Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan cepat sekarang ini
sangat mempengaruhi aktivitas bisnis sehari-hari, dimana segala aspek sudah
mulai berubah dari yang dulunya masih berupa tradisional sekarang perlahan-
lahan mulai berubah ke arah digital. Mulai dari kehidupan sehari-hari yang
sangat dipermudah dengan masuknya era digital sekarang ini. Tanpa kita
sadari, semua aktivitas yang kita lakukan sekarang ini hampir semuanya
beroperasi secara digital. Mulai dari aktivitas belajar, rumah sakit,
transportasi, hingga aktivitas bisnis sehari-hari yang kita lakukan sekarang.
Dengan masuknya kita ke dalam revolusi industri bisnis 4.0 membuat semua
pekerjaan baik itu manufaktur, jasa, hingga kesehatan memasuki era dimana
segala sesuatu sangat mudah, cepat,efektif, efisien, dan terlebih lagi dengan
biaya yang dapat ditekan lebih murah dengan penerapan teknologi.
Perkembangan teknologi informasi dan internet saat ini selain
memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pada era digital, teknologi mendorong masyarakat untuk melakukan
berbagai kegiatan dan bertransaksi secara online karena dianggap lebih efisien
dari segi waktu dan lebih mudah dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Teknologi internet mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang
dapat memberikan sebuah dunia baru bagi masyarakat. Penggunaan media
internet akan membantu masyarakat untuk memperoleh informasi tanpa harus
bertemu secara langsung, memberikan ruang kepada konsumen untuk
menyampaikan opini dan pendapat terkait dengan produk dan memungkinkan
perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai media promosi dikarenakan
internet memiliki jangkauan yang luas.
Melalui hal tersebut sumber daya manusia yang hingga saat ini dituntut
untuk mampu memiliki pemikiran – pemikiran yang selalu berorientasi ke
depan, kemudiam memuculkan suatu inovasi – inovasi yang mampu
mengoperasikan teknologi dan internet sebagai fondasi utama. Inovasi –

1
inovasi yang timbul sangat berkembang dengan begitu pesat pada bidang
perekonomian, hal ini disebut dengan Financial Technology atau yang lebih
akrab didengar yaitu FinTech. Financial Technology di dunia khususnya di
Indonesia telah bertumbuh dan berkembang dengan begitu pesat, hal ini telah
banyak disampikan pada jurnal – jurnal terkait yang telah membahas terkait
dengan perkembangan dan kelahiran dari industry fintech itu sendiri. Industry
fintech ini kita ketahui bersama telah melahirkan perusahaan – perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan, transportasi, medis dan masih banyak lagi
aspek kehidupan manusia yang disentuh secara terbuka oleh kecanggihan
teknologi ini dimana telah menjelma menjadi suatu inovasi berbentuk aplikasi.
Salah satunya dari perubahan yang sangat signifikan terasa adalah
aktivitas sehari-hari yang berubah terlihat dari sistem pembayaran, dimana
peredaran uang tunai sudah tidak sebanyak dulu lagi. Pembayaran non tunai
yang sekarang ini banyak sekali digunakan oleh masyarakat untuk melakukan
transaksi. Mulai dari kartu debit, kartu kredit, emoney, dan penggunaan
aplikasi pembayaran melalui smartphone dan lain sebagainya yang
dikeluarkan oleh pihak bank untuk mempermudah transaksi yang dilakukan
dengan jumlah yang banyak tanpa perlu repot dalam melakukan transaksi
sehari-hari. Dengan trend pembayaran yang bermunculan seperti itu, banyak
perusahaan besar yang berlomba-lomba untuk memunculkan sistem yang
sama, yaitu seperti perusahaan jaringan terbesar di Indonesia Telkomsel
dengan TCash-nya, dan juga yang baru-baru ini muncul dengan penawaran
promosi yang menarik minat para konsumen Indonesia adalah OVO.
Kemunculan OVO dalam industry ini terasa membawa angi segar
terhadap keuangan Indonesia walaupun kemunculan OVO bukan digital
payment pertama yang hadir, akan tetapi strategy marketing yang digunakan
untuk mengambil hati konsumen terasa benar dan tepat terhadap kadaan saat
ini. Industri keuangan saat ini mengalami transformasi, karena
menggangguteknologi keuangan dan startup keuangan yang baru didirikan
mulai danmenantang cara kerja saat ini. Padahal teknologi dan startup
inimeningkat dalam ukuran dan pengaruh, para pemain yang berkuasa, seperti

