Ku, dan tidak pula engkau akan berhasil
mendapatkan minuman yang engkau harap-harapkan,
maka.... sesungguhnya jika terjadi hal demikian,
 berarti engkau telah sesat jalan daripada-Ku dan
engkau telah melupakan bahwa Aku adalah
sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah
tempatmu berlindung yang tunggal bagimu, dan
sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu.
Dari pada-Kulah segala pertolongan dan bantuan, dan

dengan Aku
sesungguhnya. pulalah kehidupan sejati yang

An-Nafri | U j i a n 11

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 12/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 3 

Yang Maha Perkasa


Arti Makna Nama-Nya

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

“Tidaklah Aku dapat dipandang oleh mata, tidak pula


dapat dilihat oleh pandangan; Tidak pula Ilmu
 pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku;

Aku tidak dapat dikenal oleh sejauh pengenalan.


Aku Yang Maha Perkasa yang tidak dapat dicapai
 bagaimanapun, dan... tak dapat dijumpai walau
dengan sebutan nama-Ku.

Setiap ucapan kata telah nampak nyata, maka Akulah


yang menciptakannya dan merangkai huruf-hurufnya.
Tidak akan melampaui kesemuanya itu adalah bahasa-
 bahasa yang dikenal dan diketahui yang disifatkan.
Aku adalah yang tidak dapat dijangkau dan
diserupakan dengan apapun. “Laisa Kamitslihi Syai-
‘un” (QS.Asy-Syura 42:11).

“Akulah
dimasuki Allah Yang Maha
dan dijumpai oleh Suci yang tidak
tubuh-tubuh dan dapat
tidak
oleh huruf-huruf sekalipun dan tidak pula dapat
dicapai oleh kalimat-kalimat”.

12 Yang Maha Perkasa | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 13/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Hai Hamba!! Jangan salah terka bahwa setiap yang
dhahir itu dapat dilihat... Akulah Raja yang menyata
dengan Kemurahan dan tersembunyi dengan
Keperkasaan.

Hai hamba!! Akulah Yang Dahir yang tidak dapat


dilihat dan dipandang oleh mata, dan Akulah Yang
Batin yang tidak dapat disentuh oleh prasangka dan
 persangkaan yang bagaimanapun.

Hai hamba!! Akulah Yang Maha Kekal, yang mana


kekekalan Ku tidak dapat diberitakan oleh abad; Dan
Akulah Yang Esa yang jauh dari bilangan dan
 perhitungan”.

“Setiap sesuatu akan dituntut oleh asal mulanya,


sebagaimana tubuh dituntut oleh asa mulanya. Yang
Satu itu AKU, Yang Maha Tunggal dan sendirian, dan
tidaklah Aku dari sesuatu lalu sesuatu itu akan
menuntut pada-Ku.

Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu


akan menyertai Ku.
Aku adalah mutlak, tiada satu pun ikatan, dan Aku
 bebas tanpa ada sesuatu yang menentukan”.

An-Nafri | Yang Maha Perkasa 13

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 14/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 4 

Bersanding Bersama Allah

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Apabila eggkau berhimpun dengan selain Ku,
kemudian berpisah, niscaya tidak dapat engkau
 berhimpun (lagi)”.

“Hendaklah engkau bersanding dengan Ku, niscaya


engkau akan berhimpun dengan yang menghimpun
segala yang bersanding dengan Ku. Dan engkau akan
mendengar dengan pendengaran yang mendengarkan
segala pendengaran, maka engkau akan mencakup
selain dirimu dan engkau akan memberitakan tentang
DIA dan tidaklah engkau akan dicakup oleh selainmu
lalu DIA memberitakan perihal mu”.

“Orang yang berdiri di Hadirat Ku tidaklah ia akan


ditawan oleh pesona keindahan dan tidaklah ia
dikejutkan oleh kegentaran, karena ia melihat Yang
 Nyata (Adh-Dhahir) dan bukan kenyataan-kenyataan
(yang berbilang) Ia akan melihat keindahan yang
 bukan dapat dinamakan keindahan lagi. Ia akan

nampak Yang
Maqyyad), Mutlak
ia akan yang yang
melihat tidak menentukan
lagi terikat dan
(Al
 bukan yang ditentukan”.

14 Bersanding Bersama Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 15/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi para yang
 berdiri di Hadirat Ku; Berita ku baga para Pengenal-
Pengenal Diri Ku (Arifin)”.

“Karena itu, bersuci lah engkau untuk berdiri tegak


(Al Waqfah), Jika tidak demikian hal diri mu, Akan
Ku campakan engkau, jangan sampai ada atasmu
kekuasaan lain selain Ku semata-mata”.

Dengan pendirian yang demikian, engkau akan


melihat segala sesuatu selain Allah itu, dengan
kelainan yang dengan sangat nyara dan berlepas
dirilah engkau dari kesemuanya itu”.

An-Nafri | Bersanding Bersama Allah 15

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 16/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 5 

Huruf

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

Huruf dirangkai menjadi perkataan, dari perkataan


menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan
 perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan
disatukan dengan bilangan perkataan, dan bilangan
 perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan
menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar hukum
“Peringatan” hal yang demikian adalah masuk dalam
kekufuran.

Hukum bilangan kata adalah hukum bantah-


membantah (sengketa) yang satu berlawanan dengan
yang lain, hal demikian membawa kepada kepiluan
dan kecemasan, hal yang demikian adalah
kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan
dan ke guncangan.

Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al


(perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas Zat

Ilahiat. Karena sesungguhnya


dapat menerima Zat Illahiat
pembatasan. Zat Illahiatitu
ituberada
tidak
 pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan
(Penanggalan - Tajried) dan Asma’ dan Sifat adalah
urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).

16 H u r u f | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 17/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan,
asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah
semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar
 bagaikan perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam
Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.

Para Malaikat yang membangun Mahligai-mahligai


dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang
menciptakan makanan-makanan dan menyediakan
minuman-minuman, kesemuanya adalah huruf. Dan
huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan
kepada para Malaikat, dan pra Malaikat tiada
kesanggupan untuk melampauinya (melangkah lebih
dari batas yang ditugaskan padanya).

Adapun manusia, maka ia memperoleh kesanggupan


untuk lewat melalui dan melangkah serta melampaui
lalu keluar daripadanya agar bisa sampai kepada
maqam bersanding “Kedudukan bertetangga dekat”
kepada Zat Illahiat sepenuhnya.

Allah berseru kepada hamba-Nya :


“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan
untuk memberitakan tentang dirinya, apalagi
memberitakan tentang-Ku.

Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang

diberitakan
Aku jadikanoleh
darihuruf.
rangkaian huruf itu menjadi Asma,
dan susunannya menjadi bahasa dan beberapa ibarat
agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam
ini dapat berbicara. Jangan dilupakan bahwa

An-Nafri | H u r u f 17

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 18/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku
 berada di atas segala.

Apa yang Aku ciptakan sebagaimana halnya huruf,


tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun atas
Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.

Telah kukatakan kepada huruf dengan gaya huruf itu


sendiri, maka tiadalah lesan (penyalur huruf) itu dapat
menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh
huruf itu.

“Barangsiapa yang telah kucintai daripada


 penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu,
maka Aku pun berkenan berkata-kata kepadanya,
kata-kataku tanpa ibarat (tanpa bahasa dan tanpa
rangkaian huruf); Dan orang itu pun akan diajak
 bicara oleh batu-batu dan bata-bata, dan bagi orang itu
cukup mengatakan terhadap sesuatu “Jadilah” maka
“Jadi”.

Andaikan Ku katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan


Ku itu akan dikembalikan oleh ibarat kepada diri
ibarat itu tentang apa-apa yang diibaratkan dan
dengan apa-apa yang diibaratkan. Dan pastilah hal
yang demikian menjadikan tirai pendinding karena
kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti tidak

dapat berbuat apa-apa”.


Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah
mencapai pengenalan sejati) :
“Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang
engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya tarik apapun

18 H u r u f | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 19/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama
dari rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari
ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan
ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu
sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.

Lemparkan segala ibarat ke belakang punggungmu


dan campakan arti makna ke belakang ibarat, dan
lemparkan pendapat ke belakang arti makna dan
masuklah engkau seorang diri (tunggal), niscaya
engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran
 pandangan mata hati) Selanjutnya untuk mencapai
tingkat yang demikian bagi si salik (orang yang
 berjalan menuju kepada Allah) memerlukan melepas-
 bebaskan dirinya dari segala sesuatu, baik
 pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan
diri dan namanya dalam ari keluar dari kebanggan
diri. Janagan hendaknya sampai terucapkan dari lesan
“Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian,
aku adalah seorang arif yang bijak, yang berilmu dan
yang telah membuat karangan-karangan”. Bukan
hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya,
kalimat dan fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar dari
tabiat dan keinginan-keinginan (syahwat)... keluar
dari adat istiadatnya, dan dari kesemuanya itu
dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala (Semata-mata). Ia harus

mencuci dan
 pangkat tangannya (sebersih-bersihnya)
kejayaannya baik dari
serta kekuasaannya.

Itulah sebenarnya penelenjangan yang sewajibnya


untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy, dan itu adalah

An-Nafri | H u r u f 19

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 20/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah
setiap orang, malainan oleh orang-orang tertentu.

Allah berseru kepada seorang yang Arif :


“Andaikan perjalananmu berhenti hanya sampai
kepada huruf, lalu engkau dikuasainya sebagaimana
tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya,
dan tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya engkau
dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya akan
Ku catat engkau dari golongan ahli sihir yang tidak
 berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang
mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik
kepada Ku mereka adalah penyembah-penyembah
huruf selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari
selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang
rahasia huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang
gawat segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau
 berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal
 budimu. Engkau dapat mengenal rahasia Asma
(Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam
kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.

Hai hamba!! “Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin


 bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada ijin bagimu
untuk membeberkan terhadap apa yang Daku

 percayakan kepadamu
dan nama-nama Ku. Dandari rahasia-rahasia
... bagaimana huruf-Ku
engkau masuk
ke dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau
mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan
keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana
engkau melihat Ku???”

20 H u r u f | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 21/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 6 

 Arti Ayat

“Dan Bahwa Hanya Kepada Tuhanlah Kesudahan


Segala Sesuatu” (Qs. An Najm 53:42) 

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Engkau berhasil mendapatkan segala sesuatu
daripada Ku, maka dimanakah kekayaanmu???
“Engkau ku luputkan dari segala sesuatu, maka
dimanakah kefakiranmu??
“Aku yang melindungi engkau dari api neraka, maka
dimana letak ketenengan dirimu??
“Ku menangkan engkau dari Surga, maka dimana
 pula letak kenikmatanmu??
“Hanya Aku ketenangan mu, dan di sisi Ku
kediamanmu, dan di anatara kedua tangan Ku tempat
 berdirimu, andaikan engkau ingin mengetahui”.
“Akulah, kesudahn itu”.
“Dan tiada kebahagiaan tana kesudahan itu”.
“Ku ciptakan engkau untuk Ku... berada di sanding
Ku... supaya engkau menjadi tatapan pandangan Ku
dan Aku menjadi tujuan pandangan mu”.

“Aku tidak rela engkau hanya berada dalam


kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja, maka Ku
dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan
engkau agar dapat mencapai untuk melihat Ku,
sebagaimana ayat di bawah ini :

An-Nafri | Arti Ayat 21

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 22/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

“Hai manusia, sesungguhnya engkau telah bersusah


 payah dengan kegiatan kerjamu untuk menuju Tuhan
mu, maka pastilah engkau akan menjumpai Nya” (QS.
 Al-Insyqaq 84:6).

Tafsiran dari “Kad khu ilallahi” adalah kerja giat


 penuh dengan kesungguhan untuk tujuan menemui
“Nya”. Tanpa jumpa dengan DIA, tiadalah arti
ketenangan dan kebahagiaan.

22 Arti Ayat | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 23/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 7 

 Arti Makna ISLAM


Allah berseru kepada hamba-Nya.
(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Hendaklah engkau menyerahkan kepada Ku dengan
sepenuh hatimu, dan menyerah kepada perantara-
 perantara dengan tubuhnmu; Supaya engkau bersama
Ku dengan kemauan kerasmu, dan bersama selain Ku
dengan akal budimu.

Maka engkau senantiasa menghimpun kemauan


kerasmu atas Ku, tiada bagian bagi selain Ku terhadap
dirimu kecuali hanya kehadiranmu bersamanya,
dengan akal budimu saja, maka jangan engkau
 bersukaria atas karunia yang dianugrahkan-Nya
kepadamu dan jangan cepat-cepat marah kepada
orang yang menyakiti hatimu, jangan pula bermegah
karena kejayaanmu dan menepuk dada
menyombongkan ilmu pengetahuanmu.
Waspadalah, jangan terperdaya terhadap karunia-Ku
dan jangan putus harapan karena Ujian dan cobaan
Ku, dan jangan jinak bermanja dengan sesuatu selain
Ku”.
“Laksanakan saja apa yang menjadi perintah Ku tanpa
menoleh ke belakang, halmu jika demikian sama
dengan Malaikat Ku yang berkemauan teguh”.
“Bila negkau berlengah-lengah menanti perintah Ku,
sedangkan engkau sudah mengetahui, maka hal yang
demikian terang-terangan engkau melanggar perintah
Ku”.

An-Nafri | Arti Makna ISLAM 23

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 24/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 8 

Sebutan A K U

“Tidak akan diucapkan kalimat “AKU” melainkan


oleh orang yang berkawan dengan kelengahan dan
oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat :

Ku, pesona dunia masih mencengkeram dirimu,


masing-masing akan menyambar dirimu dengan
seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja dalam
kegaiban yang kelam daripada Ku.
Maka apabila engkau telah melihat “AKU” dan
“Aku” pun telah bernyata di hadapanmu, tetapkan
keteguhanmu, maka tiada Aku lagi malinkan “AKU”.

“Telah ku ciptakan untukmu dan untuk sesuatu


menjadi tujuan, antara lain tujuan itu adalah “Cintamu
kepada dirimu sendiri” itulah tetesan faham (kalimat)
yang engkau warisi, kata-katamu “aku” adalah egomu
sendiri (AKU berlepas diri dari anggapan yang
demikian). Dan tidak lain Zat itu melainkan
kepunyaan Ku, dan tidak lain “Aku” itu kecuali untuk
Ku semata. AKULAH yang DIA itu AKU, adapun
hakikatmu, bukanlah zat dan bukan pula persoalan,

hanya sesungguhnya
yang bersifat wahamiengkau berada
(dugaan), halpada pembagian
ini disebabkan
karana caramu berpikir dan pencapaianmu pada
 pendakian jiwa dan persoalan.

24 Sebutan A K U | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 25/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada
“menyaksikan dan disaksikan”, dua menjadi satu
dalam bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan
 persoalan yang dicapai... adapun hakikatmu sendiri
tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi
atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan
lagi zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh
dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu melainkan pada-
Ku”.

Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali di


kala terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau
memandang Ku, ketika itulah lenyap keadaan dirimu
yang menyatu, penyatuan yang bersifat serba duga
(wahami), lalu engkau menyadari atas hakikat dirimu
dan engkau dapati dirimu yang sebenarnya yang
 bukan zat dan bukan pula dari persoalan, tetapi hanya
semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah)
satu yang tidak terbagi, (Jauhar) tunggal, meninggi,
tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka engkau tidak
lagi mengulangi dan mengatakan “AKU” tetapi
mengatakan “Engkaulah Tuhanku”, dan telah engkau
ketahui, bahwa “AKU” adalah untuk Ku semata, dan
 bahwa engkau adalah hamba Ku”.

Seruan Allah kepada para arifin : Jikau engkau sudah


tiba kepada melihat Ku, maka tidak akan ada tuntutan,

dan
dan apabila tidak
jika sebab adamusnah
telah tuntutanmaka
makatiada
hilanglah sebab,
lagi nisbah,
sempai di sini sirnalah hijab”.

An-Nafri | Sebutan A K U 25

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 26/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 9 

Ilmu Pengetahuan

ILMU adalah merupakan satu upaya untuk mencapai


sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian dalam ulah
lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan
adanya gerak dan perjalanan disertai tata tertib dan
 peraturan-peraturannya yang tertentu yang ada
 padanya; Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas
tentang ketentuan-ketentuan.

  Bilmaqadir = tentang kadar banyaknya.


  Alkammiyat = dan tentang hubungan-
hubungannya
  Al ‘ilaqat = Akan tetapi ilmu itu agak lemah

terutama untuk mencapai teka-teki yang


memerlukan pemecahan, “Apakah ini dan apakah
itu (Almahiyat), dan pula untuk mencapai hakikat-
hakikat yang ada taraf kesudahannya. Dan ilmu itu
dalam persoalan ini kedudukannya tidak lebih dari
alat yang kurang mempunyai kesempurnaan yang
malahan kadang-kadang menyesatkan.

Al Imam An Nafri berkata :

“Ilmu
yang itu sendiri
sudah merupakanpengetahuannya;
menjadikan tirai penutup atasyang
apa
seyogyanya tidak demikian halnya.

Seorang yang banyak berilmu (“Ulama) terdinding


oleh kesadarannya sendiri, sama halnya dengan si

26 Ilmu Pengetahuan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 27/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
dungu terdinding oleh kelengahannya. Sungguh pun
 begitu ilmu itu mencerai-beraikan akal si alim,
disebabkan karena ilmu itu terpetak-petak dalam
 beberapa bidang dan arah tujuan pemikiran”.

Ilmu itu sendiri memiliki jalan-jalan dan saluran-


saluran, lalu sampai kepada cabang-cabang. Tiap-tiap
cabang mempunyai jalan keluar sendiri-sendiri,
sampai di sini tidak dapat dielakkan lagi akan
terjadinya perselisihan, dan dari perselisihan menjurus
ke arah kesesatan.

Akal, setelah mengetahui kesemuanya itu, lalu


mengadakan penyaringan di antara pelbagai macam
kemungkinan-kemungkinan, maka terperosoklah ia ke
dalam aneka ragam kesimpang-siuran.”.

Dan Allah dalam seruan-Nya menyampaikan :


“Seorang yang berilmu masih dalam ikatan serba dua
“Menyaksikan dan disaksikan”, begitu pula halnya
seorang pengenal (Arifin) ... yang tidak... dan yang
lain halnya... adalah seorang Waqif di Hadirat Ku
(orang yang berdiri tegak di tempat penghentian
 pencapaian), ia adalah tunggal... karena dia telah sirna
(fana) meniadakan ke serba-duaan lagi, menyadari
dan kembali pada pribadinya sendiri dalam
kesederhanaan dan kesatuannya (ringan lunglai

terlepas dari daya tarik apappun dan senyawa-


menyatu)”.

“Maka seharusnya puncak dari ilmu, akal dan pikiran


itu mengembalikan pada kedudukan asalnya dari segi
 bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada Yang

An-Nafri | Ilmu Pengetahuan 27

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 28/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“SATU” ialah Allah Maha Penciptanya. Dari sini
 bertolak ke arah pengenalan (Makrifah) baru dapat
disebut orang arif. Tetapi pandang pengenalan
seorang sufi jauh dari kesemuanya ini, lebih tinggi
menjulang dan tidak menilai ilmu, karena
 pengenalannya kepada Allah semata-mata, makrifat
yang tunggal, mengenal ke Esaan-Nya, dalam sifat-
sifat-Nya, Asma-Nya, Af-al-Nya, Taqdis-Nya dan ke
Maha Sucian-Nya”.

Selanjutnya Allah berseru :


Hai hamba yang berilmu! “Bilamana ilmumu dapat
melepaskan engkau dari ilmu mu, maka engkau akan
tiba pada perjalanan pengenalan (Makrifat), tetapi
kalau engkau menyatu dengan ilmu mu, maka ilmu itu
akan menjadi penghijab bagimu; Dudukkan ilmu itu
 pada tempat yang seyogyanya menjadi penghantar ke
arah makrifat dan bukan engkau yang menyatu
dengan ilmu mu”.
“Setelah engkau tiba di ambang pintu makrifat, dan
memasukinya, maka engkau akan terheran-heran dan
menginsafi kebodohanmu di hadapan Zat Illahiat dan
inti mula pertamanya.

(Kunhiha) serta apa sebenarnya DIA (Manhiat)


terungkaplah di sini lunglainya pencapaian, itulah

 pencapaian dan kedunguan


maka terhujamlah dalam adalah puncakakan
sanubarimu makrifat,
arti
sebenarnya dari “ Tiada satupun yang menyamai-
 Nya”.

28 Ilmu Pengetahuan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 29/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Seorang sufi mewejang : “Kebodohan, kedunguan
adalah tirai penutup yang asli dan tak mungkin
tersingkap tentang Zat Ilahiat, kecuali pada Hari
Kebangkitan (Kiamat) kala seorang hamba
dikehendaki-Nya untuk memandang dengan
 pandangan mata.

Adapun sebelum itu maka tiadalah mungkin melihat


Allah dengan terang-terangan, dan apa yang dialami
seorang abid ialah menyaksikan Allah pada sesuatu
yang di dalamnya terdapat bekas dari tangan
 pembuatnya, ayat-ayat-Nya, hikmah-Nya, tadbir-Nya
(yang diuraikan-Nya). Dan itu merupakan penglihatan
akal serta matahati atau melihat Nur-Nya.
Adapun Zat, akan tetap tinggal terselubung oleh
selimut gaib yang mutlak.

Dan di kala seorang abid mencapai puncak makrifat,


maka ia menyadari akan kebodohannya di hadapan
Zat itu; Dan menyadari pula akan kelemahan semua
usaha-usaha dan cara-cara yang selama ini
diandalkan; ia akan memulai perjalanannya kepada
Allah dengan menempuh penyaksian. Maka akan
keluarlah ia dari alam nyata selain Allah. Keluar dari
ilmunya, amalnya, makrifatnya, sifatnya, namanya
dan juga keluar huruf dan ibarat, dan apa saja yang
diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan ibarat.

Dengan pelepasan, penanggalan segalanya itu tadi


adalah pintu untuk mencapai “Penglihatan” serta jalan
masuk menuju “Hadirat-Nya” dan penghentian jalan
terakhir dari “penyaksian” maka ia masuk didorong

An-Nafri | Ilmu Pengetahuan 29

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 30/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
oleh kekuatan cahaya yang menetap (tidak
membiarkan dan tidak meninggalkan).

Yang demikian adalah, apa yang diuraikan dalam


gambaran seorang sufi “Penglihatan hati (Ru’yah
Qolbiah) terhadap Zat yang tertutup terselubung dan
terhijab dengan Nur demi Nur-Nya; dan itu
merupakan permulaan disertai kenyataan yang
dikawani oleh poros tempat persembunyian segala
sesuatu dan (dikawani) pula oleh keadaan dari
kelenyapan yang sepenuh-penuhnya... tiada sesuatu...
selain Nur itu.

Ketahuilah bahwa Nur itu bukanlah Zat, tetapi


hanyalah suatu ayat (tanda bukti) dari sekian
 banyaknya tanda-tanda bukti, dan juga sebagai hijab
dari sekian banyaknya hijab-hijab dan juga isim dari
 berbagai Asma-Nya (nama-nama-Nya) dan Asma
adalah hijab atas yang bernama dan yang dinamai.
Dan ini bukanlah penyaksian pandangan mata. Dalam
hal ini penyaksian pandangan mata tidak mungkin
sama sekali selagi di dunia ini, dan tidaklah bagi insan
yang memiliki bentuk jasad insani. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan dari apa yang terjadi,
dan apa yang dialami Nabi Musa As. Yang tidak
memiliki daya kemampuan memandang, hingga jatuh

 pingsan;
memiliki dan bukit yang
kemampuan dijadikan
tersebut contoh
hingga tidaklumat
hancur pula
 berbutir-butir,

30 Ilmu Pengetahuan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 31/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Di dalam Al Qur’an surat Al A’raf 7:143 :
“Dan tatkala Musa datang di tempat yang telah
ditentukan, dan Tuhannya berkata-kata dengannya,
lalu berkatalah Musa :”Wahai Tuhanku!
Perlihatkanlah diri-Mu padaku supaya aku dapat
memandang-Mu”. Ia pun berfirman : “Tidak sekali-
kali engkau dapat melihatk-Ku, tetapi pandanglah ke
 bukit itu; jika ia dapat tetap di tempatnya, maka
engkau akan melihat pada-Ku”, Maka tatkala Allah
“memperlihatkan diri” kepada bukit tadi, bukit itupun
hancur luluh menjadi lumat dan jatuhlah Musa dalam
keadaan tak sadar diri. Maka tatkala sadar, berkatalah
Musa “Maha Suci Engkau! Aku taubat kepada-Mu,
dan aku adalah orang pertama yang beriman kepada
Mu”.

Perhatikan! Musa tidak jatuh pingsan karena melihat


Zat Ilahy, tetapi ia baru melihat tajallinya Zat atas
sesuatu yang lain, yakni bukit itu, baru tajalli-Ny saja,
dapatkah engkau membayangkan betapa mungkin
terjadi jika sekiranya Musa melihat Zat-Nya.

Dalam ilmu penegtahuan insani terdapat segi


tantangan, karenanya setiap sesuatu tujuan pemikiran
diiringi oleh pemikiran akal yang menguraikan
kebalikannya. Demikian juga kejahilan insani, yang di
dalam kejahilannya terdapat tantangan (dari

kebalikannya).Rabbani
 pengetahuan Tidak demikian halnya
(Ilahy) yang dengan (Ilmu
Ladunni ilmu
yang didapat langsung dari Allah), maka ilmu yang
demikian, begitu juga kebodohan yang berupa
“pengetahuan ketidaktahuan”, maka ia adalah suatu
kejahilan yang asli, yang tiada tantangan

An-Nafri | Ilmu Pengetahuan 31

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 32/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
kebalikannya, karena kejahilan terhadap Zat Ilahiat
adalah merupakan sampainya kepada hakikat yang
terakhir, yang berkesudahan (nihaiyah), justru Allah
itu Yang Maha Suci (Majhul al-Hawiyah) yang tak
dapat diketahui karena tiada siapapun yang
menyerupai-Nya (Dan itulah sifat Zatiyah).

Allah berseru kepada hamba-Nya :


“Keluarlah engkau dari ilmumu yang kebalikannya
adalah kejahilan, keluarlah engkau dari makrifat yang
kebalikannya adalah pengingkaran... niscaya engkau
akan jinak terhadap apa yang engkau ketahui, Ilmu itu
 berseteru dengan kejahilan, dan kejahilan itu adalah
huruf... kejahilan itu menjadi seteru ilmu dalam
kejahilannya terdapat huruf”.

Keluarlah engkau dari huruf, niscaya engkau


mengetahui ilmu yang tiada seterunya, yaitu Ilmu
Rabbani (jika engkau sudah sampai ke taraf ilmu ini),
maka engkau akan menjahili suatu kejahilan yang
tiada lagi berseteru dengan kejahilan yang berupa
 pengetahuan. (Al Jahlul Irfani)”.

“Jika engkau telah mengetahui suatu ilmu yang tiada


seteru, dan jika engkau menjahili kejahilan yang tiada
 bersetru pula, maka engkau bukan lagi tergolong dari
 penduduk bumi dan langit”.

“Jika engkau sudah bukan lagi menjadi penduduk


 bumi, maka Aku tidak akan membebani engkau
 pekerjaan ahli bumi; Juga kalau engkau tidak lagi
menjadi peduduk langit, maka Akupun tidak lagi
membebani engkau menjadi pekerja ahli langit”.

32 Ilmu Pengetahuan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 33/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Pekerjaan-pekerjaan ahi bumi adalah keserakahan dan


kerakusan, kelengahan dan menghambakan diri pada
hawa nafsu dan kepada semua yang nampak di
 permukaan bumi ini, yang saling kejar mengejar
memperebutkan aneka perhiasan. Sedangkan
 pekerjaan ahli langit adalah Zikir dan ta’dziem
(membesarkan Nama Tuhan) dan itulah penghambaan
ahli langit terhadap Tuhan, dan itulah yang
menjadikan mereka jinak dengan ketenangan kepada
Allah.

Dan penghambaan itu merupakan hijab yang terdekat,


yang mana Aku dari balik-Nya berhijab pula dengan
sifat keperkasaan; dan kelengahan itu pun suatu hijab
yang jauh, yang mana Aku dari baliknya berhijab
dengan semua dan apa-apa yang telah Ku ciptakan
dari segala sesuatu saling pengaruh-mempengaruhi.

