Anda di halaman 1dari 8

Volume 21 Nomor 2 Oktober 2021

ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X


https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

Page 87-94

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU


BERDASARKAN WARIGA BELOG
(Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam)

Oleh:
Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri
Universitas Hindu Indonesia Denpasar
sukrawati.unhi@gmail.com, kadek.ayukristini27@gmail.com

Proses Review 20 September-2 Oktober, Dinyatakan Lolos 4 Oktober

Abstract

Wariga Belog as a literary work of Ida Pedanda Nyoman Temuku provides a view on educating
individual awareness regarding how each individual builds a harmonious relationship with nature.
This is a form of sublimation of the relationship between humans and nature which always has a
causal relationship. Therefore, the principle of structuring individual behavior is always emphasized
on the application and experience of each individual as a form of individual awareness of his life which
is always inseparable from the consequences given by nature. In simple terms, wariga belog is based
on calculations of urip or neptu either from the individual himself or with urip or neptu from nature,
what is considered important is how urip or neptu alam also has continuity with individual urip or
neptu so that it can be ensured that, in one day certain individuals have the right or not have the right
to make the specified steps and get rights from nature. With this, humans build relationships with
nature in terms of managing consciousness and also their behavior in life.

Keywords: Educating Individual Awareness, Wariga Belog

Abstrak

Wariga belog sebagai sebuah hasil karya sastra dari Ida Pedanda Nyoman Temuku memberikan
suatu pandangan tentang mendidik kesadaran individu terkait dengan bagaimana masing-masing
individu membangun relasi yang harmonis dengan alam. Hal ini sebagai wujud sublimasi dari
keterkaitan antara manusia dengan alam yang selalu memiliki hubungan kausalitas. Oleh karena
itu, prinsip penataan perilaku individu selalu ditekankan pada penerapan dan pengalaman masing-
masing individu sebagai bentuk kesadaran individu akan kehidupannya selalu tidak terlepas dari
konsekuensi yang diberikan oleh alam. Secara sederhana, wariga belog didasarkan pada perhitungan-
perhitungan urip atau neptu baik dari individu sendiri maupun dengan urip atau neptu dari alam,
yang dipandang penting adalah bagaimana urip atau neptu alam turut memiliki kesinambungan
dengan urip atau neptu individu sehingga dapat dipastikan bahwa, dalam suatu hari tertentu
individu tersebut memiliki hak atau tidak memiliki hak dalam membuat langkah yang ditentukan

87
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

serta mendapatkan hak dari alam. Dengan ini manusia membangun relasi dengan alam dalam hal
memanajemen kesadaran dan juga perilakunya dalam kehidupan.