2
bank,masih memainkan peran sentral dalam industri ini. Menghadapi ancaman
yang akan datang ini, bank akan perlu beradaptasi agar tetap relevan dan
kompetitif di masa depan.
Hal ini cenderung akan membuat Bank mau tidak mau harus bersinergi
bersama dengan digital payment yang telah bermunculan sehingga mampu
melakukan perbaikan terhadap system keuangan di Indonesia saat ini. Kita
ketahui bahwa peredaran uang tunai sangat menguras tenaga yang berlebihan
dimulai dari penyaluran uang tunai yang harus selalu dilakukan oleh Bank
Indonesia, kemudian biaya cetak uang yang tidak murah dan yang terakhir
adalah kerusakan yang dapat timbul terhadap uang tunai sehingga
pengembangan e-money sebagai alat pembayaran sedang diupayakan oleh
bank Indonesia berjalan dan dapat digunakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Dalam pengembangan e – money sebagai instrument pembayaran
mikro sudah ditentukan harus memiliki kebijakan – kebijakan yang
mengaturnya. Sehingga melalui makalah ini penulis akan menguraikan analisa
terkait dengan keberadaan OVO sebagai salah satu inovasi pada industry
fintech yang tumbuh dan berkembang pada sector pembayaran non – tunai
baik melalui aspek sejarahnya yaitu pada awal mula terbentuk hingga mampu
berkembang dengan sedemikian rupa dan kemudian memunculkan suatu
relevansi terkait dengan pengembangan e – money sebagai instrument
pembayaran mikro. Sehingga melalui hal tersebut penulis tertarik untuk
menganalisa permalasahan tersebut dengan mengangkat judul “Relevansi
Keberadaan ‘OVO’ Terhadap Efektivitas Pengembangan E-Money Sebagai
Alat Pembayaran Non – Tunai”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis terdapat suatu
permasalahan yang akan dikaji dan dilakukan pembahasan secara menyeluruh,
adapun rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :

3
1. Bagaimana proses awal ataupun sejarah yang timbul dari
kemunculan OVO sebagai salah satu aplikasi pembayaran non –
tunai ?
2. Apa saja strategy yang terlihat nyata dimiliki oleh perusahaan
OVO sehingga mampu untuk menarik hati masyarakat modern
sehingga cenderung untuk mengaplikasikannya ?
3. Bagaimana perkembangan OVO terhadap perekonomian di
Indonesia ?
4. Apa saja keunggulan yang dimiliki oleh OVO sebagai alat
pembayaran non – tunai sehingga mampu untuk bersinergi dengan
Bank dalam pengupayaan pembayaran mikro ?
5. Apa relevansi yang timbul antara OVO dengan efektivitas
pengembangan E-Money sebagai alat pembayaran non – tunai ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang diinginkan oleh penulis berdasarkan rumusan
masalah yang telah diuraikan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memaparkan sejarah awal tumbuh dan berkembangnya
OVO sebagai suatu perusahaan di Indonesia
2. Untuk memaparkan strategi – strategi yang terlihat dari OVO
untuk dapat menyentuh masyarakat modern dalam pemasarannya
3. Untuk menjelaskan terkait dengan perkembangan OVO di
Indonesia
4. Untuk memaparkan dan menjelaskan keunggulan – keunggulan
yang dimiliki oleh OVO sehingga mampu bersinergi dengan Bank
dalam pengupayaan pembayaran non – tunai
5. Untuk memparkan dan menjelaskan terkait dengan relevansi antara
OVO dengan pengembangan E-Money sebagai alat pembayaran
non – tunai

4
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai referensi terkait dengan bahan ajar tentang industry
financial technology
2. Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa ataupun masyarakt umum
terkait dengan inovasi – inovasi pada industri fintech
3. Sebagai referensi untuk pengembangan e – money sebagai alat
pembayaran non tunai

