Anda di halaman 1dari 5

Hak Cipta

Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata
“Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang
diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak. (Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia., hlm. 323). Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil
karya manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi
dan pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan
intelektual manusia.
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan Mohammad Syah, SH
pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang kemudian di terima di
kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan
pengertiannya, karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti,
seolah-olah yang di cakup oleh pengarang itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau
yang ada sangkut pautnya dengan karang-mengarang saja, padahal tidak demikian. Istilah
hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs
Rechts.
Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam
Auteurswet 1912.
Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan
atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu
ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan
secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai
ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif
dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
WIPO (World Intellectual Property Organization) mengatakan copyright is legal
from describing right given to creator for their literary and artistic works. Yang artinya
hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan
kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra. Imam Trijono
berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya
yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan
perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasa pun kepada pihak yang
menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini. Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, berbunyi :
Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada dasarnya, hak cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu ciptaan
yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di bidang seni, sastra dan ilmu
pengetahuan. Ketika anda membeli sebuah buku, anda hanya membeli hak untuk
meminjamkan dan menyimpan buku tersebut sesuai keinginan anda. Buku tersebut
adalah milik anda pribadi dalam bentuknya yang nyata atau dalam wujud benda berupa
buku. Namun, ketika anda membeli buku ini, anda tidak membeli Hak Cipta karya tulis
yang ada dalam buku yang dimiliki oleh si pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan
sebagai buku. Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar hak cipta yang demikian,
anda tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak buku tanpa seizin
dari pengarang. Apalagi menjual secara komersial hasil perbanyakan buku yang dibeli
tanpa seizin dari pengarang. Hak memperbanyak karya tulis adalah hak eksklusif
pengarang atau seseorang kepada siapa pengarang mengalihkan hak perbanyak dengan
cara memberikan lisensi.
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah
memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan perlindungan oleh
Hak Cipta sebagai berikut :
1. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program Komputer.
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

Contoh kasus pelanggaran hak cipta :


1. Aparat dari Markas Besar kepolisian Republik Indonesia menindak dua
perusahaan di Jakarta yang menggunakan software AutoCad bajakan.
Masing-masing PT MI, perusahaan konstruksi dan teknik di bilangin
Permata Hijau dan PT KDK perusahaan konsultan arsitektur yang beralamat di
bilangan pasar Minggu. Penindakan di PT MI dilakukan pada Tanggal 23
Februari 2009. Sementara, PT KDK telah ditangani sejak tanggal 16 Februari
2009. Saat ini penyidik masih memeriksa pimpinan masing-masing perusahaan.
Keduanya akan dijerat dengan UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta pasal 72
ayat 3. “Mereka diancam denda sebesar maksimal Rp 500 juta dan hukuman
kurungan selama lima tahun,” terang Penyidik Mabes Polri AKBP Rusharyanto,
dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (24/2). Selain kedua perusahaan, polisi juga
telah melakukan tindakan terhadap para pengguna software bajakan sejenis.
Pengguna yang ditangkap umumnya di dalam lingkungan perusahaan dan untuk
kepentingan komersial. “Sejauh ini delapan perusahaan pengguna software jenis
AutoCad bajakan yang sudah kami tindak,” terang Rusharyanto. Ia mengatakan,
upaya pemberantasan software bajakan akan terus berlanjut tidak hanya AutoCad
namun juga jenis software yang dilindungi hak cipta.

2. Kasus Pembajakan Software (CD)  di JAKARTA


Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama
BSA (Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan Penindakan
Pelanggaran Hak Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall
Ambasador dan Ratu Plasa pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador
dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR. Johno Supriyanto, M.Hum dan
Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI. Penindakan ini dilakukan
dikarenakan adanya laporan dari BSA  (Business Software Association) pada
tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang dijual bebas di Mall
Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD
Software sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.
CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall
Ambasador dan Ratu Plasa seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli
software ini bisa mencapai Rp.1.000.000 per softwarenya. Selain itu,
Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan secara rutin tetapi pelaksanaan untuk
penindakan dibuat secara acak/random untuk wilayah di seluruh Indonesia.
Salmon pardede, SH.,M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa “Dalam penindakan ini
para pelaku pembajakan CD Software ini dikenakan Pasal 72 ayat 2 yang
berbunyi “Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,mengedarkan
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran  Hak
Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana paling lama penjara 5 tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000
(lima ratus juta rupiah ) dan tidak menutup kemungkinan dikenakan pasal 72 ayat
9 apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui bahwa tersangka juga sebagai
pabrikan”.
Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk
memberikan arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk-produk
software bajakan karena produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada
negara dibidang pajak disamping itu untuk menghindari kecaman dari United
States Trade Representative (USTR) agar Indonesia tidak dicap sebagai negara
pembajak.

Anda mungkin juga menyukai