Kata kunci: Mendidik Kesadaran Individu, Wariga belog

I. PENDAHULUAN Warmadewa, istilah seperti wewaran dan wuku


baru terdapat dalam prasasti di Bali dengan
Produk kebudayaan Bali khususnya telah penggunaan huruf dan bahasa Jawa Kuno.
memberikan jaminan untuk kehidupan dari Pentingnya wariga dalam menentukan suatu
pendukung kebudayaannya sebagai upaya waktu atau yang sering disebut sebagai
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. padewasan, tiadalain tujuannya untuk
Khususnya pada produk kebudayaan pelaksanaan pekerjaan yang tidak terlepas dari
terutamanya pengetahuan, hal itu telah tradisi masyarakat Bali khususnya pelaksanaan
diupayakan keberadaanya sehingga memberikan upacara keagamaan Hindu. Umumnya
sebuah motivasi untuk kehidupan manusia di masyarakat Bali yang memeluk agama Hindu
dalam ruang budaya tersebut. Orientasi ini menyadari pentingnya penerapan padewasan
merupakan kesadaran terhadap waktu, yang ini sebatas untuk kepentingan upacara
mana lebih akrab di Bali disebut dengan wariga. keagamaan, seperti melangsungkan karya
Sebagai salah satu produk pengetahuan lokal, agung, pernikahan, dan lain-lain yang
wariga memberikan pemahaman terhadap berhubungan dengan pelaksanaan yadnya
individu yang mampu untuk memperlajari bersifat insidental. Tetapi belakangan hadir
secara suntuk pengetahuan tentang fenomena dalam mempelajari wariga untuk
perbintangan atau astronomi. Dari hal tersebut memanajeman perilaku individu dengan
dapat dipahami bahwa, produk pengetahuan harapan kehidupan individu lebih baik untuk
lokal memberikan suatu pembelajaran pada kedepannya. Penting diingat bahwa manajemen
kehidupan manusia dengan keadaan alam perilaku ini mengarahkan kepada prinsip untuk
sekitarnya. membangun kesadaran manusia yang memiliki
Secara umum diketahui bahwa, wariga yang relasi kuat dengan alam. Artinya, kehidupan
berkembang di Bali tentunya tidak terlepaskan manusia selalu berkaitan dengan alam dalam
dari sumber primer yakni Weda yang khususnya arti yang lebih sumblimasi. Prinsip inilah selalu
dalam bagian jyotisa dan kalpa. Jyotisa memiliki ditekankan dalam pembelajaran wariga belog
kedudukan yang begitu penting dalam rangka yakni salah satu wariga yang dicetuskan oleh
membaca Weda. Selain itu, jyotisa sangat penting Ida Pedanda Nyoman Temuku dari Griya
dalam hal muatannya tentang pokok-pokok Cebaang Giri Kesuma, Desa Malinggih,
astronomi dan astrologi yang diperlukan untuk Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.
menyusun pedoman pelaksanaan upacara Pengutamaan dalam pembelajaran wariga
yadnya (Ariana & Budayoga, 2016: 15-16). belog didasarkan pada prinsip membangun
Mengenai keberadaanya di Bali, Simpen (1987: kesadaran individu terkait dengan berkembang
7) menjelaskan bahwa menurut bukti-bukti atau tidaknya urip individu dengan urip alam.
yang diperoleh, sebelum abad ke 10, istilah Dengan kata lain, diharapkan individu mampu
wewaran dan wuku dalam prasasti di Bali tidak untuk menyadari keberadaannya sebagai
tersebutkan, hanya saja terdapat terminologi makhluk yang memiliki berkesadaran semesta.
(dalam wariga yang diketahui saat ini) seperti Sebagai sebuah pembelajaran pengetahuan dari
tanggal, panglong dan sasih dengan kebudayaan lokal, tampaknya wariga belog
menggunakan bahasa Sanskerta dan Bali Kuno. memang sungguh-sungguh mendidik kesadaran
Setelah Rati Gunapriya Dharmapatni setiap individu dalam berperilaku yang tidak
(Mahendradata) putri Makutawangça terlepas dari adanya kesadaran bertindak
memerintah Bali sekitar Tahun 989-1001 tentang hubungan yang dibangun berdasarkan
Masehi dengan suaminya yaitu Dharma Udayana hak hari dari urip individu dengan

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


88 (Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam)
Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021 Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