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian E-Money
Uang elektronik menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018
tentang uang elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur
sebagai berikut:
a) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit.
b) Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server
atau chip.
c) Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang yang mengatur mengenai perbankan.
Menurut Rivai (2001) uang elektronik adalah alat bayar elektronik
yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada
penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau
dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang tersebut dimasukan
menjadi nilai uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam
satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran
dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang
elektronik tersebut. Sedangkan menurut Hidayati, pengertian uang elektronik
(e-money) mengacu pada definisi yang dikeluarkan oleh Bank for
International Settlement mendefinisikan uang elektronik sebagai “stored value
or prepaid products in which a record of the funds or value available to a
consumer is stored on an electronic device in the consumer’s possession”
(produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah uang disimpan dalam
suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).

2.2. Pengertian Sistem Pembayaran Non-Tunai


Sistem pembayaran dan pola bertransaksi ekonomi terus mengalami
perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan

6
uang tunai (currency) sebagai alat pembayaran non tunai yang lebih efisien
dan ekonomis. Sistem pembayaran non tunai mererupakan sistem pembayaran
yang digunakan sebagai cara bertransaksi tanpa uang tunai atau uang cash.
Sistem pembayaran non tunai ini saat ini sangat diminati oleh masyarakat
Indonesia. Salah satunya adalah sistem pembayaran dengan kartu elektronik
atau yang sering disebut dengan Electronic Payment Sistem. Perkembangan
sistem pembayaran didorong oleh semakin besarnya volume transaksi yang
dilakukan oleh masyarakat, peningkatan resiko, kompleksitas transaksi, dan
perkembangan teknologi itu sendiri. Sistem pembayaran tunai ini berkembang
dari commodity money sampai fiat money, sedangkan sistem pembayaran non
tunai berkembang dari yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, nota debet dan
sebagainya) sampai kepada yang berbasis elektronik (kartu elektronik maupun
electronic money). Mengingat sistem pembayaran ini merupakan salah satu
komponen penting dalam dunia perekonomian, baik perdagangan maupun
transaksi-transaksi pembayran yang terjadi dimasyarakat.
Akan tetapi mengingat pengunaan kartu kredit tidak dapat dimiliki
oleh semua orang sehingga inovasi – inovasi pada financial technology seperti
munculnya perusahaan OVO sangat mampu mengembangkan penggunaan
pembayaran non tunai.

2.3. E-Money Sebagai Instrumen Pembayaran Mikro


Pada saat ini, alat / instrumen pembayaran dalam bidang pembayaran
mikro yang fitur-fiturnya dianggap paling cocok untuk dikembangkan adalah
berupa stored value facility yang dalam makalah ini selanjutnya disebut
sebagai electronic money (e-money). Dalam publikasi yang diterbitkan oleh
Bank for International Settlement, e-money didefinisikan sebagai ”stored-
value or prepaid products in which a record of the funds or value available to a
consumer is stored on an electronic device in the consumer’s possession”.
Definisi e-money di beberapa negara tidak selalu sama, namun secara umum
fitur e-money memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

7
a) Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering
disebut dengan stored value, yang akan berkurang pada saat
konsumen menggunakan untuk melakukan transaksi pembayaran.
b) Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam
penguasaan konsumen.
c) Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic
value dari e-money milik konsumen kepada terminal merchant
dapat dilakukan secara off-line. Dalam hal ini verifikasi cukup
dilakukan pada level merchant (point of sale), tanpa harus on-line
ke komputer penerbit.
E-money muncul sebagai jawaban atas kebutuhan terhadap instrumen
pembayaran mikro yang diharapkan mampu melakukan proses pembayaran
secara cepat dengan biaya yang relatif murah karena pada umumnya nilai
uang yang disimpan instrumen ini ditempatkan pada suatu tempat tertentu
yang mampu diakses secara cepat secara off-line, aman dan murah.
Secara teknis, media e-money yang digunakan untuk menyimpan value
bisa bermacam-macam antara lain berupa kartu, kertas / voucher maupun
media elektronik seperti internet account dan mobile phone. Hal ini
tampaknya sejalan dengan Acuan Pokok Sistem Pembayaran Nasional (Revisi
2004), dimana dari sisi bentuk instrumen pembayarannya, sistem pembayaran
non tunai terbagi atas sistem pembayaran berbasis kertas (paper based
payment system), sistem pembayaran berbasis kartu (card based payment
system) dan sistem pembayaran berbasis elektronik (electronic based payment
system).

