~1
"
BAB
Kesimpulan .............................................
Saran .......................................................
BAB
I . PENDAHULUAN ......................................
BAB
17
IS
...
III
vii
.... .
Halal~lal~
INTISARI ...................... .
...... .
.
..........................
. !,-
. . . .
'
BAB I
"
"Bangunan Kraton Yogyakarta Hadiningrat ditata berdasarkan wawasan integral makro dan mikro-kosmo]ogis, mencakup dimensi spatial: lahir dan batin, serta'temporal: awal
akhir .
Kawasan kraton yang inembentang lebih dari 5 Krn itu
merupakan kesatuan kosmologis AUM (Agni/Gunung Merapi,
Udaka/Laut Selatan, dan Maruta/Udara bebas atau segar,
diatas Sitinggil, yaitu tanah ditinggikan sebagai pengeja-
.
I
.-
Ngelmu iku,
Kalakone kanthi laku,
Lekase lawan kas
tegese kas nyantosani
Satya budya pangakese dur
angkara.
(Ilmu itu dapat terwujud apabila dijalankan. Dimulai dengan
kemauan-kemauan inilah yang membuat sentausa Budi yang
setia itu .penghancuran nafsu angkara.)
orang yang sempurna adalah orang tidak rnengharapkan kesernpurnaan (senang/bahagia selamanya), karena mengerti bahwa kesempurnaan itu tidak ada dalam pernyataan.
Ajaran-ajaran tentang kesempurnaan hidup dalam rangka mencapai Rasa Tuhan ini banyak juga diajarkan melalui serat-serat,
antara lain disebutkan oleh Ranggawarsita bahwa kitab Wirid
Hidayat Jati berisi Ngelmu Ma 'rifat Kasarnpurnaning Ngaurip yang
juga rnenjadi ajaran para wali.
Konsep antropologi serat Wirid Hidayat Jati ini mengatakan
bahwa "sesungguhnya manusia itu adalah rasa (innermost feeling)
Kami, dan Kami adalah rasa manusia, karena kami menciptakan
Adam dari empat anasir kasar; tanah, api angin dan air, yang menjadi perwujudan sifat Kami. Kemudian di dalamnya Karnj isikan lirna
unsur halus; Nur, rasa, roh, nafsu dan budi, yang menjadi trabir
wajah Kami Yang Maha Suci. Selanjutnya Karni rnembangun tiga
mahligai di dalarn tubuh manusia:
a . Baital Makmur di dalam kepala
b. Baital Muharam di dalam dada, dan
c. Baital mukkaddas di dalam alat kelarnin.
Dari sini terciptalah manusia sernpurna, ialah hakekat sifat
Kami.
Dari berbagai konsep tentang Kasampurnaning ngaurip inilah
tirnbul jalan sarnadi, tapa, sujud dalam rangka rnendekatkan diri yang
kemudian bersatu dengan Tuhan dalam bentuk Manunggaling
Kawulo Gusti, yang dilambangkan secara fisik dalam bentuk
bangunan Tugu Pal Putih di sebelah utara Kraton Yogyakarta.
I-....
1.
8.-r.
11".
"
*"..J.
..
..
4,
U
I,. Y...,..
L
I,. ,..pr.,..
48. hr -8h-L
".
L.,.
8...,"."
x.-r-.,..
88,
I,.
I,.
as,.
I,.
h,".. l.
.aI*. .+I
.
,"a
.".I
,.-*
...,.
,.*. ..-,,,.,..
Lu
6.
.,,..,..
*,...'I
"1
1..
NL.,.,,
..,...
" + -
,.-,.'
1.
.l,..
4.
1.
,:
'
DIY
Kulon Progo
Bantul
Gunung K~dul
Sleman
Kodya Yogyakarla
DAERAH TK. I1
-. .
I
2.
3
4.
5.
NO.
..-_.,_
i3
I2
17
13
17
14
. ..
-_.
JML. KEC.