An-Nafri | Ilmu Pengetahuan 33

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 34/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 1

Rahasia

As-sir (rahasia), adalah laksana sesuatu yang


terselubung dalam kelembutan dan kehalusan, yang
tersembunyi di dalam diri manusia, halnya seperti
keadaan roh, hati dan matahati.

Kami biasa mengucapkan : “Naiknya sudah sampai


 pada pencapaian Rahasia Tuhan; ucapan ini rumus
untuk sebutan maut, yakni keluarnya roh dari tubuh.

Dan Allah berseru kepada hamba-Nya :


Hai hamba!!” Sir mu yang tersembunyi itu
 berkekuatan melebihi kekuatan bumi dan langit.

Sir mu dapat memandang tanpa biji mata, mendengar


tanpa daun telinga, Sirmu tidak bertempat tinggal di
dalam rumah-rumah dan tidak pula makan buah-
 buahan”.

Sirmu tidak mengenal malam dan tidak mengembara


di siang hari”.

“Sirmu
tidak pulatidak berhubungan
diketahui olehdengan
akal dan pikiran,
hukum dan
sebab-
akibat.”.

“Sirmu hidup dalam abad demi abad, sedang jasadmu


hidup dlam waktu yang ditentukan”.

34 R a h a s i a | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 35/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Aku berada di belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu
tidak mengetahui akan Daku, dan isyarat-isyarat
sirmu tidak sampai menyaksikan Daku”.

“Bila telah engkau yakin tentang sirmu, maka engkau


 bukan lagi engkau.... sedangkan engkau-engkau itu
adalah tetap engkau”.

“Engkau daripada Ku”.... “Engkau kemudian daripada


Ku”

‘Sedangkan segala sesuatu di alam wujud ini


datangnya kemudian daripadamu dapat mengalahkan
engkau asalkan engkau mengenal kedudukanmu dan
membiasakan (melazimi) duduk di dalam maqammu,
maka yang demikian itu engkau lebih kuat dari
kandungan huruf dan asma; lebih kuat dari segala apa
yang nyata di dalam dunia dan akhirat”.

“Jika engkau telah meyakini akan sirmu, maka yakin


 pulalah engkau akan Daku; daripada Ku lah adanya
segala sesuatu. Akulah yang menyatakan segala
sesuatu; Akulah yang DIA itu AKU”.

“Aku tidak berada di dalam sesuatu, dan aku berlepas


diri dari pada sesuatu, dan tidak pula Aku berdiam di
dalam sesuatu; dan tidaklah Aku di dalam Aku, dan

tidaklah
terjawab Aku
oleh daripada
pertanyaansiapa pun, dan Aku
“Bagaimana?? Dan tidak
tidak
 pula oleh ucapan tanya “Apa” pun”.

“Aku adalah Yang Maha Esa, Maha Tunggal dan


menjadi kembalinya segala macam pinta (Shomad)

An-Nafri | R a h a s i a 35

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 36/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi
nyata selain Ku”.

“Aku telah mendhahirkan alam semesta, yang bersifat


teguh-tetap (alam benda) dan apa bila Aku bernyata
niscaya Aku akan melenyapkannya, dan apabila Aku
 berkehendak; niscaya Aku mengembalikannya kepada
mendahirkannya pula dengan pakaian-pakaian
sementara , serta aneka ragam logam-logam yang
terdapat di mana-mana (Yakni pakaian ruang dan
waktu ... masa dan mana).

“Maka peliharalah batasmu antara Ma’nawiyah dan


tsabatiyah (yang tidak tetap dan yang tetap) antara roh
dan jasad.

“Segala sesuatu akan dituntut oleh dari mana ia


 berasal (jasad barasal dari tanah, maka tanah itu akan
menuntut) dan tiadalah Aku dengan sesuatu, maka
sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku; Tiadalah Aku
ditentukan, dan sesungguhnya Aku mutlak (bebas)”.

36 R a h a s i a | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 37/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 11 

Sopan Santun Bertutur Kata


Bersama Allah

Hai hamba !! Janganlah engkau menentukan dan

menguraikan apa-apa
tetapi hendaklah yang
engkau menjadi keperluanmu,
menyembunyikannya, lalu
ucapkanlah :
“YA Tuhan, tengoklah hambamu ini yang berdatang
sembah dalam keadaan durhaka penuh dosa,...
tolonglah akan daku dalam urusanku, dakulah semua
kemalangan itu,,,, hanya Engkaulah yang dapat
memilih mana yang baik untukku; dakulah yang
 bodoh terhadap masalahku di antara kedua tangan
Mu. Hindarkanlah daripadaku tindak memilih atas-
Mu”.

Hai hamba! “Tindak memohon kepada Ku hendaknya


diiringi dengan pernyataan yang bijak... maka akan ku
 perlihatkan kepadamu apa yang selama ini engkau
sembunyikan dan apa yang engkau nyatakan ...
katakanlah;

“Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja, agar tiada satu


 pun menyambarku dan ditarik mejauh dari Mu, daku
 bersama Mu sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,,
Jadikanlah daku melihat Mu untuk selama-lamanya;
Ku mohon apa yang Engkau Ridloi...Anugrahkanlah
daku kecintaan pada Mu”.

An-Nafri | Bersama Allah 37

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 38/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Ya Tuhan!! Daku memohon dengan segala
kerendahan dan sepenuh hati, dapatlah daku menjadi
hiasan antara kedua tangan Mu; pakaikan untuk ku
 pakaian indah yang menjadi hamparan tibanya
karunia Mu; Jadikanlah pula daku selalu memandang
Mu menurut kehendak dan kemauan Mu dan menjadi
sasaran gairah cemburu Mu”.

Hai hamba! Ucapkanlah kata-katamu dengan penuh


rasa penyesalan!
“Tuhanku yang melihat akan daku, maka
 bagaimanakah daku melihat selain Nya.

Telah daku lihat pula daku saksiskan, maka sekali-kali


daku tidak melihat Nya; daku bersenang-senang dan
 bergembira ria, maka sekali-kali daku tidak melihat
 Nya; daku murung, daku bersedih, maka sekali-kali
daku tidak melihat Nya; daku lapar dan menanggung
derita, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku
kenyang tidak juga sekali-kali daku melihat Nya...
daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak
 juga melihat Nya”.
“Oh Tuhanku! Kemanakah seharusnys daku pergi?
Sedangkan Engkau yang melakukan segala tindak”.

“Tutur kata siapa lagi yang hendak daku dengarkan,


 bukankah setiap lesan mengucapkan tutur kata Mu?

Dengan siapa Sedangkan


himpunan? pula daku menggabungkan
Engkau berada diri
di dalam
setiap
himpunan”.

“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau berada di setiap


mata yang melihat”.

38 Bersama Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 39/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 12 

Dengarkan Isi
Perjanjian Pengangkatanmu

Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya;

lalu ia berseru
“Tiada :
kufitrahkan padamu agar engkau tunduk
kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku didik engkau
agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tida
 pula Aku mengambil kawan duduk semajelis agar
engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk
duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau ketahui
siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang
dirimu adalah merupakan suatu peraturan bagimu
yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk
mu yang tiada akan lenyap”.

“Engkau adalah hamba Ku”.


“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan
kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku engkau
akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku
ciptakan engkau agar engkau menjadi tatapan
 pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai
 Nama-nama Ku; Ku ciptakan dunia ini untukmu dan
 pula Ku sujudkan kepadamu; dan Ku ciptakan segala
sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku
supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku; Ku pilih
engkau demi kemuliaan himpunan Ku; Ku gemarkan
engkau bersama Ku; Ku fitrahkan engkau sesuai
dengan gambaran Ku”.
An-Nafri | Perjanjian Pengangkatanmu 39

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 40/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Dengarkan perjanjian wilayahmu (Pengankatanmu) :


“Jangan engkau bertakwil atas Ku dengan
menggunakan ilmu pengetahuanmu, taatilah hukum-
hukum Ku tanpa takwil dan tanpa saling berbantah.

Janganlah engkau menjarak daripada Ku... demi untuk


kepentinganmu sendiri... manakala engkau keluar,
hendaklah keluar kepada Ku; dan engkau masuk,
hendaklah mesuk pula kepada Ku; dan engkau tidur,
maka tidurlah dalam penyerahan kepada Ku; dan bila
engkau bangun, maka hendaklah engkau bangun
 penuh dengan rasa tawakal kepada Ku; dan bila
engkau makan hendaklah engkau menyadari bahwa
makananmu itu dari tangan Ku; dan bila engkau
minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa
engkau meneguk minuman dari tangan Ku”.

“Mohonlah pertolongan dengan berdo’a kepada Ku,


agar engkau bisa tegak berdiri di dalam maqammu di
antara kedua tangan Ku... Kalau tidak ... maka
diammu itu menyeru kepadamu tentang apa-apa yang
telah diketahui perihal dirimu, maka waspadalah
engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu
menjadi seruan kepada dirimu, sedangkan engkau
mengesankan bahwa diammu itu adalah taqarub
(berhampir diri) kepada Ku”.

“Bagaimana engkau melepaskan pendanganmu ke


arah langit dan bumi, matahari dan bulan, dan kepada
segala sesuatu apapun, sedangkan engkau telah
mengetahui, bahwa kesemuanya itu terang dan nyata
daripada Ku.

40 Perjanjian Pengangkatanmu | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 41/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Kesemuanya itu mensucikan diri Ku dengan


menyampaikan puja-pujiannya kepada Ku dan
mengucapkan kata tulus “Laisa Kamitslihi Syai’un...
Tiada satu pun yang menyamai Nya”... Janganlah
engkau menyingkir dari patokan pandangan yang
demikian ini, agar tidak dirampas oleh pandangan-
 pandangan lain. Dan jangan lupa engkau
mengeluarkan sifatmu dari cara memandang yang
demikian, karena nantinya engkau dirampas oleh
sifatmu sendiri”.

“Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar dalam


 pandangan ini, akan ku tan engkau akan menulis atas
dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan
engkau saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada
 bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku
dudukan engkau di dalam maqam ishmad (maqam
yang tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku
tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala
syahwat keinginanmu, dan engkau kan merasakan
malu untuk selalu berada di dalam tata cara adat-
isitadatmu”. SesungBahwa syahwat-syahwat itu
menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji
kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan
kepada Ku dan tidak memilih keinginan-keinginan
lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri

dan tiada lagi Aku menutupi


keinginan-keinginan syahwat. engkau dengan bahwa
Ketahuilah, aneka
syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad
tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar
suci murni tiada condong melainkan hanya kepada Ku
sendiri”.

An-Nafri | Perjanjian Pengangkatanmu 41

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 42/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri


tegak di anatara kedua tangan Ku, tiada dengan
sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku
 bangun mahligai yang sangat besar di belakangmu,
dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu.

Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku


sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari
dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku,
 berada di sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.

Hendaklah halmu menjadi demikian laksana TUHAN


YANG HADIR, dalam alam semesta yang gaib dan
 pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang
aku malu daripadanya”.

42 Perjanjian Pengangkatanmu | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 43/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 13 

Penglihatan

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

Hai hamba! “Menundukan kepala ke bawah, adalah


merupakan lalu-lintas dunia dan akhirat, dan
melepaskan pandangan adalah merupakan penjara
dunia dan akhirat (penglihatan adalah laksana penjara
dunia dan akhirat dalam arti jika penglihatanmu
engkau menjadikan sedemikian rupa, memandang
wajah ayu dan cantik, maka di balik wajah ayu dan
cantik terbukalah pintu penjara dan engkau menjadi

 budaknya, maka
dari dunia dan engkau akan luput kehilangan arah
akhirat)”.

“Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah


tidak layak lagi berjalan bersama Ku (karena dia
sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu
lagi, sudah bercerai berai dan tidak lagi mendengar
kata-kata Ku)”.

Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan matamu,


kalau tidak, maka engkau tidak lagi dapat
memeliharanya untuk selama-lamanya”.
Hai hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga
hatimu (Yakni Ku pelihara hatimu dari ketidaktetapan
dan ketidakmantapan)

An-Nafri | 43

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 44/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu”

“Peliharalah kedua matamu serta serahkan dan


tinggalkan kesemuanya pada Ku... bila telah engkau
 pelihara kedua, niscaya terpeliharalah hatimu dalam
 puri kerajaan Ku (yakni sudah tidak lagi terpengaruh
oleh perbagai macam yang menarik perhatianmu, dan
tidak lagi tergoda dari ketidaktetapan dan ketidak
mantapan, dan engkau Ku beri kemampuan untuk
mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan
kemauan yang teguh. Itulah yang Ku maksudkan
dengan puri kerajaan Ku)

Hai hamba! “Jangan engkau memandang apapun yang


Ku perlihatkan padamu dengan pandangan terpesona
yang akan menyerumu kepada rasa kepuasan, dan
 janganlah engkau merendahkan diri terhadap pada
sesuatu pun. Jika engkau telah terpesona melihat
selain Ku, lalu engkau merasa tergoda, maka
katakanlah :
“YA Tuhan... inilah ujian Mu! Maka Aku akan
merahmatimu!”

44 Penglihatan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 45/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 14 

Tentang Jauh Dekat

Hai hamba! “Berulang kali Ku perkenalkan diri Ku


 padamu, tetapi engkau belum juga mengenal Ku, hal
yang demikian berarti engkau menjauhkan diri
daripada Ku. Engkau sudah mendengar tutur-kata Ku
dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau belum juga
mengetahui bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang
demikian sama halnya engkau telah menjauhkan diri
daripada Ku”.

“Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih


dekat dari dirimu, itulah pengertian menjauh yang
sebenarnya”.

Hai hamba! “Engkau akan tetap tinggal terhijab


dengan hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun telah Ku
ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku, dan kerap
 juga engkau mendengarkan kata-kata Ku, hingga
engkau berpindah kepada kedudukan bekerja dengan
Ku”.

Adapun si Waqif (Yang berhenti dan berdiri tegak di


Hadirat Ku) maka ia telah memasuki tipa rumah,
maka tiada lagi rumah-rumah yang dapat
menampungnya; ia sudah merasakan segala macam
minuman tetapi masih tetap merasa dahaga; lai ia
sampai ke pada Ku, dan Aku adalah tempat
tinggalnya, dan di sisi Ku adalah tempat penghentian
dan berdirinya.
An-Nafri | Tentang Jauh Dekat 45

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 46/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Al Waqwah (penghentian untuk berdiri tegak di


Hadirat Allah), adalah di balik apa yang dikatakan,
dan makrifat itu adalah puncak yang di katakan,
sedangkan ilmu pengetahuan itu adalah apa yang
dapat di katakan.

“Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi


enggkau melihat Ku”
“Jangan putusa harapan daripada Ku... Andaikan
engkau datang kepada Ku dengan segala ucapan dan
tutur kata yang buruk, maka ampunan Ku lebih besar
lagi. Dan jangan pula engkau bercanda dan berani
 pula kepada Ku. Andaikan engkau mendatangi Ku
dengan semua uacapanmu dan tutur katamu yang
 baik, tentu hujat Ku lebih utama”.

46 | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 47/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 15 

Khusus dan Umum

Allah berseru kepada hamba-Nya.


(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

“Bukanlah suruhan Ku yang berupa ilmu pengetahuan


yang Ku tujukan kepadamu, dari jurusan hatimu, itu
untuk memindahkan kedudukanmu dari umum kepada
khusus.

Bukan pula di kala Aku memerintahkan kepadamu


untuk membuang segala apa yang Ku berikan padamu
 berupa ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu
demi kegairahan Ku atasmu. Dan bukan pula supaya
Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua adalah agar
engkau keluar daripada makrifat kepada penyaksian,
dan dari khusus yang tingkat khususnya khusus,
supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana Aku
menjadi untukmu, menjadi sasaran pandanganmu dan
engkau menjadi sasaran pandangan Ku”.

“Tiada lagi antara Ku dan antaramu batas pemisah


sesuatu pun, baik nama-nama Ku, atau ilmu-ilmu Ku
apalagi nama-nama atau ilmu-ilmumu”.

“Hendaklah engkau titipkan namamu kepada Ku


sampai tiba saatnya Aku menjumpaimu dengan
(nama). Jangan ada lagi antara Ku antaramu nama,
ilmu dan makrifat yang membatasai, maka untuk
An-Nafri | Khusus dan Umum 47

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 48/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Hadirat Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk
hijjab. Maka pada Hadirat Ku tidak satupun lagi yang
mampu menguasaimu, karena sesungguhnya engkau
adalah kemudian daripada Ku, dan sesuatu apapun
yang Ku nyatakan adalah kemudian daripadamu”.

48 | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 49/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 16 

Setiap yang Berbekal akan


Terkalahkan

Aku ditegakkan berdiri di atas permukaan laut, maka

kulihat bahtera
tersisa hanya demi bahterapapan
keping-keping salingyang
tenggelam, yang
berserakan di
sana-sini” Kemudian tiba saatnya papan-papan itu
tenggelam juga. Lalu Dia berseru kepadaku : “Tiada
satupun yang naik di permukaan laut itu akan selamat,
dan setiap yang berbekal akan terkalahkan”.

Ia pun berseru pula : “Barang sapa yang mau


menerjunkan dirinya dan tidak mau naik, berarti mau
menghadang bahaya”.

Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan tidak mau


menempuh bahaya, niscaya akan binasa!”.

Dan kata Nya : “Dalam menempuh bahaya masih ada


sebagian darapan dari keselamatan”. Dan ombak yang
ketika itu datang menggunung menganggkat pula apa-
apa yang ada di bawah permukaan laut dan
dihempaskan ke tepi pantai.

Lalu kata Nya : “Cahaya terang di atas permukan laut


tak dapat di capai, dan dasar laut yang gelap gulita tak
dapat dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan juga
tidak dapat terjamin keselamatannya”.

An-Nafri | Setiap yang Berbekal akan Terkalahkan 49

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 50/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Dan lanjut Nya pula : “Jangan engkau naik ke
 permukaan laut, maka Aku akan menghijabmu
dengan bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula
terjun ke dalam laut, yang demikian halnya sama saja;
Aku tetap akan menghijab dengannya”.

Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu ada batas-batas,


maka yang mana yang akan mendukungmu?”.

Dan kata Nya : “Bila engkeu merelakan dirimu pada


lautan, lalu engkau terjunkan dirimu ke dalamnya,
tidak yang demikian menjadikan dirimu sama dengan
hewan laut”.

Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau! Jika Aku


menunjukan engkau atas selain Ku!”

Kata Nya pula : “Bila engkau membinasakan dirimu


 berkorban untuk selain Ku, maka engkau adalah bagi
siapa yang engkau rela berkorban itu”

Dan kata Nya : “Dunia itu bagi barangsiapa yang Ku


singkairkan jauh daripada dunia, dan bagi barangsiapa
yang Ku singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan
akhirat itu bagi barangsiapa yang Ku datangkan untuk
menghadap (mendekat) kepadanya, dan Ku jadikan
 pula ia suka menghadap kepada Ku”.

50 Setiap yang Berbekal akan Terkalahkan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 51/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 17 

Masuklah pada KU Seorang Diri

“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan


itu :
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang
sedekah itu!
Engkau melihat amal perbuatanmu walau baik
sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk meandangnya,
maka janganlah engkau masuk kepada Ku dengannya.

Sesungguhnya jika engkau datang kepada Ku


 berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut
dedatanganmu dengan penagihan-penagihan dan
 perhitungan. Dan jika engkau mendatangi Ku dengan

ilmu pengetahuanmu,
tuntutan. maka mendatangiku
Dan jika engkau Ku sambut dengan
dengan
makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku
lebih utama dan lebih seharusnya.

Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (memilih),


niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah
engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal
 perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu, namamu dan dari
segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau
 bertemu dengan Ku seorang diri.

Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan


antaramu sesuatu dari kenyataan-kenyataan itu,
sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang

An-Nafri | 51

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 52/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
yang nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan
daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka
 janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan
dalam menemui Ku, jika masih saja demikian halmu,
maka tiada kebaikan daripadamu.

Jika engkau mengethaui di kala engkau masuk kepada


Ku, pastilah engkau akan memisahkan diri dari para
Malaikat, sekalipun mereka itu saling bantu-
membantu kepadamu, karena keenggananmu maka
hendaknya jangan ada lagi penolong selain Ku.

Jangan engkau melangkah ke luar dari rumahmu


tanpa mengharapkan keridaan Ku, karena Aku-lah
yang bakal menunggumu dan menjadi petunjukmu.

Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua


kali sehabis menyelesaikan shalatmu, niscaya Ku jaga
malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku
 jaga pula urusanmu, juga kemauan kerasmu.

Tahukah engkau bagaimana hendaknya engkau


datang menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya
engkau melihat tibanya Hidayah Ku kepadamu,
karena kemurahan Ku bukan karena amalmu engkau
memperoleh pengampunan Ku dan bukan pula oleh
ilmu pengetahauanmu.

Serahkanlah kembali kepadaku buku-buku ilmu


 pengetahuan, dan catatan-catatan amalmu, niscaya Ku
 buka kedua tangan Ku, Ku terima dan Ku buahkan
dengan keberkahan Ku dan Ku lebihi dengan
kemurahan Ku”.

52 Masuklah pada KU Seorang Diri | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 53/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 18 

Berdiri diantara kedua Tangan


 Allah

“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia


mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah
yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya
mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan
rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan
diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi
Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada
“Kalam”. Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang
menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan
yang memeperlakukan aku adalah yang
memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku
adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku
mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku
 berserah diri, dan bukan kepadamu.

Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila


ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi
lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di
 perbatasan dan menemui beberapa persimpangan
yang tidak menetu jurusannya.

“Bila mendatangi engkau Arasy... dengan serba


kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula
oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih,
lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah
An-Nafri | 53

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 54/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy!
“Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di
sekitarmu!.

. Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu,


dan Ia lebih besar daripadamu di dalam arena ke
Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari
keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka
 berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat
kepada Nya, memerlukan bantuan Nya. Adapin Dia
maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya
daripada Nya; Keindahan Nya dari pada Nya.
Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.

“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada


sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan
 bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari
segala yang nyata, maka hendaklah engkau berdiri di
dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”)
(tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan
ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai
kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan
menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku
isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam
 bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.

“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan

untuk mendengar
mendapat daripada
tahu daripada Ku, bukan
Ku, dan dan bukan untuk
untuk saling
 bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-
memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam
 pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda
kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah

54 Berdiri diantara kedua Tangan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 55/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang
termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.

“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan


hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga
andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku,
oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau
akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.

“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau


 berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat
Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan
apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku,
maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka
Agungan Hadirat Ku”.

“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan


Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan
akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid)
yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari
Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti
 birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii
isyhaa dika”
“Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid,

 persaksikan padaku
dalam zikirku kepadakeMu,
Agungan kasih sayang
dan anugrahilah Mu
padaku
rasa kerinduan dalam zikirku kepada Mu dalam
engkau mempersaksikan.

An-Nafri | Berdiri diantara kedua Tangan Allah 55

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 56/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 19 

Sopan Santun Bertutur Kata


Kegaiban, Penglihatan dan
Penyaksian

Kegaiban (ketidak hadiran) adalah sesuatu kelalaian,


hal yang demikian banyak dirasakan oleh manusia-
manusia ahli dunia, disebabkan karena melihat
sesuatu pada zat dirinya, maka yang demikian itu
 bagaikan membuka peluang untuk disambar oleh
sesuatu-sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling
 panggil-memanggil hingga engkau akan terbagi-bagi
di antaranya dan tercerai-beraikan oleh panggilan
masing-masing itu.

Jelas yang demikian membuatmu gaib daripada Yang


Maha Tunggal lagi Berdiri Sendiri. Hanya dengan
Pertolongan Nya engkau dapat tegak berdiri, tetapi
engkau alihkan penglihatanmu untuk segala sesuautu
hingga engkau menerjunkan diri untuk mendapatkan
agar memilikinya, atau waspada daripadanya, takut ke
 padanya, merendah-rendah membujuk merayunya.

Adapun Penglihatan, maka ia adalah: ‘Penglihatanmu


kepada Allah dan Kekuasaan Nya atas segala sesuatu
itu, menunjukan betapa lemahnya segala sesuatu itu
dengan zat dirinya masing-masing, dan sangat sedikit
sekali daya upaya, yang hanya merupakan suatu
 pinjaman dari Allah yang membentuknya serta
mendirikannya, maka kesemuanya itu tiada

56 Kegaiban, Penglihatan dan Penyaksian | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 57/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 berkemampuan untuk menarikmu dengan zat-zatnya,
dan lemah sekali untuk membagi-bagikan kesan dan
lemah pula untuk mempengaruhimu dengan segi-segi
yang mencerai beraikan. Hanya Allah sajalah Zat
Yang Maha Suci yang dapat menghimpun kemauan
kerasmu kepada Nya. Dan menyatakan Nya di balik
cela-cela sesuatu itu yang dapat melenyapkan zat-
zatnya dan zat dirinya.

Adapun Penyaksian, maka ia adalah : “Penghapus


leburan segala sesuatu dengan tata laksana ke dalam
 Nur Illahiat yang melimpah ruah yang meliputi
segala-galanya, dan itulah yang kami istilahkan
“Penyaksian dengan Hati”.

An-Nafri | 57

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 58/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 2

Hijab Hijab

Hijab-hijab Zat Ilahiat itu, dala lima :


1. Hijab A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang
diciptakan oleh Allah).
2. Hijab Ilmu
3. Hijab Huruf
4. Hijab Asma (Nama-nama)
5. Hijab Kejahilan (kebodohan)

Dunia dan akhirat dan apa yang ada di antara


keduanya dari makhluk-makhluk, adalah hijab A’yan
dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya itu adalah
hijab A’yan atas dirinya sendiri dan hijab atas
selainnya.

Dan Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab a’yan,


karena ilmu itu hasil pembahasan terhadapnya dan
terhadap pada peraturan-peraturannya.
Dan hijab huruf adalah hijab hukum...
Dan Asma (nama-nama) adalah hijab atas apa yang
dinamai..
Terakhir adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang

mana tidak dapat


Kebangkitan (Hari diungkapkan
kiamat). melainkan pada Hari

58 Hijab Hijab | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 59/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 21 

 Apa apa yang diserukan Allah


Kepada Hambanya

1. Hai hamba
(melalaikan) “Bila
hikmat engkau telah apa
kebijaksanaan menghilangkan
yang telah
engkau ketahui, maka apa yang akan ngkau perbuat
dengan ilmu yang tiada engkau ketahui itu ?

2. Hai hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu,


adalah kesedihan yang sebenar-benarnya, (yakni bilai
engkau telah melalaikan Daku, maka sesungguhnya
engkau telah melalaikan sesuatu yang tiada lagi
gantinya).

3. Hai hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku


(shomad = kesudahan dari semua pinta), niscaya
engkau tidak menemukan tujuan permintaanmu. Dan
 jika bukan karena Dawam Ku (dawam = yang terus
menerus tanpa hentinya) niscaya engkau bosan,

4. Hai hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada


apa yang Kunyatakan, sedangkan engkau lebih utama
 bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.

5. Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah


 bahwa ujian itu menjadi suatu ilmu pengetahuan
 bagimu.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 59

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 60/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
6. Siapa yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan
kejahilan, Aku bermuslihat dengan ilmu pengetahuan
Ku terhadap siapa yang Ku bodohkan.

7. Hai Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu


apa yang terkandung di dalam penglihatanmu itu,
maka pastilah engkau akan merasa sedih masuk ke
dalam surga.

8. Hai Hamba! Barang siapa yang sudah melihat


Ku, maka ia akan dapat melampaui “ucapan dan
diam” dan melangakahi “Ilmu pengetahuan dan
kebodohan” dan melangkahi epmbatasan.

9. Hai Hamba! Manakala engkau memohon,


hendaklah engkau berdiri menghadap kepada Ku,
niscaya engkau Ku beri, Jangan sekali-kali engkau
 berdiri menghadap kepada permohonanmu, yang
demikian membuatmu terhijab dan Ku tolak.
10. “Aku sendiri adalah bukti nyata, dan tiada
selain Ku yang dapat dijadikan bukti.

11. Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan, dan


tanda-tanda keteguhan adalah keamanan dalam
menghadapi bahaya.

12. Siapa yang


Ku, niscaya akan menyembah
kekal. Siapa kepada Ku demi wajah
yang menymbah pada
Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa
kelanjutan; dan siapa yang menyembah pada Ku
karena rakus dalam kenikmatan Ku, niscaya akan
 putus.

60 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 61/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

13. Jika engkau makan dari uluran tangan Ku,


niscaya jasad tubuhmu tidak akan menaatimu untuk
engkau ajak bermaksiat pada Ku.

