Anda di halaman 1dari 12

ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.

php/dharmasmrti/issue/view/23
Volume 23 Nomor 1 April 2023
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

Page 105-116

Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari


Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli

Oleh:
I Nyoman Ranem
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama, Fakultas Dharma Acarya, Universitas Hindu
Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
Jl. Ratna No. 51 Tatasan Denpasar Bali, 80236, Indonesia
inyomanranem@gmail.com

Proses Review 4-20 Maret, dinyatakan lolos 25 Maret

Abstract

Lontar Wariga Catur Winasa Sari is one of the wariga whose existence still exists in the Selu-
lung Traditional Village to this day. This existence is based on Lontar Wariga Catur Winasa Sari’s
participation in all aspects of community life, both religious and social. The use of Lontar Wariga
Catur Winasa Sari is believed to be able to organize people’s lives to become more orderly and har-
monious, because Lontar Wariga Catur Winasa Sari contains various aspects of socio-religious life
related to time calculation, predicting the pros and cons of the day, making and concocting medi-
cine, making amulets and other magical things. Through the teachings of kadiatmikan and the cor-
rect determination of déwasa ayu (choosing an auspicious day), all activities related to custom, cul-
ture and religion are expected to achieve success.

Keywords: Lontar Wariga, Catur Winasa Sari, Masyarakat

Abstrak

Lontar Wariga Catur Winasa Sari merupakan salah satu wariga yang keberadaannya masih
eksis di Desa Adat Selulung sampai saat ini. Keeksisan ini didasarkan atas peran serta Lontar Wari-
ga Catur Winasa Sari di segala aspek kehidupan masyarakat, baik yang bersifat keagamaan maupun
yang bersifat sosial. Penggunaan Lontar Wariga Catur Winasa Sari diyakini dapat menata kehidu-
pan masyarakat menjadi lebih teratur dan harmonis, sebab Lontar Wariga Catur Winasa Sari
memuat berbagai aspek kehidupan sosio-religius yang berkaitan dengan perhitungan waktu, rama-
lan baik-buruknya hari, membuat dan meramu obat, membuat jimat dan hal-hal magis lainnya. Me-
lalui ajaran kadiatmikan dan penentuan déwasa ayu (pilihan hari baik) secara tepat, segala kegiatan
baik yang berhubungan dengan adat, kebudayaan maupun keagamaan diharapkan mencapai kes-
uksesan.

Kata Kunci: Lontar Wariga Catur Winasa Sari, Masyarakat

105
Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

I. PENDAHULUAN ga Catur Winasa Sari memuat berbagai aspek


kehidupan sosio-religius yang berkaitan dengan
Perhitungan baik buruknya hari dalam ke- perhitungan waktu, ramalan baik-buruknya
hidupan sosio-religius yang paling utama adalah hari, membuat dan meramu obat, membuat ji-
bersumber pada konsep ajaran wariga. Wariga mat dan hal-hal magis lainnya. Oleh karena itu,
merupakan suatu ilmu yang di dalamnya meng- Lontar Wariga Catur Winasa Sari adalah salah
uraikan tentang sifat-sifat atau watak dari we- satu lontar yang sering digunakan oleh para
waran, wuku, tanggal-panglong, ingkel, sasih, balian (dukun) dan praktisi wariga (paniwak
dauh dan lain sebagainya (Namayudha, 1980). déwasa) di Desa Adat Selulung.
Masing-masing sifat itu, akan berkolaborasi se- Ditinjau dari segi penggunaannya, seba-
hingga melahirkan pedoman praktis ala ayun- gian besar masyarakat di Desa Adat Selulung
ing déwasa (baik buruknya hari) dalam melaku- kurang mampu memahami aspek magis dan
kan aktivitas sosial keagamaan. sistem perhitungan wariga yang tertulis dalam
Sejatinya sistem perhitungan dan penen- Lontar Wariga Catur Winasa Sari. Walaupun
tuan déwasa ayu (pilihan hari baik) di Desa Adat demikian, masyarakat yang tidak tahu tentang
Selulung dibutuhkan di segala aspek kehidupan, aspek magis akan meminta petunjuk kepada
baik itu segi parhyangan, pawongan maupun balian (dukun). Demikian pula dengan sistem
palemahan. Melalui pilihan hari baik, masyara- perhitungan baik buruknya hari dalam Lontar
kat berupaya hidup harmonis berdasarkan Wariga Catur Winasa Sari, masyarakat akan
tatanan nilai ketuhanan, kemanusiaan serta ter- nunas déwasa (meminta petunjuk hari baik) ke-
hadap alam. Segala kegiatan baik berhubungan pada praktisi wariga.
dengan adat, kebudayaan maupun keagamaan,
diharapkan mencapai kesuksesan. Untuk men- II. METODE PENELITIAN
capai kesuksesan tersebut, salah satu faktor ter-
penting dalam melaksanakan kegiatan adalah Penelitian ini menggunakan metode
pemilihan déwasa ayu (hari baik) itu secara te- deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Tu-
pat guna berdasarkan perhitungan wariga. lisan ini bertujuan menggambarkan dan
Secara umum, mendengar kata wariga se- menjelaskan fenomena yang terjadi di masyara-
benarnya dalam benak sudah terlintas tentang kat khususnya yang berkaitan dengan perhitun-
perhitungan baik buruknya hari, walaupun be- gan baik buruknya hari, membuat dan meramu
lum paham betul cara memperhitungkannya. obat, membuat jimat serta hal-hal magis lain-
Lontar Wariga Catur Winasa Sari merupakan nya. Dalam pengumpulan data, penulis meng-
salah satu jenis lontar yang sangat unik karena umpulkan beberapa Lontar Wariga Catur Wina-
memuat tentang ajaran kadatmikan dan pilihan sa Sari yang ada di Desa Adat Selulung dan bu-
hari baik dalam memulai atau melakukan suatu ku-buku lainnya yang berkaitan dengan peneli-
kegiatan. Lontar Wariga Catur Winasa Sari tian. Berdasarkan sumber dokumen-dokumen
merupakan salah satu lontar wariga yang sering tersebut, selanjutnya dilakukan analisis secara
digunakan oleh para balian (dukun) dalam sederhana kemudian disajikan dalam bentuk ar-
membantu masyarakat yang sedang kesusahan tikel.
akibat gangguan ilmu hitam (black magic), reje-
ki kurang lancer dan hal-hal lainnya yang bersi- III. ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA
fat magis. Selain itu, Lontar Wariga Catur Wina-
sa Sari dijadikan pedoman oleh para praktisi 3.1 Keberadaan Lontar Wariga Catur
wariga (paniwak déwasa) untuk menentukan Winasa Sari
baik buruknya hari dalam memulai dan melaku- Keberadaan Lontar Wariga Catur Winasa
kan suatu aktivitas atau kegiatan, baik kegiatan Sari sangat jarang ditemukan (dikoleksi) oleh
keagamaan maupun kegiatan sosial. Penggu- masyarakat. Di Desa Adat Selulung hanya ada
naan Lontar Wariga Catur Winasa Sari diyakini satu cakepan Lontar Wariga Catur Winasa Sari
dapat menata kehidupan masyarakat menjadi yang dikoleksi oleh Jero Bendesa Desa Adat Selu-
lebih teratur dan harmonis, sebab Lontar Wari- lung. Sedangkan yang lainnya, sudah dalam ben-
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
106
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