2.4. Tujuan Kebijakan Pengembangan E-Money


Tujuan kebijakan pengembangan e-money sebagai instrumen
pembayaran mikro adalah:
1. Mendorong terciptanya instrumen e-money yang aman, efisien dan
handal bagi masyarakat guna mendukung terwujudnya
perekonomian yang lebih efisien.

8
2. Menciptakan efisiensi nasional melalui kolaborasi pasar terutama
berkaitan penciptaan standarisasi platform, chip dan messaging
sehingga memungkinkan interoperability antar penyelenggara.
3. Menciptakan landasan hukum yang kuat dalam penyelenggaraan e-
money termasuk aspek perlindungan konsumen.
4. Menciptakan mekanisme pengawasan penyelenggaraan e-money.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sejarah OVO
Pada tahun 2017 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai
143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68% dari total jumlah penduduk
Indonesia (APJII, 2017). Pertumbuhan jumlah pengguna internet ini yang
mendorong terciptanya persaingan bagi para pelaku bisnis untuk dapat
memenangkan persiangan pasar, terutama bisnis e-commerce. Managing
Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan Gross Merchandise
Value atau GMV industri e-commerce di Indonesia tahun 2018 mencapai
USD 12,5 miliar (Anggraeni, 2018). Laporan State of eCommerce iPrice pada
akhir tahun 2017 menyatakan bahwa negara Indonesia memiliki potensi
transaksi elektronik (e-commerce) tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar
87% dari total trafik, sehingga tercipta proses transaksi penjualan barang dan
jasa yang dilakukan secara online melalui smartphone dengan menggunakan
model transaksi berupa mobile payment (BPS, 2017). Sistem pembayaran
non-tunai pada e-commerce dianggap memiliki beberapa kelebihan yang tidak
dimiliki oleh transaksi secara konvensional, diantaranya adalah dari sisi
kemudahan yang diperoleh, manfaat dan nilai produk atau layanan yang
dirasakan konsumen sehingga mendorong konsumen berpindah
menggunakannya (Fahmi, Rohman, Noermijati, & Sunaryo, 2018).
Perkembangan teknologi informasi diikuti oleh sistem pembayaran
berbasis elektronik, salah satunya yaitu e-money yang merupakan sebuah
aplikasi untuk menyimpan dana dan dipergunakan sebagai alat transaksi
terkait dengan metode cashless dan mobile payment. Salah satu bentuk
aplikasi e-money yang saat ini sedang berkembang di Indonesia yaitu aplikasi
OVO. Aplikasi ini diluncurkan sejak awal tahun 2017 dengan memberikan
banyak kemudahan dan manfaat dalam bertransaksi secara online.
OVO sendiri merupakan aplikasi digital finance terpadu yang
dikembangkan LippoX, yang sudah terintegrasi dengan beberapa perusahaan
Lippo. Di bawah naungan LippoX sebagai perusahaan digital payment milik