439
144
86
45
88
76
JML. DESA
3.185,80
586,27
506,85
1.485,36
574,112
32.50
LUAS (Km2)
I . Kondisi Geografis
A . Diskripsi Wilayah
BAB I1
'
Secara klimatologis, dilihat dari segi temperatur di Yogyakarta kadang berubah-ubah. Temperatur harian selama lima tahun
(1971 - 1975) rata-rata 28,88"C. Data akhir pada tahun 1980 rnenunjukkan bahwa temperatur harian rata-rata 27,6"C dengan ratarata maksimum 3. 3., 6 " C dan minimum 21,l "C.
Sementara curah hujan tahunan untuk DIY rata-rata bervariasi dari 2000 - 3500 mm. Daerah dengan curah hujan
tahunan rata-rata antara 1500 - 2000 mm adalah daerah Pegunungan Sewu, yang meliputi kecamaran Kretek, Pundong,
Dlingo, Patuk, Nglipar dan Semin. Daerah yang memiliki curah
hujan tahunan hujan tahunan 2000 mm adalah. daerah Wonosari
dan Bantul. Daerah dengan curah hujan tahunan antara
2000 - 2500 mm adalah Kecamatan Wates, Sentolo, Godean,
Mlati, Seyegan sampai Ngemplak. Sedang daerah yang memiliki
curah hujan tahunan rata-rata lebih dari 2500 mm adalah
Pegunungan Kulon Progo bagian barat dan lerang selatan
gunung api Merapi di Sleman.
Kondisi Geografis yogyakarta ini tidak saja mengungkapkan
diskripsi wilayah yang memberikan informasi mengenai perubahan
dan perkembangan fisik kota dan kawasan, tetapi juga menyangkut
.'.
ir
3. Kondisi Pemerintahan
a. Bahasa Jawa ngoko, bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi antar keluarga dekat, persaudaraan yang akrab.
b. Bahasa Jawa rnadya, bahasa yang banyak dipergunakan antar
rnereka yang tidak mernpunyai hubungan dernikian erat, misalnya antara atasan terhadap bawahan. Dalam ha1 ini ada
unsur saljng menghormati.
c. Bahasa Jawa krarna, bahasa halus yang dipergunakan bagi
orang-orang yang saling menghormati secara mendalam.
d. Bahasa Bagongan, bahasa yang dipergunakan dilingkungan
Kraton, terutarna untuk acara-acara resmi.
p e n i c ~ ~ n t a l ~ lainnya,
an
seperti Raden Rangga Prawirosentika
ilntuh Bupati Madiun. Sedangkan untuk bupati mancanegara
diangkat Raden Kangga Prawirodirdjo. Cikal bakal kraton
sementara di Ambar Ketawang ini didirikan pada tanggal 3 Sura
\Vawu 1681 atau 9 Oktober 1755, yang diperingati dengan
caiidrasengkala: Pak Diro Ngupokara Anake (Pernda DIY, Sejarah
Perkembangan Pemerintahan Propinsi DlY, 1992: 61).
Penamaan Yogyakarta sendiri menurut babad Gianti, dicetusAan oleh Paku Buwono 11, yang mana senlula bernarna Garjitawatl-bisikan hati. Dikatakan dernikian karena pada waktu Sinuhun
Amangkurat Amral berkuasa (1677 - 1703) timbul bisikan bahwa
wahyu kraton Kartosuro telah pindah ke hutan Pabringan di
Yogyakarta. Kemudian riarna Yogyakarta diartikan sebagai
J'ogpya-Karta (kota yang rnakmur). Sedangkan Ngayogyakarta
liarliningrat adalah kota yang makmur dan paling utarna dan
nierupakan keindahan di muka bumi ini.
Serelah perjanjian Gianti, luas wilayah pernerintahan Sultan
Yogyakarta meliputi: Madiun, Magetan, Caruban, separo Pazitan,
Kertosono, Kalangbrer, Ngrowo (Tulungagung), Japan (Mojokerto),
.Iipang (Bojonegoro), Teras Karas (Ngawen), Selo, Warung d m
Grobogan.