14. Hai hamba! Buatlah bendungan di depan pintu


hatimu, dan jangan diperkenankan masuk selain Ku,
engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas
 bendungan itu dan tinggalah sekali di dalamnya,
hatimu adalah rumahku, sampai tiba saatnya saling
 jumpa dalam pertemuan.

15. Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak


kakimu, dan letakkan kebaikanmu di bawah dosa-
dosamu.

16. Huruf itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah
ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba Ku, bukan
hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
17. Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di
 persimpangan, niscaya engkau akan diarahkan ke
 perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di
dalam ilmu, niscaya engkau akan diarahkan ke
 pelbagai pengetahuan-pengetahuan, dan janganlah
engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya engkau akan
disambar kenyataan-kenyataan.

18. Hai Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama


Ku, niscaya engkau akan diserahkan kepada namamu
sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku,
maka engkau akan diserahkan kepada sifatmu sendiri,
dan bila yang menahanmu selain dari Ku, niscaya

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 61

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 62/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan
 bila dirimu sendiri yang mengambilmu maka engkau
akan diserahkan kepada musuh dirimu.

19. Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku; jika


engkau berkata-kata, maka itulah tutur kata Ku; jika
engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.

20. Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf adalah


serambi ilmu, dan ilmu itu adalah serambi makrifah,
dan makrifah adalah serambi nama, dan nama itu
adalah serambi dari apa yang dinamakan.

21. Hai hamba! Engkau telah menerima baik setiap


undangan, mengapa undanganKu tidak?? Hai hamba!
Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya
 perbuatanmu pun akan bergantung padaKu; jika
 perbuatanmu sudah bergantung pada Ku, maka akan
 berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat
kepada Ku, dan akan masygul lah hati dan batin mu.
Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian
Ku buka pintu untukmu, agar engkau dapat
 bergantung pada Ku.

22. Hai hamba! Jangan engkau berputus harapan


daripada Ku, niscaya engkau terlepas dari
 perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa

daripada Ku,bicara
Ku dan juru sedangkan
Ku. dalam hatimu terdapat utusan

23. Hai Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu


adalah daripada Ku, mereka tidak menghendaki

62 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 63/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula
 jinak pada sesuatu apapun.

24. Bila tiba hari kiamat, maka berdatanganlah


 jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku. Apabila di dunia
Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka
terbukalah hijab, tetapi jika tidak, maka tetaplah
sebagaimana adanya dahulu.

25. Hai hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada


satupun di alam semesta ini yang membekas pada
dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau
 peroleh , dan tiak pula menyesali apa yang luput
daripadamu. Engkau berada di sisi Yang Maha
Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak
memerlukan lagi apa-apa yang ada di alam semesta.

26. Hai hamba! Jika dirimu menentagmu, maka


laporkan tantangannya kepada Ku.
27. Hai hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan
untuk menyambarmu dari dirimu sendiri, maka jika
terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan
 pertolongan Ku. Maka akan Ku perlihatkan
keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau dengan
keperkasaan Ku.

28.
segala Hai sesuatu
Hamba! Akulah
itu Allah. Telah Ku
mempunyai jadikan
kelemahan
(ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan
itu kefakiran.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 63

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 64/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
29. Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang
memarahi dirinya sendiri demi Aku, dan tidak rela
 pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-
 benarnya adalah yang tetap berzikir kepada Ku tanpa
diselingi oleh kealpaan.

30. Hendklah engkau jadikan terjemahn, tafsiran


dan huruf-huruf itu sebagai alat dan kendaraan untuk
sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.

31. Hai hamba! Janganlah engkau menukarkan


Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah sesuatu yang
memadai dan menanadingi Ku.

32. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau


menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah engkau
dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus
 padamu pada hari Aku bernyata suatu tanda dan
alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau tidak
dikenai oleh kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula
digemparkan oleh apa yang mendahsyatkan.

33. Hai hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam


Hadirat Ku! Tiada satu pun baik perkataan-perkataan
maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan
menyeru padamu.

34. Hai apapun,


kedamaian hamba! niscaya
Kosongkanlah hatimu
engkau tidak dari
lagi punya
tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka
apa yang bertentangan akan menjadi tandinganmu.
Yang damai akan mengakibatkan keselamatan dan
yang bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan.

64 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 65/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

35. Hai hamba! Sekali-kali engkau tidak akan


mengenal Ku, sebelum engkau melihat bagaimana
Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan
dan kelezatan, yang mana engkau sendiri telah
mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka
engkaupun akan rela terhadap apa yang Ku jauhkan
daripadamu, dan engkau akan mengetahui akan apa
yang Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari
hijab Ku. Hai hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu
 janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan lenyap,
dan engkau akan melihat kedudukanmu dan
kedudukan ahli dunia ini.

36. Yang berdiri di anatar kedua tanganKu,


tangannya akan menjulang tinggi atas langit dan
 bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia
akan berpaling menoleh kepada kesemuanya ini.
Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya
kecuali di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu
 pengetahuan serta renungan hatinya melainkan
 berkisar antara kedua tangan Ku.

37. Hai hamba! Robohkan apa yang telah engkau


 bangun dengan kedua tanganmu, sebelum Aku
merobohkan dengan kedua tangan Ku.

38. Engkau adalah hamba selama engkau di kuasai.


39. Hai hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di
dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah kelalaian
 belaka.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 65

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 66/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
40. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku di
dalam du hal yang saling bertentangan dengan sekali
 pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu
untuk diri Ku.

41. Hai hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau


di antara orang-orang yang lemah, dan menguatkan
engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah
engkau merasakan cinta Ku.

42. Hai Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling


 bertutur kata, melainkan yang satu berkata dan yang
lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan
dengarkan tutur kata Ku.

43. Hai hamba! Engkau telah membuat rumus dan


telah engkau terangkan pula maksudmu dengan
kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.

44. Hai Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa


yang dengannya engkau menjadi baik, itulah harga
dirimu di sisi Ku.
45. Penglihatan itu adalah suatu ilmu yang
mengekalkan, maka hendaknya terus engkau ikuti,
dengan demikian akan membawa kemenangan
 bagimu atas dua hal yang saling berlawanan.

46. sesuatu
 pada Hai hamba!
selain Jangan
Ku, laluhendaknya engkaukepada
engkau menuju jinak
Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku
kembalikan engkau pada sesuatu itu.

66 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 67/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
47. Dengan sikap membenci dunia adalah lebih
 baik daripada beribadah untuk akhirat.

48. Rumahmu di akhirat kelak yang daripada Ku,


laksana hatimu sekarang di dunia ini daripada Ku.

49. Hendaklah engkau tidur, sedang engkau melihat


 pada Ku, begitulah nanti di kala Aku mewaafatkan
engkau, engkau akan melihat pada Ku.

50. Hendaklah engkau bangun dari tidurmu,


sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu pulalah
nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat,
engkau akan melihat pada Ku pula.

51. Hai hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan


obat itu bagi orang yang lalai.

52. Salian Ku tolak engkau dengan pelbagai hijab,


kemudian Ku buka untukmu pintu-pintu dan lorong
untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku
 bagimu agar engkau melintasi hijab itu menuju
kesudahan pintu-pintu itu.

53. Hai hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu


sesuatu itu akan meliputi Ku, bukan pula engkau
untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi

sesungguhnya
Ku. engkau hanyalah untuk Ku dan dengan

54. Hai hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka


itu dapat dilihat. Aku adalah Raja yang terbuka

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 67

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 68/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan
Keperkasaan.

55. Hendaklah engkau melihat segala sesuatu


sedangkan engkau melihat pada Ku, sama halnya
dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak
dapat menghukum padamu.

56. Hai hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan,


maka katakanlah “Tuhanku! Tuhanku! Niscaya Ku
 jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!

57. Bila engkau melihat Ku, sedangkan engkau


tidak melihat apapun yang daripada Ku, maka
sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-
 benar.

58. Hai hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti


engkau berada di sisi Ku; bila engkau tidak melihat
Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka
selayaknya engkau berada di sisi siapa yang datang
dengan membawa kebaikan.

59. Hai hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku


 jadikan segala sesuatu itu bersikap lembut dan lunak
kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan
 berhentimu sampai di situ, sangat sekali Ku

sayangkan!
atasmu. Demi perhatian terhadap padamu dan

60. Hai hamba! Bila engkau telah melihatku!


Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum sirna angan-
anganmu.

68 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 69/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

61. Bila engkau telah menafikan (meniadakan)


apapun selain Ku, niscaya engkau akan bertemu kepaa
Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku
ciptakan dari kebaikan-kebaikan itu.

62. Engkau menjadi hamba assiwa selama engkau


telah melihat bagi dia bekas.

63. Barangsiapa telah melihat Ku, niscaya ia akan


menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah milik Ku, dan
 barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu
itu adalah milik Ku, engganlah ia mengadakan tali
hubungan dengannya, dan selama engau mengikatkan
tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi
engkau melihat bahwa sesuatu itu kepunyaanmu dan
di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu itu
adalah milik Ku, niscaya engkau tidak akan
mengikatkan tali hubungan.
64. Hai hamba! Ucapkanlah : “Labbaika
Wasa’adaika Walkhairu Bika Waminka Wailaika
Waiyadaika” Artinya : Aku selalu menaati Mu,
Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah dengan
Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua
tangan Mu”.

65. Hai hamba! Hilangkanlah kebiasaanmu

 berikhtiar (memilih)
sekali tuntutan Ku itu. niscaya akan Ku buang sama

66. Hai hamba! Manakala negkau telah melihat Ku,


maka apapun selain Ku (Assiwa) kesemuanya itu
adalah merupakan suatu dosa.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 69

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 70/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

67. Hai hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku


 bermaqam di dlam makrifatmu terhadap segala
sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala
sesuatu dan mengingkari segala sesuatu.

Hai hamba! Bila engkau telah melihatKu, maka


hendaklah engkau berada di dalam kegaiban laksana
 jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala
sesuautu tanpa hentinya.

68. Hai hamba! Perselisihan itu disebabkan oelhe


 pertentangan kebalikannya *Adh dhiddah), sedangkan
melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun
 perlawanan.

69. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku,


sangat Aku rindukan padamu untuk datang
menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka
sekali-kali tidaklah Aku maqamkan engkau dengan
selain Ku.

70. Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu


ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang mana dengan
Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk
mengulang baca”. Yang dimaksud adalah (QS. Al
Isra’ 17:111).

71. Hai hamba! Akulah yang membangkitkan


keinginan-keinginan, cita-cita, maka bila engkai
didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya
Tuhan! Selamatkanlah kami dari utusan-utusan Mu”.

70 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 71/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
72. Hai hamba! “Apabila Aku menjadi terang-
cemerlang bagimu, nicaya akan putus segala sebab
musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku,
niscaya akan putus segala nisbah.

73. Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan


ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku dan
hukummu.

74. Pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari


selain Ku, dapat diingkari oleh pengetahuan-
 pengetahuan yang berasal daripada Ku.

75. Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya,


apabila berkata, maka segala sesuatu terhijab oleh
ucapannya sendiri.

76. Makrifat yang bersikap diam dapat


menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat
menyeru.

77. Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan


ilmu pengetahuan, dan Aku lebih jauh untuk dicapai
dengan ilmu penegetahuan.

78. Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan


 Nya, lalu ia pun mengajukan pertanyaan : Apakah

engkau
ia berkata melihat
pula selain Ku? Kujawab
: Sekali-kali : Tidak.......
tiadalah engkau dapatLalu
melihat Ku melainkan di antara kedua tangan Ku.
Inilah dia! Engkau menyingkir dan melihat kepada
selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku
lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 71

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 72/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 janganlah engkau mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku
 baik-baik, jangan sampai hilang karena bila hilang,
kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan
sebutan kata “AKU” maka hendaknya engkau
mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah
membenarkan; Dan bila dia mengatakan padamu kata
“dia” maka hendaknya engkau mendustakan dia,
karena Aku telah mendustakan dia.

79. Telah terungkaplah bagiku wajah segala wajah,


kesemuanya kulihat saling bergantung kepada wajah
 Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya
 bergantung pada titah Nya, baik perintah maupun
larangan Nya, lalu ia pun berkenan berkata kepadaku
: “Pandanglah wajah Ku” lalu ku pandang.... lalu ia
 pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab :
“Bukan selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh
wajahmu sendiri” Lalu kulihat wajahku ..... Ia pun
 berlanjut lagi .... “Bukan lainmu!”.... maka kujawab :
Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau
adalah seorang faqih, maka hendaklah engkau
keluar!....... akupun keluar dan berusaha mendalami
ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik mata”
(Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan cara
ilmu fiqih. Akupun datang kembali dengan membawa
 bekal ilmu ini, dan ia pun berkata : “Aku tidak mau

melihatmu dengan
(membalik mata ... berbekal
itu adalahbikinan *mashnu)......
perkataan ... sesuatu
yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy syai’)
atau mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah
mata Allah (‘ainullah), zat Allah (semata-mata) itu
adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq)

72 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 73/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
sama dengan diada-adakan, yakni uraiannya tersusun
dari huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan
kebenaran. Hakikat itu jauh dari huruf dan jauh dari
uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam
maudhu, persoalan ini ialah “Bahwa zat dari segala
sesuautu itu bergantung pada zat Allah, tetapi jangan
salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat
Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah
membalikkan mata dan telah memalsu kebenaran (Al
Haqiqat). Firman Allah, yang artinya :
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia
dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku
tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya,
hendaklah kamu sujud kepadanya” (QS. Shad 38:71-
72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia
suatu tiupan dari ruh Alloh dan berkaitan dengan zat
Allah..... tetapi sesungguhnya ia bukanlah ia.....
karena zat Ilahiat tiada satu pun yang menyamai Nya
(Laisa Kamitslihi Syai’un).
80. Hai hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan :
“Andaikan benar-benar kalian telah melihat bahwa
Dialah yang berkuasa menyempitkan dan
melapangkan, tentu kalian akan cuci tangan dari nasab
keturunanmu yang mulia itu.

81. Hai hamba! Kehalusan Ku tiada bertara,

Akulah yang meneguhkan


maka lenyaplah apa-apa apa-apa selain Ku
yang selain (assiwa),
Ku.... Dan
tiadalah tandingan keperkasaan Ku, maka segala
keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang
menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang
diperlihatkan olehnya”.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 73

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 74/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

82. Hai hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat


dicapai oleh penglihatan mata; dan Akulah yang
Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka
apapun, dan Akulah yang Daim (terus menerus tanpa
kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad demi
abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak dapat
dimiripi oleh bilangan dan hitungan... Segala sesuatu
akan ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang
Satu, Yang Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak
 berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu itu akan berkhusus
dengan Ku.

83. Sekali-kali tidak sampai kemampuanmu untuk


mencakup dan melingkupi sifat Ku, umpamakan saja
keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku,
dan kepunyaan Ku, karena Aku meliputi segala
sesuatu.

84. Semua ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong


... tiada jalan-jalan dan lorong-lorong yang sampai
kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala
tujuan dan puncak segala kesudahan.... Bila engkau
telah berada di maqam makrifat, maka akan
terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu
mata keyakinan (‘Ainul yaqin) terhadap pada Ku..
 pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun

gaib
yang pula pada dirimu
berlaku sendiri,
.... Bila inilah hukum
makrifatmu tidakmakrifat
dapat
menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil
menjadi hakim. Sapaimu di taraf ini berarti engkau
sudah mencapai puncak ilmu, dan diwajibkan pdamu
agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku,

74 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 75/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
maka dengan bicaramu itu engkau akan menyaksikan
murka Ku, manakala engkau diam, maka hilang pula
murka Ku, bila engkau bicara... makrifat itu selalu
disebut dalam Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi,
 baik nilai maupun martabatnya dari ilmu
 pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil
 pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang
menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu adalah
 pencapaian terhadap persoalan-persoalan yang
terbagi-bagi bidangnya. Mengenai “penyaksian” jauh
lebih tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu
adalah hasil dari kebulatan tekad yang disertai dengan
usaha yang gigih terhadap kebenaran, dengan ikut
sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah
yang menghasilkan penyaksian, dan penyaksian itu
adalah setinggi-tingginya keyakinan.

85. Bagiku.... bahwa memohon keridhaan Nya itu


adalah merupakan kemaksiatan pada Nya, kemudian
ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada
Ku”, Lalu engkau merasa telah menaati Nya, maka
yang demikian engkau sudah bohong besar, Ia pun
melanjutkan L “Engkau tidak mentaati Ku, tida pula
Aku diaati oleh sesuatu pun” .... Baru kalilah aku
melihat ke Esaan yang sebenar-benarnya. Arti ayat :
Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di
lautan dengan layar-layar yang tinggi menjulang)QS.

Ar Rahman
 bahwa Allah55:25). Perhatikan
menyatakan jikaayat tersebut di atas,
bahtera-bahtera itu
adalah milik Nya, sekalipun milik kita pada lahirnya;
Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita
yang membuat. Ingat renungkan! Kita membina
dengan ilmu Nya, dengan pengetahuan Nya,

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 75

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 76/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 peraturan-peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu pula
halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh siapa yang
menaatiNya, melainkan ketaatannya adalah
kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu.

86. Aku telah ditegakkan berdiri di antara kedua


tangan Nya, lalu ia berkata kepada ku : “Aku tiada
rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela
 jika semua itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau,
Aku bertasbih padamu. Maka janganlah engkau
mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu! Bagaimana
engkau dapat mensucikan Ku?

87. Jangan engkau duduk di atas jamban-jamban,


engkau akan dikerumuni anjing-anjing dan akan
saling menggonggong padamu, hendaklah engkau
duduk di atas mahligai yang kukuh kuat, di suatu
tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan jangan
ada yang menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun,
 baik sianr matahari ataupun kicauan burung-burung,
maka tutuplah wajah dan telingamu, karena
sesungguhnya bila engkau memandang selain Ku;
niscaya engkau akan menyembahnya, dan jika engkau
yang dipandang oleh sesuatu, maka engkaulah yang
akan disembah.

88. “ Kulihat segala mata terbelalak memandang

kepada Nya, tetapimenjadi


yang terpandang apa yanghijab
dilihat? Segala
belaka. sesuatu
Tundukan
kepalamu ke bawah, dan lihatlah ke dalam, niscaya
terlihat.

76 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 77/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
89. Hamba-hamba sahaya berada di dalam surga,
sedangkan orang-orang merdeka berada di neraka.

90. Bila tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk


 bersama, maka Akulah yang menyertaimu.

91. Engkau pasti akan mati, tetapi tidak demikian


dengan ingatan Ku padamu.

92. Perhitunganmu meleset, berarti salah dan


kesalahan itu berarti tidak benar.
93. Di antara makhluk-makhluk Tuhan, ada di
antaranya yang seakan-akan tidak layak menjadi
makhluk sama sekali.

94. Engkau didalam segala hal, ibarat baunya baju


dengan baju.

 Engkau ibarat arti makna seluruh alam semesta;


 Engkau bagaikan kitab yang menghimpun
sedangkan alam semesta merupakan lembaran-
lembaran halamannya.

95. Aku ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu


Aku membuat beberapa larangan untukmu.

96. Katakanlah kepada orang yang risau hatinya

daripada Ku, bahwa


dirimu sendiri; karena kerisauan
Aku lebihitu berpangkal
baik untukmu dari
dari
segala sesuatu.

97. Bila engkau melihat Ku di dalam dirimu,


sebagaimana engkau melihat Ku di dalam segala

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 77

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 78/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap
dunia.

98. Aku dengan sesuatu tidak akan berhimpun,


 begitu pula engkau tiak akan berhimpun dengan
sesuatu.

99. Hidup yang manakah untukmu di dunia ini


setelah Aku bernyata :

 Hari kematian itu adalah hari penyatuan, dan


 Hari yang kekal abadi itu adalah hari
kesenangan.

100. Aku telah menggodamu dengan tidak adanya


kepercayaanmu sepenuhnya pada umurmu.

101. Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui.


Guna apa lagi dituntut.
102. Aku ditegakkan berdiri di dalam sifat
“Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia pun berkata
kepdaku : “Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu
saling menunjuk kepada Ku; dan mengungkapkan
 perihal Ku. Sebagaimana Aku menjadikannya di saat
yang bersamaan, memanggil kepada dirinya dan
menghijab daripada Ku; maka nasib setiap insan yang

dikarenakan
menggantungkan penghijab-penghijab itu seakan-akan
dirinya pada penghijab-penghijab
itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku
 jadikan nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap
semisal hijab juga... “Bila Aku bernyata tiadalah
engkau akan melihat apapun di sekelilingmu lagi”

78 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 79/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

103. Hendaknya engkau katakan : “Ilahy! Jangan


kiranya Engkau biarkan diriku diporak-porandakan
huruf di dalam makrifatku kepada Mu.

104. Masih jugkah menyusahkan dirimu, dari segala


apa yang datangnya daripadamu? Maka hal ini akan u
ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan
dirimu. Segala apa yang datang daripadaku yang
menyusahkan dirimu akan Ku palingkan semua. Bila
engkau sanggup melakukan apa yang Ku haruskan
 padamu mengatasi keduanya ini, niscaya engkau
menjadi seorang Wali.

105. Bila engkau bukan dari ahli Hadirat (yang


selalu bersama Allah), tentu saja khatir (lintasan hati)
itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu
merupakan khatir; dan tidak akan memberi manfaat
malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu sifatnya selalu
 bertentangan satu sama lain. Maka untuk
menyelamatkan dari pertentangan diperlukan
 perjuangan. Engkau tidak akan sanggup melakukan
 perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu kecuali
dengan Ku, Hendaknya engkau berdiri bersama Ku,
maka dengan demikian barulah engkau menjadi ahli
Hadirat Ku.

106. Aku
 berkata dihentikan
: “Kalian akan di dalam sakit”
menderita “ikhtiar”
dan lalu ia
dokter
akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang,
kata-kata yang diucapkan para dokter itu adalah kata-
kata Ku dan mereka mengimani ilmu kedokteran,
tetapi tidak beriman kepada Ku; Si penderita pun

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 79

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 80/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 patuh kepada dokter dan menurut berpantang makan,
tetapi tidak berpuasa untuk Ku.

107. Sudah layak jika Aku “memperkenalkan diri”


kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan) Aku tidak
akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku..
Pengalamanmu terhadap bala itu berasal daripada
Ku... pengenalanmu terhadap bala menjadi bala pula
... dan tiada seorang pun dapat melarikan diri dari
 bala, karena bala itu daripada Ku”.
108. Aku dihentikan dalam “Perjanjian” dalam
keadaan tegak berdiri, Ia pun berkenan bertutur kara
 padaku :

 Keluarkan dosamu demi ampunan Ku.


 Lemparkan kebaikanmu demi karunia Ku.
 Tanggalkan ilmu mu demi ilmu Ku.
 Singkirkan makrifatmu demi makrifat Ku.
 Tegaklah berdiri bersama Ku saja.
Bila engkau tetap saja berdiri, maka segala sesuatu
akan mengarahkan dayanya dan menarik-narik
 padamu serta menghijab mu.
 Berada di sisi Ku
Maka aku akan bersamamu. Akulah yang akan
menghadapi rintangan dan halangan.

109. Bermuladengan
musyahadah) adalah tahap khatir
menafikan penyaksian (Al
(lintasan hati)
kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya
sendiri yang bermakrifat, terakhir menafikan “aku”
(Al ana).

80 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 81/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
110. Tolonglah Daku! Niscaya engkau menjadi
kawan Ku. Bila Aku sudi engkau kawani, maka Ku
 berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan
Ku beri ilmu dari ilmu Ku.

111. Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-


megahan di hadapan para ulama dan untuk berdebat
dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan
musyawarah, rapat maupun muktamar, dan.... untuk
mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!.

112. Bila engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar


dari sifatmu, keluar dari amalmu dan keluar dari
ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu;
Dan bila engkau sudah keluar dari namamu, jatuhlah
engkau ke dalam nama Ku. Bila engkau telah jatuh ke
dalam nama Ku, akan terlihatlah padamu tanda-tanda
 pengingkaran, dan segala sesuatu itu akan serentak
mengadakan perlawanan kepdamu berupa fitnah dan
engkaupun memunafikan setiap khatir hatimu... Nah!
Sekarang setiap yang melawanmu akan berhadapan
dengan Ku!.

113. Hendaklah engkau meneliti dan melihat dengan


apa engkau memperoleh ketenangan, maka
sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.

114. Di antara
hendaklah engkauilmu-ilmu pendekatanAku
ketahui bagaimana (Alberhijab
Qurb)
dengan suatu sifat yang engkau kenali.

115. Barang siapa berdiri di maqam makrifat,


kemudian ia keluar, sedang ia sudah mengetahui

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 81

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 82/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal
di luar, akan kunyalakan api untuknya seorang diri.

116. Di antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata,


 pada satu saat akan engkau lihat ilmu-ilmu itu akan
 bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya
dengan ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan lancar
 berbicara.

117. Sifat-sifat yang dapat diungkap oleh tutur kata


adalah sifat-sifatmu, dalam arti dan makna, tetapi
sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur
kata bukanlah sifat-sifatmu dan tidak juga dari sifat-
sifatmu.

Bila Aku berbicara padamu dengan ucapan dan ibarat,


tiada wewenang hukum memberikan kunci pembuka;
karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu
sendiri. Adapun bila Aku berbicara kepadamu tanpa
ibarat, niscaya batu-batu dan bata-bata akan bicara
 padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal
 berkata “Jadilah” maka “jadi”

118. Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian huruf,


dan tidaklah huruf itu mempunyai wewenang hukum
apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan
tutur kata adalah persiapan untuk perkenalan yang

tidak
huruf,seisertai ibarat. Pemikiran-pemikiran
dan lintasan-lintasan itu melaui
hati itu dari pemikiran,
tetapi ingatan kepada Ku yang murni adalah terpisah
di balik huruf dan pemikiran.

82 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 83/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
119. Yang nanti akan engkau temui di dalam
kematianmu, ialah apa yang engkau alami di kala
hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa selagi di
dunia ini buta, maka kelak di akhiratpun akan buta
dan lebih sesat jalannya” (QS. Al Isra 17:72).

120. Jangan menanyakan tentang makrifat Ku, dan


 jangan menanyakan tentang AKU. Hendaklah engkau
ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu
 pun (Laisa Kamitslihi Syai’un).

121. Jangan dihiraukan penaggilan selain panggilan


Ku, sekalipun ia memanggilmu berdalih ayat-ayat Ku.
Jangan engkau hadiri sekalipun ia datang
mengundangmu dengan ayat-ayat Ku; karena
sesungguhnya, segala sesuatu itu Aku ciptakan
memanggil pada diri masing-masing dan menghijab
daripada Ku.

122. Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu


 paa Ku! Dengan Ku engkau akan kekal, dan putuslah
engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada
Tuhanmulah hendaklah engkau pusatkan kemauanmu
(QS. Al Inssyirakh 94:8).

123. Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak


membalas menyerang, maka engkau benar-benar

tergolong dari para arifin.


124. Bagaimana para arifin tidak sedih sedangkan
mereka melihat Aku meneropong perbuatan buruknya
dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat oleh
 pembuatnya”. Dan juga Ku katakan kepada perbuatan

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 83

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 84/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 baiknya : “Jadilah lukisan agar dilihat oleh
 pelukisnya”

125. Timbanglah makrifatmu sebagaimana engkau


menimbang penyesalanmu.

126. Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan


matanya melihat ketentuan waktu.

127. Katakan kepada para arifin! : “hendaklah kalian


mendengar bukan hanya untuk mengenal saja;
Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk
mengenal melulu!; Sesungguhnya Ia mengenalkan
diri Nya padamu sebagaimana engkau bermaqam di
sisi Nya.

128. Katakanlah kepada hati orang-orang arif :


Janganlah kalian keluar dari keadaan kalian, sekalipun
kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang
sesat. Apakah kalian menghendaki kesesatan daripada
Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku??

129. Katakanlah “Ilahy” Aku memohon kepada Mu,


dengan Engkau!.... sekedar kesanggupan suatu
 permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada
kemurahan Mu!

130. Wahai yang saling berselisih! Janganlah engkau


mengharapkan (memperoleh) petunjuk dari yang
saling berselisih; Bila ia memberi petunjuk padamu,
niscaya engkau akan berhimpun bersamanya dan
memadu satu tujuan; Dan bila ia tidak memberi

84 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 85/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 petunjuk padamu niscaya engkau akan berserakan
terpecah belah, karena engkau mengikuti perselisihan
yang datang dari segalajurusan.