Gambar 1.
Lontar Wariga Catur Winasa Sari

Sumber: Dokumentasi Pribadi

tuk alih aksara lontar yang didapat dari Gedong 1913, olih…”. Adanya kata “olih” artinya “oleh”
Kirtya dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. menjelaskan bahwa kalimat tersebut belum be-
Kelangkaan Lontar Wariga Catur Winasa rakhir. Kata “olih” seharusnya diikuti oleh nama
Sari menyebabkan kebanyakan para paniwak penulis, kemudian berakhir dengan alamat pen-
déwasa dan masyarakat tidak mengetahui ten- ulis. Hal tersebut bukan berarti bahwa lontar itu
tang isi dari wariga tersebut. Ketidaktahuan itu salah atau kurang, namun lontar itu sudah ter-
menyebabkan tidak semua paniwak déwasa makan oleh usia dengan kondisi penyimpanan
menggunakan Lontar Wariga Catur Winasa Sari, yang sangat sederhana yaitu ditaruh pada se-
sebab dalam menggunakan wariga itu harus buah bumbung tiing (potongan bambu) kemudi-
warah ring raga, artinya petunjuk bagi kita ter- an disimpan di pakaja (tempat suci pada bangu-
lebih dahulu, baru kemudian diterapkan atau di- nan dapur tradisional di Desa Adat Selulung).
berikan kepada pihak lain (orang yang nunas Lontar Wariga Catur Winasa Sari berisi-
déwasa). Oleh karena itu, para paniwak déwasa kan ajaran kadiatmikan (hal-hal yang bersifat
harus membagikan apa yang ia ketahui dari magis) seperti benda atau alat yang dipakai
wariga yang telah dipelajari. dalam membuat rerajahan, doa-doa (mantra)
Lontar Wariga Catur Winasa Sari adalah agar seseorang hidup tidak kurang dengan uang
salah satu lontar wariga yang berbentuk prosa, emas dan uang perak (arta brana), membung-
dengan berbahasa Kawi-Bali. Secara umum, ke- kam dan membasmi ilmu hitam (léak), tata cara
adaan lontar masih utuh, walaupun ada pada melahirkan bayi beserta mantra-nya, tata cara
beberapa lembar lontar yang sudah termakan menyatukan pretiwi (bumi) dan akasa (angka-
oleh serangga (amah ngenget), namun masih bi- sa) dalam tubuh manusia, wahyu (pawisik) ke-
sa dibaca dengan jelas. Ada salah satu lembar tika akan meninggal, proses tidur sehingga men-
lontar pada bagian akhir hanya bisa terbaca se- jadi mimpi serta penolak mimpi buruk, tata cara
bagian, sehingga tidak bisa diidentifikasi dari mengolah napas, doa pembasmi dan penangkal
mana asal lontar dan nama penulisnya. Lontar penyakit, tata cara membuat panglaris dalam
ini terdiri atas 31 lembar daun lontar yang ber- berdagang, yoga semadi, tulisan (rerajahan)
tuliskan aksara Bali. Panjang lontar 34 cm, den- agar bisa kembali ke sunia loka, dan letak aksara
gan lebar 4 cm. Tulisan pada daun lontar dimu- Ang dan Ah dalam tubuh manusia, serta perhi-
lai pada lembar 1-b dan berakhir pada lembar tungan ala ayuning déwasa (baik buruknya
31-a. hari).
Kalimat awal dalam Lontar Wariga Catur
Winasa Sari yaitu pada lembar 1-b diawali den- 3.2 Sistem Perhitungan Lontar Wari-
gan kalimat “Om Awighnam Astu. Iti Wariga Ca- ga Catur Winasa Sari
tur Winasa Sari, ngaran. Nihan pangréka jagat, Secara umum Lontar Wariga Catur Wina-
ngaran…dan berakhir pada lembar 31-a, den- sa Sari berisikan tentang ajaran kadiatmikan
gan kalimat “Buda Umanis Prangbakat, nuju dan perhitungan baik buruknya hari yang sering
tanggal ping dasa, suka wredhi guna wibhawa, disebut dengan ala ayuning déwasa. Ajaran ka-
ngaran. Puput kasurat ring dina Çoma Pon, wara diatmikan tersebut mencakup berbagai hal yang
Paang, tanggal ping roras, sasih kasa, tahun, berkaitan dengan proses peningkatan spiritual,

Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari


Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
107
I Nyoman Ranem Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

bahan atau alat yang digunakan dalam rerajah- Gambar 2.


an, dan hal-hal lainnya yang bersifat mistis, se- Rerajahan Taya Maya Péntayo
dangkan ajaran ala ayuning déwasa berkaitan
dengan penentuan hari baik dan hari buruk
dalam melakukan kegiatan sosial keagamaan.
Ajaran itu didasarkan atas isi Lontar Wariga Ca-
tur Winasa Sari yang sering digunakan oleh para
balian (dukun) dalam praktik membantu dan
melakoni kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan hal-hal mistis serta para paniwak déwa-
sa (praktisi wariga) dalam memberikan pilihan
hari baik dan hari buruk dalam kegiatan terten-
tu. Pemilihan hari baik dan hari buruk itu, harus
berdasarkan sistem perhitungan dewasa. Dewa-
sa berarti hari pilihan, hari baik (Ariana dan Bu-
dayoga, 2016:14).
Adapun sistem perhitungan dalam Lontar
Wariga Catur Winasa Sari di Desa Adat Selulung
dikelompokan menjadi dua (2) bagian, yaitu:

