Oleh:
M. ICHSAN F
134010470
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan....... 2
1.2 Perumusan Masalah.. 3
1.3 Tujuan Penelitian.. 4
1.4 Kegunaan Penelitian.. 4
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Quality Management System.................................................5
2.2 Sejarah Quality Management System................................................... 6
2.3 Manfaat Quality Management System................................................... 7
2.4 Elemen dan Syarat Quality Management System................................. 8
2.5 Membangun dan Menerapkan Quality Management System................ 9
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Tujuan Penerapan Quality Management System Sony........................... 11
3.2 Kerangka Quality Management System Sony........................................ 11
3.3 Penerapan Quality Management System Sony....................................... 12
3.3.1 Merespons Konsumen................................................................. 12
3.3.2 Quality Hotline............................................................................ 13
3.3.3 Perbaikan Pasar.............................................................................14
3.3.4 Perbaikan Kualitas, Keamanan, dan Reliabilitas Jangka
Panjang Produk...................................................................................... 15
3.3.5 Upaya Menghapuskan Software Vulnerability............................ 18
3.3.6 Respons Terhadap Masalah Kualitas............................................ 18
BAB 4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA... 21
BAB I
PENDAHULUAN
quality
management memastikan bahwa setiap perubahan dalam sebuah sistem dan proses
akan mengasilkan output berupa produk atau jasa yang bersifat superior
dibandingkan sebelumnya. Metode quality management seperti Total Quality
Management atau Six Sigma umumnya memiliki tujuan yang sama untuk
menciptakan produk berkualitas tinggi. Quality Management penting untuk dapat
menciptakan sebuah produk berkualitas superior yang tidak hanya memenuhi
namun mampu melampaui ekspektasi konsumen. Konsumen harus puas dengan
sebuah merek. Pemasaran sebuah produk dianggap berhasil apabila dilakukan
dengan menekankan aspek kualitas, bukan kuantitas.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
kebijakan
dan
tujuan
yang
berkualitas.
QMS
membantu
9001:2015,
yang
merupakan
standar
internasional
mengenai
persyaratan sebuah QMS adalah pendekatan yang paling umum digunakan dalam
menerapkan Quality Management System pada sebuah perusahaan. Quality
Management System memiliki beberapa peranan dan fungsi, meliputi:
1.
2.
3.
4.
para pengerajin mulai berorganisasi menjadi sebuah serikat yang disebut dengan
istilah guilds. Ketika revolusi industri tiba, sebuah Quality Management System
klasik digunakan sebagai standar dalam mengendalikan hasil dari pemrosesan
sebuah produk. Dengan semakin banyaknya pekerja yang melakukan produksi,
kuantitas output semakin bertambah dan perlu adanya upaya untuk menciptakan
sebuah praktik yang dianggap paling efektif untuk memastikan kualitas terbaik
dari hasil produksi tersebut.
Pada akhirnya, tercipta lah sebuah praktik yang dianggap paling baik dalam
mengendalikan sebuah proses dan hasil produksi, yang kemudian diumumkan dan
didokumentasikan. Hasil dokumentasi tersebut adalah cikal bakal dari praktik
umum Quality Management System.
Kualitas menjadi permasalahan yang semakin penting pada era Perang
Dunia II, ketika sebuah peluru harus diproduksi di satu wilayah dan senapan di
wilayah lain, maka angkatan bersenjata Amerika harus melakukan inspeksi rutin
pada seluruh produk tersebut. Untuk menyederhanakan proses tersebut tanpa
mengurangi keamanan, pihak militer Amerika mulai menerapkan teknik sampling
kualitas dalam proses inspeksi dengan menggunakan metode statistik dari Walter
Shewhart.
Kemudian Jepang mulai melakukan revolusi kualitas, memperbaik reputasi
kualitas ekspor mereka yang sebelumnya dianggap buruk dengan memanfaatkan
input dari para pemikir Amerika seperti Joseph M. Juran dan W. Edwards Deming
serta mengalihkan ruang lingkup kualitas yang sebelumnya hanya berfokus pada
proses inspeksi terhadap proses organisasi secara keseluruhan. Pada tahun 1970an
industri elektronik dan motor Amerika tergeser oleh produk berkualitas Jepang.
Respons Amerika terhadap revolusi kualitas Jepang tersebut lah yang
melahirkan konsep Total Quality Management (TQM), sebuah metode QMS yang
tidak hanya memperhatikan data statistik (data kuantitatif) namun juga fokus
terhadap setiap aspek dalam organisasi (aspek kualitatif).
Pada akhir abad 20, organisasi-organisasi independen mulai bermunculan
dan membangun standar mereka sendiri dalam implementasi QMS. Pada masa ini
istilah Total Quality Management mulai kurang sering dipakai, karena
banyaknya keberagaman standar-standar yang bersifat unik dan berbeda bagi
setiap organisasi, maka istilah Quality Management System atau QMS yang
lebih sering digunakan dalam mengidentifikasi kumpulan dari standar-standar
tersebut.