berkembangnya urip alam. Dapat dikatakan Ketekunan beliau ini membawa untuk
bahwa, pembelajaran wariga belog adalah memahami pengetahuan yang dihadirkan
sebuah bentuk pembelajaran praktis dalam melalui kearifan lokal dengan laku dalam
kehidupan. Dengan demikian, perihal ini perlu membaca lontar-lontar, menyalinnya, hingga
ditelusuri untuk mendapatkan gambaran terkait mengapresiasi contentnya, sehingga
dengan pembelajaran berdasarkan wariga belog pengetahuan di dalam manuskrip lontar
terhadap mendidik kesadaran individu sebagai tersebut dapat diwariskan dan dinikmati oleh
upaya membangun relasi harmoni antara generasi selanjutnya. Dapat disebutkan bahwa,
manusia dengan alam. Secara tidak langsung ini merupakan langkah nyata dalam upaya
hadirnya wariga belog sebagai sebuah karya pelestarian tradisi kesadaran berliterasi oleh
kreatif dari Ida Pedanda Nyoman Temuku Ida Pedanda Nyoman Temuku.
memberikan pendidikan secara non formal Karya Wariga belog yang dicetuskan oleh Ida
kepada manusia terkait dengan usaha sadar Pedanda Nyoman Temuku tidak terlepas dari
dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya sebagai human creator (manusia
pemahaman manusia terhadap alam atau kreatif) dalam mengakumulasi dari hasil
lingkungannya. pembacaan beliau terhadap berbagai macam
manuskrip lontar, khususnya yang berhubungan
II. METODE dengan ilmu astronomi Bali. Ida Pedanda
Nyoman Temuku telah lama bergelut dengan
Penelitian ini bermaksud untuk literasi tradisional seperti halnya lontar, yang
mendeskripsikan data-data terkait dengan beliau awali sejak masih muda serta dalam
mendidik kesadaran individu berdasarkan proses kreatif tersebut tercetuskan pemikiran
wariga belog, sehingga untuk memperoleh data tentang wariga yang dimulai pada Tahun 1975.
tersebut digunakan metode penelitian kualitatif Beberapa kepustakaan tradisional lontar yang
dengan teknik pengumpulan data melalui mempengaruhi pemikiran Ida Pedanda Nyoman
observasi langsung, wawancara tak terstruktur, Temuku tentang wariga adalah Medang
serta studi-studi kepustakaan terkait dengan Kemulan, yaitu lontar yang menceritakan
topik penelitian ini. analisis data penelitian terjadinya wuku dan wewaran, sementara
dilakukan dengan cara mengumpulkan data Candra Parireka, yaitu ilmu perbintangan yang
terlebih dahulu, setelahnya dilakukan reduksi memperhitungkan jarak bulan dan bintang yang
data, dilanjutkan dengan display atau menyajikan membentuk pananggal dan pangelong.
data penelitian, serta terakhir melakukan Selain dua lontar itu, ada juga pengetahuan
verifikasi data. Sedangkan untuk penyajian hasil lain yang beliau dapatkan di lontar seperti
analisis data digunakan teknik deskripsi naratif. Wariga Bungkah, Wariga Gemet, dan Siwa Tatwa.
Setidaknya dapat dikatakan melalui teks dari
III. HASIL DAN PEMBAHASAN lontar-lontar sangat mempengarui beliau dalam
merumuskan kembali teks wariga khususnya
Sekilas Refleksi Lahirnya Wariga belog wariga belog. Selain juga ada pengetahuan yang
Pengetahuan dan pembelajaran tentang didapat melalui pratyaksa, (mempersepsikan
wariga belog merupakan sebuah sumbangsih sesuatu) sabda (mendengar suara alam), dan
karya sastra yang tidak dapat dilepaskan dari meditasi (konsentrasi). Pengalaman asketik dari
pengarangnya yakni Ida Pedanda Nyoman lakunya sebagai seorang pendeta turut serta
Temuku, seorang sulinggih dan juga penekun mempengaruhi isi dari karya-karya beliau yang
sastra pada khususnya dalam hal ilmu dikenal sebagai Wariga belog. Karya-karya yang
perbintangan (wariga) yang berasal dari Griya dicetuskan merupakan sebuah bentuk
Cebaang Giri Kesuma Payangan Gianyar. Semasa apresiasinya terhadap warisan pengetahuan
walaka (sebelum menjadi pendeta) beliau dari leluhur. Ida Pedanda seolah menjalankan
bernama Ida Bagus Putu Kertayasa yang begitu pepatah; hutang sastra mesti dibayar dengan
sangat akrabnya dengan tradisi nyastra – karya. Artinya karya yang digagas oleh beliau
sebagaimana turunan dalam suatu tradisi Griya. merupakan suatu respon terhadap karya sastra