1. Sistem Perhitungan Magis


Di Desa Adat Selulung, Lontar Wariga Ca-
tur Winasa Sari tidak hanya digunakan oleh para
penekun wariga, tetapi sering juga digunakan
oleh para penekun spiritual dukun (balian)
dalam menolong orang yang sedang kesakitan
atau kesusahan. Menolong orang yang sedang
kesusahan (tidak berkecukupan sandang, pan-
gan, dan papan) adalah salah satu lakon dukun
yang sangat mulia, sebab dengan bantuannya
akan memberikan petunjuk kepada seseorang,
seperti usaha apa yang cocok dan yang tidak co-
cok untuk dilakukan, entah sebagai petani, ped-
agang, pengusaha atau yang lainnya. Pemberian
petunjuk tersebut akan membuat seseorang
tekun melakoni pekerjaannya, sebab setiap
orang diyakini membawa tulis gidat (suratan
takdir) tersendiri. Selain memberikan petunjuk,
biasanya seorang dukun akan memberikan ben-
da yang dibungkus dengan kain kasa yang di
dalamnya terdapat rerajahan. Pemanfaatan ba-
han atau alat dalam rerajahan itu mengikuti pe-
tunjuk yang ada dalam Lontar Wariga Catur Wi-
nasa Sari 1-b berikut: Sumber: Dokumentasi Pribadi
“…Nihan pangréka jagat, ngaran, yan arep
kita drewé slaka mwang jinah, dén akwéh, srana Jadi, secara jelas kutipan di atas menegas-
pripihan mas mrajah Taya Maya Péntayo, pejang kan bahwa dalam membuat hidup berkecuku-
duwuré aturu, dagingin canang ngalimolas di- pan agar tidak kekurangan harta benda dapat
na,…” seperti ini rajahan-nya. menggunakan selembar pripihan mas (lempen-
gan emas) kemudian dirajah (digambari) den-

Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari


Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
108
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

gan Taya Maya Péntayo. Pada bagian atas reraja- adalah aksara yang digunakan untuk menulis
han Taya Maya Péntayo akan diisi rajahan ak- hal yang bersifat magis/mistik (kadiatmikan),
sara Ang, Mang, Êng dengan tulisan aksara dan rerajahan yang bersifat magis (Simpen,
menghadap ke atas dan pada bagian bawah akan 1973:10). Aksara Wijaksara adalah aksara suci
diisi rajahan aksara Ung, Ung dengan tulisan ak- yang mudah dibaca seperti éka aksara, dwi ak-
sara menghadap ke bawah serta dilengkapi den- sara, tri aksara, panca aksara, dasa aksara, catur
gan mantra singkat “Om Bhuana Sungsang”. Ben- dasa aksara dan sad dasa aksara, sedangkan ak-
tuk rerajahan yang biasa dipergunakan oleh pa- sara Modré adalah aksara yang ditutup dengan
ra Balian Usadha di Bali adalah kombinasi anta- anusuara, yang sulit untuk dibaca karena mem-
ra aksara Bali (aksara biasa dan aksara suci) peroleh berbagai panganggé aksara dengan ber-
dengan berbagai bentuk gambar dan lukisan bagai variasinya (Nala, 2006: 28). Gabungan
magis (Nala, 2006:175). Setelah rerajahan itu dari beberapa rajahan aksara Wijaksara dan ak-
selesai dibuat, lalu di-pasupati (dihidupkan den- sara Modré akan membentuk kesatuan fungsi
gan batin) yaitu memohon kepada Ida Sang Hy- dan makna untuk dimanfaatkan dalam hal ter-
ang Widhi Wasa agar rerajahan itu hidup (me- tentu oleh para balian (dukun).
miliki kekuatan magis) sesuai dengan fungsinya. Pemanfaatan aksara suci oleh para balian
Selesai di-pasupati, rerajahan itu diberikan ke- dalam ilmu pengobatan di Desa Adat Selulung,
pada orang yang membutuhkan disertai dengan kebanyakan didasarkan atas petunjuk yang ter-
petunjuk khusus berupa kewajiban menghatur- tulis dalam Lontar Wariga Catur Winasa Sari 14-
kan canang setiap lima belas hari yaitu setiap b yaitu “Iti aksara uttama, wenang anggén nawar
Purnama dan Tilem. Hari Purnama dan Tilem bebai, siyu 3. Muwah kena désti, bebai, pejah dé-
dipakai patokan pemujaan karena pada hari ning aksara iki”, seperti rerajahan aksara beri-
Purnama air laut akan pasang naik dan sebagai kut.
hari beryoganya Sang Hyang Wulan, sedangkan Rerajahan di bawah adalah salah satu jen-
pada hari Tilem, air laut akan pasang surut is rerajahan yang paling sering digunakan untuk
adalah hari beryoganya Sang Hyang Surya. Oleh menyembuhkan orang yang terkena ilmu hitam
karena itu, hari Purnama dan Tilem merupakan seperti désti dan bebai. Aksara suci yang dipakai
konsep keseimbangan pemujaan agar berkecu- pada rerajahan berupa aksara Wijaksara dan
kupan (arta brana) dalam kehidupan dalam ar- aksara Modre. Aksara Wijaksara seperti: Ang
tian tidak terlalu pasang naik dan pasang surut. Ang Ah Eng. Rerajahan aksara Wijaksara “Ang
Selain menggunakan gambar, peman- Ang” adalah sthana Sang Hyang Ibu Pretiwi
faatan rerajahan dalam Lontar Wariga Catur Wi- dalam wujud api, dan aksara “Ah” adalah sthana
asa Sari juga berbentuk aksara. Aksara yang Sang Hyang Bapa Akasa dalam wujud air, sedan-
dipakai ngrajah itu bukanlah aksara sembaran- gkan aksara “Eng” adalah penyeimbang, dalam
gan. Aksara yang dipakai ngrajah itu akan wujud angin. Akasara Modre seperti: La Wa Yang
berkombinasi dan berkolaborasi dengan aksara Wya Ong, merupakan penggalan dari aksara Da-
Modré lainnya. Aksara yang dipakai ngrajah itu sa Bayu yang memberi tenaga atau kekuatan
sering disebut dengan aksara suci, seperti ak- hidup. Aksara Wijaksara dan aksara Modré
sara Wijaksara dan aksara Modre. Aksara Modré tersebut akan di-rajahkan pada selembar daun