131. Masih ketinggalan satu ilmu, berarti masih


tinggal satu bahaya; masih tersisa tambatan hati,
 berarti masih ditunggu satu bahaya; masih kurang
lengkap suatu akal pikiran, berarti masih ada bahaya
yang menanti; masih ada suatu kemauan keras atau
kepiluan, berarti masih diintai bahaya.

132. Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa


 penjuru iblis;

133. Sesungguhnya engkau sudah melihat


keabadian, dan tiadalah keabadian itu dapat diuraikan
dan diibaratkan.

 Keabadian itu adalah satu sifat dari sifat-sifat


Ku.
 Keabadian itu telah bertasbih (mensucikan)
demi untuk Ku.
Dari tasbihnya, maka Ku ciptakan malam dan siang,
dan keadaannya bagaikan tirai penutup yang
membentang bagi setiap hati dan segala rahasia-
rahasia. Lalu Ku pilih engkau, tirai siang Ku buka dan
tabir malam Ku singkap supaya engkau dapat melihat

Ku.
Kuberikan padamu daya, agar engkau mampu melihat
terbelahnya langit, dan memandang bagaimana Ku
turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku,
laksana tibanya siang dan datangnya malam”.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 85

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 86/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

134. Engkau telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-


ayat Ku. Barangsiapa yang telah mengenal ayat-ayat
Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan
alasan apapun. Bila engkau sedang duduk, jadikanlah
ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan jangan keluar
 jika engkau keluar, keluar pulalah engkau dari
 benteng Ku. (Yang dimaksud dengan ayat adalah
kamimat Tauhid).
135. Adab sopan santun para wali-wali itu, ialah
mereka tiada mengurusi sesuatu dengan kemauan
keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan
akal dan budi luhurnya.

136. Bila engkau di datangi oleh panggilan


hatimudan engkau lengah tiada melihat Ku, maka
sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api
Ku, maka sebagaimana yang dilakukan oleh para
wali-wali Ku (orang-orang yang beriman dan
 bertakwa) niscaya akan Ku perlakukan terhadap
 padamu sebagaimana layaknya Aku memperlakukan
 para wali Ku, maka katakanlah :
“YA Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka
ku harapkan kelembutan Mu, terhadap padaku, dan
limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”.

137. Orang yang berdiri di hadirat Ku, melihat

makrifat azlam
 bagaikan itu baikan arca-arca,
(anak panah dannasib).
peramal melihat ilmu

138. Ilmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan


yang mantap.

86 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 87/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
139. Pembersih tubuh adalah air, dan pembersih hati
adalah menundukan pandangan dari siwa.......
Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa
adalah najis, dapat disucikan hanya dengan tobat.

140. Hai hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat


nyata adalah Kau; yang memperlakukan dan yang
menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi
dikarenakan Aku. “Tinggalkan dia! “Tetaplah di sisi
Ku”, Kalau tidak! Maka tidak pula aku memilihmu....
Siwa adalah tempat pertentangan, yang berlawanan,
yang berserakan, berbilang-bilang, bercerai berai.....
Hanya Aku lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa
tantangan.

141. Hai hamaba! Janganlah engkau menjadikan


Aku sebagai utusanmu kepada sesuatu, maka sesuatu
itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi
yang demikian, maka engkau akan ku tulis dari
golongan orang-orang yang berbuat olok-olok pada
Ku disertai pengetahun.

142. Hai hamba! Hendaklah engkau menghentikan


“kemauan keras” mu di kala engkau berada di antara
kedua tangan Ku. Bila engkau dapati di anataranya
(kemauan kerasmu) dan antara Ku selain Ku, maka
lemparkanlah dia (siwa) dengan penglihatanmu

kepada Ku daritetap
(siwa) masih balik ada,
belakangnya (siwa). Kalau
maka tatapkan dia
wajahmu
kepada Ku, niscaya engkau melihat bagaimana Ku
 jadikan dia (siwa), maka ssampaimu di sini tidaklah
akan Ku katakan lagi “Ambilah” atau
“tinggalkanlah”.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 87

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 88/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

143. Pelihralah baik-baik keadaan halmu agar


dengan “kemauan keras” mu engkau memandang Ku.
Jangan hendaknya “kemauan keras”mu engkau
 pandang dalam kemauan kerasmu, hal yang demikian
membuatmu berpandangan kepada dua larangan dan
dua perintah, dan engkau sendiri berada di bawah dua
Pemerintahan.

144. Hai hamba! Bila engkau berdiri untuk


melakukan shalat, maka hendaklah engkau jadikan
segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.

145. Hai hamba! Hendaklah engkau berlindung


kepada Ku dari selain Ku, sekalipun selain Ku itu
mendatangimu dengan keridaan Ku.

146. Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan


antaramu, maka engkau adalah hamba dari sesuatu
itu.

147. Hai hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu


segala sesuatu dengan kekayaan yang tiada lagi
engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku
yang menjadi pilihanmu, maka Aku pun akan gaib.
Kemalangan apa yang akan menimpamu? Halangan
apa yang akan menghadangmu?? Itulah bila aku

gaib...
menjadi engkau akan
rendah terperosok
dalam ke lembah
perhambaan danhina, dirimu
kejahatan
terhadap pada sesuatu.

148. Hai hamba! Jika pembagian itu telah terangkat,


akan menjadikan sama, tiada perbedaan yang

88 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 89/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
menyedihkan dan yang menggembirakan (yakni bila
terangkat hijab) yang memisahkan engkau daripada
Ku, niscaya semeua siwa tiada bernilai lagi, baik yang
menyedihkan maupun yang menyenangkan.

149. Pengenalan akan nama Allah Yang Maha


Agung (Ismullahi Al A’dham) adalah pertama-
tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu
tuntutan yang diajukan nama itu, maka lenyap pulalah
tuntutan lawan nama itu.

150. Aku adalah lebih baik bagimu dari dirimu


sendiri; bila engkau lalai Aku yang mengingatkanmu;
 bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu;
Seakan-akan Aku membuat bangunan indah anggun
 penuh kemuliaan karena ingatan Ku padamu atau
merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha... Akulah
Yang Maha Kaya, tiada memerlukan daripadamu dan
daripada segala sesuatu.
151. Bila engkau telah melihat Ku di balik sesuatu,
lalu engkau mendurhakai Ku, maka durhakamu itu
adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku
atas kesadaran, maka berarti telah memerangi Ku.

Aku sediakan bagi yang mendurhakai Ku suatu alasan


dan..

Aku
suatu sediakan pula bagi yang
medan peperangan, berperang
dimana akan Kudengan Ku
biarkan
 baik engkau maupun yang dengannya engkau
memerangi Ku....
Dan perlindungan Ku datang dari arah belakang, yang
mana Aku akan mencerai-beraikanmu; Jika Aku

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 89

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 90/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
mencerai-beraikanmu berarti engkau akan Ku
lenyapkan.

152. Ilmu yang menunjuk pada Ku, adalah laksana


lorong yang menuju pada Ku... Ilmu yang tidak
menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.

153. Tidak akan sampai panggilanmu di belakang


hijab, kecuali dengan menyingkirkan hijab itu; yang
demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan
Ku terhadap siapa yang telah melihat Ku.

154. Aku telah bersumpah atas diri Ku sendiri,


 bahwa tiadalah meninggalkan barangsiapa yang
meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan
akan Ku berikan padanya ganti yang lebih baik dari
apa yang ditinggalkan itu.

155. Hai hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang


siur, den mengapa duka citamu engkau simpan
 bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas
daripadamu.... Engkau adalah wali Ku, dan Aku lebih
utama bagimu, serahkan saja kepda Ku “Zat
rahasiamu” maka Akulah yang menghadapi segala
kesimpang siuran dan Aku lebih mengetahui
daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah :
Tiadanya merasa heran atas sesuatu dan berpantang

meminta apapun.
sudah melihat Ku –Bagaimana tidak diherankan
apa yang layak demikian lagi
dia
sedang ia melihat Allah, dan apa yang akan diminta?
Sedang ia melihat Allah.

90 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 91/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
156. Sesungguhnya mereka yang bangun di malam
hari, ialah mereka yang menuju pada Ku, bukan untuk
wirid yang ditentukan maupun bacaan yang
dipahami... di sanalah .... Ku sambut kedatangannya
dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan
Qoyyumiati (berdiri Ku sendiri) tiada pinta dan tiada
apapun yang diajukan pada Ku. Bila Aku hendak
 bicara padanya, akan Ku laksanakan; bila Aku hendak
memberi pengertian, Ku tanamkan pengertian. Hai
hamba! Ahli wirid manakala telah sampai ke
tujuannya, mereka akan berhenti dan menyingkir, dan
ahli juzu’ (membaca Al Qur’an yang sudah sampai
 pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti
dan menyingkir. Tidak demikian halnya dengan
dengan “Ahli Ku” karena baginya “tiada batas lagi”
Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?

157. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, lalu


engkau menetap dalam suasana “melihat Ku”, maka
akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan
Ku berikan keteguhan hati padamu agar kau tetap
tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau lepas
dari “melihat Ku” maka Ku timpa padamu sebagian
dari malapetaka dan Aku lemahkan engkau untuk
menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa
“menjauh” karena kelemahanmu Ku gerakan engkau
 berhasrat untuk memohon pertolongan pada Ku, maka

kasih sayang
kembali Ku akan
ke maqam menarikmu
“melihat Ku” dan mengangkatmu

158. Hai hamba! Ketahuilah benar-benar bahwa


segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka janganlah
engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 91

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 92/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

159. Hai hamba! Hendaklah lesanmu senada


denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata dalam
hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab
daripadamu dengan dirimu.... resapilah nasihat Ku ini
ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang
 belulangmu.

160. Hai hamba! Bila engkau telah mengenal


keabadian, maka engkau telah melihat satu sifat As
Shumud. (Ash Shumud ialah tempat bergantung pada
Yang Maha Kekal, dan tempat meminta dari yang
 bergantung pada Nya segala sesuatu, baik yang
dimaksud maupun yang disengaja ataupun yang dituju
yang kekal tanpa kesudahan).

161. Hai hamba! Apa yang telah Ku ungkapkan


 bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula dengan
 penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi
sesuai dengan apa yang telah Ku-ungkapkan untukmu
itu.

162. Hai hamba! Jika malam harimu engkau


khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau
gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi
seorang besar dari pembesar-pembesar para hamba
Ku.

163. Pangkal keteguhan dan kekuatan itu ialah :


“Meninggalkan larangan”.
164. Makin luasnya penglihatan, makin
menyempitnya ibarat.

92 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 93/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
165. Barangsaiapa yang selalu ingat pada Ku dan
sudah terbiasa serta menjadi tabiatnya pula, maka
 berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku
guna keselamatan dirinya.

166. 166.Mereka yang membenarkan Aku dengan


kegaiban dan beriman pada Ku tanpa melihat Ku,
maka Aku akan menyertainya pada hari dihimpun,
dan akan Ku kawani di dalam suasana yang
mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan
dalam menghadapi kegoncangan, lalu akan Ku
teguhkan atas apa pun yang dialami, sebagaimana
mereka telah mengawani Aku di balik tirai penutup
itu.

167. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi


orang yang terhijab hanya karena apa yang cocok
dengan seleramu atau dengan kemampuan.

168. Hai hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan


Ku, berarti mengenal dengan satu perkenalan yang
tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.

169. Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh


siapapun tanpa Aku memperkenalkan diri Ku
 padanya.
170. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku

menyingkirkan
menyingkirkan siwa daripadamu,
engkau tetapmaka
daripadanya; Aku halmu
tidak
yang demikian tanyakan kepada orang yang alim dan
 bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang Ku, maka
engkau akan melalui jalan yang aman dan jalan
 berbahaya. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 93

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 94/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
menyingkirkan siwa daripadamu, sedang Aku tidak
menyingkirkan engkau daripadanya, maka cepat-
cepatlah engkau lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil
memohon perlindungan Ku daripada makar Ku.

171. Aku ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang


mulia, bila mereka menjumpai Ku segera
membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh
khidmat menguraikan ikhtiarnya kepada Ku.

172. Tidak berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu,


melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan
tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di
dalam kematianmu, melainkan apa yang telah
mengiringi engkau dengan kematianmu.

173. Bila Aku tidak gaib dikala engkau makan,


niscaya Ku putuskan agar engkau tidak lagi berpayah-
 payah untuk mencari makan.
174. Hamba Ku yang berada di dalam “Hadirat Ku”
ia dapat melihat “nama” itu tidak memiliki kekuatan
hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang
mengejutkan (Al Buhut) maqam terakhir, yang mana
semua hati berhenti di situ.

175. Bila engkau menafikan “nam” (al ism), maka

tibalah engkau
Bila tiada pada “wusul”
terlintas padamuartinya
“nam”,: telah
makasampai ....
tibalah
engkau pada “ittisal” artinya : hubungan.... Bila
engkau dalam “hubungan”, maka engkaupun
“Berkehendak dan berkemauan” seakan-akan engkau
menafikan “nam” itu, dan tidak lagi terlintas “nam”

94 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 95/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
itu; disebebkan karena sangatnya tarikan kuat (Al
Wajdu Bilmusamma) dari yang dinamai.... Itulah
tingkat yang tinggi, derajat paling atas tentang
kecintaan terhadap Zat Ilahiat.

176. Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan


Aku lah yang mendapati dan menemukan, cukup
kiranya engkau untuk Ku......
177. Engkau yang dicari dan Aku lah yang
menemukan; Akulah yang dicari dan engkau yang
menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!
 Bila selain Ku yang engkau temukan, semoga
engkau memenangkan peperangan.
 Bila Aku yang engkau temukan, engkaupun
akan bingung tanpa bersama Ku, dan akan terheran-
heran kecuali di sisi Ku.

178. Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau


meninggalkan nama Ku.
 Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua
tantangan dengan sekaligus, maka engkau tidak akan
mengenal Ku.
 Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku
ditambah pula dengan kelengahan, maka itulah
 puncak hawa nafsu.
 Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat
di balik segala sesuatu.

179. Perjuangan pertama menuju pada Ku,


hendaknya engkau memandang pada Ku tanpa
 berkedip sekejap pun.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 95

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 96/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
180. Hendaklah engkau mengatasi urusan dan
 persoalanmu dengan penuh rasa takut, niscaya Aku
teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan
hendaknya engkau mengatasi dengan harapan dan
angan-angan, niscaya akan Ku bongkar manakala
sudah hampir mencapai penyelesaian.

181. Bila selain Ku yang engkau jadikan


 penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada Ku, maka
hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu
 pelarian ke arah langgananmu, dan satu pelarian dari
tangan Ku.

182. Bila engkau tidak melazimkan zikir... menyebut


dan mengingat nama-nama Ku, sifat-sifat Ku dan
 pujian-pujian untuk Ku, niscaya yang seharusnya
zikir itu untuk Ku... berbalik pada dirimu sendiri, dari
sifat Ku menjadi sifatmu.

183. Nama itu memisahkan antara yang bernama dan


yang dinamai, dan memisahkan pula antara yang
dinamai dan arti nama itu sendiri.

184. Lazimilah berbaik sangka, niscaya akan engkau


lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan barang siapa yang
sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.

185. Tengoklah
mencabut kepada terhadap
kemashgulanmu Ku, bagaimana
selain Ku.... Aku
sati
di antara dua! Aku cemburu atasmu atau Ku
campakan engkau!

96 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 97/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
186. Sebelum perjuangan (mujahadah), mulailah
terlebih dahulu menyingkirkan dengan “perjuangan”,
maka Aku lah yang tampil dengan api kekerasan....
cintamu kepada siwa adalah siwa pula, dan api itupun
siwa juga. Tugas api adalah membumbung naik
menjulang ke atas hati, akan terlihatlah siwa dan apa
yang daripadanya, saling bergabung dan berkaitan.

187. Singkirkan alasan-alasanmu, niscaya terlihat


olehmu Aku bertahta tanpa keraguan.

188. Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah


tiak mempnyai pendapat lagi.

189. Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk


sesuatu, niscaya tidaklah Aku menyatakan wajah Ku
 bagimu.

 Satu kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi


orang yang tidak melihat wajah Ku; Tetapi bagi yang
sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu sendiri
merupakan dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti
adalah merupakan dosa bagi orang yang didekatkan.

190. Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela,


niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191. Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan

hati, akan Ku teguhkan engkau dari berbolak-baliknya


hatimu.
192. Aku jadikan engkau jelek terhadap segala
sesuatu, yang demikian agar engkau terhijab dari
antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 97

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 98/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
untuk maksud perkenalan, bila terjadi yang demikian
Ku kirim kepadamu kehina-dinaan.

193. Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat


dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya Zat.

194. Benar itu ialah tidak berdustanya lisan.

 Ash Shidq – itu ialah larangan lisan untuk


 berdusta, dan Ash Shiddiqiah – adalah larangan bagi
hati untuk berdusta.
 Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan.
 Pendustaan hati ialah mendengarkan pada
kedustaan itu.
 Kedustaan hati adalah menginginkan
keinginan-keinginan.
 Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan
selain Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi adalah bahasa
Ku.
195. Hati yang sudah melihat Ku adalah bejana
malapetaka.
196. Aku telah bersumpah, bahwa tiadalah Aku
didapati melainkan di dalam shalat; Aku yang
menenggelamkan malam dan membentangkan siang.
197. Bila engkau berdiri berhadap-hadapan di antara
kedua tangan Ku, semua akan berteriak

memanggilmu, maka waspadalah,


walau dengan hatimu, jangan
kalau engkau di dengar
dengar, sama
halnya engkau menerima panggilannya.
 Bila Ilm yang memanggilmu dengan himpunan
segala macam isinya di waktu engkau melakukan

98 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 99/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
shalat lalu engkau jawab dengan mengiakan, maka
 jelas engkau telah terpisah daripada Ku.

198. Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari


kemauan yang menjadi kepentingamu, niscaya engkau
akan keluar di atas batasmu.

199. Ia berkata kepadaku.. “ Di dalam surga itu


segala apa yang mungkin terlintas dalan ingatan dan
 pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu
 jauh lebih bessar lagi, dan di dalam neraka itu juga
segala apa yang mungkin terlintas dalam engatan dan
 pemikiran.... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu
 jauh lebih besar lagi.

 Aku lah yang berada di balik kenikmatan surga


itu.
 Andaikan kenikmatan surga itu telah mengenal
Ku, niscaya ia akan putus dari menghidangkan
kelezatan-kelezatannya.
 Barangsiapa yang telah mengenal kenikmatan
memandang wajah Ku serta kenikmatan berada di
Hadirat Ku, niscaya ia akan menyesali apa yang telah
hilang selama berada dalam kelezatan surgawi, yang
hanya kelezatan indra dan jasmani, dan ia akan rindu
dan duka selama luput dari berpandangan kepada
wajah Ku.

200. Yang menjadi penghalangmu daripada Ku di


dunia ini, itu jugalah yang akan menjadi
 penghalangmu di akhirat kelak.

An-Nafri | Apa apa yang diserukan Allah 99

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 100/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
201. Hai hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu
(rahasia hatimu), niscaya Aku menemanimu dalam
kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam
kesendirianmu! Niscaya Aku menemanimu dalam
 pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu!
 Niscaya Aku menemanimu dalam himpunanmu!.

202. Hai hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu


adalah cintamu pada dirimu, maka enyakanlah dan
 jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.

203. Hai hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan


oleh tutur kata..... dan ikhlaslah barangsiapa yang
dihentikan oleh yang bertutur kata.

204. Ucapkanlah : “MAULAYA WAJJIHNI


BIWAJHIKA LIWAJHIKA” “Wahai pelindung
diriku, arahkanlah diriku dengan wajah Mu untuk
menatap Zat Wajahmu”
205. Hai hamba! Bila engkau bersandar kepada
sesuatu, maka engkau akan berpegang teguh pada
sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh
 pada selain Ku; Dan akan Ku tulis engkau sebagai
orang yang musyrik.

206. Hai hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu

semuanya untukmu,
segala sesuatu sedangkan
itu, Akulah Aku jauh lebih
yang mempunyai dari
karunia-
karunia itu, maka belakangilah sesuatu-sesuatu itu di
 punggungmu dan palingkanlah wajahmu menghadap
 pada Ku. (TERUSAN JAUH KE BAWAH .. GAK
BISA KU NAIKAN) No .22 dan seterusnya.

100 Apa apa yang diserukan Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 101/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 22 

Sampai Kepada Allah

Tuhan ku berseru kepada ku : Hnedaklah engkau


 berjalan menuju kepada Ku, dan Akulah yang menjadi
 pandu penuntunmu. Maka akupun berjalan... kulihat
diriku sendiri; Ia pun berseru lagi :
Lalui semuanya! Arahkan tujuanmu kepada Ku saja.
Sungguhpun bila engkau berhenti bersama dirimu
yang tercela, niscaya engkau akan binasa, dan bila
engkau berhenti dengan dirimu yang terpuji, niscaya
engkau terhijab.

Sungguh, bila engkau telah terhijab dengan


 panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka engkau
akan didatangi oleh panggilan-panggilan yang tercela,
dan dengan paksa engkau akan di tawan, penyebabnya
tak lain karena engkau terhijab.

Aku pun melanjutkan perjalanan, maka kulihat akal


 pikiranku. Sambung Nya : Lalui saja dan jangan
diperdulikan, tetapkan tujuanmu pada Ku! Bila akal
yang datang akan disusul oleh hikmat kebijaksanaan;
dan bila ia pergi maka ia pun akan melihat dirinya.

Bila ia membawamu
kebijaksanaan, ia pun masuk ke dalamkepadamu
akan berkata hikmat
“Ikutlah aku”, maka kekuasaan sudah berada di
tangannya.

An-Nafri | Sampai Kepada Allah 101

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 102/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Bila ia datang, maka engkaupun akan menyertainya
kepada hikmat kebijaksanaan; Bila ia pergi
engkaupun akan mengikutinya menuju kepada hijab.
Langkahi saja siapa-siapa yang datang dan siap-siapa
yang pergi. Aku teruskan perjalanan... ujarNya pula :
Engkau telh melewati bahaya itu!... kulihat kerajaan
duniawi seluruhnya dengan sekali pandang; Berkata
 pula Tuhan kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa
yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu
adalah kesenangan nafsumu dan impian-impiannya.

Kemudina kulihat kerajaan-kerajaan semuanya


dengan sekali pandang; Kata Nya pula : “Lalui dan
langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka
kesemuanya itu adalah kesenangan akal budimu dan
rumahnya. ..... Aku pun melalui, kemudian kulihat
hikmah kebijaksanaan menyambut.

Kedatanganku dan membukakan pintu-pintu, dan di


 balik pintu-pintu itu terdapat pintu-pintu lagi, yang di
dalamnya terdapat khazanah-khazanah, dan khazanah-
khazanah itu berisi pula harta-harta kekayaan, lalu
akupun didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan makrifat,
semuanya serempak mendatangiku; maka Tuhan pun
 berkenan berkata padaku : engkau sudah menjalani
segala sesuatu!..

Lemparkan
orangnya danhimat kebijaksanaan
buatlah kepada mereka,
perjanjian dengan orang-
supaya mereka membangun gedung-gedung dan
rumah-rumahnya; inilah apa yang mereka tuju,
mereka menginginkan agar engkau bercerai, dan
mereka menceraikan engkau. Tetap sajalah engkau

102 Sampai Kepada Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 103/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 berjalan menuju pada Ku! Dan kesemuanya itu tidak
layak bagimu utuk engkau tempati, engkaupun bukan
 penghuni yang herus menetap untuk selama-lamanya
di sana!

Kembali aku berjalan lagi, kulihat orang-orang lalu


lalang dan mereka yang berjalan, kulihat pula para
ulama dan para zahid dan para muttaqien. Lalu
 berkatalah Tuhan padaku : Orang-orang yang lalu
lalang akan sejurus dengan arah tujuannya; dan
sekali-kali tiadalah orang yang lalu-lalang itu akan
mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya,
dimana mereka berada; Maka bila engkau tertarik
oleh orang alim atau ulama, engkau akan diundang
kepada ilmu penegtahuannya; bila engkau menyukai
orang arif, engkaupun akan dilambai kepada makrifat;
lintasi saja mereka itu semua. Kesemuanya itu adalah
lalu-lintasmu dan bukan tujuanmu, juga bukan
tempatmu untuk tinggal...
Aku melanjutkan berjalan lagi ... ku lihat segala
sesuatu, kulihat wajah di balik wajahnya, dan apa
yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya
menawarkan diri padaku dan berlomba menariku
dengan berbagai usaha agar aku berpaling padanya.
Tuhan pun berkata lagi : Segala sesuatu itu
menawarkan diri melalui penglihatanmu yang

memandang,
dengan seleradan mengaitkan akan itu;
penggembaraanmu arti waspadalah
dan makn
 pada pandanganmu, jangan menengok kepada sesuatu
agar mereka jemu dan menutup lesannya supaya tidak
lagi menawarkan apa-apa padamu; Simpanlah
kemauan kerasmu dari segala arti dan makna, dan

An-Nafri | Sampai Kepada Allah 103

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 104/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
himpunlah atas Ku. Sungguh jika mereka itu tidak
melihat engkau berkemauan keras, niscaya mereka
tidak menawarkan dan menarik-narimu.... Akupun
menahan pandanganku dan menaggalkan kemauan
kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru :
Marhaban!! Terhadap hati hamba Ku yang sunyi dari
segala sesuatu. Lalu Ia pun bersabda : Engkau telah
lulus! Engkau sudah melewati alam semesta (Al
Kauniah) dan sekarang tiba dalam perjumpaan dengan
Pencipta Alam Semesta (Al Mukawwin).

Di saat itu aku mendengar Sabda-Nya : KUN


(jadilah) disusul pula oleh sabda Nya : Jangan engkau
 berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati!
Walaupun “Kun” itu sumber pokok alam semesta;
Jangan engkau dibawa-bawa hingga turun ke bawah
lagi dari maqammu. Kulalui “Kun” dengan merendah-
rendah; Sabdanya pula : Akulah Allah.... Ku sahuti :
“Engkaulah Allah” Engkau pelindung ku (Maulaya)
yang menfitrahkan daku untuk berdiri di antara kedua
tangan Mu yang menjadi persai untukku dari
sambaran perintah dan larangan Mu.

104 Sampai Kepada Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 105/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 23 

Penglihatan yang Agung

Tuhan bertutur kata kepadaku : Pertama hijab adalah


hijab bagi penglihatan (Ar Ru’yah) dari penglihatan
 beralih ke hijab Pendengaran... engkau mendengar
demi untuk Allah; Dan pendengaran itupun
 bertingkat-tingkat ... dari pendengaran demi untuk
Allah ,... beralih ke hijab. Diam untuk Allah dan diam
itupun bertingkat-tingkat pula.

Tutur katanya pula : Bagaimana hingga engkau diam


membisu? Mengapa tidak engkau pikirkan? Mengapa
engkau tidak berkemauan? Akupun menjawab :
Maluaya (pelindungku)! Bagaimana aku tidak
memikir? Maliaya, bagaimana aku tidak berkemauan?
Dian pun membalas : Bila sudah jelas bagimu bahwa
Aku lah pelaksana segala sesuatu, untuk apa pula
engkau memikir? Jika sudah terlihat segala sesuatu
adalah perbuatan Ku, sedang engkau telah
memikirkan, niscaya jiwamu akan datang kepadamu
memberi jawaban: Yang ini perbuatan Nya dan yang
ini perbuatan mu.

Bila engkau dihadapkan pada pemisahan, sebenarnya


tidak ada pemisahan... Niscaya akan berpisahlah
engkau.... Bila engkau diperlihatkan tercerainya...
tiada perceraian yang sebenarnya.... niscaya engkau
 bercerai pula.... Bila terputus kaitan oleh perceraian,

An-Nafri | Penglihatan yang Agung 105

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 106/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
engkau akan datang kepa Ku dengan mempersiapkan
 pengaduan dan perbantahan serta meu merebut apa
yang Ku punyai.... Ketahuilah, engkau telah melihat
kepada Ku, bahwa Aku lah pelaksana merangkap
 pelaku atas segala sesuatu, jangan dengan ilmu untuk
mengetahui pelaksana dan pelaku segala
sesuatu....dengan demikian engkau akan membisu
demi untuk Ku, dan tidak lagi engkau akan
memikirkan. Sesungguhnya pembahasan mendalam
dalam ilmu pengetahuan itulah yang menyebabkan
terbersit engkau agar berfikir.