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


(Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam) 89
Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

sebelumnya yang pernah dipelajari melalui laku Pemahaman Dasar dan Terpenting dari
berliterasi. Wariga belog
Pemahaman mengenai wariga belog secara
Tuntunan Langkah Kehidupan sederhana dapat dimulai dengan memahami
Sebagai pengetahuan tentang perbintangan, urip dari pancawara, sadwara, dan saptawara.
wariga belog memberikan pemahaman terhadap Dapat dikatakan pemahaman ini masih bertitik
kesadaran individu untuk selalu mengedapankan tolak dengan keberadaan wariga secara
prinsip menjaga hubungan yang harmonis umumnya, khususnya dari pancawara yang
dengan alam melalui praktik atau perilaku terdiri dari (1) umanis memiliki urip 5 yang
dalam menentukan tindakan yang tidak identik dengan wadon; (2) paing memiliki urip 9
bertentangan dengan konsekuensi alam. yang identik dengan kliwa; (3) pon memiliki
Artinya, perspektif wariga belog dalam urip 7 yang identik dengan kliwa; (4) wage yang
memandang relasi ini adalah bahwa alam selalu memiliki urip 4 yang identik dengan wadon; dan
memberikan konsekuensi terhadap kehidupan (5) kliwon memiliki urip 8 yang identik dengan
manusia. Maka dari itu, manusia menurut lanang. Berikutnya dalam sadwara dapat
wariga belog seharusnya mampu untuk dipahami (1) tungleh memiliki urip 7 yang
mengadakan penataan (manajeman) terhadap identik dengan kliwa; (2) aryang memiliki urip
perilakunya sendiri dengan upaya melihat 6 yang identik dengan wadon; (3) urukung
kesinambungan melalui perhitungan urip/ memiliki urip 5 yang identik dengan lanang; (4)
neptu individu dengan alam. Khusus untuk paniron yang memiliki urip 8 yang identik
kegiatan atau aktivitas keseharian, hari baik dengan kliwa; (5) was memiliki urip 9 yang
trsebut dapat dilihat melalui tuntunan urip identik dengan wadon; dan (6) maulu memiliki
Saptawara dan Pancawara individu dijumlahkan urip 3 yang identik dengan lanang. Sedangkan
dengan urip Saptawara dan Pancawara alam. Ini dalam urian saptawara dapat dipahami sebagai
merupakan dasar dari pengetahuan wariga berikut (1) redite memiliki urip 5 yang identik
belog. dengan lanang; (2) soma memiliki urip 4 yang
Penjelasan sederhananya, ketika manusia identik dengan wadon; (3) anggara memiliki
dilahirkan sudah dibekali oleh empat bekal urip 3 yang identik dengan kliwa; (4) buda
kehidupan yang disebut dengan istilah Guru, memiliki urip 7 yang identik dengan kliwa; (5)
Ratu, Lara dan Pati. Guru diwakili oleh angka 1, wraspati memiliki urip 8 yang identik dengan
Ratu angka 2, Lara angka 3 dan Pati angka 4. Jika lanang; (6) sukra memiliki urip 6 yang identik
hasil penjumlahan Saptawara dan Pancawara dengan wadon; dan (7) saniscara memiliki urip
individu dan alam hasil tersebut dibagi 4 9 yang identik dengan wadon.
(empat) memperoleh hasil 1 (satu) atau disebut Skema dasar sebagai permulaan
dengan Guru, maka pada hari itu, orang memiliki pembelajaran wariga belog diawali dengan
hak untuk melakukan sesuatu, mendapatkan pengetahuan berdasarkan pemahaman
solusi, termasuk soal rejeki. Dapat dikatakan, terhadap urip/neptu pada setiap hari, baik
jika penjumlahan urip berada pada garis Guru dalam urip/neptu pancawara, sadwara, maupun
atau Ratu, berarti itu adalah hari baik bagi saptawara sehingga pemahaman berikutnya
individu dalam urip tersebut. sedangkan jika dapat mengarahkan kepada pembelajaran
memperoleh hasil perhitungan dengan sisa terkait dengan perhitungan-perhitungan yang
penjumlahan 3 (tiga) dan 4 (empat) maka Lara dikombinasikan dengan komponen yang lainnya
dan Pati diperolehnya, artinya hari itu tidak baik sebagai pembentuk satu-kesatuan dalam
untuk melakukan sesuatu langkah termasuk mendidik kesadaran individu berdasarkan
menjalankan program pikiran. Inilah yang wariga belog.
dimaksud dengan manajemen perilaku sebagai Pemahaman berikutnya, setelah memahami
upaya mendidik kesadaran individu dalam dan mengetahui tentang pancawara, sadwara,
kehidupannya. dan saptawara beserta dengan urip/neptunya,
menuju tahapan selanjutnya yakni dalam wariga
belog terdapat suatu konsep yang dikenal