Pembagian wilayah sebagairnana. dijelaskan di atas sudah
barang tentu ada kaitannya dengan basis kekuatan pertahanan
tentara Pangeran Mangkuburni yang pada waktu itu rnengadakan
perlawanan rerhadap VOC. Perlu diingat bahwa tebaran kekuatan
Pangeran Mangkuburni begitu luas membentang dari daerah
Bagelan, Grobogan sampai ke Pasuruan dan Ponorogo. Daerahdaerah yang berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkuburni itu
saling berdekatan bahkan carnpur dengan daerah-daerah yang menjadi bagian Susuhunan. Dari segi kearnanan pembagian wilayah
semacam itu rnerupakan keberuntungan, karena kalau terjadi pergolakan dapat diatasi secara bersama-sama antara pihaR Sultan
maupun Susuhunan. Tetapi ditinjau dari segi geografis dan
penataan ternpat kurang praktis dan dapat menirnbulkan hambatan
dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan.
Secara umurn sistern pemerintahan kerajaan di Yogyakarta terdiri dari 4 lingkaran (Selo Surnardjan, 1991; 29) yaitu:
I . Kraton (parentah jero), yang bertanggungjawab atas pernerintan dalarn dan juga bertindak sebagai perantara Sultall
dengan pemerintah luar.
2. Nagara (parentah njaba), tempat kedudukan pemerintah luar serta
ternpat kediarnan para pangeran, patih dan.para pejabat tinggi
lainnya
I
1
Sedangkan bentuk pemerintahan di Yogyakarta setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ditandai dengan pcristiwa
bersejarah, dimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam
VIII, sama-sama mengeluarkan amanat yang, menyatakan bahwa
Yogyakarta dan Kadipaten Pakualam adalah Daerah Istimewa dari
Negara Republik Indonesia. Amanat ini dikeluarkan pada tanggal
5 September 1945 (Soedarisman Poerwokoesoemo, 1984; 15) yang
isi lengkapnya sebagai berikut:
Hamengkubuwono IX
tF
3i
Berdirinya Kraton Yogyakarta tidak terlepas dari perjalanan sejarah Kraton Surakarta Hadiningrat. Pendiri Kraton
Yogyakarta Hadiningrat adaIah adik Paku Buwono I1 yang bernama
Raden Mas Sujono. Karena jasa-jasanya dalam ikut serta di
bidang pemerintahan, oleh Paku Buwono I1 beliau diberi geIar
Kangjeng Pangeran Harya Mangkubumi. Sebagaimana disebutkan
oleh K.P.H. Mandoyokusumo (1988:5).
Ngarsadalem Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kangjeng
Sultan Hamengku Buwono I punika putradalernsarnpenyandalem Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat IV, katelah hasma Kanjeng Susuhunan Hamangkurat
Jawi, ugi Kanjeng Susuhunan Prabu, miyos saking gar\vo
arnpeyan Mas Ayu Tejowati.
Hingkang raka Sampeyandalem Hingkang Sinuhun
Kangjeng Susuhunan Paku Buwono I1 sanget kapranan
dhateng tumindakipun hingkang rayi Bandara Raden Mas
Sujono, mila saya dangu katingal sihipun sarta kapitados
tumut cawe-cawe hing bab pemerentahan, lajeng kawisuda
hasma Kangjeng Pangeran Harya hfangkubumi. Manawi
wonten ruwet renteng ing praja temtu kapasrahan ngudari, Ian
temtu saget kaleksanan kanthi maremaken.
-;
A;
b5
>.
S:1..
!
i
$:
r:
.1:{
-1
,i
.
-i
::i
Makna filosofis dari kalimat diatas menunjukkan bahwa embunernbun terbuka pada saat rnasih bayi (pada saat pembuatan beteng),
dan kemudian tertutup rapat/buntet. Tileman mujur mangetan rai
majeng mengaler ...... kados kintel, menunjuk pada bentuk beteng
yang tidak berupa persegi empat utuh, tetapi berbelok ke Selatan
di arah mesjid, rnernbentuk kepala merionjol dibagian Utara-Timur,
agak berbeda dengan konsep Jawa yang simetris.