Tuhan berkata pula padaku : Bila telah tertangkap


olehmu antara perbuatan dan yang melakukan dari
 balik punggungmu, bukan di anatar kedua tanganmu
... dan engkau telah melihat tiada antara Ku dan
antaramu “engkau” dan tiada di antara Ku dan
antaramu perbuatan, niscaya tiadalah engkau
 berkemauan keras.
Tuhan menyambung lagi kata Nya : Aku mempunyai
 perkataan-perkataan suatu pandangan berupa “kata”;
dan Aku mempunyai perbuatan-perbuatan suatu
 pandangan berupa “Pelaksanaan” dan Aku
mempunyai ilmu-ilmu suatu pandangan berupa
“Ilmiah” dan terhadap segaala sesuatu pandangan
 berupa “Berdirinya” (Qoyyumiah). Dan setiap yang

memandang berkisar
yang dilihatnya pada siapa
(Pandangan yang
berupa melihatnya,
ucapan kata). apa

Dan pandangan berupa ilmu, ialah alim ulama yang


mengatakan dalam suatu ketika... “Aku merasa bahwa
Allah mengilhami” diriku dengan ungkapan yang

106 Penglihatan yang Agung | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 107/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
demikian,,,; maka ia seakan-akan melihat Allah dalam
ilmunya.

Dian Ia bertuturkata lagi kepadaku : Orang yang


sudah memiliki “penglihatan” dalam berkata-kata, ia
melihat Ku bila ia berkata, dan ia di atas sesuatu
 bahaya; juga para alim yang sudah “melihat Ku” tahu
 benar adanya bahaya.

Akupun bertanya kepada Nya : Maulaya, apakah


gerangan bahaya itu ??? IA menjawab : Ucapan dan
tutur katanya tidaklah terus menerus baginya dan
tidak berkekalan, maka apabila ia berpisah dengan
 penyebab yang ia dapat melihat, niscaya ia akan
 berpisah dengan penglihatan itu, maka inilah bahaya
itu... berpisah dengan tutur kata niscaya ia akan
 berpisah dengan penglihatan, berpisah dengan ilmu
niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan.

Katanya pula : Yang mempunyai penglihatan berupa


kata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan tiada
melihat Ku manakala ia diam, maka berarti
 penglihatannya yang sebenarnya dalam tutur katanya.
... tetapi sebesar-besar melihat adalah dalam diam
 bukan dalam ucapannya.... dan engkau dapat melihat
yang demikian itu sedangkan ia tidak dapat
melihatnya, karena sesungguhnya engkau melihat Ku

tidak dalammelihat
 perbuatan, tutur Ku
kata,tidak
melihat
ilmu Ku
dan tidak dalam
melihat Ku
tidak dalam amal, maka engkau sudah memiliki
“Penglihatan Yang Agung”, engka melihat Allah
dalam segala sesuatu, dalam diam dan dalam ucapan,

An-Nafri | Penglihatan yang Agung 107

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 108/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
engkau melihat Nya tanpa dinding penutup antaramu
dan antara Nya.

Perktaan itu dinding penutup dari penglihatan....


 begitu juga halnya ilmu dan amal, sesungguhnya Aku
mempunyai hamba-hamba yang sanggup melihat dari
 balik tirai hijab, maka bila engkau telah melihat Ku
 bukan dari bawah tirai, bukan juga dari bawah nama,
maka sesungguhnya engkau telah melihat Ku dengan
“Penglihatan Yang Agung”. Aku mempunyai hamba-
hamba yang tidak membesar-besarkan penglihatan ini,
karena telah tersingkap nyata dan tidak Ku ijinkan
tirai penutup bagi mereka, telah Ku angkat pula nama
dari mereka, sudah tidak Ku ijinkan lagi nama
menjadi penghalang baginya.

Lalu ku ajukan pertanyaan manja kepada Nya :


Maulaya, apakah tabir penutup itu? Dan apakah nama
itu? Ia pun menjawab : Tabir penutup dan nama itu
adalah perkataan yang mana di dalamnya, kesedihan
dan ketakutan, ia melihat Ku di dalamnya, dan apabila
ia telah “melihat Ku” dan sudah tidak melihat tabir
 pnutup dan tidak melihat nama di antara Ku dan
antaranya, niscaya ia tercengang dan akan disngkap
oleh keheran-heranan (Al Buhtu wal buhut).

Dan ia berkata kepadaku : Hai yang memiliki

“Penglihatan Yang
orang yang dapat Agung”
melihat, engkau
orang dapat melihat
yang beramal, orang
yang berdiri tegak, engkau dapat melihat pada
 penglihatan mereka, dan dikala mereka keluar dari
 penglihatan mereka. Dan kata Nya : Tiada saling
duduk bersama semajlis, kecuali yang sudah di tahap

108 Penglihatan yang Agung | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 109/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Penglihatan Yang Agung” dan lanjut Nya : Yang
saling berkawan duduk adalah mereka yang di
ambang penglihatan dan di belakang dari kanan kiri
ambang pintu itu diddapati Ba’ussifah (Yang sudah
keluar dari sifat manusiawi ketika mereka sudah
 berada di ambang pintu).

Yang mempunyai penglihatan itu ada dua : Pertama


yang mempunyai Asma’ dan tabir penutup, dan itulah
seorang kawan duduk yang berbahaya; Karena
 bukanlah kawan duduk yang mengakui Aku sebagai
Tuhannya yang dapat ia melihat pada Ku di dalam
hijab, maka ia adalah kawan duduk bagi apa-apa yang
ia melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan
duduk Ku;
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama serta dari tabir
 penutup... ia akan tercengang, ia akan melihat Aku
dalam keheran-heranan.

Perkenankanlah ku ajukan pertanyaan ini : Maulaya;


Apakah Al Buhut (keheran-heranan) itu? Jawabnya :
Keheran-heranan itu adalah hendaknya ia keluar dari
nama-nama dan tabir penutup, lalu ia melihat Aku,
maka ia akan merasakan ketenangan dengan
 penglihatannya, dan di ssaat itu tidak sepatah
ucapanku dan juga tidak sepatah pun ucapan dari
 padanya.

An-Nafri | Penglihatan yang Agung 109

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 110/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 24 

Sopan Santun Bermajelis


(1)
 Yang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh
kesah kepada Ku, telah jelas terlontar dari lisannya
 jalan pelarian
 Simpanlah hajat kebutuhanmu dalam hatimu
dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku menjadi
tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
 Sesorang yang tenang tenteram, ialah siapa
yang menjadikan Aku tempat pelariannya, bukan
lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan
Ku, dan kata-kata pun tidak pula mendapat
 pertolongan Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu
agar diam, dan engkau sajalah yang berdiri di antara
kedua tangan Ku

(2)
 Kawanku yang semajelis adalah hamba-hamba
Ku yang paling dekat pada Ku, melebihi dekatnya
dari pada mereka yang melihat Ku... Duduk semajelis
dengan Ku adalah buah dari “Penglihatan Yang
Agung” yaitu melihat Ku dalam segala sesuatu dan
 pada setiap waktu, dan barangsiapa yang

mencapainya, maka
dan ketentraman ssampaissayap
di bawah pula kepada
ke Maha ketenangan
Agungan
dan Ketetapan nan Teguh.
 Kawan Ku yang semajelis adalah kawan duduk
Ku, sudah enggan berkawan duduk dengan selain Ku;
Kalau bersama Kitab Ku, ia pun akan berpisah dengan

110 Sopan Santun Bermajelis | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 111/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Ku; atau bila ia berkawan duduk dengan sunnah Nabi
SAW. Maka keluarlah ia dari majelis Ku. Ia hanya
dapat keluar kepada sunnah dan Kitab karena hajat
yang mesti, darurat, yang artinya bahwa hanya dengan
izin dan perintah dari pada Ku, barulah ia dapat keluar
dan berkawan duduk bersama hamba-hamba Ku.

(3)
 Bila engkau melihat Ku, jangan hendaknya
engkau menjadi kawan duduk Ku; Penglihatan itu
 jangan diartikan izin untuk berkawan semajelis,
melainkan bila penglihatan itu adalah “Penglihatan
Yang Agung” yang dengannya engkau melihat Ku
dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu.
 Duka cita itu adalah sifat hamba Ku. Barang
siapa yang menghambakan diri pada Ku, akan
memperoleh kesedihan hingga sampai ke tahap
“Milhat Ku” dan yang sudah melihat Ku akan
 bersedih pula sebelum sampai pada “Berkawan duduk
semajelis” Dan barang siapa yang “Berkawan duduk
semajelis” dengan Ku disusul pula oleh kesedihan
“Luput daripada Ku”. Karena Aku yang akan
meluputkan . Keluputan itu aalah sifat Ku, karenanya,
duka cita dan kesedihan itu akan selalu menyertainya.
Sesungguhnya yang menyertainya itu adalah jru
 bicara dari lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku.
Adapun “Berita gembira” (Al Busyra) adalah juru

 bicara
hendaknyadari lisan-lisan
engkau berhenti, keridhaan Ku; maupun
baik dalam duka Jangan
suka, berdirilah hanya untuk Ku, sebagaimana
layaknya para “Kawan duduk semajelis” dengan Ku,
 berdiri di anatara kedua tangan Ku. Baru tahap inilah

An-Nafri | Sopan Santun Bermajelis 111

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 112/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 Nur Cahaya Ku akan memancar, menyinar, menjulang
naik ke lubuk hatimu.

(4)
 Di dalam kawan duduk semajelis, sudah
tiadalagi zikir, dan tiada pula berzikir, dalam ia
memandang tidak berbalik kembali pandangannya,
 paham..... tiada ucap pemahamannya.

(5)
 Sudah berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu
 pada ketenangan makrifat, telah berkesudahan
ketentuan makrifat pada budi pekerti penglihatan,
telah berkesudahan budi pekerti penglihatan pada budi
 pekerti kawan duduk semajelis. Kesemuanya telah
 berlalu, kesemuanya sudah dikenal dan dialami, maka
ia pun akan melihat Ku antara hati dan kemauan
kerasnya, dan antara lidah dan tutur katanya.

Maka berserulah Ia kepda Ku “Seorang” kawan


duduk semajelis” sudah tidak lagi memohon fatwa
dan tidak pula memohon perkenan, tidak juga
 pertolongan apalagi minta-minta, ungkapan pun juga
tidak..
Bila fatwa yang diminta, maka ia pun menurun
kepada ilmu, bila yang diminta perkenan, balik lagi ia
kepada makrifat, jika pertolongan yang diharapkan,

turunlah
 jelas dia iaturun
ke hajat, dan jika iajika
ke kefakiran, masih minta-minta,
ungkapan yang
diharapkan ia turun ke berpaling.
IA pun melanjutkan tutur kata Nya : Di sini, kawan
duduk semajelis, baginya dari setiap sesuatu itu
 berupa ilmu, dan dari setiap ilmu itu adalah zikir,

112 Sopan Santun Bermajelis | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 113/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
itulah sebenar-benar hamba Ku yang sudah
sepenuhnya melingkupi segala himpunan. Selanjutnya
: Pandanglah apa yang dilihat “Kawan duduk Ku” ia
sudah melihat takdir-takdir, dan melihat bagaimana
Aku menghalau takdir demi takdir, dan melihat
 bagaimana Aku mengulangi takdir-takdir itu dengan
aneka cara yang Ku kehendaki; karena sesungguhnya
Akulah yang memulai penciptaan kemudian
mengulanginya (Al Mubdi-u wal Mu’ied).
Keyakinannya itu terlihat merupakan Nur antara
kedua tangan Ku... Nur, cahaya berpadu cahaya yang
 bermakrifat. Dan ia melihat Ku, sebagaimana Aku
menjulangkan Nur demi Nur ... Cahaya demi
cahaya...atas siapa yang Ku kehendaki.... tampak
semua itu, terlihat semua ilmu dan semua kejahilan,
sehingga tampaklah “Duka dan waham; Terlihat jelas
 bagaiana cara Ku menimpakan “Dua dan waham”
dengan apa dan kepada siapa yang Ku kehendaki.
Hati demi hati terlihat jinak dan tenang manakala
duduk bersama Ku semajelis.
Disambung pula kata Ny : Seorang yang sudah Ku
 jadikan “Kawan duduk semajelis” tidak lagi ke derajat
ilmu dan makrifat, kecuali dalam keadaan mendesak,
kalaupun mendatangninya juga, maka datangnya
dengan penuh cara yang sopan, begitu selesai apa
yang diperlukan, ia pun surut ke tempat asalnya.
Mendatangi dengan cara yang demikian, niscaya

derajat ilmu derajatnya


kehilangan dan makrifatnya
yang tetap diperoleh
semula. Ia tanpa
akan
“Dimiliki” dan tidak akan dilepaskan dan tidak
memperoleh kemenangan.

An-Nafri | Sopan Santun Bermajelis 113

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 114/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
(6)
 Bila engkau duduk di antara kedua tangan Ku,
dan masih ada padamu ilmu dan makrifat yang saling
 berkaitan pada dirimu, niscaya Aku akan
mengeluarkan engkau dari majelis Ku untuk kembali
masuk ke dalam ilmu dan makrifat, dan Ku serahkan
 padamu menentukan pilihan untuk mengambil
keputusan dan hukum antaranya dan antaramu.

Bila putusanmu duduk dalam ilmu, maka ilmu itu


tidak mendatangimu dengan kepuasan, lalu engkau
 pindah kepada makrifat, maka makrifat itu tidak
mendatangimu dengan kepuasan; Kedudukan saja
engkau di antara kedua tangan Ku. Dalam Majelis Ku
tidak akan dimasuki oleh langganan-langganan.
Kawan duduk Ku tidak akan menoleh ke belakang
dan tiada lisan yang akan mengajak bicara.
(7)
 Kawan dudu Ku itu sudah melihat pada Ku,
 bagaimana Aku memegang segala sesuatu dan
 bagaimana sesuatu-sesuatu itu tidak dapat saling
 berpegang tanpa Aku, sedangkan ia sudah melihat
 bahwa segala sesuatu adalah buatan Ku, tidak dapat
 berdiri tegak melainkan dengan Ku. Tiada juga
dikecualikan “duka cita dan waham”, tiada pula
 benih-benih buah buahan yang berserakan di jalan-
 jalan, tidak juga batu merah tembok bangunan, semua,

semua...
Ku. JikaMaka
telah segala
fana sesuatu
kawan itu dalam
duduk Ku,genggaman
baru Ku
ungkapkan tirai hijab, dan lumatlah langit-langit dan
 bumi-bumi demi kerinduan kepada mereka agar
mereka menjadi kawan duduk dan dekat bersanding
dalam majelis Ku yang baru.

114 Sopan Santun Bermajelis | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 115/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 25 

Kesabaran

Pintu yang terdekat dengan pintu Ku adalah pintu


kesabaran. Demikianlah kata Tuhan kepadaku: Tiada
 pintu lagi antar Ku dan antaranya, dan pintu-pintu lain
 berada di belakang pintu sabar. Setiap pintu satu
hijab, dan pintu kesabaran tidaklah berhijab, maka
hendaklah engkau iqamah di dalamnya.

Engkau menginginkan Tuhanmu?


Hendaklah engkau memandang kepada Nya dan
 bersabar, hingga Dia yang mendahuli!

Engkau menginginkan Tuhan mu?


Hendaklah engkau memandang kepada Nya dengan
kekhusukan, sampai Dia yangmengajakmu!

Tutur Tuhan kepadaku : Bila engkau menjadi seorang


yang mulaia dengan kesabaran atas Ku dan kesabaran
atas Ku itu menjadikan engkau mulia; Karena
sesungguhnya engkau telah berdiri di Gerbang
Kesabaran, berarti engkau berdiri di kemuliaan, maka
ucapkanlah kalimat-kalimat kesabaran. Dan kata Nya

:ku!
Kalimat-kalimat pintuberkuasa
Engkaulah yang kesabaranberbuat
ialah : Ya...
atas Tuhan
segala
sesuatu”.
IA telah mendatangi hamba Nya dengan suruhan :
Hendaklah engkau mengerjakan sesuatu ini dan itu!! I

An-Nafri | K e s a b a r a n 115

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 116/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
mendatangi hamba Nya dengan membawa hijab, agar
hamba Nya tidak melihat amal perbuatannya!
Ia pula yang menguji.
Ia pula yang mencoba.
Hamba itu telah termakan fitnah oleh amal
 perbuatannya.
Lalu apa yang dikerjakan oleh si hamba itu?
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia harus bersabar
atas Tuhannya, hingga tiba saatnya “Keyakinan”
mendatanginya.
Bila ia diserang dengan tebasan pedang hendaklah ia
maju menghadapinya.
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang membunuh mereka,
tetapi Allah-lah yang membunuh mereka (QS. Al
Anfal 8:17).

Maka inilah ungkapan hakikat, Dialah yang


membunuh kuffar itu ... satu persamaan yang terjasdi,
 pada dhahirnya ... Kaum Mislimin telah bersabar!
Penuh ketabahan serta gigih mempertahankan ...
mereka diserang oleh pedang mereka, malahan maju
dan tetap melakukan perlawanan. Bila mengatakan
“Hendaklah kalian melakukan peperangan dan saling
 bunuh membunuhlah! Lakukanlah! Laksanakan! Dan
 berjihadlah dengan penuh perasaan mengetahui akan
kebenaran, bahwa Dia lah yang membunuh dan Dia
lah yang melaksanakan segala sesuatu.

Dan Ia bertutur kata kepadaku : Bila aku telah datang


kepadamu dalam penglihatanmu kepada Ku, maka
sudah tidak ada lagi kemuliaan”. Kemuliaan telah
tunduk kepada Yang Maha Mulia, dan Yang Maha
Mulia telah mendatangi hamba-Nya.

116 K e s a b a r a n | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 117/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Aku telah mendatangkan engkau kepada Ku, dalam


 penglihatan Mu itu engkau telah berada di maqam
kemuliaan. Bila engkau berpaling, maka Aku lah yang
meluruskan. Bila engkau menoleh, Aku lah yang
mengembalikan.

Seru Nya Pula : Pintu Hadirat Ku, ialah pintu


kesabaran atas Ku.

Dan kata Nya : Di dalam pintu kesabaran atas Ku


engkau akan dapat mengetahui siapa engkau dan siapa
namamu di sisi Ku.

Dan kata Nya : Ilmu itu tangga naik menuju makrifat,


setelah itu ia akan melihat dirinya dan tiada lagi
terlihat makrifat... makrifat itu tangga naik menuju
 penghentian (Al Waqwah) penghentian itu tangga
naik menuju rahasia (As Sir), setelah itu akan terlihat
 penghentian dan tidak lagi terlihat “rahasia” Dan
setelah itu tidak terlihat lagi selain Nya.

Lalu Ia bertutur kata padaku : Sesungguhnya engkau


telah melihat segala sesuautu, dan engkau akan
melihatnya apapbila ia naik, apa yang terlihat adalah
dirinya sendiri; maka engkau jangan naik kepada
sesuatu sekalipun ia mengungkapkan tentang dirinya

kepadamu.
sesuatu itu Jangan pula engkau
mendatangi untuk bersembunyi
mengikutimu,ditetapi
kala
 bersembunyilah manakala ia mengajakmu berbicara.

An-Nafri | K e s a b a r a n 117

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 118/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 26 

Siapa Pelindungku dari Hawa


Nafsu

25. SIAPA PELINDUNGKU DARI HAWA

 NAFSU
Aku dihentikan di ilmu Nya, maka kulihat bagaimana
ulah Nya membuat derita. Dan Dia membuat
kebahagiaan oleh sesuatu sebab, yang mana sebab itu
adalah Dia sendiri.

Kulihat pula tiadalah Ia mendhahirkan ilmu itu.


Kulihat pula cara-cara Nya memalingkan kekufuran
dan memalingkan keimanan. Akupun menjerit
memohon pertolongan ... Hai ilmu! Tolonglah aku!
Ilmu menjawab : Tempat kembaliku adalah ilmu
 Nya... aku menoleh ke makrifat : Hai makrifat!
Tolonglah aku! Jawabnya : Tempat kembaliku kepada
ilmu Nya!... Aku takut! Kengerianku menjawab : Aku
tidak bisa menolongmu. Akupun berdo’a “Ya Tuhan
ku” Ia menjawab “Labbaika” Kusahuti :Labbaika wa
Sa’daika.... Ia berkata : Apa pintamu? Teguhkan aku;
Selamatkan daku dari hawa nafsu:

Ketahuilah! Tutur Nya... “Hawa nafsu itu adalah


utusan dari utusan-utusan keperkasaan Ku yang teguh,
yang telah Ku kirimkan kepadamu, dan didalam hawa
nafsu itu terdapat api-Ku, apabila hawa nafsu itu
datang, niscaya api-Ku datang pula, maka masukilah!
118 Siapa Pelindungku dari Hawa Nafsu | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 119/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Bagaimana caraku memasukinya?... Jangan engkau
memohon pertolongan dengan ilmu dan jangan
dengan makrifat, keduanya jika engkau minta
 pertolongan, maka engkaulah beserta ilmu dan
makrifat yang menjadi tawanan hawa nafsu”.

“Dan ketahuilah... tiada penolong dari hawa nafsu itu


kecuali Allah.... Dan sekali-kali tiadalah engkau dapat
keluar dari “Api" hawa Nafsu” dengan ilmumu dan
tidak juga dengan makrifatmu. Dan api itu akan
membakar bagian-bagian dirimu yang sudah minta
tolong pada ilmu dan makrifat, bila telah selesai
membakar, maka engkau akan suci bersih dan
enggkau sudah mencapai... “Bahwa tiada penolong
selain Ku” ... lalu engkau akan menjerit pada Ku, Aku
 pun segera mendatangimu, lalu Ku singkirkan api Ku,
maka tidak lagi akan kembali padamu.

An-Nafri | Siapa Pelindungku dari Hawa Nafsu 119

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 120/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 27 

Pertimbangan amal dan Iman

Tuhan berkata kepadaku : “Aku telah menimbang


amal perbuatan para orang yang beramal, maka
kesemuanya tidak dapat menandingi sekurang-
kurangnya makrifat para arifin yang paling sedikit.

Dan Allah melanjutkan : “Bahwa amah sholeh apabila


dilakukan oleh selian para arifin “Bilah” akan
 berkesudahan sia-sia, gugur atau hapus sama sekali,
maka amal tersebut bagaikan abu yang ditiup angin
dengan keras pada Hari Badai,... maka tumpukan
amal yang membukit tidak dapat menandingi zarrah
dari iman, karena tiadalah pembuat amal itu dalam
hakekatnya kecuali Allah... dan tiada yang berbuat
 perbuatan selain Nya.

Sehingga ada orang yang mengakui bahwa di


sampingnya suatu perbuatan.. lalu ia mengatakan
“Aku telah mengamalkan”

Perhatikanlah : Bahwa hanya dengan maktifat orang


dapat beramal, dan bukan dengan amal orang dapat

 bermakrifat.

120 Pertimbangan amal dan Iman | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 121/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 28 

 Akal Budi

Akal budi itu menjelaskan kepadaku : Kediamanku di


dalam hikmat kebijaksanaan, rumah hikmat
kebijaksanaan tiada berpintu, dan tiada pagar, mudah
dimasuki ... kebenaran dan kebatilan tiada berbeda,
yang indah dan yang buruk dapat memasukinya.

Sluruh rumah dipenuhi dengan pintu-pintu dan itulah


rumah tanpa atap tanpa naungan, tiada juga tanah
untuk dasar rumah itu, segala sesuatu bebas masuk ke
dalam, segala sesuatu boleh berkata sesuka hati,
 pengaduan apapun ku terima, boleh saja aku dimusuhi
dan aku berada di setiap kemauan.

Engkau telah memasuki Hadirat itu dan engkau telah


meninggalkan aku dengan Nur cahaya maqammu,
tetapi aku tetap bersamamu, aku tidak akan
meninggalkan engkau, karena maqamku itu ada di
dalammu, maka tiada ku terima pemberitahuan
apappun daripadamu dan aku pun tidak mengerti
sikapmu... demikianlah penjelasan akal.

(Akal budi sesuatu,


mengetahui itu suatu
sertaalat untuk tali
menjadi mengenal dan
penghubung
 pula, dan kesudahannya ia dapat mencapai hikmat
kebijaksanaan untuk membina dan menyusun dengan
satu perhitungan yang tepat. Dan inilah batas-
 batasnya serta melangkahi dengan berupaya menuju

An-Nafri | Akal Budi 121

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 122/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
kepada Nur Cahaya Hadirat... dan di dalam Nur
Cahaya Hadirat itu sang akal budi tidak memahami
apapun karena sudah bukan maqamnya lagi).

122 Akal Budi | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 123/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 29 

Jalan Laju dan Penyeberangan

Seorang wali yang melazimi di maqam Hadirat


 berkata : Makrifatku terhadap segala sesuatu
merupakan makrifat yang pulang pergi, maka tiadalah
maqam bagiku dalam ilmu dan tidak pula dalam
makrifat.
Aku hanya melewati jalan lalu saja.

Bagaimana engkau dapat melalui ilmu-ilmu itu dan


 bagaimana pula engkau melewati makrifat-makrifat
itu”

Hendaknya engkau jangan mendengar, agar tidak


menjawab.. jangan pula menoleh agar tidak berpisah...
Maka Allah itu berada di depan segala sesuatu.
(Dalam sebuah hadits Nabawi yang mulia)
“Hendaknya engkau hidup di dunia ini bagaikan
 pendatang asing yang lewat di jalan lalu”

(Arti dan makna Hadist di atas ialah, hendaknya


seorang abid itu menghimpun kemauan kerasnya
kepada Allah meskipun dikelilingi oleh daya tarik dan

rangsangan-rangsangan duniawi itu


walaupun rangsangan-rangsangan yangberupa
menawan,
ilmu-
ilmu dan majkrifap-makrifat. Bagi seorang abid
hendaknya – Walau memasuki – tetap dalam tujuan
dan hanya lewat dan lalu menuju yang lebih tinggi...
yaitu kepada Allah semata, yang nampak di depan

An-Nafri | Jalan Laju dan Penyeberangan 123

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 124/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
untuk selama-lamanya yang juga menjadi sasaran
ilmu dan makrifat).

Bila engkau memasuki ilmu-ilmu, maka masukilah


sebagai musafir lalu.... anggaplah jalan lalu dari
sebuah lorong, maka jangan sekali-kali berhenti
supaya tidak didatangi oleh para pembinanya yang
akan merangsangmu dengan rumah-rumah indah
karyanya, maka akan terlihatlah padamu Nur Cahaya
Ku telah menggunakan tenaganya memancar di atas
rumah-rumah mereka. Engkaupun akan tinggal di
dalamnya rumah-rumah mereka dengan nyaman dan
gembira tidak lepas dari Nur Cahaya Ku yang yang
telah memancarkan menjulang naik, maka engkau
tidak berhenti berdiri kecuali atas Ku. Engkau tinggal
 bersama mereka, yang sebenarnya adalah engkau
tinggal bersama Ku, tidak bersama mereka.

Bila engkau menghendaki Aku naik atasmu dengan


 Nur Cahaya Ku, niscaya Aku naik; Dan jika engkau
kehendaki Aku mengutusmu kepada Nur Cahaya Ku,
niscaya Ku utus.

124 Jalan Laju dan Penyeberangan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 125/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 3

Penglihatan “KUN”

Hendaklah engkau terbang menuju kepada Ku “Wahai


hamba Ku! Jika engkau tidak sanggup maka
“Menyebranglah” Wahai yang lemah.

Jika kedua cara di atas tidak mampu engkau lakukan,


maka cara terakhir adalah menjeritlah kepada Ku”.
Wahai yang karam! Hingga engkau tiba di maqam
tempatmu berdiri pada Ku, agar dengan demikian Ku
angkat engkau ke tempat penghentian sebelum
“KUN” (jadilah).

Baik yang engkau lihat maupun yang engkau dengar


di tempat penghentian, itu semua adalah ilmu Ku,
tidak dapat engkau mengetahui dalam maqam mu
yang rendah.

Yang sudah engkau ketahui adalah giliranmu yang


 pertama, yaitu kehidupanmu di dunia ini, hal ini
 jangan hendaknya engkau datang pada Ku dengan
sesuatu dari apa-apa yang telah terungkap padamu.
Dan sesungguhnya, Aku akan mengeluarkan engkau

kepada
akhirat. kekuasaan kerajaan Ku dalam kehidupan di

Adapun giliran mu yang ke dua, adalah dari apa yang


tidak engkau ketahui dan tidak akan Ku beritahukan

An-Nafri | Penglihatan “KUN” 125

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 126/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
 padamu dalam maqam yang sekarang ini, dan “kata
 pasti” yang berlaku untukmu.