10
grup perusahaan Lippo, sebuah smart financial apps diluncurkan. Bernama
OVO, aplikasi ini mencoba mengakomodasi berbagai kebutuhan terkait
dengan cashless dan mobile payment. Aplikasi OVO saat ini tersedia untuk
platform Android dan IOS. OVO menggunakan sistem point reward, yang
disebut dengan OVO point, untuk menjaga dan meningkatkan transaksi
pengguna.Layanan ini terbagi ke dalam dua kategori pengguna, OVO Club
(pengguna biasa) dan OVO Premier. Pembedanya adalah pada OVO Point
yang didapat untuk setiap perolehan transaksi, maksimal saldo OVO Cash dan
juga beberapa fitur lainnya. Di versi premium, pengguna diberikan akses
untuk fitur pengelolaan pengeluaran. Selain itu ada kemudahan transfer
nominal uang yang ditawarkan dalam aplikasi, visi dari OVO sendiri adalah
untuk menjadi aplikasi keuangan yang bekerja secara berkesinambungan, serta
memberikan penawaran menarik bagi penggunanya.
Pemegang brand aplikasi OVO , PT Visionet Internasional
mendapatkan izin resmi dari Bank Indonesia (BI) sebagai penyelenggara uang
elektronik (e-money), nama perusahaan tersebut sudah keluar di daftar resmi
BI dengan nomor No. 19/661/DKSP/Srt/B (Randi, 2017). Setiap konsumen
yang menggunakan aplikasi ini dapat menggunakan OVO untuk bertransaksi
di semua merchant bertanda OVO Accepted Here dan mengumpulkan serta
menggunakan OVO Poin di merchant bertanda OVO Zone. Aplikasi digital
finance terpadu ini telah dikembangkan oleh perusahaan LippoX yang sudah
terintegrasi dengan beberapa perusahaan Lippo (Randi, 2016). Sebuah smart
financial app yaitu OVO diluncurkan dibawah naungan perusahaan LippoX
yaitu grup perusahaan Lippo yang mencoba mengakomodasi berbagai
kebutuhan konsumen dengan cashless dan mobile payment, Aplikasi OVO
dapat dioperasikan melalui HP Android (OS 4.2 ke atas) dan juga iPhone (iOS
8.0 ke atas) melalui Google Play Store atau Apple Store. OVO menggunakan
sistem poin reward, yang biasa disebut OVO Poin untuk meningkatkan
transaksi antar pengguna. Berikut adalah logo dari OVO:

11
3.2. Digitalisasi OVO Melalui Sistem Aplikasi
Pemasaran merupakan kunci sukses dari keberhasilan suatu
perusahaan, sehingga peranannya sangat penting dalam membantu perusahaan
melakukan identifikasi kebutuhan konsumen, membentuk dan
mengkomunikasikan nilai, serta menciptakan hubungan yang dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan perusahaan. Niat konsumen dalam bertransaksi melalui media
pembayaran elektronik (e-commerce) dipengaruhi oleh kepercayaan dan
tingkat keamanan yang diberikan oleh penyedia jasa layanan. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat menyebabkan perusahaan mulai menggunakan
internet sebagai media atau alat pemasaran yang tepat dalam mengenalkan
produk maupun jasa. Melalui media internet perusahaan dapat melakukan
komunikasi langsung dengan pelanggannya, serta mempermudah konsumen
dalam memperoleh informasi tentang produk atau jasa, hal tersebut dapat
membentuk sebuah ikatan dan membangun jaringan antara konsumen dengan
perusahaan sehingga mendorong terciptanya e-WOM.
Bentuk pemasaran yang efektif dan cepat dalam memengaruhi
keputusan seseorang baik secara online maupun offline dibandingkan dengan
sumber informasi lainnya yaitu melalui Word of Mouth. Informasi yang
dibutuhkan oleh konsumen saat ini dapat dengan mudah diakses melalui
media internet secara online. e-WOM dipergunakan konsumen untuk
memberikan opininya mengenai produk atau perusahaan melalui media
internet dan dianggap lebih efektif jika dibandingkan dengan Word of Mouth
(WOM) secara tradisional melalui offline. e-WOM merupakan komentar atau
rekomendasi yang dibuat oleh konsumen berdasarkan pengalamannya dan
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengambilan keputusan yang akan
dilakukan oleh konsumen lainnya (Soliana & Pratomo, 2016). Media yang
paling sering dipergunakan dalam melakukan e-WOM bagi perusahaan atau
konsumen adalah melalui media sosial (Wang, Yeh, Chen, & Tsydypov,
2016). Keterikatan emosional dan rasa memiliki berperan penting dalam