Gambar 3.
Rerajahan Penyembuh Bebai dan Desti

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari


Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
109
I Nyoman Ranem Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

sirih (basé) yang uratnya sama, sebagai wujud aksara Ongkara sebagai rerajahan yang paling
Déwa Wisnu. Alat yang dipakai ngrajah adalah sederhana dan paling sering digunakan dalam
kapur (pamor), sebagai wujud Déwa Iswara. membuat obat dan membuat jimat. Hal ini seja-
Selelsai ngrajah, kemudian dilengkapi dengan lan dengan pendapatnya Nala (2006:176) khu-
pinang (buah), sebagai wujud Déwa Barhma. Re- sus untuk rerajahan membuat tamba atau
rajahan yang sudah jadi dimohonkan kekuatan meramu obat, maka bentuk maka bentuk reraja-
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar bahan han-nya dipilih yang sederhana. Artinya, tidak
(srana) itu bertuah sehingga bisa menyembuh- dikombinasikan dengan gambar atau lukisan.
kan penyakit. Bahan (srana) basé, buah dan
pamor itu bentuknya dibuat seperti segi tiga 2. Sistem Perhitungan Ala Ayuning
lancip, oleh masyarakat di Desa Adat Selulung Dewasa
disebut dengan sloyoan. Sloyoan dikunyah oleh Perhitungan waktu dalam Lontar Wariga
salah seorang keluarga yang sedang berobat, ke- Catur Winasa Sari sebagai acuan dalam kehidu-
mudian disemburkan pada tubuh orang yang pan masyarakat bersumber pada ajaran Jyotisa.
terkena désti atau bebai. Sloyoan itu dapat me- Wariga merupakan suatu ilmu yang di dalamnya
nyembuhkan orang sakit, karena rerajahan menguraikan tentang sifat-sifat atau watak dari
tersebut sudah mengandung unsur api, air, an- wewaran, wuku, tanggal-panglong, ingkel, sasih
gin dan unsur tenaga/bayu serta unsur Tri Mur- dan lain sebagainya (Ardhana, 2005:1). Sedang-
ti. kan Jyotisa merupakan cabang dari Wéda, yang
Rerajahan aksara Wijaksara yang paling khusus menguraikan mengenai astronomi dan
sering dijadikan media dalam membuat berb- astrologi yaitu tata letak dan peredaran tata
agai jenis obat (tamba), dan jimat pelindung surya (Titib, 1996:124).
adalah aksara Ongkara. Walaupun hanya berupa Pada umumnya, penentuan ala ayuning
Pranawa O-kara dan dilengkapi dengan ulucan- déwasa selalu mengacu pada alahing sasih. Ada-
dra, tetapi memiliki makna yang mendalam. O- pun perhitungan alahing sasih yaitu perhitun-
kara adalah sebagai badan aksara diibaratkan gan ala ayu dalam wewaran akan dikalahkan
dengan bumi atau alam semesta yaitu penyatu- oleh perhitungan ala ayu dalam wuku, perhitun-
an dari a-kara, u-kara, dan m-kara yaitu unsur gan ala ayu dalam wuku akan dikalahkan oleh
api, air, dan angin. Ulucandra terdiri atas ardha- perhitungan ala ayu dalam tanggal-panglong,
candra diibaratkan dengan bulan, sebagai sim- perhitungan ala ayu dalam tanggal-panglong
bol Sang Hyang Siwa, windu diibaratkan ma- akan dikalahkan oleh perhitungan ala ayu dalam
tahari sebagai simbol Sang Hyang Sada Siwa, sasih, perhitungan ala ayu dalam sasih akan di-
dan nada diibaratkan bintang sebagai simbol kalahkan oleh perhitungan ala ayu dalam dauh,
Sang Hyang Paramasiwa. Dengan demikian, perhitungan ala ayu dalam dauh akan dikalah-
penggunaan aksara Ongkara sebagai bentuk pe- kan oleh Sang Hyang Trayodasa Saksi (Ardhana,
nyatuan dari unsur api, air, angin, bumi, bulan, 2005:4). Alahing sasih dalam Lontar Wariga Ca-
matahari dan bintang melalui ngregep (pemusa- tur Winasa Sari perhitungannya tidak menggu-
tan pikiran). Akibat dari ngregep tersebut, akan nakan panglong. Perhitungan panglong diang-
diyakini memberikan kekuatan supranatural gap hari kurang baik, karena bulan yang awal-
yang besar terhadap benda atau bahan tersebut. nya tampak penuh akan terus berkurang hingga
Jika membuat obat, maka aksara Ongkara akan akhirnya menjadi gelap. Hal berkurangnya itu
di-rajahka-kan pada daun sirih, merica, leng- dianggap tidak baik untuk memulai atau melak-
kuas, garam, dan bahan-bahan obat lainnya. Se- sanakan suatu kegiatan. Panglong berasal dari
dangkan dalam membuat jimat, aksara Ongkara kata “long” artinya kurang atau tidak penuh, ke-
akan di-rajah-kan pada lempengan emas, perak, mudian mendapat awalan pa- dan bunyi sengau
tembaga, timah, permata (mirah), bambu, kayu “ng” sehingga menjadi panglong yang artinya
dan benda-benda lainnya. Rerajahan aksara bulan tampak tidak penuh (kurang) kelihatan
Ongkara itu akan berfungsi sesuai dengan doa dari bumi atau hari-hari sesudah Purnama (Bu-
(pinunas) balian sebagai perantara atas permin- dayoga dan Ariana, 2016: 59).
taan orang yang memerlukan. Oleh karena itu, Konsep dasar sistem perhitungan ala
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
110
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