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


90 (Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam)
Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021 Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

dengan Catur Bekel Kahuripan, secara harfiah, terdiri dari umanis, paing, pon, wage, dan kliwon;
kata catur berarti empat; bekel berarti bekal, sadwara yang terdiri dari tungleh, aryang,
dan kahuripan berarti kehidupan. Maka dari itu urukung, paniron, was, dan maulu; serta
secara implisit, Catur Bekel Kahuripan dapat saptawara yang terdiri dari redite, soma,
dijelaskan sebagai empat bekal atau bawaan anggara, buda, wraspati, sukra, dan saniscara
dari masing-masing kelahiran yang diperoleh berdasarkan urip dan jenis kelamin (lanang,
masing-masing manusia/individu untuk kliwa, dan wadon) dari tiga wewaranan tersebut
perjalanan kehidupannya, yang sesungguhnya menjadi sebagai contoh (1) pancawara= wadon
memberikan hak-hak kepada manusia atas (W), sadwara= wadon (W), dan pancawara=
keterhubungan atau kesesuaiannya dengan wadon (W) menjadi pemikiran dapat
alam. Artinya konsep Catur Bekel Kahuripan ini berkembang; (2) pancawara= kliwa (K),
menunjukkan suatu formulasi untuk manusia sadwara= kliwa (K), dan pancawara= kliwa (K)
dalam menentukan tindakannya demi menjadi pemikiran tidak dapat berkembang; (3)
kehidupan manusia yang lebih baik dan tertata pancawara= lanang (L), sadwara= lanang (L),
terhadap dukungan alam. dan pancawara= lanang (L) menjadi pemikiran
Catur bekel kahuripan yang terdiri atas (1) tidak dapat berkembang; berikutnya (4) WKL/
GURU, menunjukkan hal yang baik yaitu ‘patut KLW/LWK menjadi pemikiran dapat
dijumpai dan mendapatkan ketenangan’; (2) berkembang; (5) WKK/KKW/KWK menjadi
RATU, menunjukkan kesamaan dengan RATU pemikiran tidak dapat berkembang; (6) WLL/
yaitu ‘patut dijumpai dan mendapatkan LLW/LWL menjadi pemikiran tidak dapat
ketenangan’; (3) LARA, merupakan suatu yang berkembang; (7) KWW/WWK/WKW menjadi
tidak mendukung tindakan sebagaimana pemikiran tidak dapat berkembang; (8) KLL/
dijelaskan bahwa ‘pikiran dan langkah LLK/LKL menjadi pemikiran tidak dapat
menderita, karena nafas individu bertentangan berkembang; dan (9) LWW/WWL/WLW
dengan alam’; dan (4) PATI, juga menunjukkan menjadi pemikiran dapat berkembang. Dengan
kesamaan dengan LARA, yaitu ‘pikiran dan pemahaman ini sekiranya manusia dituntut
langkah gagal, karena nafas individu untuk menentukan tindakan atau merancang
bertentangan dengan alam’. Dengan demikian, program baru dalam kehidupannya.
konsep catur bekel kahuripan begitu penting Pemahaman tentang wadon (W), kliwa (K),
dipahami dalam fase atau tahapan memulai dan lanang (L) yang bersumber dari urip/neptu
memanajemen perilaku seseorang sebagai pancawara, sadwara, dan saptawara menjadi
upaya mendidik kesadaran individu. Secara landasan dasar untuk menuju kepada
praktis, dapat dikatakan bahwa, jika seseorang pemahaman terhadap konsep tri pramana yang
tidak mendapatkan GURU dan RATU dalam hari terdiri dari pikiran (mind), langkah (steps), dan
tersebut, sedangkan ia menentukan langkahnya kesimpulan (conclusion). Sebagaimana dapat
maka sesuatu hal yang diharapkan sulit untuk dijelaskan maksud daripada tri pramana
dicapai. Sebaliknya, jika pada dalam suatu hari tersebut atas penjumlahan urip/neptu dari
individu mendapatkan hasil dari perhitungan pancawara, sadwara, dan saptawara (pawetuan/
urip individu (kelahiran) dan urip alam (hari kelahiran) manusia yang ingin menerapkan
pada saat itu) maka dibenarkan dalam manajemen perilaku, sehingga menemukan
menentukan langkahnya sehingga pada hari hasil atas perhitungan urip/neptu tersebut
tersebut individu memiliki hak untuk untuk menemukan sisa daripada penjumlahan
menentukan langkah kehidupannya. atau perhitungan agar mengetahui posisi sisa
Berikutnya memahami keberadaan konsep atas perhitungan urip/neptu baik dalam konteks
Tri Pramana. Untuk menunjukkan prinsip yang pikiran (mind), langkah (steps), dan kesimpulan
digunakan sebagai dasar mencari urip Tri (conclusion).
Pramana kembali pada perhitungan dengan Akumulasi keselurahan perhitungan tersebut
mengkombinasikan jumlah urip Saptawara, memberikan suatu gambaran terkait dengan
urip Sadwara, dan urip Pancawara. formulasi penentuan hari berdasarkan kesesuaian urip/
atas pertemuan dari komponen pancawara yang neptu individu (hari kelahiran) dengan urip/