Di awal abad ke 21, QMS mulai mengintegrasikan konsep sustainability dan
transparansi, karena konsep tersebut dianggap semakin penting dalam menentukan
kepuasan konsumen.
2.3
dokumentasi hasil dari tahap Design and Build. Intranet perusahaan adalah salah
satu alat yang populer digunakan dalam membantu proses deployment dalam
sebuah QMS.
Control and Measure
Pengendalian dan pengukuran adalah tahap QMS yang umumnya dilakukan
melalui proses audit secara sistematis yang dilaksanakan secara rutin terhadap
sebuah Quality Management System. Proses pengendalian dan pengukuran
berbeda-beda untuk setiap organisasi tergantung dari ukuran, potensi risiko, serta
dampak aktifitas terhadap lingkungan.
Review and Improve
Evaluasi dan perbaikan berhubungan dengan apa tindakan yang harus
dilakukan berdasarkan hasil audit. Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa
efektif dan efisien hasil dari setiap proses berbanding dengan tujuan awal,
mengkomunikasikan temuan tersebut kepada karyawan, serta membangun praktik
baru yang lebih baik dari apa yang terlihat pada hasil audit yang telah dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
11
12
13
14
15
Inisiatif yang dilakukan meliputi menentukan target penting pada setiap pabrik
dan menerapkan proses Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sony juga telah menerapkan
aturan standar kualitas produk untuk memastikan produk Sony yang dimanufaktur
oleh perusahaan OEM memiliki kualitas sama dengan produk yang dibuat di
pabrik Sony.
Inisiatif Terhadap Kualitas Parts
Menyadari pentingnya kualitas parts dan pentingnya membuat produk yang
dapat digunakan jangka panjang, Sony sangat berhati-hati terdahap pemilihan
parts yang digunakan pada setiap produk utamanya serta fokus terhadap upaya
untuk meningkatkan kehandalan setiap parts yang digunakan, bekerja sama
sengan setiap departemen yang relevan atas setiap produk tersebut.
Meningkatkan Keamanan Produk
Memastikan keamanan konsumen yang menggunakan produk Sony adalah
salah satu prioritas tertinggi dari Sony. Dalam setiap tahap aktifitas bisnisnya,
termasuk pembangunan produk, perencanaan, desain, produksi, pemasaran, dan
aftersales, Sony mengambil langkah yang sesuai dengan standar keamanan
berdasarkan hukum dan regulasi yang berlaku sekaligus berjuang untuk
melampaui standar keamanan tersebut untuk menjaga keamanan produknya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Sony menunjuk manajer yang bertanggung
jawab dalam penilaian keamanan produk dari perspektif medis. Ketika membuat
produk yang menggunakan teknologi baru, Sony juga melakukan konsultasi
mengenai keamanan produk tersebut berdasarkan perspektif medis dari pihak-
16
pihak ahli eksternal perusahaan. Selain itu Sony juga menggunakan jasa
organisasi spesialis dalam menilai keamanan produknya.
Sony juga berupaya untuk memastikan bahwa panduan penjelasan mengenai
keamanan produknya bersifat akurat, mudah dimengerti, dan jelas. Jika ada
laporan
mengenai
masalah
keamanan
produk,
Sony
akan
langsung
17
data. Akibatnya, menghapuskan kelemahan dari software telah menjadi isu serius
bagi Sony.
Sony melakukan pengumpulan dari permasalahan seputar risiko keamanan
data dari para ahli eksternal, peneliti, dan individu lainnya. Sony telah membuat
tim software vulnerability internal yang beranggotakan setiap ahli keamanan
software dari setiap unit usaha Sony. Berdasarkan informasi yang diperoleh, tim
tersebut kemudian menilai dampak dari risiko keamanan software terhadap
konsumen dan menerapkan tindakan yang layak.
Untuk memastikan terjaganya kualitas produk dari sisi software, Sony telah
membuat panduan seputar software vulnerabilities dan terus melakukan program
pelatihan karyawan. Pada tahun 2009 Sony telah mengenalkan sebuah mekanisme
yang mampu mendeteksi kelemahan software ketika proses inspeksi sebelum
dilakukan pengiriman produk.
3.3.6 Respons Terhadap Masalah Kualitas
Sony merespons dengan cepat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
masalah kualitas, unit bisnis di setiap wilayah lokal dan kantor utama Sony di
Jepang bekerja sama untuk menyelidiki fakta-fakta dan mengambil tindakan
dalam skala global. Ketika masalah tersebut terjadi, Sony juga berupaya untuk
memperhatikan kekhawatiran konsumen.
Proses dimulai dari mengumpulkan informasi dari Customer Service
Centers di seluruh dunia untuk dapat memahami permasalahan yang terjadi.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, Sony kemudian bekerja untuk
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21