ayuning déwasa dalam Lontar Wariga Catur Wi- gan tanggal itu, sangatlah utama, disebut
nasa Sari hanya berdasarkan pada perhitungan dengan merta bumi pada hari itu,
wewaran, wuku, tanggal, dan sasih. Penentuan mendapatkan umur yang panjang, tidak
awal baik buruknya hari selalu didasari atas menemukan halangan, …” (Lontar Wariga
perhitungan sasih. Secara umum, perhitungan Catur Winasa Sari lembar: 29-b).
sasih yang jumlahnya dua belas itu dalam keg-
iatan ber-yadnya akan dikelompokkan menjadi Kutipan di atas menjelaskan bahwa we-
tiga bagian yaitu (1) sasih désta, asada, kasa, dan waran, wuku, sasih dan tanggal merupakan satu
karo adalah baik untuk upacara pitra yadnya, kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
(2) sasih katiga, kapat, kalima dan kadasa baik menentukan déwasa ayu. Sasih tidak bisa berdi-
untuk upacara dewa yadnya, resi yadnya dan ri sendiri tanpa dibarengi dengan wewaran. Be-
manusa yadnya, dan (3) sasih kanem, kapitu, gitu pula perhitungan wewaran akan selalu dii-
kaulu dan kasanga baik untuk upacara bhuta kuti oleh perhitungan tanggal. Oleh karena itu,
yadnya. Apabila perhitungan satu sasih yang la- wewaran memiliki peranan yang cukup signifi-
manya 30 hari telah menunjukkan baik untuk kan dalam menentukan suatu aktivitas kegiatan
melakukan suatu kegiatan tertentu, maka tahap maupun padewasan, sebab integrasi antara we-
selanjutnya adalah mencari perhitungan wuku. waran dengan unsur lainnya akan membentuk
Setelah sasih dan wuku ditetapkan sebagai pili- suatu ala ayuning dewasa, Jadi, perhitungan wu-
han, baru dilanjutkan dengan mencari wewaran. ku dalam Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Pencarian wewaran secara otomatis akan diiku- merupakan hal yang sangat penting. Wuku
ti oleh tanggal, sebab pada masing-masing hari dalam satu tahun Saka Bali lamanya 420 hari
sudah tertera tanggal. Kesesuaian antara perhi- yang terdiri dari 30 wuku. Satu Tahun Saka ter-
tungan sasih, wuku, wewaran dan tanggal inilah diri dari 2 kali wuku, karena 1 (satu) kali putaran
dipakai konsep dasar dalam menentukan ala wuku terdiri dari 210 hari. Satu wuku terdiri
ayuning déwasa. Konsep dasar tersebut akan atas 7 hari yang dimulai dari hari Minggu sam-
berkolaborasi sehingga melahirkan perhitun- pai dengan hari Sabtu sesuai dengan penangga-
gan baik buruknya hari ketika akan memulai lan Nasional. Dalam perhitungan tahun Saka, sa-
dan melakukan suatu kegiatan. Oleh karena itu, tu bulan terdiri dari 5 wuku (minggu). Dengan
masing-masing hari selalu ada perhitungan baik demikian, satu bulan dalam kalender Saka la-
dan buruk (ala ayu). Ala ayu inilah yang harus manya adalah 35 hari di Bali disebut dengan is-
diperhitungkan dalam melakukan aktifitas sos- tilah “abulan”.
ial keagamaan. Penentuan dewasa ayu di Desa Adat Selu-
Kolaborasi antara wewaran, wuku, dan lung selalu menggunakan petunjuk pilihan hari
tanggal akan digunakan sebagai pedoman me- baik dalam Lontar Wariga Catur Winasa Sari.
mentukan dewasa ayu (pilihan hari baik) seper- Uraian aspek perhitungan wewaran, wuku, tang-
ti kutipan Lontar Wariga Catur Winasa Sari 29-b gal dan sasih yang saling mengikat satu sama
berikut. lain disebut dengan dina totokan. Disebut dina
“Nihan déwasa ayu, Buda Umanis Prang- totokan karena sistem perhitungan hari ber-
bakat nuju sasih kapat, tanggal ping dasa, dasarkan wewaran dan wuku datangnya setiap
yadian sasih katiga, kalima, nemu dina ika, 210 hari dengan sifat dan tabiat yang sama. Mis-
muang manuting tanggal ika, ayu dahat, alnya perhitungan hari sekarang adalah Wras-
merta bumi déwasa ika, amanggih suka pati Paing Dukut yang sering disebut kala raja
dirga yusa, arang amanggih wighna,….”. yang bermakna baik untuk melaksakanan
semua jenis kegiatan, kemudian lagi 6 (enam)
Artinya: bulan atau 210 hari berikutnya akan ditemukan
“Inilah hari baik, pada hari Rabu Umanis perhitungan hari yang sama dengan makna yang
wuku Prangbakat bertepatan dengan bu- sama pula.
lan sasih kapat, tanggal ping dasa, walau- Penambahan dan pengurangan sifat dan
pun sasih katiga, kalima, bertepatan den- tabiat antara hari yang sebelumnya dengan hari
gan hari itu dan sesuai dengan perhitun- yang berikutnya (enam bulan) dipengaruhi oleh
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
111
I Nyoman Ranem Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

tanggal-panglong dan sasih sehingga menim- 8. Soma Pahing tanggal apisan disebut den-
bulkan ala ayu pada hari tersebut. Perhitungan gan mertha kartika hari baik untuk memu-
tanggal-panglong didasarkan atas sistem lunar ja pitra atau dewa hyang.
atau titi (sistem peredaran bulan). Tanggal dise- 9. Buda Umanis tanggal ping 3, hari baik un-
but pula suklapaksa yaitu perhitungan hari-hari tuk memuja pitara dan semua jenis peker-
dimulai sesudah bulan mati (Tilem) sampai den- jaan.
gan Purnama, sedangkan panglong disebut juga 10. Redite Pon nuju Guru, hari baik untuk
kresnapaksa yaitu perhitungan hari dimulai ses- memuja pitra dan upacara pitra yadnya.
udah Purnama yang lamanya 15 hari. Tanggal/ 11. Anggara Pahing tanggal ping 8 disebut
suklapaksa atau paroh bulan terang dimulai saat dengan ayu guna baik untuk semua jenis
terbitnya bulan, sehari setelah bulan mati pekerjaan.
(Tilem) yaitu tanggal 1 (pratipada sukla) sampai 12. Buda Pon tanggal ping 3 disebut dengan
bulan Purnama, tanggal 15 (pancadasi sukla). pagar bumi yaitu hari yang sangat baik un-
Demikian pula panglong/kresnapaksa atau tuk semua jenis kegiatan.
paroh bulan gelap dihitung mulai dari sehari 13. Buda Pahing Landep tanggal apisan, tang-
setelah bulan Purnama yaitu panglong 1 (prati- gal ping 3 disebut dengan pagar bumi yai-
pada kresna). Dari tanggal 1 sampai dengan 15 tu hari baik untuk membangun rumah dan
diteruskan dengan panglong 1 sampai dengan melantik pejabat.
15 atau satu Purnama ditambah satu Tilem dise- 14. Buda Umanis Prangbakat nuju tanggal 10
but satu sasih (Ardhana, 2005:11). disebut dengan werdi guna wibawa yaitu
Berdasarkan data di lapangan, penggu- hari baik semua jenis kegiatan.
naan dina totokan dalam Lontar Wariga Catur
Winasa Sari, sebagai penentuan pilihan hari Berdasarkan uraian di atas dapat dipasti-
baik (dewasa ayu) dapat dirinci sebagai berikut: kan bahwa penentuan dewasa ayu yang paling
1. Sukra Wagé Wayang tanggal ping dasa, sa- penting adalah perhitungan wewaran dan wuku.
sih kapat, sasih kalima, disebut sebagai Perhitungan tanggal akan mengikuti perhitun-
mertha warsa, yaitu hari baik untuk men- gan wewaran (hari). Berbeda dengan sistem
cukur rambut dan matatah (upacara po- perhitungan dewasa ayu pada lontar-lontar
tong gigi), sebab semua malaning wuku wariga lainnya selalu mempertimbangkan per-
(noda dalam 7 hari) akan disucikan oleh hitungan alahing sasih yaitu kesesuaian perhi-
Sang Hyang Mertha Warsa. tungan antara wewaran, wuku, tanggal-pan-
2. Buda Pahing Landep tanggal ping 3, tang- glong, sasih dan dauh, sehingga keputusan ten-
gal ping 13, yaitu hari baik untuk memulai tang dewasa ayu selalu didasarkan atas tanggal-
menempati rumah pada suatu pekaran- panglong, sasih dan dauh.
gan yang baru.
3. Buda Umanis Prangbakat sasih kapat tang- 3.3 Fungsi Wariga catur winasa sari
gal ping 10, sasih katiga, kalima disebut
dengan mertha bumi, hari baik untuk Fungsi Magis
semua jenis pekerjaan. Pengunaan Lontar Wariga Catur Winasa
4. Buda Pahing nuju Guru tanggal apisan Sari sangatlah menonjol dan penting bagi semua
disebut dengan dibia guna mertha, baik masyarakat di Desa Adat Selulung. Pilihan meng-
untuk semua jenis pekerjaan. gunakan Lontar Wariga Catur Winasa Sari dija-
5. Wraspati Pahing tanggal ping 5 sasih ka- dikan pedoman inti khususnya dalam peningka-
dasa, sasih srewana tanggal apisan, tang- tan ilmu kadiatmikan dan pemilihan hari baik.
gal ping 5, hari baik untuk mencukur ram- Dalam peningkatan ilmu kadiatmikan, secara tu-
but. run temurun diwariskan mantra Mang Ang Ung
6. Buda Umanis tanggal ping 12 hari baik un- yang digunakan ketika akan membuat benda-
tuk memuja pitra (leluhur). benda yang sifatnya magis dan sakral. Selain itu,
7. Wraspati Kliwon tanggal ping 11 hari baik diwariskan pula mantra Ang Ung Mang untuk
untuk pitra yadnya. mem-pasupati (menghidupkan secara niskala)
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
112
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