Akan tetapi keadaan itu seyogyanya tidak dilihat secara
wantah seperti wujud fisiknya. Karena konsep pembangunan Reteng
tetap menyatu dengan filosofi Manunggaling Kawulo Gust;, yang
tercermin dari ungkapan fisik elemen pelengkap Alun-Alun Utara,
seperti tata letak: Ringin Wok Jenggot, Kyai Dewandaru-
i.
L'
.'.
;;-
:2
'.J
(1822 - 1626)
(1'814 - 1822)
(1810 - 1814)
3. G.R.M. Surojo
2. G.R.M. Sundoro
(1989 - Sekarang).
(1940 - 1988)
10. B.R.M. Herjuno Derpiro
9. G.R.M. Darojatun
(1921 - 1939)
8. G.R.M. Sujadi
(1877 - 1921)
7. G.R.M. Murtejo
(1855 - 1877)
6. G.R.M. Mustojo
Kosmologi sebagai bahagian dari metafisika sintetik rnembahas tentang keberadaan, atau adanya alam semesta, Manusia dan
Tuhan (Philosophy of being). Ketiga unsur kosrnologi ini rnenjadi
dasar dan melekat pada keberadaan Kraton Yogyakarta. Unsurunsur ini secara implisit terlihat pada bentuk dan susunan
bangunan Kraton, yang dimanifestasikan dalam simbol-simbol
dengan arti dan makna masing-masing bangunan. Hubungan
korelatif antara manusia-alam semesta dan Tuhan secara simbolik
terpadu pada bangunan Kraton dan tata kota Yogyakarta.
Manusia dalam pemahaman kultur Jawa khususnya, adalah
rnikrokosmos (jagad cilik) dan merupakan satu kesatuan dengan
makrokosmos (jagad gede). Dalam taraf pemahaman tertentu
pengertian satu kesatuan ini berupa peleburan diri rnanusia'
terhndap alanl semesta atau manusia yang sudah meng-alam semesta.
Prinsip dassr bagi pengertian yang seperti ini adalah tingkat kesadaran n~anusiauntuk menyatu dengan alam dan membawa alarn
kedalam dirinya sendiri, untuk memahami eksistensi alam dalam diri
manusia, diperlukan pengalaman spiritual berupa perenungan tentang keberadaan manusia dan alarn sebagai ciptaanNya. Dzat
Tuhan sebagai pcnuntun memberikan rasa Tuhan kepada diri
manusia untuk dapat memahami keluasan dan samudra ilmu illahi.
Kondisi seperti ini menciptaian hubungan manusia-Tuhan yang
A . Kosmologi Kraton
BAB 111
MAKNA FILSAFATI STRUKTUR KOTA
YOGYAKARTA
Oll m
*)L
(d
c .r .E
c c
'2 L.9"'
me,
(d
E-O,
A
.$
-,
-gT
? >> g . 2
(d
c
T
I
5 . 0 5z;; c .L
tll
C
L c d
o,E22
Ln
C-
22%; 2
3.5 a
tlJ.z3 m
-
c d 2
c
,
E .
$5
Q.2 E "
4
..
CQ
>.3,
m a e m
m m u
B Z C Ca
A & Z!
.O,'Z 3 3
og<o,
aJ-
c
3 G o
u :z,<a
Y . -
-a
'
L
M-a
he
7.-
Me,
e
r
.z.:
(d
g;
(d
2
(d
Mn;ij'i:G
'='a %
k-eZ.5
a m E x Earn,,
C 3 C
o 3 o ( d
2 g.-
a.5 .E C --ai
k'?sasz,.so h Q A >
o 3 s
22"KZ
'%$,
I 2 5 g 5A n Sr mDa 5
.z
s=.-(dz
(d C y . m - 0
U C
h ( d C $ - 7
mDD
(d
O 3.z
gaEa3z
n h o C . - u 7
-.-
C 0 2
20-a.-
3
Zed
cd c
r ~
C
(d M
cd.2
WF-"
Q 2 _ ?