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


(Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam) 91
Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

neptu alam (hari saat akan dilakukan program berarti taat pada kehendak Tuhan. menegakkan
pikiran) melalui perhitungan tersebut dapat hukum/prinsip Rta juga mengabdi pula pada
ditentukan suatu keputusan bagi individu. Hal sesama umat manusia. Karena dinamika alam
inilah yang menadasari terbangunnya sisi yang harmonis sesuai dengan Rta akan menjadi
harmonis antara manusia dengan alam yang sumber hidup dan penghidupan bagi umat
mana adanya suatu ketegasan bahwa saat manusia dan makhluk hidup lainnya, termasuk
individu tidak dapat memperoleh hak atas juga terhadap alam dan pencipta yakni Ida Sang
kesesuaian dari perhitungan urip individu Hyang Widhi Wasa.
dengan urip alam maka disarankan untuk tidak Secara eksplisit, hal ini dapat dikatakan
mengadakan program pikiran. Tetapi sebaliknya sebagai prinsip yang diajarkan oleh Ida Pedanda
jika terjadi kesesuaian antara urip individu Nyoman Temuku melalui pengetahuan Wariga
dengan urip alam, maka dalam wariga belog belog, yaitu untuk menjaga keseimbangan dan
dibenarkan individu tersebut membuat suatu keharmonisan dalam kehidupan ini. Dalam
langkah program dalam pikirannya, mengingat implementasinya menunjukkan terhadap tujuan
pada saat itu individu telah memiliki hak atas konsep Tri Hita Karana, yang menjadi
terhubung dengan alam. prinsip kehidupan manusia Bali dari dahulunya.
Dalam hal ini wariga belog menunjukkan suatu
Penguatan Prinsip Tri Hita Karana prinsip untuk menjadikan setiap manusia taat
Utamanya dalam kehidupan manusia selalu untuk memperkuat filosofi daripada Tri Hita
mengharapkan keharmonisan untuk mencapai Karana tersebut, serta mencapai tujuan yang
kedamaian dalam kehidupan. Mengingat dalam bersifat mendamaikan dan mengharmoniskan.
ajaran agama Hindu untuk kehidupan alam dan Ini artinya, prinsip hidup seperti sesungguhnya
kehidupan manusia, Tuhan menciptakan Rta, sangat tepat jika dikaitkan dengan wacana catur
yang tiadalain adalah hukum alam atau ada yang purusartha yang pada akhirnya menuju
menyebutnya sebagai prinsip-prinsip alam yang pembebasan atau moksa, yang sejalan dengan
diciptakan untuk mengendalikan dan mensistem tujuan agama Hindu yakni moksartam jagadhita
dinamika alam yang bertujuan untuk mengalami ya ca iti dharma, pembebasan di dunia dan
kondisi keharmonian. Dinamika alam yang diakhirat yang dilandaskan dengan dharma
harmoni itu menjadikan alam dapat (Suhardana, 2006: 21).
bereksistensi sesuai dengan azasi alaminya. Tujuan tersebut juga menjadi prinsip
Pengelolaan alam ini sudah seharusnya pembelajaran wariga belog sebagai dasar
berdasarkan rta. Jika dinamika alam dihalangi manusia untuk menjaga keharmonisannya
secara berlebihan akan menimbulkan dengan alam. Artinya, dengan mempelajari
disharmoni dari alam itu sendiri. Dengan Wariga belog, seseorang diwajibkan mendasari
demikian, alam akan terganggu dinamikanya dirinya dengan ketentuan atau wewenang atas
tidak sesuai lagi dengan hukum Rta. Hal sistem maupun prinsip yang ditentukan oleh
dijelaskan dalam “Sesungguhnya satya, rta, alam. Hal ini menunjukkan tentang pentingnya
diksa, tapa, brahma, dan yadnya yang menyangga membangun spirit atau kesadaran manusia
dunia” (Atharvaveda XII. 1.1). yang telah dipengaruhi oleh kehidupan duniawi,
Berdasarkan petikan teks Atharvaveda materilaistik, maupun sekuler. Sehingga
tersebut, menyatakan bahwa, rta adalah salah manusia kadang cenderung lalai dalam
satu dari enam yang menyangga tegaknya dunia. kehidupannya, dan mencari segala problem-
Jika rta atau hukum alam tersebut tidak berjalan problem yang terjadi dalam kehidupannya ke
sesuai kodratnya, maka alam itu akan menjadi sisi eksternal bukan menyelami diri (ke sisi
destruktif. Dengan demikian, menimbulkan internal) untuk menemukan jawaban atas
akibat tidak harmonisnya hubungan manusia segalanya yang terjadi.
dengan alam. Ini artinya jika mampu untuk tidak
menganggu prinsip dari Rta tersebut berarti Membangun Taraf Kehidupan Spiritual
juga telah bersujud bakti dengan Tuhan. karena Pembelajaran wariga belog merupakan suatu
Rta merupakan ciptaan Tuhan. Taat kepada Rta prinsip untuk mengadakan prinsip dalam