Dalam sebuah Hadis Syarif, Rasulullah Saw.


Bersabda :
“Tidak seorang pun dari padamu yang dapat masuk
surga dengan amal perbuatannya, hanya dengan
Karunia dan Rahmat Allah juga”

Maka, temuilah Aku, dan jangan membawa serta amal


 perbuatan, lemparkan semua itu! Jangan engkau
mengucapkan “Aku telah mengamalkan” “Aku telah
 beramal” Hendaklah engkau masuk pada Ku tanpa
daya tanpa upaya, tanpa tenaga tanpa kekuatan,
kecualai dengan Ku, Dengan demikian engkau benar-
 benar menjadi seorang Arif.

126 Penglihatan “KUN” | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 127/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 31 

Jangan membantah mengenai


Hukum hukum Ku

Bahwasanay Aku mempunyai hamba-hamba bila Ku

ajak bicara untuk


sesuatupun merekapengertiannya;
tidak mengajukan
Dan pertanyaan
bila Aku
 berkata kepada mereka pun tidak membantah, bila Ku
 perintahkan sesuatu, tidak juga bersedih.

Mengapa mereka harus murung?

Barangsiapa yang bersedih hatinya dalam sesuatu


 persoalan, niscaya ia akan jatuh antara maju dan
mundur, Dan siapa yang mengajukan pertanyaan
untuk mencari pengertian dalam pembicaraan, niscaya
akan jatuh antara kemantapan dan kebimbangan.

Hanya hamba Ku yang sebenar-benaranya yang


langsung bertindak untuk segera melakukan dan
melaksanakan perintah Ku.... tiada ia menanyakan
untuk pengertian dan tiada juga membantah atau
 bersedih. Keadaannya laksana Malaikat yang berhati
teguh. (Orang yahudi suka berbantah seperti yang
terkandung di QS. Al Baqarah 67 -71).

Jika engkau membantah perihal hukum-hukum Ku,


maka engkau menganggap dirimu seakan-akan Tuhan
dan engkau sependirian dengan lawan Ku, dan itu

An-Nafri | Jangan membantah mengenai Hukum hukum 127


Ku

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 128/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
adalah suatu kekufuran semata-mata dan tidaklah hal
yang sedemikian itu memperoleh pemberian apa-apa,
selagi engkau tetap menjadikan dirimu sebagai tuhan
lawan Tuhan mu, maka jangan menanti pemberian
 Nya, penuhilah hajat kebutuhan dirimu sendiri.

Pemberian itu hanya Ku peruntukan bagi hamba Ku


yang melazimi pendirian sebagai layaknya seorang
hamba dari ke Maha Agungan Tuhan .. Allah
 berfirman, yang tafsirnya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah Ku (QS. Adz-
Dzariah 51 -56).

128 Jangan membantah mengenai Hukum hukum Ku | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 129/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 32 

Nafsu

Aku telah ditegakkan berdiri di hadapan nafsu, maka


kulihat kekuasaan serta kerajaan keseluruhannya,
lengkap disertai dengan bangunan-bangunan,
mahligai-mahligai dan ku lihat di samping nasfu
“ilmu” seluruhnya, “Makrifat” semuanya, “Akal
 budi” dengan kecerdasannya, kesemuanya itu sebagai
 pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf sebagai
tentaranya dan pembantu-pembantunya.
Dan Tuhan bertutur kata kepadaku : Nafsu itu adalah
musuhmu! Maka jangan mengajak berbicara! Ajakan
 bicaramu akan disertai ilmu, sesungguhnya tiadalah
engkau dapat mengajaknya bicara melainkan dengan
ilmu, sedangkan ilmu itu bala tentaranya dan akal
 budi itu pelayan-pelayannya, nafsu itu tidak putus-
 putusnya berbicara, Ia tidak dapat diam lalu
mendengarkan dengan baik; Bila engkau ajak bicara
ia pura-pura mendengarkan, sedangkan ia hanya mau
mendengarkan kata dan suara hatinya, serta
keinginan-keinginannya sendiri saja.

Dan Tuhan melanjutkan tutur kata Nya : Bila engkau

mau menaklukkan
rumahnya, nafsu
bila engkau itumenundukan
mau dan menguasai raumah-
nafsu, maka
 jangan sekali-kali mengajaknya berbicara, dan
sembunyikan laparnya, sebagaimana ia
menyembunyikan kenyangnya. Sembunyikan di balik
 belakang di mana ia memanggilnya serta merta

An-Nafri | N a f s u 129

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 130/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
meninggalkan tentaranya dan meninggalkan mahligai-
mahligainya, dan balik kembali membawa persoalan
yang sama, yaitu mengajakmu bicara tentang
 persoalan lapar, bukan persoalan yang lain, maka
 jangan disahuti bicaranya dan jangan pula
menyambutnya, karena sesungguhnya bila engkau
melayaninya bicara atau menjawab bagaikan engkau
memberi peluang padanya untuk menarikmu dan
merangsangmu, lalu ia akan berani-berani
mengeluarkanmu dari pada apa yang selama ini
engkau rahasiakan dan sembunyikan.

Dan bila ia telah berhasil mengeluarkan mu daripada


apa yang engkau rahasiakan dan sembunyikan,
niscaya ia akan memperoleh kemenangan. Dan
andaikan engkau mengajaknya bicara dengan ilmu,
niscaya ia akan mengalahkanmu, karena ilmu dan
makrifat itu adalah bala tentaranya.

Itulah perumpamaan tentang nafsu, ibarat engkau


mengejar-ngejar musuhmu yang berada di hadapan
antara kedua tanganmu, sehingga apabila engkau
dapat menduduki dan menguasai rumah-rumahnya
niscaya ia akan keluar menyelonong dari belakang
 punggung mu. Maka hendaklah engkau merahasiakan
dan menyembunyikan laparnya nafsu dan hendaklah
engkau tetap berteguh merahasiakan dan

menyembunyikan, sebaliknya
merahasiakan dan menyembunyikan jangan engkau
kedudukan dan
kemauan nafsu itu, karena dengan demikian engkau
akan keluar dari merahasiakan (laparnya) kepada
merahasiakan, dan menyembunyikan kepada
menyembunyikan.

130 N a f s u | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 131/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Maka setelah kesemuanya itu engkau sembunyikan


dan engkau merahasiakan, maka keluarlah dari nafsu
itu satu persatu, dari segala ilmu, dari segala makrifat,
dari segala kekuasaan kerajaan dan tinggalah ia
(nafsu) itu berdiri di depan pintu “penyembunyian dan
merahasiakan”. Dengan tak bosan-bosannya iapun
menyajikan acara yang diulang-ulang, yakni
mengajakmu bicara tentang lapar dan berusaha
mengeluarkan aku daripadanya, tetapi aku tinggal
tetap teguh dan waspada merahasiakan dan
meneyembunyikan.

Maka tiadalah ia menuntutku kecuali kepadanya,


maka akupun tinggal tetap bertahan, karena
sesungguhnya itu adalah benteng pertahananku yang
kokoh yang tiada ia dapat mengajakku bicara
tentangnya. Dan tiadalah ia akan sampai kepadaku
melainkan dari pintunya.

An-Nafri | N a f s u 131

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 132/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 33 

Penghentian Memandang Wajah


Nya

Ak”Penghentian Memandang Wajah-Nya” kemudian

Ia bertutur
 bawah dankata kepadaku
lihatlah : “Turunlah
segala sesuatu! sejenak
Lepaskanke
 pandanganmu ke padanya, kemudian berbalik lagi
kepada Ku!; Akupun turun diiringi Nur Cahaya Nya;
maka kulihat “segala sesuatu” aku tidak lagi melihat
keindahan dan tidak juga keburukan; tiada lagi ada
 jarak, mana yang jauh dan mana yang dekat, tidak lagi
ku lihat pertentangan, tidak pula yang berpadu, tetapi
“ku lihat hikmah kebijaksanaan”, ku lihat pekerjaan
yang sebenarnya, ku lihat peraturan dan takdir,
kesemuanya merupa dalam bentuk yang sebenarnya.
(Sebab pandangan kita selama ini hanya melihat dari
segi sebagian sudut ilmu yng sangat terbatas; Bila kita
melihat bersuluh obor Nur Allah, niscaya aib itu
merupa sifat keharusan yang layak untuk dipakaikan
kepada makhluk, dan segala kekuranagn itu sebagai
suatu “Hikmat kebijaksanaan” dan kita akan
mengiyakan sesuatu hukum, bahwa tiada
kemungkinan lebih indah dari adanya yang sudah
ada).

Dan kulihat Allah di depan dan di belakang apa yang


ku lihat, dan aku melihat Nya di dalam segala yang ku
lihat.

132 Penghentian Memandang Wajah Nya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 133/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Tutur katanya pula : Engkau telah melihat Al Haq
telah memandang Al Haq; Kemudian aku di bawa
naik kepada Nya dan bersamaku Nur Cahaya Nya,
lelu aku berhenti di maqamku dimana aku dapat
melihat Nya sendiri yang berbuat dan tiada yang
 berbuat selain Nya (Al Haq Allah).
Tutur katanya pula : Pandang baik-baik siapa yang
mendatangimu! Maka “akal budi” yang datang kepada
ku sambil menanyakan nama-nama dari apa yang
sudah ku lihat dan ditanyakan pula akan arti dan
makna nama-nama tadi.

Langusng Tuhan menegurku : Jangan di jawab, jika


engkau jawab, maka engkau akan turun kepadanya”.
Segera ia pun menyingkir; “Tunjukan jalan kepadanya
agar dia masuk ke lorong dan melihat dengan Nur apa
yang telah engkau lihat; Barulah ia nanti akan
 beriman dan tidak meragukan lagi; Bagaimana ia
akan ragu, sedangkan ia melihat Ku? Yang meragu itu
hanyalah mereka-meraka yang terhijab; Aku diam
tiada menjawab: Ia pun menyerah kepada ku dan
menunduk kan mukanya.

Tidak lama ia kembali lagi dan menyingkir lagi, balik


lagi datang, padahal ia dalam perjalanan menyingkir,
dia diliputi ingkar dan penolakan dari apa yang sudah
diketahui dan atas apa yang sudah diserahkan; Ia

menyeru sekuat-kuatnya
Sanggahan!!!.... “Hai bantahan!!!
Hai di mana!!.... ... Hai
Hai mengapa!!>....
maka ia (akal budi) telah dijumpai segala sesuatu,
kecuali “Hikmat Kebijaksanaan”.

An-Nafri | Penghentian Memandang Wajah Nya 133

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 134/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 34 

Sifat Ragu (Was-was)

Tuhan berseru kepada ku :

“Bila engkau di datangi keraguan, maka ia akan


mendatangimu dengan berbekal “Bagaimana” dan
itulah juru bicaranya dan itu adalah tanda tanyanya,
agar engkau berbalik pada ilmu pengetahuan. Bila
engkau masuk ke dalam ilmu, maka jatuhlah engkau
di antara datang dan perginya “Akal budi”. Bila
engkau masuk kepda makrifat, maka ia tidak
mendatangimu dengan “Bagimana” karena baginya
sudah tiada “Bagaimana” lagi. Katakanlah kepada
was-was itu : “Dengan DIA, aku telah mengenal sifat
 Nya, dan bukan sifat Nya aku mengenal DIA; Dengan
DIA aku dapat mengenal Ilmu pengetahuan, dan
 bukan dengan ilmu pengetahuan aku mengenal DIA;
Dengan DIA aku mengenal makrifat, dan bukan
dengan makrifat aku mengenal DIA.

“Bagimana” itu berdiri di antara kedua tangan Nya,


dan dikirim oleh Nya kepada siapa yang dikehendaki
 Nya; “Bagaimana” itu batu ujian tentang Dia, dan

menjadi rangsangan
makrifat kepada Nya. untuk menambah pengetahuan

Dan “Bagaimana” itu ku lihat dikirim juga kepada


 para alim ulama dan kepada arif bijaksana, dan
diberitahukan kepada mereka bahwa “Bagimana” itu

134 Sifat Ragu (Was-was) | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 135/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
suatu bentuk keragu-raguan dan was-was. Dan
tiadalah dengan penglihatan mereka kepada Nya,
mereka akan terlindungi dari rangsangan
“Bagaimana”.

Dai berbuat yang demikian agar mereka itu


menyaksikan Maha Kaya Nya dari makrifat mereka
kepada Nya dengan sejelas-jelasnya dan seterang-
terangnya, supaya mereka menyaksikan pula Maha
Perkasa Nya dan Kodrat Nya dengan jelas, serta
mengetahui bahwa apa yang dianugrahkan kepada
mereka daripada Nya dengan seterang-terangnya.

Dan Dia berkata kepada ku : Bila was-was itu telah


mendatangimu, maka katakanlah kepadanya “inilah
 perbuatan itu yang sudah terang dan jelas tanpa
keraguan; perbuatan itu adalah sesuatu yang dibuat,
yang berbuat sudah jelas dan terang tidak perlu
diragukan dan diawas-awasi karena sesungguhnya
Dia-lah yang berbuat; Dan inilah sifat yang berbuat,
maka tentang itu aku mengajukan pertanyaan dan aku
telah ragu dan was-was; Dia telah memberitahukan
kepadaku tentang sifat Nya senantiasa berdiri bersama
 Nya”.

An-Nafri | Sifat Ragu (Was-was) 135

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 136/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 35 

Bukti Nyata

Tuhan ku berseru kepadaku :


(1)
Ilmu Ku itu menceraikanmu daripada Ku, dan karunia
Ku memalingkanmu daripada Ku; Hendaklah engkau
menjadi dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan
 bukan dengan karunia Ku); Ku nyatakan ini padamu
tanpa sebab yang menghukum, yang mana hukum itu
telah nyata dalam segala sebab, Engkaupun akan
memikul segala sesuatu yang mana segala sesuatu itu
tiada sanggup memikulmu, dan engkau akan meliputi
segala yang nyata tidak dapat meliputi engkau.

(2)
“Bukti nyata” Bukanlah suatu perkataan, dan ia
dalam perkataan; bukan pula ilmu dan ia dalam ilmu,
 bukan pula makrifat, tetapi ia di dalam makrifat.

(3)
“Bukti nyata” itu, ialah yang dapat dengannya engkau
mengenal dalam engkau melihat dengan

 penglihatanmu
yang dengannyapadaengkau
Ku, dan makrifat
dapat itu ialah
mengenal apa
dalam
kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk bukti
Ku yang nyata, sedang “Bukti nyata” itu juru bicara
‘Berdiri Ku sendiri (Qoyyumiati); Dan “Diam” itu,

136 Bukti Nyata | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 137/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
ialah hukum dari “Bukti nyata” dan “Ucapan” itu dari
hukum-hukum makrifat.

(4)
Bukan sembarang yang melihat Ku dapat melihat
Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku itulah
yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau
melihat Ku dalam suasana kenikmatan, berarti engkau
sudah melihat Wajah Ku, dan siapa melihat Ku tidak
dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku,
tidak ghalib atasnya melihat Ku, dan siapa yang
melihat Wajah Ku ghalib atasnya melihat Ku.

Sekali-kali engkau tidaklah dapat melihat Ku,


sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan tidaklah
engkau dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau
menyerah pada Ku

(5)
Bila engkau melihat Ku dalam kejadian malapetaka,
maka Aku telah dilihat oleh umum, dan bila engkau
melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau
akan menjadi baik untuk selama-lamanya, dan tiada
engkau akan gaib dengan apa-apa yang nyata.

Bila engkau telah melihat Ku, tiadalah engkau dapat


diselamatkan melainkan oleh penglihatanmu kepada

Ku itu; Dan
tiadalah engkaubila dapat
engkau tidak dapat kecuali
diselamatkan melihat oleh
Ku,
keikhlasanmu kepada Ku; Bila engkau telah melihat
Ku; niscaya engkau akan dapat melihat apa yang
 berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula.

An-Nafri | Bukti Nyata 137

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 138/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Apabila engkau mengajak berbicara, maka bicaralah
menurut asal mula kejadiannya (Yakni, hendaklah
engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan
selamat dari rangsangannya).

(6)
Sesungguhnya engkau telah melihat Ku sebelum
sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku dalam
kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi
 pengganti Ku atas sesuatu itu; Jika tidak, maka
sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti atas
sesuatu itu.

(7)
Aku telah bersumppah atas Diri Ku, tiada bertetangga
dengan Ku kecuali siapa-siapa yang telah
mendapatkan dengan Ku, atau dengan apa yang
daripada Ku.

Inilah sifat “Ahli naungan yang terhampar” maka


hendaklah engkau melihat dirimu! Termasuk
golongan yang tersingkir daripada Nya; atau golongan
yang disampaikan kepada Nya.

Hendaklah engkau menjadi “Ahli Nya” dalam


kehidupanmu, niscaya engkau mengalami
kesejukanmu, niscaya engkau mengalami

kesejukannya
kematianmu. dan kedamaian Nya di saat

Bila engkau tidak menjadi “Ahli Nya” dalam


kehidupanmu kini, maka tidaklah engkau menjadi
 baik dalam kematianmu kelak.

138 Bukti Nyata | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 139/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

(8)
Siapa yang tidak mau menyerahkan kepada Ku apa
yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka apa yang
telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-
 pintu pendapat tentang hal yang berkaitan dengan
 pengetahuan, lalu ia condong memasukinya, dan akan
Ku dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia.

(9)
Jika keterbatasan-keterbatasan itu memberikan
kepadamu, maka kumpulkanlah, dan jika Aku yang
memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan.

( 10 )
Jangan engkau berpisah dari pendapat yang
 bermaksud hanya tertuju kepada Ku semata-mata,
hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya
atas... Ilahi Hanya Engkaulah maksud tujuanku;
Dengan demikian engkau akan memenangkan dengan
sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan, bahkan dirimu
sendiri akan menaatimu.

( 11 )
Jika engkau telah mengetahui dan meyakini sepenuh
keyakinan, maka hindarkan dirimu dari menghukum
dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena

sesungguhnya tiada hukum melainkan Kepunyaan Ku.

An-Nafri | Bukti Nyata 139

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 140/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 36 

Merantau

Bila engkau ditimpa kemurungan karena panggilan-


 panggilan dirimu, hendaklah engkau bertenang
dengan istrimu, jika masih juga belum hilang,
datangilah orang seilmu denganmu, kalaupun belum
 juga hilang pergilah ke ahli makrifat, orang-orang
saleh, jika masih juga belum hilang kemurunganmu,
merantaulah di muka bumi,

Jika dengan perantauanmu masih juga hilang


kemurunganmu, maka lazimilah berdiri di depan
Pintu Ku, jika belum juga hilang, maka bersabarlah...
Jika belum juga hilang, maka bersabarlah,, jika belum
 juga hilang, maka bersabarlah, niscaya akan terbuka
 Nur-Nya bagimu dan tiadalah engkau akan keluar
darpada Nya atas sesuatu yang memurungkan....
sekali lagi bersabarlah dan nantikan... (dengan
kesabaran).

140 M e r a n t a u | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 141/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 37 

Sifat Berdiri Sendiri

Aku dihentikan oleh-Nya di tempat “Sifat Berdiri


Sendiri”
(Al Quyyumiah) lalu iapun berseru kepadaku :
“Aku telah mendahului bagian-bagian, maka dengan
Ku telah terbagi-bagi bukan dengan pembatasan, dan
Aku telah mendahului pembatasan maka dengan Ku
telah terbatas bukan dengan ruang; Aku telah
mendahului ruang maka dengan Ku telah teguh bukan
dengan jarak; Aku telah mendahului jarak, maka
dengan Ku telah berjarak bukan dengan udara; Aku
mendahului udara, maka dengan Ku berudara bukan
dengan hawa; Aku telah mendahului hawa, maka
dengan Ku ada hawa, dan juga debu, maka dengan Ku
ada debu..
(Allah berfirman yang tafsirnya, sebagai berikut : )
Ia lah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dahir dan
Yang Bathin, dan Ia Maha Mengetahui tiap sesuatu.

Yang awal tiada permulaan, Yang Akhir tiada


kesudahan, Yang Dahir nyata segala kekuasaan Nya,
Yang Bathin tak terlihat oleh mata, karena yang bisa

dilihat oleh mata tiada lain, melainkan makhluk


seperti kita).

An-Nafri | Sifat Berdiri Sendiri 141

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 142/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 38 

Hak itu untuk Siapa

Ilmu itu menetapkan bagimu suatu hak, dan bagi


Allah suatu Hak pula.

Sedangkan makrifat itu pada umumnya menetapkan


semua hak bagi Allah.

Dan tiada ia (makrifat) menjadikan bagimu suatu hak


apapun. Dalam kekhususannya, makrifat itu tidak
menjadikan bagi dan atasmu suatu hak, karena ia
memperkenalkan padamu “mula pertama” dan
“Pengulangan kembali dalam hukum Ketunggalan
Ilahiat”. Dan menghapus daripadamu apa-apa yang
nantinya akan kembali kepada arti dan makna dirimu,
maka tiadalah menjadikan atasmu suatu hak, karena
engkau bukan lagi dengan engkau, juga bukan
untukmu karena engkau bukan daripadamu.

Dan ini adalah suatu “maqam pengguguran” segala


 peraturan dan urusan (Lemparkan semua ikhtiar dan
segala tuntutan). Ini adalah derajat dalam lingkungan
makrifat yang menuju dalam masuk Al-Waqwah

(berdiri
Waqwahtegak).
ialah Dan mula pertamanya
meniadakan memasuki
siwa (selain Al
Allah)
sebagai pendamping.

142 Hak itu untuk Siapa | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 143/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
“Hanya sesungguhnya Al Waqwah itu dengan Al Haq
(Allah) dimana “Tiada Tuhan Selain Allah” dan
“Tiada selain Nya”

Inilah maqam yang berkesudahan padanya nasib


yang menguntungkan jiwa.

“Maqam “ Dan tiadalah aku melakukan itu dari


kemauanku sendiri”
(Qs. Al-Kahf 18 : 82)

Kalimat yang diucapkan Sayidina Al Khidr dalam Al


Qur’an dikala ia “Melobangi perahu” “Membunuh
seorang pemuda” dan “ Membangun tembok” tanpa
alasan-alasan yang terang.

Dan inilah maqam-maqam :

“Tiadalah antara Ku dan antaramu antara”.


“Tiadalah antara Ku dan antaramu ‘Engkau”.
“Tiadalah antara Ku dan antaramu .. perbuatan
apapun”.

“Dan tiadalah engkau yang melempar ketika engkau


melempar, malainkan Allah-lah yang melempar “ (Qs.
Al-Anfal 8:17).

“Dan bukanlah yang


tetapi Allah-lah engkau yang membunuh
membunuh mereka,
mereka”. (Qs. Al-
Anfal 8 : 17)

An-Nafri | Hak itu untuk Siapa 143

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 144/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 39 

Dan Kami lebih dekat padanya


dari urat lehernya

Setelah aku ditegakkan berdiri dalam “Penglihatan”,

Ia pun tiadalagi
sudah berkata ucapan,
kepadakutiada
: “ juga
Pada perkataan,
... Penglihatan...
ibarat
dan isyarat juga tiada, ilmu dan makrifat, pendengaran
dan kepekaan, ungkapan dan hijab, kesemuanya sudah
tiada”

Iapun melanjutkan : “ Pintu “Penglihatan” itu, ialah


 jalan keluar dari “Siwa” dan “Siwa” itu seluruhnya
 berhimpun dalam huruf.

Makrifat itu merupakan pintu gerbang yang tiada


dapat dimasuki, kecuali para arifin; dan bagi setiap
arif satu tanda, yang dengannya (tanda itu) akan
merasa tenang dan tenteram; dan barang siapa yang
dengannya merasa tenang, maka ia pun akan berhenti
di dalamnya”.

Kata Nya : “kesemuanya itu mengarahkan tujuannya


ke gerbang itu, dan untuk mencapainya diperlukan
“kendaraan” dan setiap kendaraan ada tali
 pengikatnya”.

Katanya pula : “kendaraan makrifat itu ialah ilmu dan


tali pengikatnya ialah huruf”.

144 Dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya | An-
Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 145/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Lanjut Nya : “Hendaklah engkau turun dari


kendaraan, keluar dari huruf dan keluar pulalah dari
makrifat.... dengan demikian Ku hapus tanda hijab
dan akan Ku teguhkan engkau dengan “Tanda Ku”,
maka tiada lagi engkau dikusai oleh huruf yang
menghijab.

Kata Nya Pula : “Menyingkirlah dari nama-nama


huruf dan engkau akan menyingkir pula dari arti
maknanya. Jika kesemuanya itu telah engkau
singkirkan berulah “Aku akan lebih dekat dari urat
leher”.

Belum! Belum tiba di tujuan! Menyingkirlah dari


leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah dari
“dekat” ke yang lebih dekat... niscaya engkau melihat
“Lafaz Aku (Lafdhiat Ana).

Bila engkau telah pergi dari “Lafaz” itu, maka Aku


lah Yang Dahir dan Aku lah Yang Bathin dan Aku lah
terhadap segala sesuatu Maha Mengetahui...

Ia pun menegaskan sekali lagi : “Huruf dan segala


sangkut pautnya adalah hijab yang berpintu, di
dalamnya tempat pulang balik dan tempat membagi-
 bagi, keduanya merupakan dua pintu di belakang

huruf;hijab
 pintu Menetapkan dan menghapuskan,
di balik yang pulang pergi danadalah dua
membagi-
 bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah
 pintu masuk menuju penghentian (Al-Waqwah) dan
“Penetapan serta penghapusan” adalah pintu masuk
menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah).
An-Nafri | Dan Kami lebih dekat padanya dari urat 145
lehernya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 146/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Tabir hijab telah terungkap sudah.....


Bagi para setia kawan arifin Nya....
Segera mereka dapat memandang Nya.....
Tanpa ibarat tanpa huruf.... tanpa abjad.

146 Dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya | An-
Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 147/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 4

Bebas dari Bentuk


Gambar/Lukisan

Hai hamba! “Tiadalah Aku menjadikan bagimu

 bentuk
engkau gambar-gambar dan
tunduk merendah lukisan-lukisan itu supaya
kepadsanya.

Dan tiada pula Aku mengadakan bentuk gambar-


gambar dan lukisan-lukisan itu supaya engkau
 berlindung padanya....!

Hai hamba! “Akulah pencemburu yang mengazab


dengan siksa.... Telah Ku ciptakan bentuk gambar
lukisan itu untukmu, dan engkau Ku ciptakan untuk
Ku, maka mengapa engkau meninggalkan apa yang
sebenarnya engkau untuk Nya. Dan untuk apa pula
engkau membuang-buang waktu terhadap apa yang
Ku tundukan untukmu.... Aku cemburu atas hidupmu
yang engkau gunakan untuk yang tidak layak dan
derajatnya lebih rendah dari martabatmu yang mulia
itu”
Tafsir Ayat : Sungguh telah Kami muliakan anak-
anak Adam” (QS. Bani Asrail 17:70).

Hai hamba : “ Aku mempunyai di balik bentuk


gambar lukisan, ilmu-ilmu gambar lukisan dan apa
yang berkaitan dengan gambar lukisan, bagaimanapun
 bentuk gambar lukisan itu... suatu nama yang tak
dapat dilawan oleh bentuk gambar-gambar dan
An-Nafri | Bebas dari Bentuk Gambar/Lukisan 147

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 148/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
ukisan-lukisan, dan suatu ilmu yang takkan tetap di
depannya ilmu gambar-gambar dan lukisan-lukisan.

Hai hamba : “ Ia adalah suatu nama yang telah Ku


sebut dengan dirinya untuk diri Ku, tidak utuk siapa
yang mendengar, Ku simpan suatu ilmu untuk Ku,
 bukan Ku sebar di alam semesta, hanya Aku patrikan
dengannya kepada barang siapa yang Ku kehendaki

Arti ayat : Alangkah nikmatnya tempat kesudahan


itu”..... Alangkah nikmatnya tujuan akhir (surga) yang
abadi .... Alangkah baiknya balasan akhirat ...
Alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-
Rad 13:24).

Dan Ku singkirkan siapa yang Ku kehendaki :

Dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman”

Hai hamba! Kehadiranmu berlainan dengan kehadiran


yang lain, maka jangan dibelanjakan sembarang
 belanja dari apa yang dapat dilihat ... wajhmu tidak
seperti yang lain, maka jangan kau bawa berhina
dengan membawa ke lembah dina.

148 Bebas dari Bentuk Gambar/Lukisan | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 149/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 41 

Panjatan Puja Puji Para Arifin

Puja puji atas kenikmatan, itu adalah umum.