'2 5 1 cd.Q
asC
s
I ~ E2 s; S. LC E
s z -a.z.z.e
a C a
c
d
3 C
5 s
e,
ME5T.S.,
* Y Y C
"I
L C L. e, 0 %
c d a z E . X - g x 2
T-adcd
rn2
"-aAxS:2s
Me,
.i:
1 M 1
-rn.5-azi:
z-goa2g1s
e C , z E z & 2 Q
c
d E
3 :. g m . ~ 02.G
'
$5.2
XEU
7 MCY M d O
1
YCcdcdC
w,cd-aclr] cd 0
AC'Z
- 0 c c d
E 2 2 0 0 0 0 * c d
c
d
s 1C;aX
i.'
7)
'
ill
II
Penggambaran s.gara sebagai lautan ilmu dan dinamika masparakat merupakan-usaha setiap pribadi untuk rnengenal dirinya
sendiri dan mengenal lingkungan masyarakatnya. Konsep Monopluralis antara makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk Tuhan menyatu disini. Itulah sebabnya, bagi manusia
yang berilmu, ilmu itu adalah milik Tuhan yang dilantarkan
melalui pribadinya, dan bukan sebagai akibat usaha dan
"kepemilikannya" terhadap ilmu tersebut, tetapi karena "ridha"
Allah untuk menjadikan seseorang berilmu.
Dalam kaitannya dengan Keraton, seorang raja sebagai
panutan dan Kalifatul-Lah, tentunya harus memiliki hubungan dan
pemahaman yang sangat mendalam terhadap segara sebagai cerminan dinamika masyarakat, dan segara sebagai lautan ilmu.
Karena manusia yang telah disinari oleh ilmu dan nur Illahi yang
diharapkan mampu berjalan lurus (Siratalmustaqiem) mulai dari awal
kehidupan (Panggung Krapyak) sampai kepada kehidupan yang
langgeng dan kukuh (Gunung Merapi). Seorang raja dianggap
manusia pilihan yang telah memiliki kecerdasan (Fatonah) untuk
3. Keraton
2 . Panggung Krapyak
Alun-alun Selatan
4. Bangsal Kemagangan
5. KedatodPrabayeksa
6. Bangsal Kencana
7. E a ~ g s a lSri Mangacii
8. Bangsal Ponconi!~
9. Eacgsal Winoto
10. Siti lnggil
1 1. Tarub Agung
12. Pagelaran
13. Alun-aluil utara.
Diantara satu bangunan arnea!i bangunan lainnya dih~!hungkan
oreh pintu gerbang (regol) yang mempunyai rnaksud pula.
Proses kehidupan seorang manusia scnenuhnya terletak pad2
arti-arti bangunan ini, mulai dari Selatan sampai Utara. Mulai dari
magang sebagai caion manusia (Kemandungan dan Magangan) sampai pada saat menjadi manusia dewasa yang telah akil balig yang
harus di gladi kedigdayan (Alun-alun Utara).
I:
Bar~gsalKencono
Bangsal Ponconiti
permaisuri dan putra-putra Sultan. Menurut K.P.H. Brongtodiningrat (1978: 22) bahwa bangsal Srj Manganti ini menggambarkan saat manusia akan menginjak alam barzah. Singgah di bangsal
Sri Manganti untuk minum dan istirahat mengingatkan manusia
bahwa hidup di dunia ini ibarat mampir ngombe.
Pada halaman regol Danapratapa ini sebelum memasuki
halaman kedaton (Proboyekso), dikanan-kiri pintu terdapat dua
patung raksasa yang disebut Gopala. Dua arca yang bernama
Cingkorobolo dan Boloupoto ini melarnbangkan harta benda dan
makanan, jadi merupakan peringatan bagi manusia tentang godaan
akan harta benda dan makanan. Regol Danapratapa ini rnemberi
nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah yang suka
memberi dengan ikhlas serta suka memberantas hawa nafsunya.