12
mendorong konsumen memberikan ulasan positif terkait produk melalui e-
WOM.
Berdasarkan hal tersebut, kemunculan OVO sebagai suatu inovasi
pada awal 2017 membuat bidang keuangan ini terasa lebih bergairah.
Kemunculan OVO dengan digitalisasi melalui sistem aplikasinya sangat
menarik minat konsumen untuk menggunakan OVO sebagai alat pembayaran
non tunai. Dengan sistem aplikasi yang dimiliki oleh OVO ini membuat
konsumen akan merasa dimudahkan dalah mengatur uang yang mereka miliki.
Hal ini juga didukung dengan dapatnya OVO digunakan untuk melakukan
pembyaran hampir diseluruh outlet – outlet yang ada di Indonesia seperti
tempat makanan ataupun mall – mall yang ada di Indonesia.
Hal ini sudah akan membuat masyarakat terasa dimudahkan dalam
berbagai hal, tidak hanya mampu untuk membantu masyarakt dalam mengatur
keuangannya, akan tetapi membantu masyarakat dalam menjaga keuangannya.
Keinginan masyarakat disaat dunia semakin canggih dan modern hanya
berupa keamanan dalam menjaga keuangannya dan informasi pribadinya,
sehingga melalui aplikasi yang disediakan oleh OVO sangat memudahkan
masyarakat atau konsumen untuk mengecek jumlah uang yang dimiliki oleh
konsumen itu sendiri dan informasi pribadi yang tidak akan dapat tersebar
secara luas karena password yang diterapkan pada aplikasi ini. Sehingga
melalui digitalisasi OVO berdasarkan sistem aplikasi yang diluncurkan OVO
akan sanga mengefektifkan aktivitas konsumen yang beranekaragam setiap
harinya.

3.3. Pangsa Pasar OVO Berdasarkan Strategi


OVO merupakan aplikasi digital payment yang menerapkan strategy
“Open Platform” dimana dimaksudkan bahwa startegi ini bertujuan untuk
memperluas jangkauan atau kerja sama yang dapat dilakukan oleh OVO tanpa
harus terus bergantung pada induk perusahaan Lippo. Sehingga mengusung
strategy “Open Platform” tersebutlah OVO diharapkan mampu untuk

13
menjangkau masyarakat secara menyeluruh dan meluas. Strategi – strategi
yang telah diterapkan oleh OVO dalam perkembangannya seperti :
1. Promo
Tidak dapat dipungkiri bahwa promo seperti potongan harga
merupakan hal – hal yang secara nyata menarik minat konsumen.
Sehingga OVO menggunakan startegi ini menjadi salah satu
strategi utama dalam memperluas perkembangan dari OVO sendiri.
2. Kerjasama Dengan Berbagai Perusahaan / Platform
Dalam rangka menjangkau seluruh masyarakat dengan lingkup
yang lebih luas OVO mulai merambah kerjasama – kerjasama
dengan berbagai perusahaan / platform dalam mengembangkan
digital payment ini. Adapun perusahaan yang telah bekerjasama
dengan OVO yaitu sebagai berikut :
a. Grab
b. Bank Mandiri
c. Alfamart
d. Moka
e. Tokopedia
f. First Media
g. Books and Beyond
h. Hypermart
i. Matahari Department Store
j. BIG TV
k. Bolt!
l. Cinemaxx
m. Maxx Coffee
n. MatahariMall.com
o. Foodmart Gourmet
p. Foodmart Fresh
q. Siloam Hospital
r. Agoda, Shop & Drive