benda-benda yang sifatnya magis dan sakral. Se- Artinya:


dangkan mantra Ung Mang Ang diwariskan un- “…alat menggunakan lempengan emas di-
tuk permohonan terhadap tujuan dan fungsi grafir dengan Taya, diletakkan di atas tem-
dibuatnya benda magis tersebut. Kemudian, pat tidur, diisi canang setiap 15 hari, ucap-
dalam hal pemilihan hari baik akan mengikuti kan mantra, Om buana sungsang, wali
petunjuk pilihan hari baik dalam Lontar Wariga keram, 3, ...” (lontar wariga catur winasa
Catur Winasa Sari. Pilihan hari baik diyakini se- sari lembar 1-b).
bagai penentu awal dalam melaksanakan keg-
iatan keagamaan dan sosial lainnya. Berdasarkan kutipan lontar 1-b di atas,
Mantra-mantra yang diwarisi tersebut bahwa Dalam Lontar Catur Winasa Sari pada
merupakan salah satu media yang digunakan halaman awal memuat tentang kadiatmikan. Pe-
oleh para balian khususnya dalam membuat manfaatan rerajahan yang sesuai dengan fung-
benda agar benda tersebut bertuah. Mantra sinya, akan memberikan efek positif kepada
tersebut menjadi perantara antara pemuja penggunanya dengan mengkuti berbagai keten-
(balian) dengan yang dipuja (Ida Betara-betari tuan seperti menghaturkan canang sari setiap
atau sesuunan sané kairing) sehingga menjadi- 15 hari yaitu setiap hari Purnama dan Tilem.
kan benda yang dibuat itu memiliki kekuatan Benda atau sarana (pripihan mas) yang di-rajah
magis. Begitu pula dengan aksara suci yang di- itu akan diletakkan di atas tempat tidur dan pe-
rajah-kan merupakan media perantara agar nyimpanannya agak tersembunyi agar tidak dil-
manifestasi Tuhan Yang Maha Esa bersthana pa- ihat oleh orang lain. Biasanya di Desa Adat Selu-
da aksara suci tersebut. Oleh karena itu, hal yang lung benda-benda keramat yang memiliki
paling penting dalam membuat sesuatu adalah kekuatan magis yang digunakan untuk perlind-
kasidian (kemanjuran batin) melalui ngranasika ungan disimpan di atas tempat tidur yang dise-
(pemusatan pikiran). but dengan pakaja. Pakaja merupakan sebuah
Proses pembuatan hal-hal yang bersifat tempat sederhana di atas plapon rumah, tepat-
magis dan memilih hari (nyekung dewasa) dapat nya di atas tempat tidur para tetua atau kepala
dilakukan dengan penuh keyakinan, berdasar- keluarga yang berfungsi sebagi tempat pemu-
kan keterangan dan ketentuan dari teks inti jaan dalam keseharian (nunas taksu kasidian)
tersebut, seperti kalimat yang disampaikan oleh dan sebagai tempat menyimpan benda-benda
Jero Bendesa Adat Selulung yaitu, “Kento ané sakral seperti lontar, keris, tapakan palinggih
munggah di Lontar Wariga Catur Winasa Sariné” Ida Bhatara (daksina yang alasnya menggunak-
artinya itu yang tersurat dalam Lontar Wariga an bakul dibungkus dengan kasa putih, di atas-
Catur Winasa Sari. Itu berarti bahwa dalam nya diisi lipatan kasa berwarna putih berbentuk
membuat sesuatu dan pemilihan hari baik di- segi empat, kemudian diisi pasucian, base tamp-
dasarkan atas petunjuk Lontar Wariga Catur inan, dan canang sari) serta benda-benda lain-
Winasa Sari. nya yang dianggap sakral serta memiliki kekua-
Secara implisit dalam Lontar Wariga Catur tan magis.
Winasa Sari dirumuskan tentang berbagai ak-
sara suci dan ala ayuning dewasa dengan prak- Fungsi Pendidikan
tis, sehingga para penekun spiritual (balian), Dalam Lontar Wariga Catur Winasa Sari
dan orang yang ingin belajar kadiatmikaan han- terdapat kaidah-kaidah atau norma-norma yang
ya perlu memahami proses dan cara menerap- dapat menuntun masyarakat untuk selalu ber-
kannnya. Kepraktisan dalam menggunakan Lon- buat baik demi terciptanya kehidupan yang har-
tar Wariga Catur Winasa Sari dapat dilihat pada monis dengan Tuhan, sesama, dan dengan ling-
petikan lontar 1-b berikut: kungan. Lontar Wariga Catur Winasa Sari akan
“…srana prihan emas mrajah Taya, pejang mengajarkan masyarakat tentang betapa pent-
duwuré aturu, dagingin canang ngalimolas ingnya kesadaran akan ruang dan waktu dengan
dina, mantra, Om buana sungsang, wali berbagai aspeknya sehingga tercapai santi dan
keram, 3, ...”. jagadhita. Hal pertama untuk mendapatkan san-
ti dan jagadhita itu adalah tentang hari kelahi-
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
113
I Nyoman Ranem Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