A
'
Pagela ran
52
*..-.,..**-
Saru ha1 yang paling utama dari bangunan Taman Sari ialah
fungsi sebagai ternpat beribadah dan melakukan akrivitas spiritual.
Pada banguni; utama Taman Sari, yakni Sumur Gumuling terliha~
adanya mighrab (tempat imqm) yang biasa digdnakan untuk
memimpin shalar. Sebagai penyandang fungsi relijius juga disampaikan oleh Laretna Adisakti (1991; 5):
"Ketahuilah bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah mainmain senda gurau, bermewah-mewah, dan saling membanggakan kekayaan (: )!I anak pinak di antaramu, ibarat hujan menyirami bumi, !~,illbuh-tumbuhanmenjadi subur menghijau,
mengagumkan para petani. Lalu tanaman itu mengering, nampak menguning, kemudian menjadi rapuh dan hancur. Sedang
diakhirat kelak, ada azab yang berat bagi mereka yang
menggandrungi kemewahan dunia, namun ada pula ampunan
dan keridlaan Allah bagi yang mau bertobat. Demikianlah
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu belaka".
adalah perintah Allah dan juga larangan-larangannya dalam perwujudan Taman Sari sebagai sarana meditasi dan peshalatan.
Diingatkan konsep kesatuan Taman Sari sebagai keutuhan Jiwa dan
Raga, jasmani dan rohani. Keseimbangan, keselarasan sebagai
konscp pokok Kultur Jawa.
Unsur kesenangan mungkin dapat diwakili oleh bangunanbangunan Umbul Winangun, Gedung Sekawan, Gedung Pangunjukan dan Pasarean Ledok Sari. Sedangkan unsur relijius diwakili
oleh bangunan Sumur Gumuling. Dapat dilihat dari sekian
banyak f.ungsi bangunan Taman Sari bahwa unsur kesenangan
duniawi memang lebih banyak dibandingkan daripada bangunan
yang mencerminkan usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Tuhan. Hal ini sekaligus mengingatkan kepada manusia bahwa di
dunia fana ini, mengejar kesenangan duniawi jauh lebih mudah
daripada mengejar kesenangan akhirat. Meskipun yang satu sifatnya semgntara sedangkan yang lain bersifat langgeng. Sebagaimana
diingatkan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Mukmin ayat 39
(AI-Qur'an 40; 39):
,
'
I.
Pada prinsipnya,penduduk Kawastu, Korijaya dan Wukirsari mempercayai Gunung Merapi sebagai keramar, dan
merupakan. sebuah Kraton makhluk halus yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan Kraton Matararn (Kasultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta), dan Kraton makhluk
halus Laut Selatan yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Hubungan kekeluargaan antara ketiga Kraton tersebut dikarenakan adanya perkawinan di antara mereka. Dalam kepercayaan Jawa pada umumnya, gunung seringkali dilambangkan
sebagai kekuatan laki-laki dan Laut dilambangkan sebagai
perempuan.
5. Gunung Merapi
II
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan daripada makhluk Allah lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-lsra ayat 70
"Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia, dengan
mernberi rnereka sarana tumpangan di daratan dan di lautan, memberi mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebih utamakan
rnereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
dengan sempurna" .
Kesernpurnaan rnanusia sebagai makhluk Allah terletak pada
aka1 pikiran sehingga posisinya "ditinggikan"
oleh Allah
beberapa derajat. Tentunya manusia menjadi manusia apabila
secara hakiki dirinya sendiri menyadari sepenuhnya tentang
keberadaan diri dan maksud diciptakannya di dunia ini. Apabila
manusia terlepas dari kesadaran ini, maka manusia menjadi makhluk
yang terlepas dari hakekat kemanusiaannya, alias lebih rendah
dari makhluk-makhluk Allah Isinnya. Dari konsep pengerrian
rnanusia inilah rnuncul pemahaman tentang awal-akhir manusia
sebagai proses filsafat Ketuhanan.