14
3. Fitur Yang Dimiliki
Kemudian strategi – strategi ini dapat menimbulkan suatu
keunggulan seperti banyaknya feedback yang kita dapatkan
sebagai konsumen jika menggunakan OVO sebagai alat
pembayaran non tunai seperti :
a. Kurang Lebih 6.000 Outlet
b. Simple, Instan dan Aman
c. 1 OVO Point = 1 Rp
d. OVO premier
e. Topup Praktis Dimana Saja dan Kapan Saja
f. Bayar Tagihan dan Isi Pulsa
g. Donasi
h. OVO Invest
4. Perluasan Layanan
Untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan tingkat inklusi keuangan nasional, OVO mulai
tahun ini juga akan memperluas layanannya, tidak hanya sekedar
menjadi alat pembayaran saja. Beberapa layanan yang akan
dihadirkan antara lain working capital loan, asuransi, hingga
layanan PayLater untuk yang berbelanja di Tokopedia.
Sehingga berdasarkan strategi – strategi yang dimiliki oleh OVO
membuat pangsa pasar yang mereka tuju adalah semua kalangan dari remaja
hingga orang dewasa. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pengguna internet
di Indonesia memiliki jumlah yang sangat membludak baik dari remaja hingga
orang dewasa. Sehingga membuat OVO merasa optimis untuk terus berinovasi
melalui produk – poduk yang akan diluncurkannya demi meraih konsumen
lebih luas lagi dalam berbagai aspek dan mampu mengupayakan pembayaran
tidak lagi menggunakan uang cash.
Sepanjang 2018 lalu, disampaikan bahwa, OVO telah berhasil
mencatatkan lebih dari 1 miliar kali transaksi. Total Payments Volume (TPV)
OVO meningkat 75 kali lipat sejak November 2017. Penerimaan OVO juga

15
sudah semakin luas. OVO sudah hadir di 303 kota di seluruh Indonesia, di
mana 77 persen pengguna OVO berada di luar Jabodetabek. Selain itu,
aplikasi OVO juga sudah hadir di 115 juta perangkat mobile. Hal ini dapat kita
asumsikan bahwa pangsa pasar yang dituju oleh OVO berdasarkan strategi –
strategi yang mereka munculkan berdampak secara nyata bagi masyarakat
secara meluas dan menyeluruh.

3.4. Perkembangan OVO terhadap perekonomian di Indonesia


Aplikasi ini diluncurkan sejak awal tahun 2017 dengan memberikan
banyak kemudahan dan manfaat dalam bertransaksi secara online, tetapi
diawal kemunculannya aplikasi ini kurang begitu dikenal oleh masyarakat luas
karena masih terbatasnya informasi yang diperoleh konsumen terkait dengan
kelebihan yang dimiiki oleh aplikasi tersebut, serta promosi yang dilakukan
belum maksimal baik melalui media elektronik maupun media cetak, sehingga
jumlah penggunanya juga masih terbatas. Pada awal tahun 2018, aplikasi
OVO mulai mengadakan ekspansi melalui kerjasama dengan berbagai pusat
perbelanjaan, online shop, e-commerce dan transaksi perbankan berbasis non
tunai. Informasi yang diperoleh pada pertengahan tahun 2018 menurut
Presiden Direktur PT OVO, Adrian Suherman menyebutkan jumlah pengguna
aplikasi OVO mencapai 5-6 juta pengguna di seluruh Indonesia dan
menargetkan akan mencapai 20 juta pengguna di akhir tahun 2018. Informasi
tentang produk OVO sudah sangat mudah diperoleh baik dari promosi yang
dilakukan oleh perusahaan maupun informasi yang bersumber dari konsumen
yang telah menggunakannya melalui media sosial. Saat ini OVO sudah
tersedia di 212 kota dan telah bekerjasama dengan 350.000 merchant
diseluruh Indonesia.
Berdasarkan hal diatas dapat diartikan bahwa OVO melakukan
perkembangan dengan sangat signifikan terlihat berdasarkan dengan jumlah
pengguna ataupun konsumen yang menggunakan aplikasi ini. Hal ini
merupakan suatu progres yang positif jika dikaitkan dengan upaya
meminimalisisr penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran di Indonesia

16
sehingga muncul suatau relevansi terkait dengan keberadaan OVO dan
pengembangan E-Money di Indonesia.