ran dengan segala pantangannya, seperti tersu- pertengahan umur bagi yang lahir pada hari Ju-
rat dalam lontar wariga catur winasa sari 17-b mat, dan penyakit yang tidak bisa disembuhkan
berikut: (gering agung) bagi yang lahir pada hari Sabtu.
“Yan weton watek redité bratania, sing da- Para leluhur telah mempelajari pengaruh waktu
di ngajengang lindung, lelipi, kakia, beliga, melalui interprestasi khusus atas benda-benda
waluh, yen pangan doyan asakitan, prad- angkasa seperti: matahari, bulan, bintang, kom-
nyan, para kawi, bebotoh, corah tingkahé, et dan lain sebagainya, yang kemudian dapat
yan tuara kaisinan doyan gendeng-genden- dipakai acuan untuk meramalkan sifat tabiat
gan…”. manusia, musim, cuaca, kelahiran, pertanda
alam, maupun meramal berbagai hal yang
Artinya: berkaitan dengan kehidupan manusia dan alam
“Apabila lahir hari Minggu pantangannya sekitar.
jangan memakan belut, ular, kura-kura, Jadi, Lontar Wariga Catur Winasa Sari
beliga, waluh, apabila dimakan akan sakit, dapat memberikan pendidikan/informasi sos-
pintar, sebagai pengarang, penjudi, ber- io-religius kepada umat khususnya di Desa Adat
buat jahat, apabila tidak terpenuhi akan Selulung, seperti: (1) perlunya melakukan plan-
menjadi gila (Lontar Wariga Catur Winasa ning/perencanaan yang matang sebelum
Sari lembar 17-b). melakukan suatu kegiatan, terlebih kegiatan
yang diangap sangat penting, (2) menjaga kese-
Kutipan tersebut menandakan bahwa aja- larasan dan keharmonisan dalam implementasi
ran dalam lontar wariga catur winasa sari meru- ajaran tri hita karana, seperti tidak boleh makan
pakan sebuah nilai yang dapat dijadikan sebagai sembarangan (3) mengajarkan karakter orang
media pendidikan Hindu dalam memahami kes- berdasarkan hari kelahiran, (4) mengajarkan
eimbangan hari kelahiran karena sudah melalui umat untuk senantiasa mengingat hari suci dan
perhitungan yang tepat berdasarkan konfigura- rerainan sebagai wujud sradha dan bhakti umat
si benda-benda langit dan dilengkapi dengan as- kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ini menanda-
pek-aspek lainnya. Artinnya, masing-masing kan bahwa Lontar Wariga Catur Winasa Sari
hari kelahiran itu memiliki pantangan khusus, sangat kaya akan nilai-nilai pendidikan agama
apabila dilanggar akan menimbulkan penyakit. Hindu yang berkaitan dengan perjalanan waktu,
Pantangan makanan pada hari kelahiran itu di peramalan, etika atau susila, dan lain sebagain-
antaranya: hari Senin dilarang makan daging sa- ya, yang dapat meningkatkan sradha umat ter-
pi, daging babi dan daging kerbau putih; hari Se- lebih dalam memahami kesadaran akan ruang
lasa dilarang makan udang, kepiting, dan daging dan waktu.
babi berbulu putih; hari Rabu dilarang makan
daging babi berbulu putih, daging kerbau, dan Fungsi Ala Ayuning Déwasa
daging sapi; hari Kamis dilarang makan daging Dalam Lontar Wariga Catur Winasa Sari
yang bulunya bersisik; hari Jumat dilarang juga memuat tentang perhitungan hari dalam
makan daging kambing, daging belut, dan dag- wuku (pekan) yang tidak boleh dipakai memulai
ing ulam agung (ikan besar); dan hari Sabtu di- atau melakukan suatu kegiatan. Ketentuan itu
larang makan daging anjing dan belut. Perhitun- berdasarkan perhitungan sapta wara dan wuku.
gan pantangan makanan itu diperoleh melalui Pertemuan perhitungan sapta wara dengan wu-
proses pembuktian, apabila pantangan itu di- ku tertentu disebut dengan wuku katadah kala
langgar akan menyebabkan kesakitan, seperti: rau. Apabila dilanggar, maka akan berakibat ti-
gila bagi yang lahir pada hari Minggu, sifat pem- dak baik bagi pengguna (orang yang nunas de-
alu bagi yang lahir pada hari Senin, akan menim- wasa) dan yang memberikan pilihan hari (pani-
bulakan noda hitam pada kulit (tahi lalat) bagi wak déwasa), seperti kegiatan tidak berhasil,
yang lahir pada hari Selasa, badannya lemas, sakit-sakitan, kebingung, dan menyebabkan ke-
pemalu, enggan bicara bagi yang lahir pada hari matian. Hal itu dapat dilihat pada kutipan lontar
Rabu, katarak bagi yang lahir pada hari Kamis, 21-b berikut.
terkena penyakit tidak henti-hentinyan sampai “Iti uku katadah kala rau, tan yogya amba-
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
114
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem
ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23