Banyak para filosof yang mencoba merumuskan pengertian
dan hakekat keberadaan man~lsia sesuai dengan sudut tinjau
masing-masing. Platon dan Plotin dalam buku Louis Leaby
(1985; 2) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk Illahi.
Sedangkan Epicura dan Lucretius pada buku yang sama mengatakan bahwa manusia adalah suatu makhluk yang berumur pendek.
Voltaire: Manusia tidak berbeda dengan binatang-binatang yang
paling berkernbang dalam ilmu hayat. Hobbes: Manusia sccara
daya gerak bersifat agresif dan jahat. Rousseav: manusia pada
kodratnya adalah baik.
Satu ironi yang dapat dilihat dari berbagai definisi tentang
manusia yang diberikan oleh para ahli ini adalah tidak adanya
kesepakatan dalam memandang manusia itu sendiri. Sehingga
sifatnya sangat subyektif. Untuk memahami tentang manusia itu sen-
BAB IV
Selain surat diatas, terdapat beberapa surat dan ayat yang menggambarkan kuasa Tuhan selaku Sangkan Paraning Dumadi, yakni:
Surat Al-An'aam ayat 101; Surat Al-Aa'raaf ayat 54; Surat
lbrahim ayat 32 dan 33; Surat .Al-Anbiyaa ayat 30; Surat As-Sajdah
ayat 4, Surat Fush-Shilat ayat 9, 10, 11, dan 12.
Surat-surat diatas merupakan wahyu Allah yang menunjukkan
kuasaNya tentang konsep Awal (asal mula segala kejadian).
Sedangkan konsep Akhir (kemana segala kejadian akan kembali)
di~erangkandalam berbagai Surat dan ayat, aniara lain:
Surat Yaa siin ayat 68 yang berbunyi sebagai berikut:
"Dan orang-orang yang kami panjangkan umurnya, kami kembalikan lagi keasaln):, seperti semula. Tidakkah mereka memikirkan itu?"
Selain sangkan paraning dumadi, dalam pengertian penciptaan
alam semesta dan seisinya, maka Sangkan Paraning Manungsa
sebagai bahagian dari keseluruhan Sangkan Paran tersebut, sangat
cd
e A
cd
cd
3 2 z 2
X M.Z 24
Fa.-
*
g3E 2
.c a,%:
.e :z 2.
24
Ma,?-"'
C.
dS.g,ES
McdXL)I
a ' C u -0
.A s.z2-s
zrzarcd
E 2 d%-
-aa a. .-2.-2 2s
0 1
cd c d , O r P
.S*Z~.z~
'4.2 2 '
&
ML
c :cvd) ~
~c
a r XG-D
M-2
2%54cd
a'; y $
2.23$~
cd 0
.- . g ~
b a:z 1'
a.2 as?
E .n1 2
E
'c: a
A
'd E d :
%
a- 2 2 2 %
WBEBcd
r Z 5ca
*-
c '
cd -.g5
'I 4 .%." 2
yar; dicatatnya, misalnya di dalarn catatan harta benda terrem%unyi kepentingan individu akan hafta benda. Sedangkai jenis
catatan inipun ada dua macam: yaitu catatan yang benar dan
catatan yang salah. Catatan yang benar adalah yang mengandung
kepentingan yang sesuai dengan kebutuhan yang mestinya,
senyatanya. Sedangkan catatan yang salah adalah yang mengandung
kepentingan yang tidak semestinya atau yang tidak sehat. Agar
rnanusia dapat hidup secara sehat dan bertanggungjawab, menurlJt
Ki Ageng Suryomataram, maka ia harus mengembangkan dirinya
menjadi "manusia baru" yang merupakan "Rasa aku" yang sejari,
dan bukan Kasa Aku Kramadangsa. Selama Kramadangsa ini
hidup dalam diri seseorang, maka selama itu pula ia terikat, dan
tidak berdaya karena "dipimpin" oleh Kramadangsa, dan menghilangkan sifat-sifat kreatif manusia.