Puja puji mensyukuri atas nikmatnya, itu adalah


khusus.

Puja-puji melihat kelemahan diri untuk dapat


mensyukuri atas nikmat Nya, adalah lebih dari
khusus.

Puja Puji atas suka dan duka, lapang dan sempit,


adalah lebih dari khusus.

Puja Puji atas perkenalan Allah kepada hamba Nya,


itu lebih dari khusus.

Puja puji untuk Wajah Al Hak Allah Ta’ala, tanpa


sebab dan dari sebab, hanya dengan Nya dan daripada
 Nya, itu adalah puncak ilmu-ilmu para pemuja dan
 pemuji dan sudah berkesudahan khususnya-khusus.

Puja puji itu akan menjadi sah bila datangnya dari

orang
tibanyayang
dari alim dengan
seorang yangNya, tetapi
karam sah kerinduan
dalam manakala
 pada Nya, maka apabila kerinduannya telah terjalin,
niscaya akan melihat Nya, mka apabila telah melihat
 Nya, niscaya penglihatannya itu akan menggerakan
lisannya untuk bicara, manakala sudah terucapkan,

An-Nafri | Panjatan Puja Puji Para Arifin 149

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 150/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
hapuslah bekas maksud dan tujuan karena ucapannya
itu, dan terhapus pulalah ciri-ciri kecondongan dan
akan menjadi keikhlasan sebenar-benarnya; Puja puji
itu hanya untuk Wajah Al Haq Allah Ta’ala; Dan
semacam puja puji ini membuka bagi orangnya
tentang lisan berdiri Nya sendiri (Al Qoyyumiah),
maka segala makrifat-makrifat itu akan mengucapkan
 pada Nya dengan ketunggalan, barulah hilang
kemurungan dari bilangan-bilangan dan akan
terhimpun baginya semua bilangan dan tidak lagi
terbagi-bagi satu antara lain.

150 Panjatan Puja Puji Para Arifin | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 151/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 42 

Bila Bertemunya Dua


Pertentangan dalam satu
Pendapat

Yang emikian itu tiada akan terjadi melainkan di kala


engkau melihat kesan pulang perginya sesuatu yang
engkau cintai itu, maka pada hari ini baginya suatu
nama; sifat dan tabiat, dan esok harinya ada baginya
nama, sifat dan tabiat, maka hasil kejadiannya akan
 pergi daripadamu hukumnya, dan akan menjadi sama
dalam kecintaanmu wujudnya dan lenyapnya sesuatu
yang engkau cinntai itu.... dan inilah akhir kesudahan
sesuatu itu dalam cinta kasih.

Seorang Abid, tidaklah layak baginya sessuatu pun


untuk dicintai. Dan inilah taraf dari persamaan
 pertentangan-pertentangan itu di dalam cinta kasih,
yang demikian itu agar engkau menyaksikan arti
makna yang dengannya air menjadi panas, dan
dengannya pula menjadi dinginmembeku.

Bila penglihatanmu telah sampai di sini, akan menjadi


samalah hilangnya sessuatu atau adanya sesuatu itu.
Dan tidak mungkin mencapai derajat dengan ilmu
 pengetahuan... akan tetapi hanyalah dengan
 perjuangan.

An-Nafri | Bila Bertemunya Dua Pertentangan dalam satu 151


Pendapat

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 152/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 43 

Kemana Pandangan Atas Para


 Arifin
Bila engkau melihat Ku, di dalam sesuatu
kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib daripada

Ku di dlam selain Ku.


Dan apabila engkau tidak melihat Ku di dalam suatu
kenikmatan itu atasmu.... Dan bila kenikmatan itu
menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga
memperoleh kemenangan dan bila engkau melihat Ku
di dalamnya (kenikmatan), niscaya engkaulah yang
menang atas segala sesuatu.

Engkau sama sekali tidak akan melihat Ku, baik di


dlam kenikmatan maupun dalam malapetaka, sampai
engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku
sendiri”.

Engkau tidak akan melihat suatu “Perbuatan Ku


sendiri” hingga engkau tidak melihat sesuatu dari
sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab
(tidak engkau tersentuh dingin oleh penyebab dingin
melainkan kesemuanya itu perbuatan Allah).

Aku tidak akan menyata sebelum Ku sirnakan


“Kesenangan berpendapat dengan selain Ku” dan
tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada
hukum baginya” dan tiada Ku saksikan sebelum Ku
angkat apa yang bergantung dengannya daripadamu.
152 Kemana Pandangan Atas Para Arifin | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 153/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Ia bertutur kepadaku : “Berdirilah dengan tegak di


alam semesta ini dengan “Hukum pengetahuan” yang
meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau
Ku angkat dari “Hukum alam semesta”

YA Tuhan ku! Engkaulah yang menciptakan segala


dan yang mengurus serta memimpinnya; Engkau
Maha Mengetahui segala dan yang mengajarinya;
Yang mengenal segala dan yang memperkenalkannya,
kepada Mu semua akan kembali, dan daripada Mu
musnah, dan dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada
Mu akan kembali dan dengan Mu akan tetap tegak.

Siapa kiranya dapat membawa untuk ku..


Seseorang kawan yang arif yang bijaksana
Yang berhenti bajak bak tabir hijab
Yang tiada diperbudak oleh siapa
Bukan abdi mata yang fatamorgana
Yang bila alam semesta membangun
Tiada terlihat bangunan melainkan kehancuran
Kehancuran yang di bangun di atas kehancuran
Kebinasaan yang di bangun di atas kebinasaan
Kemusnahan yang di bangun di atas kemusnahan
Kerobohan yang dibangun di atas kerobohan.

An-Nafri | Kemana Pandangan Atas Para Arifin 153

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 154/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 44 

Suatu Penghentian dimana Hati


hati Para Arifin dibuat Terheran
heran

Aku dihentikan berdiri tegak dalam keyakinan yang


sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku : “Dalam
keyakinan itu adalah sauatu rahasia, bila engkau telah
mengenalnya, amak tida lagi Aku menjadi samar
atasmu.

Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran Ku akan


menambah makrifat padamu, tetapi bagi mereka yang
tidak mengenal rahasia keyakinan itu, pastilah
menjadi pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah Allah
yang tidak dapat direka-reka oleh perkenalan pada
Ku, dan tak dapat dimuat oleh hati-hati itu dengan
sepenuh muatan makrifat kepada Ku. Bagi Ku ada
suatu makrifat yang tunggal yang mana tiada Ku
fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tiak juga
kepada para Malaikat.

Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah

 pengingkaran, maka
mengingkari segala setiap
apa yang telahorang
dikenal.Arif akan

Dan apabila telah tiba pengingkaran itu, maka


ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar dengan
makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah
154 Suatu Penghentian dimana Hati hati Para Arifin dibuat
Terheran heran | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 155/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
engkau jangan menginggkari Daku dan jangan
memohon suatu makrifat, yang dengannya engkau
dapat mengenal Ku, dan katakanlah ... Engkau ....
Engkau.... yang dapat memperkenalkan diri Mu
sebagai yang Engkau kehendaki, dan menyamar
menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka
teguhkanlah daku dengan penyamaran Ketunggalan
Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku dengan
 pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang
diri Mu engkau perkenalkan.

Dan bila engkau menyamar, maka jadikanlah daku


tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa
Engkaulah yang menyamar.... Dan bila Engkau
Memperkenalkan diri, maka jadikanlah daku
tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa
Engkaulah yang memperkenalkan diri.

An-Nafri | Suatu Penghentian dimana Hati hati Para Arifin 155


dibuat Terheran heran

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 156/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 45 

Yang Terungkap Serba Suci

“Bagi Nya wajah tanpa rupa;


“Bagi Nya mata tanpa kedip;
“Bangi Nya ucap tanpa huruf;
“Baginya ilmu tanpa halaman;
“Bagi Nya dekat tanpa mana;
“Bagi Nya jauh tanpa hingga;

DO‘A

“ YA Tuhanku !
Denganku daku hina; Dengan Mu daku mulia;
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya;
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku perkasa.

Tiada yang dapat mengetahui kehinaanku,


kepapaanku, dan kelemahanku selain Mu.

Maulaya! Makrifat dalam hati menuntut demi untuk


Mu atas diriku, sedangkan daku khusuk di ambang
gerbang pintu Mu, bersujud di dalam lapangan Mu

nan
nodaluas,
dan ku datang
dosa, menghampiri
Ku mohon Mu dengan
maaf ampunan Mupenuh
serta
kemurahan Mu, ku minta tersingkapnya tabir penutup
untuk bertobat dan kembali pada Mu.
Malulaya! Andaikan Engkau pikulkan atas pundakku
 beban dosaku.... tidaklah bumi dapat mengangkatku,

156 Yang Terungkap Serba Suci | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 157/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
tiada pula langit dapat menaungiku, tiada satupun
selain Engkau yang dapat memikul berat dosaku, dan
tiada satu lisan selain dari lisan-lisan kemaafan Mu
yang sanggup memberi alasan... terhadap kessalahan-
kesalahan ku, tiada satupun dari makhluk-makhluk
Mu yang sanggup melihat padaku karena buruknya
rupa yang dipenuhi oleh daki-daki dosaku.

Tiada makrifat dari sekian banyak makrifat makhluk-


makhluk Mu yang sanggup mengajukan uzur untukku
kepada Mu, lagi pula ia melihat dosaku dalam
makrifat Mu.

Maka, tiadalah demi Kemulian Mu, sekali lagi


tiadalah demi Kemulian Mu yang dapat
menyelematkan diriku daripada Mu, Kecuali Engkau,
tiada pula daku dapat menghindarkan diri dari
Kemurkaan Mu melainkang Engkau, tiada daku
mempunyai alasan perihalku kecuali Engkau.
Maulaya! Daku memohon kepada Mu dengan Rahmat
Mu! Daku meminta pada Mu dengan Nur Cahaya Mu;
Daku ajukan pintaku pada Mu dengan kebagusan Mu;
Daku harap-harapkan pada Mu dengan Keindahan
Mu; Daku rindukan pada Mu dengan Zat Mu; Dengan
Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan Samping Mu;
Dengan Tangan Mu; Dengan Roh Mu; Dengan mata

 penglihatan
Somadiat Mu;Mu;
DenganDengan
seluruhRumah
Sifat-sifatMu;
Mu; Dengan
Dengan
ke-Agungan di dalam meng-Agung-Agungkan Mu;
Daku memohon maaf dan ampunan serta kemurahan
dan ku minta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan
tobat dan kembali pada Mu.

An-Nafri | Yang Terungkap Serba Suci 157

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 158/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 46 

Saksi Maha Tunggalnya dalam


sesuatu
Bukti-bukti ketunggalan dalam sesuatu-sesuatu itu,
 bahwa kesemuanya itu adalah buatan dari sisi Yang

Maha
yaitu Tunggal; Seluruh sifat
ulang mengulangi danbuatan Nya adalah
kemusnahan; satu,
Bentuk
semua buatan Nya adalah satu, yaitu dalam
keterbatasan, Tanda-tanda buatan Nya satu, yaitu
kodrat; dan pengetahuan semua butan Nya satu, yaitu
kodrat; dan pengetahun buatan Nya satu, yaitu ikrar
(pengakuan), dan semua ikrar Nya satu, yaitu
kebodohan, dan jenis mata semua buatan Nya satu,
yaitu wujud ini, maka kelangsungan wujud buatan
 Nya saling hancur menghancurkan, hingga tiada
tinggal satu wujud pun.

Seluruh terjemahan-terjemahan buatan Nya adalah


satu, yaitu memberi penjelasan; Ketenangan seluruh
 buatan Nya adalah satu, yaitu ketertiban; Gerakan
seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu penyusunan;
Hukum hukum buatan Nya adalah satu, yaitu
kemauan; Perbuatan-perbuatan semua buatan Nya
adalah satu, yaitu yang dimaksudkan; Kesampaian
semua buatan Nya adalah satu, yaitu
ketidaksanggupan; Dan diamnya semua apa yang
dibuat oleh Nya adalah satu, yaitu tempat; Dan
kelemahan semua buatan Nya adalah satu, yaitu
Baharu (Haditsah) (Lawan Qadim).

158 Saksi Maha Tunggalnya dalam sesuatu | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 159/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 47 

Huruf dan Lintasan lintasan Hati

Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan bentuknya terdiri


atas tasrifnya (Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya
terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-ilmunya terdiri
atas hukum-hukumnya.
Huruf itu merupakan maqam hijab; Menghimpun
huruf adalah maqam penyusunan; Menyusun dan
mencerai beraikan huruf itu adalah maqam
 pemusnahan.

Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain


Allah) seerta unsur benda bagi perbagai “Lintasan
hati”.

Tiada terlintas padamu suatu lintasan hati, lalu engkau


tiada menafikan, maka bukanlah engkau daripada Ku,
dan bukanlah Aku daripadamu.

Bila terlintas padamu suatu lintasan hati lalu engkau


meniadakan... niscaya engkau daripada Ku atas
hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan
engkau daripada lintasan hati itu atas hukum yang

menahanmu.
Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati,
niscaya engkau daripada Ku dan Aku daripadamu.

An-Nafri | Huruf dan Lintasan lintasan Hati 159

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 160/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati, dan engkau
menyambutnya dengan baik, kemudian engkau
meniadakan, maka engkau daripadanya.

Bila terlintasa padamu lintasan hati, lalu engkau


meniadakan seketika itu, maka ia tidak denganmu,
dan engkau tidak pula dengannya.

Ia berkata kepada ku : “Bila engkau makan dengan


sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya; Bila
engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun
akan mabok dengannya.
Ia pun melanjutkan : “ Hendaklah engkau jangan
makam dengan siwa, yang mana nantinya engkau
akan minum dengannya, dan jangan pula engkau
minum dengan siwa, agar engkau tidak mabuk
dengannya.

Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan


 bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila engkau
minum dengannya, engkaupun akan condong kepada
ilmu-ilmunya.

Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak makan dan


tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu adalah
kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas
melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan

datang kepadadalam
kata-katamu Ku tanpa hijab,
kitab Ku,dandan
akanKu
Ku tetapkan
tetapkan
 perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.

160 Huruf dan Lintasan lintasan Hati | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 161/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila puji-pujimu kepada
Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau akan
lengah dengan kelengahan huruf itu’

Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat dengan lisan


huruf, niscaya engkau urungkan dengan lisan huruf....
 bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan
 bermaksiat dengan lisan huru.

Hai hamba! : “ Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku


daripada huruf dan berlebih-lebihannya, dan
sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan
serta bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis
tasbihmu dengan tangan Ku atas naungan Ku, dan Ku
 jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba “Saat
 pertemuan”.

HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI

Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan bentuknya terdiri


atas tasrifnya (Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya
terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-ilmunya terdiri
atas hukum-hukumnya.

Huruf itu merupakan maqam hijab; Menghimpun


huruf adalah maqam penyusunan; Menyusun dan
mencerai beraikan huruf itu adalah maqam

 pemusnahan.
Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain
Allah) seerta unsur benda bagi perbagai “Lintasan
hati”.

An-Nafri | Huruf dan Lintasan lintasan Hati 161

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 162/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Tiada terlintas padamu suatu lintasan hati, lalu engkau
tiada menafikan, maka bukanlah engkau daripada Ku,
dan bukanlah Aku daripadamu.

Bila terlintas padamu suatu lintasan hati lalu engkau


meniadakan... niscaya engkau daripada Ku atas
hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan
engkau daripada lintasan hati itu atas hukum yang
menahanmu.

Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati,


niscaya engkau daripada Ku dan Aku daripadamu.

Bila terlintas padamu suatu lintasan hati, dan engkau


menyambutnya dengan baik, kemudian engkau
meniadakan, maka engkau daripadanya.

Bila terlintasa padamu lintasan hati, lalu engkau


meniadakan seketika itu, maka ia tidak denganmu,
dan engkau tidak pula dengannya.

Ia berkata kepada ku : “Bila engkau makan dengan


sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya; Bila
engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun
akan mabok dengannya.
Ia pun melanjutkan : “ Hendaklah engkau jangan
makam dengan siwa, yang mana nantinya engkau

akan
minumminum dengannya,
dengan danengkau
siwa, agar jangan tidak
pula engkau
mabuk
dengannya.

Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan


 bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila engkau

162 Huruf dan Lintasan lintasan Hati | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 163/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
minum dengannya, engkaupun akan condong kepada
ilmu-ilmunya.

Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak makan dan


tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu adalah
kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas
melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan
datang kepada Ku tanpa hijab, dan akan Ku tetapkan
kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan
 perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.

Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila puji-pujimu kepada


Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau akan
lengah dengan kelengahan huruf itu’

Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat dengan lisan


huruf, niscaya engkau urungkan dengan lisan huruf....
 bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan
 bermaksiat dengan lisan huru.
Hai hamba! : “ Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku
daripada huruf dan berlebih-lebihannya, dan
sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan
serta bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis
tasbihmu dengan tangan Ku atas naungan Ku, dan Ku
 jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba “Saat
 pertemuan”.

An-Nafri | Huruf dan Lintasan lintasan Hati 163

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 164/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 48 

Sampailah Kepada Allah

Ilahi ! Engkau maha mengetahui akan ilmu, tetapi


ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan Engkau Maha
mengenal akan makrifat, tetapi makrifat tidak
mengenal Mu.

Ilahi ! Perlihatkan padaku dalam Engkau membolak


 balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau
mencurahkan asuhan, dan mewujudkan daku dengan
Mu dikala Engkau memperlihatkan , sehingga jangan
menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan hukum”
(Rabbabiatul Hukum) dan “Arti makna Nama
(Ma’nawiyatul Isim).

Ilahi ! Engkau Maha Mengetahui terhadap diriku,


untuk apa daku Engkau ciptakan? Dan Engkau Maha
Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku,
untuk apa Engkau jadikan aku” Dan Engkaulah
Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan
daku, bagaimana Engkau memperlakukan daku
sedangkan Engkau Tuhanku! Engkaulah Maha
Penyayang dari segala penyayang, bagaimana Engkau

membolak balikan daku?


Ilahi , Gusarkanlah daku dari segala sesuatu yang
membuatku jinak terhadap kenikmatan-kenikmatan
Mu, tunjukan daku dalam semua kenikmatan Mu
wajah-wajah para pengenal-pengenal Mu, pimpinlah
daku dalam Makrifat Mu, dengan ilmu-ilmu

164 Sampailah Kepada Allah | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 165/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku Nur Cahaya
Mu, dengan bimbingan petunjuk Mu.

Ilahi ! Telah berkuasa dan Mulia sifat-sifat Mu atas


huruf para pengucap, da meninggi zikir-zikir taqdis
Mu atas pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah
makhluk-makhluk yang dapat mentasbihkan Mu
melainkan Tasbih Mu jua yang lebih besar, dan tiada
 jangkauan khayal untuk memuja dan memuji Mu,
melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung.

Ilahi ! Engkaulah bukti dari seluruh pembuktian-


 pembuktian Mu, dan Engkaulah penerang atas segala
 penerang-penerang Mu, serta ayat-ayat Mu.

Ilahi ! Telah surut kembli segala makrifat-makrifat di


hadapan makrifat Mu dengan keheran-heranan, dan
kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati di
hadapan keindahan ke Agungan Mu dengan keletihan
dan kepayahan.

An-Nafri | Sampailah Kepada Allah 165

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 166/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 49 

Do’a Para Arifin

Ya Allah ! Aku berlindung dengan Mu daripada


mengetahui suatu ilmu, melainkan demi pada Mu,
atau menginginkan suatu ilmu demi untuk Mu, atau
melakukan suatu amal melainkan demi untuk wajah
Mu, atau menuju suatu jurusan kecuali demi dalam
ketaatan pada Mu.

Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu


daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu, atau
di kala aku membolak-balikan badanku di atas
 pembaringan, kecuali dengan penuh rasa takut pada
Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk melihat
ayat-ayat Mu, atau mengarahkan telingaku, melainkan
guna menyimak peringatan Mu.

Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu


daripada menggunakan pikiran, kecualli dalam takut
kepada Mu, atau melaksanakan suatu kemauan keras,
kecuali di jalan lorong Mu atau mengorbankan
 jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu.

166 Do’a Para Arifin | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 167/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 5

DIA

HUA = dia lelaki, dan HIA = dia perempuan,


keduanya tidak mencapai untuk mengibaratkan
tentang Nya, menurut harfiah (Karena Allah bukan
lelaki dan bukan perempuan).

Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan tentang Allah


Yang Maha Suci, karena huruf itu tergolong dari
makhluk-makhluk Nya.

Huruf itu laksana Suradiq = debu, atau apa yang


menjulang, yang meliputi sesuatu untuk membuat
 bentuk terhadap apa yang dinyatakan oleh Allah dari
segi kebendaan. Dan suradiq itu berada di maqar =
tempat, dan maqar itu di iqrar = ikrar, dan itu di qarar
= tempat yang tetap, dan qarar itu di tamkin =
kedudukan di tempat yang teguh, dan tamkin itu
rangkaian huruf dan huruf-huruf Nya.

Huruf itu menghijab arti makna, sedangkan arti


makna menghijab mahiyat (keadaan).

Huruf itu merupakan hijab dan


oleh penembus-penembus yangtidak
tidakdapat
dpat dimasuki
ditembus
oleh para penempuh kecuali dengan izin Ku.

Huruf yang paling tinggi adalah Nama Ku, dan huruf


 pertengahan adalah Kemauan Ku, dan semua huruf itu

An-Nafri | D I A 167

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 168/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
adalah Bahasa Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu
 berkenan melapangkan Nama itu, karena itu adalah
 pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena
itu adalah pintunya, dan insan melapangkan semua
huruf karena itu adalah pintunya.

168 D I A | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 169/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 51 

Para Arif dan Para Abid

Ia berkata kepada ku : “Hai Arif! Imanmu sebanding


dengan iman para makhluk, malah lebih baik; Dan
maksiatmu seimbang dengan maksiat para makhluk,
malah lebih bessar.

Ia berkata : “Jika bukan karena Arifin, niscaya sudah


Ku sekap semuanya”. Selanjutnya : “Para Abidin
merupakan tonggak bumi dan para Arifin merupakan
 pasak-pasak zikir.

Ia berkata : “Seorang abid, ibarat air yang menyirami


 bumi, tetapi ia tidak merasakan buah-buahan yang
tumbuh; sedangkan seoran arif ibarat ayat-ayat yang
mempercepat zikir, tetapi ia tidak ikut meneguk
dengan cangkir-cangkir.

Ia berkata : “Seorang arif mengalir dalam zikir, tetapi


tidak ikut serta minum, laksana yang naik di atas
lautan dengan berjalan tetapi tidak menghirup, bila
engkau makan dengan sesuatu niscaya engkau iringi
minum dengannya, bila engkau minum denga sesuatu,

maka engkaupun mabuk dengannya.


Janganlah engkau mabuk, dengan selain Ku, niscaya
engkau menjadi ARIF.

An-Nafri | Para Arif dan Para Abid 169

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 170/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
BAB 52 

Maqam maqam mereka yang


telah sampai dan Martabat
martabatnya

Mula pertama karunia Allah bagi seorang muried


(Yang berhasrat menempuh), ialah ajakan berbicara
sebagai pembuka perkenalan, kemudian berkenalan
dan saling kenal-mengenal (arif); Setelah itu berikhlas
hati untuk semua amal perbuatannya kemudian
 berbaik niat, lalu bersabar diri, naik ke rida dengan
hukum Nya.

Setelah itu sang arif dianugrahi penyaksian


menyaksikan Nya.
Dan penyaksian, meningkatkan keteguhan hati, bila
hati telah teguh diulurkan perjanjian kewaliaan,
setelah itu dipilih oleh Nya. Jika terpilih maka
diserahi amanat, setelah itu diungkapkan kepadanya
khazanah rahasia-rahasia Nya, Setelah kesemuanya
ini dilalui, menjadilah ia seorang khalil (kawan setia).
Khalil atau Al Khullah (sahabat yang akrab).

Sahabat yang akrab ini adalah dari maqam Al


Mahabbah (Maqam Cinta) maqam ini adalah suatu
maqam bukan dari maqam, itu adalah maqam
Sayyidina Muhammad, s.a.w.

170 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat


martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 171/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Di dalam maqam cinta, sang abid berpindah ke
“Berdiri tegak memandang” (Mauqifil ithla) terus ke “
Berdiri tegak nan tenang” (Mauqifis Sukun).

Dengan demikian, maqam-maqam itu dari tahap ke


tahap menjulang dengan kesimpulan :
Al muhadatsah (Ajakan berbicara).
At ta’aruuf (memperkenalkan, ajakan berkenalan)
Al makrifah (perkenalan)
Al isyhad (mempersaksikan, memperlihatkan)
At tatsbiet (keteguhan hati, ketapan)
At tamkin (penetapan berteguh)
AL wilayah (kewalian)
Al ishtifa’ (seleksi, dipilih)
Al i’timaan (diserahi amanat)
Al kasyf (tersingkap, terungkap)
AL khulaf (kawan setia, sahabat yang akrab)
Al mahabbah (cinta)
Al ithla’ (memandang)
Al qath’ ( memutuskan)
As sukun (tenang).

Pendekatan itu baginya


Tanda cinta
Bila sudah nyata
Maka tergulunglah semua antara
Segera terhapuslah

Warna dawat dan segala nama.

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 171


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 172/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

54. YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN


HIASAN

Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah adalah jalan Ku;


Waqwah adalah tempat bicaraku dan Rukyah adalah
wajah Ku.

“Maka ke mana pun kamu menghadap, di situlah


Wajah Allah, sungguh Allah itu Maha Luas dan Maha
Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115)

Ilmu itu nyata bagi hukum-hukumnya yang


menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu
menyembunyikan di dalamnya hukum-hukum
kejiwaan. (Makrifat itu menghapus keinginan-
keinginan nafsu, dan segala apa yang ada
hubungannya dari hukum-hukum yang berupa
keinginan-keinginan yang berada di dalam hati).
Ahli ilmu itu adalah ahli air dan naungan; Ahli
makrifat itu adalah ahli hadiah-hadiah dan kemuliaan;
Dan ahli Waqwah itu adalah ahli gembira dan saling
 berkata; Ahli Ru’yah itu adalah ahli rahasia-rahasia
dan kawan duduk semajelis.

Waqwah itu adalah pintu bagi Ru’yah, tidak akan

sampai kepadanya
adalah pintu waqwah;kecuali
tidak dari
akan situ; Makrifah
sampai itu
kepadanya
kecuali dari situ; Al Minnah (karunia) itu adalah pintu
 bagi makrifah, tidak akan sampai kepadanya kecuali
dari situ, dan ilmu itu adalah bukti Ku kepada
makrifah.
172 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 173/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Makrifah-makrifah itu mengalir di dalam waqwah


 bagikan mengalirnya air di daratan tanah.

Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah itu adalah


naungan Arasy Ku dan ilmu itu adalah naungan surga
Ku.
Dunia dan akhirat telah tenggelam ke dalam huruf,
huruf tenggelam ke dalam makrifah, makrifah
tenggelam ke dalam waqwah, dan waqwah tenggelam
ke dalam ru’yah, dan ru’yah berkekalan terhadap
ahlinya dan mereka tinggal di dalamnya untuk
selama-lamanya, mereka telah mengucapkan dengan
ucapan tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi
 para duta dan penguasa-penguasa bagi para
 bangsawan.

Tiada di dalam Ru’yah itu waqwah dan tidak pula


ibarat. Maka maqam ru’yah adalah maqam Fana
(kelenyapan) segala sesuatu ... tiada lagi apapun, yang
ada hanyalah Wajah Nya Yang Maha Suci, dan tiada
yang kekal selain wajah Nya Yang Maha Mulia.

Ia berkata kepada Ku : “Hanya Aku, tiada sesuatu


yang dapat berdiri sendiri di samping Ku, tiada
sesuatu yang kekal bersama Ku, dan tiada sesuatu
yang jadi atas Ku.

Maka siapa yang Ku tegakkan berdiri di dalam


“Berdiri Ku sendiri” (Waqwati) atau Ku saksikan
 penglihatan Ku, niscaya Ku kekalkan sebagaimana
yang Ku kehendaki agar supaya Kehidupan atau

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 173


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 174/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Kegaiban sesuai apa yang Ku kehendaki demi
keselamatannya dari kebinasaan.