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


92 (Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam)
Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021 Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

membangun hubungan yang harmonis antara dari Guru, Ratu, Lara, dan Pati sesungguhnya
manusia dengan alam, yang didasarkan pada memberikan pemahaman terhadap seseorang
penatataan perilaku individu melalui atau individu yang mempelajari wariga belog
perhitungan-perhitungan yang kompleks dalam untuk dapat mengambil langkah yang sesuai
penerapannya. Secara tidak langsung melalui dengan kewenangan yang dimiliki seseorang
pembelajaran wariga belog individu dihadapkan pada waktu itu, dan penerapannya tidak hanya
dengan penataan aspek spiritual kehidupan. dapat disampaikan begitu juga, tetapi lebih
Meskipun istilah spiritual ini sulit untuk tepatnya individu tersebut mempraktikkan
diberikan arti secara harfiah, menurut Potter & langsung manfaat atas ajaran wariga belog. Hal
Perry (2005:45) terdapat dua karakteristik ini sepadan dengan apa yang diungkap Jendra
penting tentang spiritual dan spritualitas yang (2014: 14) bahwa pengalaman spiritual tersebut
disetujui oleh sebagian orang: (1) spiritualitas sifatnya privasi, dan hanya diketahui dan
adalah kesatuan tema dalam kehidupan; dan (2) dipahami serta dirasakan oleh diri seseorang
spiritualitas merupakan keadaan hidup. Jika yang mempraktikkannya, mengingat kembali
diambil dari definisi secara fungsionalnya, maka ditekankan tentang hal spiritual tersebut
spiritualitas adalah komitmen tertinggi individu berakar kata ‘spirit’ yang berarti jiwa, yang
yang merupakan prinsip paling komprehensif menandakan aspek spiritual yang sering dialami
dari perintah atau nilai final yaitu argument seseorang merupakan ungkapan aspek jiwa dari
yang sangat kuat dan memberikan sesuatu personal. Proses ini mengindikasikan seseorang
pilihan yang dibuat dalam kehidupan seseorang. mampu bersikap memaklumi dalam
Spiritual di nilai ketika seseorang belajar menjalankan sesuatu, mengurangi
tentang diri mereka dan hubungan mereka kesalahpahaman, dan menjadikan seseorang
dengan orang lain termasuk juga dengan untuk selalu bersikap jujur terhadap diri sendiri.
keseluruhan yang ada di dunia materi ini, dan Ini diibaratkan oleh Jendra (2014: 15) seseorang
memulai konsep tentang ketuhanan atau nilai yang telah memasuki fase spiritual dapat
seperti yang disuguhkan kepada mereka oleh diibaratkan sebagai seorang manusia yang
lingkungan rumah mereka atau komunitas religi sudah dewasa, penuh tanggung jawab, penuh
mereka. Tentang kekuatan spiritual dalam perhitungan dan daya nalar yang senantiasa
pencarian identitas, mungkin dengan diarahkan ke arah aspek yang positif.
mempertanyakan tentang praktik atau nilai