Proses lain yang berupa konsep pencapaian manusia sejati atau
lnsan Kamil menurut para ahli sufi adalah melalui "Tapaning
Ngaurip" (bertapa dalam hidup) dalam bentuk pelaksanaannya:
1. Badan jasmani : bersikap menguasai diri
2. Budi
: kesanggupan menerima (receptive attitude)
3. Nafsu
.
: rela
4 . Iiwa
: bersungguh hati
5. Kasa
: mampu berdiarn dan berserah diri
6. Caha
: suci bersih hening
7. Atma
: awas sadar.
Sebagaimana disebutkan oleh dr. Abdullah Ciptoprawiro (1986; 47)
"Terciptanya Manusia Sempurna, ialah hakekat Sifat Kami". Dan
proses ini disebut sebagai s a n d a n Paraning Tanazultarki - Awal
Akhir dan turun serta naik kembali: Kami naik dari Insan Kamil (the
Perfect Man), sampai di alam Ajsam (World of the Bodies),
terus ke alam Misal (World of Forms), ke alam Arwah (World of
Souls), ke alam Wakhidiyat (World o f Divine Actions), ke alam
Wahdat (World of Devine Attributes) dan ke alam-Akhdiyat
(World of Divine Oneness), kemudian sampai lagi di alam Insan
Kamil.
Proses menjadi "Insan Kamil" ini dilakukan dengan tata laku
susila, yang dalam Kjrab Wjrjd Hidayat Jati disebut "manekung",
atau menjalankan Samadi. Dimana kitab ini dikenal sebagai
"Ngelmu Ma'rifat Kasampurnaning Ngaurip'?, yang merupakan
ajaran para wali. Untuk menerapkan tata susila samadi itu sendiri
digambarkan sebagai berikut:
I
Atau kondisi
1. Hidup :
2. Cahaya :
3 . Rasa
:
:
4. Roh
5. Nafsu :
:
6. Budi
7. Badan :
I.
.3
..I
harus dibahas dan dibuka atas dasar Islam. Karena bangunanbangunan yang ada merupakan gambaran "kebesaran" dan
"keagungan" Allah, dan bukan gambaran Tuhan itu sendiri.
Manunggaling k.awula-gusti adalah pendekatan dan rasa Ketuhanan
yang ada di dalam diri seseorang, dan bukan bersatunya hamba
dengan Tuhannya secara harfiah."
Kalau disimak pendapat diatas, maka inti dari pendapat ini
sesungguhnya adalah pembicaraan mengenai kualitas ketaqwaan
manusia terhadap Tuhannya. Jauh-dekatnya seorang manusia
dengan Tuhannya sangat ditentukan oleh kualitasketaqwaannya.
Sehingga tidak mungkin Allah berada pada diri manusia atau
materi lainnya, yang nota bene adalah ciptaanNya. Pencipta
dan yang diciptakan jelas tidak logis untuk "disatukan". Mengenai
ha1 ini secara jelas dilukiskan oleh Dr. Damardjati Supadjar pada
awal pembukaan bukunya yang berjudul Nawangsari, yakni esensi
rnengenai posisi partialitas dan totalitas dengan orientasi
dimensional (1 993; 1-2):
Kesirnpulan
BAB V
Saran
!'
=;,
*,
'-
i,
'
?,
:I
!$
.:
1,
dalamnya, terutama penataan tata ruang dan planologi yang disesuaikan dengan esensi filosofi kotanya. Sehingga akan tercapai masyarakat yang maju dengan tata nilai budaya yang
berakar pada nilai-nilai sendiri.
2. Bagi para pengambil keputusan dan perencana kota, planologi
diharapkan tidak saja sekedar mengatur "kotak-kotak bangunan"
terapi juga mengandung nilai-nilai "Satyam, Shivam' dan
Sundararn, yaitu nilai-nilai keindahan, kebaikan dan kebenaran.
Baik ditinjau dari sudut esensi kesejarahan maupun dari sudut
kenyarnanan dan kemaslahatan bagi umat manusia.
-. DAFTAR PUSTAKA
79