Ia pun melanjutkan : “Seorang waqif (yang berdiri di


waqwah), tiada alam semesta menjengkelkannya,
tiada pula diganggu oleh kejadian-kejadian. Bila ia
 pergi di malam hari, maka ia dalam lindungan Ku dan
alangkah baiknya perlindungan itu, bila ia tinggal
 berdiam seorang diri, Akulah penjaganya! Alangkah
 baiknya penjagaan itu.

Kawan waqwah merupakan pembawa berita gembira


dan pemberi kabar penakut (Basyiron wa Nadziro),
dan kawan Ru’yah adalah pemberi syafaat dan
 jaminan (Tiada suatu hal – keadaan yang setara
dengan keadaan mereka).

55. SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN


BUMI
Dekat tak dapat dikatakan, jauh tak dapat
diuraikan. Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan dekat
 Nya (Maka Ia lebih dekat dari urat leher) Jaug, tidak
dapat diuraikan akan Jauh Nya (fa huwal muta’al),
maka Dia lah Yang Maha Tinggi. Nyata, tak dapat
dicapai kenyataan Nya. Bathin, tidak dapat diungkap
hijab Nya, karena “Tiada satupun yang menyerupai
 Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8).

Langit-langit
dengan hukumdan bumi
Nya dan diadakan Nya Firman
tibalah Sabda dan ditegakkan
Nya :
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku
dengan patuh atau terpaksa” Keduanya menjawab
“Kami datang dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush
Shilat 41:11).
174 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 175/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Dengan Nya keduanya dapat mendengar, dan dengan


 Nya keduanya dapat menjawab dan dengan Nya
keduanya dapat taat dan patuh.

Tiada penyaksian kecuali dengan DIA.


Tiada hijab melainkan dengan DIA.
Siapa yang tehijab bagi selan DIA.
 Niscaya akan nyata bagi selain DIA.

56. TENTANG HIJAB

Aku ditegakkan bediri di hadapan Nya, kemudian Ia


 pun berkata pada ku : “Hijabmu adalah segala apa
yang Ku nyatakan, hijabmu adalah segala apa yang
Ku rahasiakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku
hapuskan, hijabmu adalah segala apa yang Ku
ungkapkan, dan juga segala apa yang Ku tutup.

Bila engkau keluar dari padanya, keluar pulalah


engkau dari hijab; bila engkau dihijab olehnya,
niscaya engkau dikerumuni oleh hijab dari sekian
 banyak hijab-hijab.

Ia pun menyambung pula : “Tidak, engkau tidak akan


dapat keluar dari dirimu, melainkan dengan Nur
Cahaya Ku, Nur Cahaya Ku yang mampu

menghanguskan
 bagaimana hijabiaitu,
caranya laluitu)
(Nur engkau dapat
dapat melihat
menghijab.
Selanjutnya : “Barangsiapa telah melihat Ku, dan
telah menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan
atasnya makanan yang halal selama engkau berada
dalam hijab.
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 175
Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 176/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

Ia pun melanjutkan : “Jangan engkau berhenti di


dalam hijab, dan jangan pula berdiri di dalam hijab,
karena segala hijab akan bertolak pinggang
membantahmu tentang Ku, hendaklah engkau iqomah
di sisi Ku, niscaya Aku akan membelamu dan
membantah tentang dirimu.

Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku dan tinggal


di sisi Ku, maka engkau dari Ku, dan engkau dengan
Ku, dapat berdiri di bawah naungan Ku dan tergolong
dari orang yang bersyafaat terhadap siapa yang Ku
kehendaki dari makhluk-makhluk Ku”.

Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku, dan


tinggal di sisi Ku, maka engkau dengan Ku, dan
engkau dari Ku, berdiri di dalam kasih sayang Ku dan
mengharap besarnya anugrah dan ampunan Ku.

57. PEMBAHASAN TENTANG TABIAT HATI

Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak diciptakan baik


maupun jahat..... tetapi mempunyai kesediaan untuk
 berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan
 bertabiat, yang mana dari dasar segi baik dan jahat, ia
dapat pulang balik antara keduanya atas segi ikhtiar
dan kemauan.

Hati itu dapat patuh mendengar sesuatu, atau


mendengar lawan sesuatu, walaupun simpang siur
 bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh alam
semesta dengan apa yang ada padanya ia dapat

176 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat


martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 177/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
mendengar dengan satu pendengaran, begitu juga jika
ia menjawab, ia menjawab dengan satu jawaban.

Mengenai akal, ia dapat memandang seluruh


 pemandangan-pemandangan yang bercabang-cabang
aneka ragamnya sekali pandang...... Adapun Jiwa dan
tabiat, masing-masing dari keduanya tidak berdaya
dan berkesanggupan kecuali untuk mengikuti satu
 pandang demi satu pandang yang terpisah sendiri-
sendiri, apabia ia bergantung dengan salah satunya,
 berpisahlah ia dari yang lain. Kebalikannya, akal, ia
tidak dapat dipotong oleh satu pemandangan selama
ia berada setingkat ilmu, apabila ia berpisah dari ilmu
ke pendapatan, bergantunglah ia kepada pemandangan
dan berpisahlah ia dengan memasang telinga
kepadanya dari yang lain.

Bagitu juga halnya dengan hati, ia tidak dapat


dipotong oleh satu pendengaran dari sekin banyak
 pendengaran, selama ia dalam tingkat ilmu, apabila ia
 berhasil tertegun oleh satu pendengaran, berpisahlah
ia dari lainnya.

Maka ilmu itu pun merantau dan meluaskan gema


 pendengaran dan penglihatan, sedangkan pendapatan
mengepungnya untuk meringkus ke satu titik dan satu
 persoalan. Dan alam semesta keseluruhannya

merupakan
dan akal. lintasan hati sepanjang masa di dalam hati

Sesungguhnya hati itu terkhusus dengan lintasan-


lintasan, karena hukumnya dalam hati yang lebih
kuat; Ajakan alam semesta untuk berbicara terhadap
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 177
Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 178/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
hati, adalah menjadi pemisah dari yang lain. Dan akal
itu memandang alam semesta, begitu juga, alam
semesta memandang kepadanya. Ada kalanya ia
masuk dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan
hukum pembicaraan itu lebih berpengaruh dari hukum
 pandangan yang tanpa pembicaraan.

Hati itu merupakan tempat bermukim lintasan-


lintasan yang berada di dalamnya. Dan akal itu
merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu di
dalamnya serta melewatinya.

Banyak sekali ragam lintasan-lintasan hati itu. Dan


 bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat “keiblisan”
(iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan”
(malakiah), “kerajaan langit” (malakutiah) dan
“kerajaan duniawi” (mulkiah).

Lintsan hati “keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati


yang membuat keraguan (Asy Syakiah) dan
“menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan
lawan sunnah Nabi” (Al Bid’ah) dan “mengingkari
kebenaran” (Al Jukhdiha),. Adapun lintasa yang
membawa keraguan dan kemusrikan itu, lalu lalang di
halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati
 pembawa bid’ah dan pengingkaran, itu pulang pergi
di halaman mulkiah – kerajaan duniawi.

Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu, hukum dan


suruhannya, maka apabila si pendengar menyimak
kepadanya dan meneguk isi piala ilmunya, hukumnya
dan suruhannya, jatuhlah ia ke jurang pelanggaran dan
larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-
178 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 179/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
lintasan itu. Jika tidak dihiraukan dengan ditanggapi
was-wasnya, kembalilah ia ke tampat asala mulanya
dengan apa yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum
dan suruhannya.

Alamat bergantungnya hati kepada Tuhan, ialah


terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan
lintasan hati itu menghadapi apa yang dipilihkan oleh
Tuhan kepadanya dalam keadaan yang sulit diuraikan
dan tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka
apabila diletakkan perasaan ini ke dalam hati sang
hamba, dipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati
yang jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan
 perasaan ini, maka berdatanglah serangan lisan-lisan
lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.

Sang Abid menguraikan perasaan yang demikian ini


dengan ucapan “.....Oh!!!! Sesungguhnya kurasakan
 betapa antaraku dan antara Tuhan adalah
“Kemakmuran” (‘amar)... dan kemakmuran inilah
yang menjadi perisai diriku dari tergelincir dalam
kesalahan.

58. APA YANG DIKATAKAN ALLAH


KEPADA HAMBANYA
(1)
Telah Ku ciptakan makhluk-makhluk, maka

hendaknya engkau kejam


Jangan berlaku menjunjung tinggi ciptaan
terhadap ciptaan Ku.
Ku,
 bagaimana kiranya jika diperlakukan yang demikian
menimpa pada dirimu? Jka demikian perilakumu, Aku
lah yang akan bertindak kejam atasmu.

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 179


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 180/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
(2)
Jangan hendaknya engkau berlaku kejam atas siapa
 pun dengan zat dirimu. Ingatlah!! Keperkasaan itu
 bukan kepunyaanmu; Keperkasaan itu adalah milik
Ku sendiri.

(3)
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu, maka oleh
 Nya aku di bawah kepada ‘nama-nama’, akupun
ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu, lalu aku
dibawa pula ke “arti mankna-arti makna” itu, setelah
itu aku dibawa pula ke “arti makna-arti makna” itu,
setelah itu aku dibawa kepada “diriku” dan
ditegakkan berdiri pula di dalamnya.

Dari “diriku” aku dibawa ke “dunia” akupun


ditegakkan berdiri pula di dalamnya, dari “dunia” aku
dibawa ke “syirik dan kufur” Dan kata Nya : “ Bila
kemauna-kemauanmu berkisar dalam lingkaran itu,
 jangan diharap engkau dapat masuk ke Hadirat Ku....
dan Ia berkata “Tengoklah kepada “kemauan keras-
kemauan keras” itu! Maka kulihat “kemauan keras”
yang tidak berdiri di antara kedua tangan ya, akan
 berdiri di antara kedua tangan iblis.... mau ataupun
tidak.... dan aku lihat iblis melambai sambil menyeru
kepada “kemauan-kemauan keras” itu kepada dirinya
masing-masing.

Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah di anatara


kedua tangannya dalam keadaan terhijab dengan diri
dirinya sendiri.
Ia berkata kepadaku : “Aku yang memanggil
“kemauan-kemauan keras” itu kepada Ku bukan
180 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 181/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
kepada dirinya masing-masing, maka janganlah
engkau masuk ke Hadirat Ku kecuali bila “kemauan-
kemauan keras” itu keluar dari diri dirinya.

Ia bertuturkata kepada Ku : “Seorang Wali itu, ialah


mereka yang berdiri tegak di antara kedua tangan Ku,
tiada beranjak tiada pula beringsut.

(4)
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di dalam
“kesempurnaan” maka aku melihat di dalamnya
 berhimpunan “Ke Maha Besaran) (Al Jalal) dan “Ke
Maha Indahan: (Al Jamal)

• Sifat-sifat Al Jamal, pada Allah, dapat engkau


temui dalam :
Ar Ra’uf – Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Al Wadud – Maha Mencintai
Al Khaliem – Maha tetap dapat menahan amarah.
Al Kariem – Yang melimpahkan Karunia kepada
makhluk-makhluk tanpa diminta sebelumnya.
Al Afu-wu – Maha memberi maaf.
Al Ghaffar – Maha menutupi kesalahan hamba-hamba
 Nya dengan pengampunan dosa mereka.
Al Mannan – Maha pemberi Karunia.
Al Khannan – Maha Kasih Sayang.
Ash Shobur - Maha sabar

Asy
Ar Syakur– –Maha
Rozzaq Mahapemberi
pembalas jasa hamba Nya.
Rizki.

Dan Sifat-sifat Al Jalal pada Allah, dapat engkau


temui dalam :

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 181


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 182/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Al Jabbar – Yang perkasa memaksa akan
kehendaknya.
Al Muntaqiem – Maha kuasa menindak dengan siksa.
Al Aziz – Maha kaut tak terkalahkan oleh apapun
Al Muta’al – Yang mencapai puncak ketinggian
Al Muatakabbir – Yang patut dipuja karena ke
Agungann Nya
Al Muahimin – Maha menaungi hamba-hambanya
Al Jalil – Yang mempunyai sifat kebenaran
Al Adhiem – Maha Luhur
Al Kabier – Maha Besar
Al Muiz – Yang meninggikan derajat siapa yang
dikehendaki
Al Qibidh – Maha kuasa menyempitkan
Al Khofidz – Maha kuasa merendahkan

Dana Maha Kesempurnaan Allah, adalah di dalam


himpunan antara Maha Santun (Al Khulum) dan
Maha Memiliki Kekuasaan ( Al Jabbarut), berkait
antara dua sifat yang saling berlawanan menjadi
dalam satu ketunggalan, hingga tiada ada pada Nya
 berlawanan dan tiada pula tebagi-bagi.
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As Salam) yang
 pada Nya tiada perlawanan dan perselisihan.

(5)
Bila engkau telah mengenal Daku dengan Ku, tidak

lagi
oleh perkenalan dengan Aku
sesuatu (Karena Ku itu
lahakan
yangdapat ditambah
membawamu
sampai kepada puncak makrifat, yang dikemudiannya
tiada lagi tambahan).

(6)
182 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 183/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Engkau sendiri yang Ku maukan dari sekian banyak
apa yang telah Ku Ciptakan, maka hendaknya engkau
 pun demikian juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan
kehendakmu, bukan mengarah ke lain dari Ciptaan
Ku.

(7)
Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata hati,
ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh Nya (Nabi
Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di
saat melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena ia
tidak diberi penglihatan mata hati seperti halnya Al
Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai
apa yang dikehendaki Nya dan memahami maksud
dan persoalan raja yang main rampas perahu secara
 paksa).

(8)
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT, adalah satu
cara lisan mencari jalan keluar bila engkau telah
mencapai makrifat, dan telah engkau ketahui hak
kekuasaan penguasa itu adalah milik Allah semata,
maka engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur
tangan dan akan gugur segala kepengurusan).

(9)
Menziarahi para orang yang sudah “mendapat”

sedangkan pada dirinya


suatu pelanggaran tiada mendapatkan,
(berkumpulnya itu berarti
seorang ahli tasauf
tanpa ada padanya “zauqiah) (hal-hal yang
menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka, adalah
merupakan suatu pelanggaran)).

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 183


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 184/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
(10)
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau meninggalkan
dirimu, engkau akan memperoleh kemenangan-
kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup,
sudah tidak lagi membutuhkan pada dirimu, walau
dirimu dalam kebinasaan sekali pun, itulah arti
kemenangan atas dirimu).

(11)
Luput ketinggalan suatu nasib bersama keluputan dari
keridaan, adalah merupakan suatu penyakit.

(12)
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa yang
dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat
membentuk arca-arca sembahan, yang mana sumber
kekuasaan arca-arca itu atas manusia-manusia
disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan berulang
kali. Misalnya apa yang dilakukan oleh orang-orang
Samiri yang telah membentuk – dari perhiasan-
 perhiasan yang dicuri oleh Bani Israel – berupa se
ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara
lenguhan.

(13)
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku, maka

tinggalkanlah apa-apamelihat
selain Ku itu pernah selain Ku,
Ku, dan
sekalipun ap yang
tinggalkan pula
apa yang pernah dilihatnya, walaupun dengan Ku ia
datang... Ha hamba! Bila engkau merasakan
ketentraman dengan perkenalan kepada selain Ku,

184 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat


martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 185/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
maka hendaklah engkau campakan perkenalanmu
kepada Ku itu di balik punggungmu.

(14)
Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara
 penolakan dan pemberian.

(15)
Ilmu itu lisan lahir, dan makrifat itu lisan bathin

(16)
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah ketakutan...
Dan bahaya itu mendapingi setiap hukum (karena
segala yang nyata dari apa yang lahir itu akan
 berkesudahan pada kelenyapan.

(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati;
Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman
Ruh

(18)
Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu
lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu lintasan
hati di dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan hati
di dalam waqwah; Waqwah itu kesudahan, tiada lagi

 bahaya dan tiada pula lintasan hati,


(19)
Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu
merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu merupakan
alat bagi perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 185
Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 186/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
dan bukan pula waqwah itu alat. Setiap ala
mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas
memegang dan yang lainnya melepaskan. Memegang
dan melepaskan itu menunjukan tanda-tanda
 pertentangan, maka bila tanpa alat tiada pula
 pertentangan.

(20)
Sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang
lancar berbicara, namun mereka itu tidak berbicara
dan enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku
katakan padanya : “Tetapkan sikapmu; berbicaralah
kepada Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin
 jangan berbicara.... engkau pun akan menjadi hamba
Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu
suatu syafaat.

Aku pun mempunyai hamba-hamba pendiam, mereka


melihat ke Maha Agungan Ku, mereka tidak sanggup
 berkata-kata, mereka melihat ke Indahan Ku, tiada
 juga mereka bertasbih; Keindahan Ku membuatnya
terpesona hingga terus menerus berdiam diri, Akupun
mendatanginya, Ku keluarkan dia dari “maqam diam
ke pada Ku”.... Hendaklah engkau diam demi untuk
Ku” ... sekuat kemampuanmu... niscaya engkau
menjadi “hamba Ku” yang pendiam.

Terhadap hambaku yang


sebelumm penghentian dan Kupendiam,
hantar kekukediaman
terima
rumahnya.... dan dialah yang pertama yang Ku
 panggil bila Aku telah datang.

186 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat


martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 187/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Antara ucapan dan diam itu adalah suatu dinding
 pembatas (Barzkh) di dalamnya adalah liang kubur.
Bagi akal dan budi, di dalamnya juga kubur dan juga
“sesuatu-sesuatu”.

(21)
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara, supaya engkau
dapat melihat, bukan untuk berbicara ... Katakanlah
 padamu ... inilah penglihatanmu! Agar engkau
memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada Ku;
Bukan untuk engkau pamerkan atas Ku kepada siapa
yang tidak melihat Ku.

Ketahuilah! Petunjuk Ku bukan berada di tangan


Mu... maka bila Aku mengajak mu bertutur kata,
niscaya engkau dapat melihat Ku; Bila engkau
melihat... tiadalagi pembicaraan.

(22)
Siapa yang tidak naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka
ia dalam api... dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur
Cahaya Ku, maka ia akan dapat melihat Ku.

(23)
Hati-hati yang tetap teguh adalah hati-hati yang
 bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir mudik dengan
 pelbagai lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah

melihat Ku sebelum
Aku menyatakan danKUN (Jadilah)
sebelum akau yakni sebelum
berbuat, maka
setelah tiba KUN dan telah datang lintasan-lintasan
hati, Aku telah menghentikannya di dalam maqam
Hadirat.

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 187


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 188/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

(24)
Lemparkan apa yang dengannya Aku rahasiakan, dan
lemparkan apa yang dengannya Aku nyatakan.....
Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada apa yang
telah dan akan Ku katakan kepadamu, maka
 bagaimmana engkau memikul dan membawanya
kepada Ku, sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku
daripada apa yang telah dan akan engkau katakan
kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi
kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di dampingi
oleh derita dan malapetaka yang akan berembunyi di
dalam afiat itu. Jadilah engkau untuk Ku, bukan untuk
tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam menuju zat ...
untuk Zat Allah jangan ada sessuatu yang lain).

(25)
Alah berseru kepada hambanya yang dikatakan –
yang ia kikir atas maqam manapun -... Wahai hamba
Ku! “Engkau akan dipanggil oleh setiap ariff kepada
makrifatnya; Sedangkan itu adalha hak Ku atasnya;
maka janganlah engkau keluar dari makrifatmu
 berpindah ke makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu.

(26)
Segala kenyataan yang telah nyata itu maqamnya

 berada di belakangmu...
dudukanlah di dibalik
masing-msing itu hatimu... maka
maqamnya...

Setelah itu mermaqamlah untuk Ku da engkau akan


didatangi oleh “Beridi sendiri” (Qoyyumiati), maka
engkau akan ditegakkan berdiri untuk Ku, dan engkau
188 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 189/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
akan selalu beregang pada Ku.... Ketahuilah! Bahwa
engkau amat mulia bagi Ku dari segala apa yang Ku
nyatakan, dan dari apa yang Ku katakan kepadamu,
 juga engkau amat perkasa bagi Ku dari apa yang telah
engkau katakan kepada Ku”.

(27)
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu maqam,
dimana tiada lagi di dalamnya “perintah” maupun
“larangan” . Itulah maqam di mana ku lihat Tuhanku
di dalamnya. Di dalamnya kau tidak lagi
Kemalaikatan, tiada pula aku dipengaruhi jin dalam
kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku dipengaruhi
oleh hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula
oleh alam semesta dalam bentuk alamiahnya.

(28)
Barang siapa yang telah melihat Ku, jika saja berdosa
maka dosanya lebih besar dari alam semesta; dan
 beritakan tentang siksanya, bahwa derita siksanya
adalah seluruh penderitaan.

(29)
Ia bertutur kata kepadaku : “Tidak Ku kirim
kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-
makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa sesuatu

itu menjadi untukmu


melaksanakan “kekuasaan”
pengiriman.... (Rabbaniah)
Hendaklah engkau
 berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku lah yang langsung
memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah
aku memerintah sesuatu terhadap kepadamu.

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 189


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 190/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
(30)
Aku telah dihentikan berdiri di dalam Hadirat Nya.
Dia adalah abadi demi keabadian, kekal demi
kekekalan, aku pun telah meluhat tirai dan tabir-tabir,
segala rupa penghijab, semua menghampar menutupi
wajah-wajah siapa saja yang memohon kepada Nya.
Aku telah melihat pula bagaimana kesemuanya itu
tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah diri
kepada Nya.

(31)
Bila engkau telah melihat kepada Ku, ketahuilah
 bahwa penglihatan itu karena mata manusiawai,
 bukan hukum manusiawi (yang tidak lengah
sedikitpun walau sebagai tawanan dari kebutuhan
manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat melihat
kepada Ku, itu adalah dikarenakan pandangan mata
manusiawi.

(32)
Bila engkau memberantas kebutuhan itu dengan
sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan itu makin jadi.
Bila engkau memberantas kelengahan dengan
keinginan-keinginan, akan bertambahlah kelengahan
itu.

(33)

Bila engkau
kepada Ku, tinggal
niscayamenetap
engkau di dalam
akan penglihatanmu
membenci dirimu
sendiri sebagaimana engkau membenci musuhmu.

(34)
190 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 191/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Segala persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu
dapat engkau saksikan menurut kadar yang engkau
ketahui, kecuali persoalan yang mengenai ketuhanan,
 pertama-tama engkau dapat menyaksikan kemudian
 baru negkau dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.

(35)
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya segala ilmu dan
makrifat akan menjadi kayu bakar bagi api KU, dan
apabila engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula
engkau dengannya.

(36)
Sekali-kali engkau tidak dapat mengenal Ku, bila
engkau tidak melemparkan hawa nafsumu, sekalipun
hawa nafsu itu didatangkan oleh tangan Ku.

(37)
Sekli-kali engkau tidak dapat menyaksikan Dau untuk
selama-lamanya dengan arti makna, karena
artimaknamu itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya
sendiri., dan engkau akan menyaksikan Daku dengan
 penyaksian Ku semata.

(38)
Segala apa yang nyata seluruhnya berbatas, batas-
 batas itu adalah gambar-gambar lukisan, gambar-

gambar
saling lukisan
serupa itumenyerupai
beraneka ragam,
dan aneka
salingragam itu
lawan
 berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu
 beramah-tamah satu sama lainnya serta bersimpang
siur.

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 191


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 192/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Adapun yang dilahirkan itu bersama-sama ilmu-
ilmunya adalah merupakan hijab Ku, dan tidak Ku
 beri nama kepada kenyataan-kenyataan itu untuk
memperkenalkan melainkan untuk menjadi hijab Ku.

Bila nama-nama itu dibuang, niscaya akan tertembus


oleh pandangan dan bila pandangan dapat menembus
 berarti dapat mengenal.

(39)
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka dengan
melaksanakan perintah Mu, maka ilmu itu tentang Mu
dalam kebutaan. Bila engkau beri petunjuk, itulah
karunia Mu; Bila engkau menghijabnya, itulah hijab
Mu (alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka
ilmu itu tidak dapat menyaksikan kecuali kejahilan.

Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya di dlam Nur


Cahaya Nya.
(40)
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih berkaitan
dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang
merusaknya, maka jadilah rusak. Maka tiada jalan
keluar untuk menidadakan pemikiran tentangnya
sama sekali, karena sesungguhnya ia adalah asal
 penderitaan yang dialami oleh manusia menurut

susunan manusiawinya.
(41)
Hakekat segala sesuatu itu adalah samar, karena
tiadanya kesanggupan. Manusia itu lenah, tiada daya
uneuk mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk
192 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 193/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
mencapai manfaat atau mudharrat ... dan ilmu tentang
Tuhannya sangat lemah sekali.

Ilmu-ilmu tak dapat dicapai oleh lawannya sama


sekali.
Para kekasih Nya tiada sengsara, dengan pengetahuan
ilmu-ilmunya.
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak dapat
diperkenalkan dengan susunan huruf.
Maka.... Maha Agunglah Puja Puji Nya.

(42)
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di dalam
ketenangan dan ketentraman, lihatlah baik-baik apa
yang menjadi penyebab akal budimu tenang dan
tenteram, itulah artinya sampai, maka lihatlah tempat
sampainya itu, itu adalah merupakan mutiaranya,
lihatlah para mutiara itu, maka itulah mata yang
mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya
akan keheranan pada mulanya dan rugi setelah
kesudahannya.

Bila dengan zikir sampainya dan penglihatan pada


 Nur Cahay Ku tempat bergantungnya, maka akan
tetap dalam keteguhan, tiadalah ia akan berpaling, dan
luruslah mata hatinya, maka tidak dikuatirkan lagi
akan tergelincir.

(43)
Siapa yang beramal utuk memperoleh pahala, niscaya
ia akan letih dengan masuknya harapan-harapan,
 barangsiapa yang beramal karena takut siksa, niscaya

An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 193


Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 194/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
ia akan letih dengan sangka baik; dan barang siapa
 beramal demi Wajah Allah, tiada letih baginya.
(44)
Ketika ahli Penglihatan (Ar- Ru’yah) mengatakan,
 bahwa dirinya telah kehilangan padangandan tidak
lagi melihat siwa maka sesungguhnya yang mereka
maksudkan adalah hilangnya penglihatan terhadap
siwa dari apa yang nyata dari kenyataan-kenyataan
itu, umpamakan ilmu itu berbentuk dari sebuah kitab,
dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu dari suatu
madrasah,,, bukan demikian yang diucapkan, tetapi
ilmu itu dari Allah, dan mereka sudah kkehilangan
urut-urutan dari sebab musabab. Maka segala apa
yang nyata pada sisi mereka adalah Al Haq Ta’ala
semata, sekalipun menyata dari berbagai jurusan.

(45)
Seluruh ketakutan itu berkaitan dengan perselisihan,
tidak cocok dengan pendengaran telinga, tidak cocok
dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa
yang dijinaki oleh akal budi... Karena tiada jalan
keluar untuk meniadakan ketakutan itu daripada
manusia samak sekali karena tiadanya jalan menuju
kepada kesempurnaan.

(46)

Bukti
nikmat,dalil keyakinan
ketakutan hijab,itu ada empat....
penerimaan penglihatan
perkenalan dan
 perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula....
kekikiran, keserakahan, kesombongan dan panjang
angan-angan.
194 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 195/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  

(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali
makrifat, dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu
itu kecuali keetakutan.

(48)
Keyakinan dan taqwa itusaling berdampingan, apabila
salah satu gaib, niscaya gaib pula yang lain.
Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila
salah satu gaib, yang lain gaib pula. Dan Khalwah
(tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu
 berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang
lain.

(49)
“Ilahi” Telah musnah segala kenyataan-kenyataan,
maka tiada yang dapat bertahan berhadapan dengan
keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan
 bagian-bagian yang terakhir, maka tiadalah kuasa
 bertahan di hadapan sifay Qiam Mu (berdiri Mu
sendiri).

(50)
Hai hamba! “Siapa yang telah paham tentang Ku,
niscaya Ku buat perhitungan kepadanya tentang air
dan jiwa.

(51)
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 195
Martabat martabatnya

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 196/197
7/16/2019 Al Mawaqif Wal Mukhotoba1

“Almawaqif wal Mukhotobat”


Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri  
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak berkenalan, Aku
hampir tidak lagi menerima suatu uzur (alasan)
apapun.

(52)
Hai hamba! “Perkenalan dengan apa yang tak dapat
dikatakan itu sifatnya adalah mengharuskan; dan
 perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu
sifatnya adalah menuntut.

(53)
Ti d k l l i k d k i d

http://slidepdf.com/reader/full/al-mawaqif-wal-mukhotoba1 197/197

Anda mungkin juga menyukai