dalam menemukan kekuatan spiritual sebagai IV. Penutup
motivasi untuk mencari makna kehidupan yang
lebih jelas. Begitu juga dengan pengetahuan Mendidik kesadaran individu berdasarkan
yang di tawarkan dalam persektif wariga belog, wariga belog menunjukkan sisi sikap untuk
yang mengindikasikan seseorang dalam proses membangun kesadarannya yang berhadapan
penekunan diri untuk menjadi seseorang yang dengan relasi kehidupan diantara manusia
mamahami prinsip-prinsip hidup yang harmonis dengan alam. Penerapan dari pembelajaran
berdasarkan perhitungan-perhitungan hari wariga belog meneguhkan suatu upaya dalam
yang bersumber dari Urip/Neptu pancawara, menggali prinsip yang tidak hanya pada tataran
sadwara, dan pancawara. Berikutnya ada catur moral tetapi juga terkait dengan pendakian
bekel kahuripan untuk menentukan langkah- spritualitas kehidupan individu. Dengan
langkah, yang kesemuanya itu di petakan sesuai penerapan dari pembelajaran wariga belog
dengan formulasi dari ilmu wariga belog itu karya Ida Pedanda Nyoman Temuku setidaknya
sendiri. Hal ini menjadi dasar yang dapat telah turut serta memberikan sumbangsih
dikatakan kuat dalam memahami sisi kehidupan terhadap kehidupan manusia dengan
yang dikatakan sangat rahasia. mempelajari dan menempatkan hubungan antara manusia
menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam dengan alam yang tidak pernah terpisahkan
wariga belog dan dituangkan dalam sehingga menyadari bahwa keterkaitan tersebut
kehidupannya menunjukkan bahwa, dengan merupakan sesuatu yang kodrat bagi kehidupan
memahami Catur Bekel Kahuripan yang terdiri manusia. Hal inilah yang menunjukkan bahwa,

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


(Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam) 93
Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

wariga belog dalam implementasinya membangun sisi keharmonisan hidup antara


sesungguhnya mendidik kesadaran individu manusia dengan alam.
untuk selalu menjaga hubungan dengan

Daftar Pustaka

Ariana, Ida Bagus Putra Manik & Ida Bagus Budayoga. 2016. Ala Ayuning Dewasa: Ketut Bangbang
Gde Rawi (Sebuah Canangsari). Denpasar: ESBE Buku.
Jendra, I Wayan. 2014. Mengusir Kegelisahan Mencari Kedamaian. Denpasar: Penerbit Sairamadas.
Potter, P. A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Simpen BA, W. 1987. Pelajaran Dewasa (Wariga). Denpasar: Muria.
Suhardana, K.M. 2006. Pengantar Etika & Moralitas Hindu. Surabaya: Paramita.
Temuku, Ida Pedanda Nyoman. 2014. “Guide Book (Buku Pedoman Wariga belog)”. Gianyar: Koleksi
Griya Cebaang Giri Kesuma.

MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG


94 (Membangun Relasi Harmonis Manusia Dengan Alam)
Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2021 Ni Made Sukrawati | Ni Kadek Ayu Kristini Putri

Anda mungkin juga menyukai