3.5. Relevansi OVO Dengan Pengembangan E-Money


OVO merupakan aplikasi pintar yang membantu masyarakat ataupun
konsumen dalam melakukan suatu proses pembayaran tanpa menggunakan
uang tunai. Dimana kita ketahui bahwa Indonesia sedang mengupayakan
pengurangan penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran dengan cara
mengembangkan e – money. Sehingga keberadaan OVO meruapak hal yang
sangat membantu Bank Indonesia dalam memudahkan usaha tersebut.
Sebelum kita ketahui relevansi yang muncul antara kedua hal tersebut, mari
kita bahas terkait dengan peran pembayaran non tunai terhadap perekonomian
di Indonesia.
Indikator perkembangan sistem pembayaran non tunai di Indonesia
dapat kita lihat melalui perkembangan volume transaksi non tunai, rasio nilai
konsumsi swasta terhadap uang kartal yang diedarkan, rasio uang kartal
terhadap giro dan transaksi pembayaran berbasis kartu. Sehingga berdasarkan
hal tersebut sistem pembayaran non tunai dirasa lebih efektif dibandingkan
dengan sistem pembayaran menggunakan uang tunai. Hal tersebutlah yang
melatar belakangi OVO memiliki celah yang terlihat sangat nyata dalam
mengembangkan ataupun menarik minat konsumen dalam penggunaan OVO
sebagai alat transaksi non tunai didukung dengan fitur – fitur yang dimiliki
oleh OVO, promo – promo baik bersifat cashback ataupun hanya potongan
harga yang dirasa memanjakan konsumen secara terbuka.
Sehingga berdasarkan hal diatas timbulan suatu relevansi yang terasa
nyata terkait dengan keberadaan OVO dan efektivitas pengembangan E-
Money dalam penggunaannya sebagai alat pembayaran non tunai yaitu OVO
hadir dengan digitalisasi melalui sistem aplikasi yang berhak dan dapat
diakses hanya oleh konsumen terkait yang dapat diakses oleh konsumen
berupa jumlah saldo yang dimiliki oleh konsumen dengan segala fitur – fitur
yang dimiliki sehingga kebijakan Bank Indonesia dalam ranah keamanan

17
informasi konsumen pada digital payment dapat direalisasikan dengan nyata.
Kemudian OVO yang hadir bekerja sama dengan erbagai perusahaan dan
merchant sangat mendukung keinginan masyarakat menggunakan pembayaran
non tunai. Yang kemudian pengembangan e – money yang sedang dilakukan
oleh Bank Indonesia terasa sangat terbantu dengan adanya OVO sebagai
digital payment tanpa harus memiliki kredit card untuk dapat menggunakan
pembayaran non tunai.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perkembangan OVO di Indonesia bergerak dengan sangat signifikan
dengan banyaknya fitur yang dimiliki sehingga mampu untuk menarik minat
konsumen secara garis besar masyarakat Indonesia dalam penggunaan aplikasi
OVO. Melalui OVO dapat membantu upaya yang ingin dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam mengurangi penggunaan uang tunai sehingga saat ini bank
Indonesia sedang melakukan suatu pengembangan terhadap e – money baik
dalam segi peran ataupun kebijakan yang digunakan.
Relevansi yang muncul antara OVO dengan efektivitas dari
pengembangan e – money sendiri yaitu digitalisasi yang dimilikioleh OVO
melalui sistem aplikasi membuat kepercayaan masyarakat secara tidak
langsung meningkat sehingga pengembangan e – money dirasa efektif dalam
penggunaan OVO sebagai alat pembayaran non tunai di Indonesia selain
penggunaan kredit card yang tidak semua masyarakat Indonesia dapat miliki.

4.2. Saran
Adapun saran yang timbul melalui penulisan makalah ini diharapkan
pembaca dapat memahami dan memaknai secara seksama dan menyeluruh
terkait dengan materi yang telah dipaparkan oleh penulis sehingga dapat
dijadikan acuan dan bahan ajar ataupun bahan bacaan terkait dengan industri
fintech.

19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.tek.id/tek/perkembangan-ovo-selama-tahun-2018-b1UBH9dai
https://www.bi.go.id/id/publikasi/sistem-
pembayaran/riset/Documents/5a4a2a969d534111a3c8a439840b80b6WorkingPaper_Mic
roPayment.pdf.
https://www.taylorfrancis.com/books/e/9781351183628
https://www.tek.id/tek/ovo-jalin-kerja-sama-dengan-4-perusahaan-grab-salah-satunya-
b1U2p9bND
https://www.ovo.id › about
https://dailysocial.id/post/ovo-dan-evolusi-layanan-pembayaran-mobile

20

Anda mungkin juga menyukai