hin akarya ayu, muwang anemuaken raré, harus disesuaikan dengan sedemikian rupa.
angusungana umah, ala dahat. Yan puru- Dampak magis yang dihasilkan dalam pengu-
gen nemu pati kajarnya, wuku manut sapta naan ala ayuning déwasa hanya ada dua yaitu
wara…” dampak positif dan dampak negatif. Apabila
hari yang dipergunakan tepat, maka hasilnya
Artinya: akan baik dan memperoleh keharmonisan dan
Ini wuku dimakan kala rau, tidak boleh demikian sebaliknya, apabila kurang tepat akan
dipakai memulai pekerjaan, dan menjodo- mengakibatkan kesulitan, kesukaran, penderi-
hkan anak, memindahkan rumah, tidak taan dan lain sebagainya.
baik akibatnya. Apabila dilanggar mene- Pemahaman yang utuh dan integral terha-
mui kematian disebutkan, wuku sesuai dap Lontar Wariga Catur Winasa Sari akan ber-
sapta wara…(lontar wariga catur winasa dampak pada prilaku keagamaan yang semakin
sari lembar: 21-b). konsisten serta didasari dengan keyakinan yang
kuat. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap keg-
Kutipan di atas menjelaskan bahwa dalam iatan selalu mencari hari baik. Walaupun zaman
menentukan déwasa ayu ada wuku khusus yang semakin modern, namun banyak pula umat yang
harus dihindari. Adapun perhitungan wuku mencari hari baik dalam membeli barang elek-
katadah kala rau sebagai berikut: Ukir pada hari tronik dan hari baik untuk melahirkan bayi den-
Selasa, Kulantir dan Dukut pada hari Sabtu, Tolu gan bantuan via sesar. Setiap perjalanan waktu
pada hari Jumat, Julungwangi pada hari Minggu, dari hari-kehari telah membawa pengaruh yang
Langkir pada hari Kamis, Pujut pada hari Kamis, baik dan buruk dalam melakukan suatu aktifit-
Paang pada hari Senin, Krulut pada hari Selasa, as. Inilah yang dapat dijadikan sebagai dasar
Matal pada hari Jumat, Prangbakat pada hari masyarakat dengan menekankan bahwa baik
Senin, Bala pada hari Selasa, Ugu pada hari Ju- dan buruk selalu berdampingan dan berjalan
mat, dan Kelawu pada hari Sabtu. Perhitungan bersamaan. Dalam upaya mencapai suatu ke-
wuku katadah kala rau memberikan pantangan baikan maka harus didasari pada keiklasan dan
hari yang harus dihindari, sebab hari itu sudah yang terpenting adalah dukungan atau energi
dimakan (katadah) sehingga perhitungan dalam positif yang dihasilkan oleh alam semesta yang
satu hari itu dianggap tidak baik. Selain pantan- dapat membantu terciptanya keselarasan dan
gan, ada ketentuan khusus dalam mencari déwa- keharmonisan. Dengan demikian pemilihan
sa ayu berdasarkan perhitungan sad wara yang hari baik dan pengetahuan hari buruk dalam
jatuh pada was dan maulu serta perhitungan melakukan suatu kegiatan dapat dipakai acuan
sanga wara yang jatuh pada tulus dan dadi. oleh umat dalam memilih waktu yang tepat.
Kepraktisan Lontar Wariga Catur Winasa Secara harfiah pengertian baik menurut
Sari itu akan lebih mudah seorang praktisi wari- etika adalah sesuatu yang berharga untuk ses-
ga atau paniwak dewasa dalam mencari dan me- uatu tujuan. Sebaliknya, yang diangap tidak ber-
nentukan hari baik. Apabila ada yang melanggar harga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan,
ketentuan itu maka akan kena musibah. Oleh atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan
karena itu, Lontar Wariga Catur Winasa Sari di- adalah buruk. Jika ditinjau dari konsep agama
jadikan sebagai bahan pertimbangan di dalam maka, baik buruk ditentukan berdasarkan aja-
penentuan ala ayuning déwasa maupun rama- ran tattwa dalam keyakinan teologis. Oleh kare-
lan suatu kegiatan. na itu, sesuai dengan pokok-pokok Lontar Wari-
Bentuk larangan dalam Lontar Wariga Ca- ga Catur Winasa Sari, maka waktu yang baik
tur Winasa Sari hendaknya dipakai acuan dan adalah hari yang cocok, berguna atau berharga
disesuaikan dengan tradisi maupun désa, kala, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
patra setempat, sehingga diperoleh informasi melakukan aktivitas. Sedangkan waktu yang bu-
yang tepat dalam pemilihan dewasa ayu. Mulai ruk adalah hari yang tidak cocok atau tidak ber-
dari kegiatan upacara keagamaan, seni, budaya, guna sehingga menjadi pantangan dalam
perikanan, pertanian, peternakan, peralatan melakukan sesuatu. Ini menunjukan bahwa se-
senjata, pembangunan, dan aneka usaha lainnya tiap hari pasti memiliki pengaruh yang baik dan
Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
115
I Nyoman Ranem Vol. 23 Nomor 1 April 2023
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X

buruk bagi kehidupan umat. gunakan oleh para paniwak déwasa (praktisi
Untuk membina hubungan sosio-religius wariga) dalam memberikan pilihan hari baik
yang mantap sesuai dengan ajaran Tri Hita Ka- dalam memulai atau melaksanakan kegiatan
rana, maka ala ayuning déwasa merupakan tertentu. Sistem Perhitungan dalam Lontar
salah satu kriteria yang tepat untuk diperhati- Wariga Catur Winasa Sari ada 2 (dua) yaitu: (1)
kan. Berdasarkan ketentuan ala ayuning déwa- sistem perhitungan magis, berisikan tentang
sa tersebut akan melahirkan konsep boleh dan ajaran kadiatmikan yang berkaitan dengan pros-
tidak boleh. Secara harfiah boleh dapat diarti- es peningkatan spiritual, aksara dan gambar
kan diizinkan atau tidak dilarang sedangkan ti- yang dipakai ngrajah, bahan atau alat yang digu-
dak boleh berarti hal-hal yang sifatnya dilarang nakan dalam rerajahan, dan hal-hal lainnya yang
atau tidak diizinkan. Melalui ala ayunning déwa- bersifat mistis; (2) sistem perhitungan ala ayun-
sa yang akan menghasilkan mana yang boleh di- ing dewasa, berkaitan dengan penentuan hari
lakukan dan yang tidak boleh atau harus di- baik dan hari buruk dalam melakukan kegiatan
hindari. Biasanya dalam mengurangi pengaruh sosial keagamaan sesuai dengan sistem perhi-
buruk suatu hari, digunakan pamahayu déwasa tungan wewaran, wuku, tanggal dan sasih.
dengan mengunakan banten pajati. Banten pa- Fungsi Lontar Wariga Catur Winasa Sari
jati ini dihaturkan kepada Sang Hyang Aji Saras- yaitu: (1) fungsi magis, dapat dijadikan pedo-
wati sebagai dewaning sastra (dewanya aksara). man inti khususnya dalam peningkatan ilmu ka-
diatmikan baik dalam membuat dan meng-
IV. Penutup hidupkan rerajahan; (2) fungsi pendidikan, ter-
dapat kaidah-kaidah atau norma-norma yang
Lontar Wariga Catur Winasa Sari berjum- dapat menuntun masyarakat dalam memilih
lah 31 lembar yang tersimpan pada salah satu makanan agar bisa hidup sehat; dan (2) fungsi
rumah warga yaitu Jero Bendesa Desa Adat Selu- ala ayuning dewasa, dijadikan dasar perhitun-
lung. Lontar Wariga Catur Winasa Sari sering di- gan dalam menentukan baik buruknya hari ke-
gunakan oleh para balian (dukun) dalam prak- tika akan memulai atau melakukan suatu keg-
tik membuat jimat dan membuat obat serta di- iatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I. B. S. 2005. Pokok-pokok Wariga. Surabaya: Paramita.


Ariana, I. B. P. M., dan I. B. Budayoga. 2016. Ala Ayuning Dewasa Ketut Bangbang Gde Rawi (Sebuah
Canang Sari), II. ESBE Buku.
Nala, N. 2006. Aksara Bali dalam Usada. Surabaya: Paramita.
Namayudha, I. B. 1980. “Fungsi Wariga di Bali”. Denpasar: Fakultas Agama dan Budaya Institut Hin-
du Dharma Denpasar.
Simpen, I. W. A. B. 1973. Pasang Aksara Bali. Denpasar: Dinas Pengajaran Daerah Tingkat I Bali.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci: Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita.

Eksistensi Lontar Wariga Catur Winasa Sari


Di Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
116
Vol. 23 Nomor 1 April 2023 I Nyoman Ranem

Anda mungkin juga menyukai