Sampul Depan:
Temuan Struktur di Situs
Kerto
Uneg-uneg Redaktur
Rubrik
umat manusia, kedua, meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya, ketiga, memperkuat PAGELARAN: rubrik mengenai kegiatan masyarakat dalam
REPORTER: upaya pelestarian terhadap warisan budaya dan cagar budaya
kepribadian serta yang keempat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan yang kelima adalah mempromosikan Ria Retno Wulansari, S.S di Kotabaru.
warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional. Oleh sebab itu, harus ada perubahan cara pandang SRAWUNG: rubrik berisi serba-serbi mengenai warisan budaya
FOTOGRAFER:
dan cagar budaya.
terhadap cagar budaya, yang dahulunya hanya melihat cagar budaya sebagai suatu produk sejarah semata. Faizana Izza Hasni, S.T
Pada saat ini, cagar budaya dilihat dari empat aspek secara sinergis dan komperhensif, yakni ideologis, TEBENG: rubrik berisi pandangan masyarakat terhadap
DESIGN & LAYOUT: pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di DIY.
akademis, ekologis dan juga ekonomis. Dengan demikian, pengelolaan warisan budaya dan cagar budaya dalam Gilang Swara Sukma, S.S.
KAWRUH: rubrik berisi informasi-informasi warisan dan cagar
era sekarang harus dilaksanakan dengan managemen sistem yang terintegrasi, artinya bersifat terencana, terpadu Rachmad Triwibowo, S.S. budaya yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
dan berkelanjutan. MANCANAGARI: rubrik berisi mengenai potensi warisan
DISTRIBUSI & SIRKULASI:
budaya dan cagar budaya di luar DIY.
Di dalam setiap usaha gerak langkah dan tarikan nafas sepatutnyalah kita mendasarkan untaian kata puja dan A. Sumariyadi
puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam atas segala karunia dan berkahnya. Hal ini terutama atas
SEKRETARIAT:
diterbitkannya kembali Buletin Mayangkara Edisi 7 tahun 2018 oleh Balai Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Irva Bauty, S.S.
Budaya Dinas Kebudayaan DIY. Ada berbagai gagasan, ide-ide dan pemikiran tentang upaya pelestarian, peranan
KONTRIBUTOR:
intelektual, nilai-nilai penting dan kesadaran kesejarahan, kepariwisataan serta presentasi mengenai pontensi Prof. Inajati Adrisijanti
sumber daya budaya yang dituangkan di dalam Buletin Mayangkara ini. Hery Priswanto, S>S.
Adieyatna Fajri, M.A.
Pada terbitan Buletin Mayangkara Edisi Ke 7 ini akan dipublikasikan lebih dalam mengenai aspek pelestarian Alifah, M.A.
refleksi nilai penting kesadaran sejarah, jelajah situs-situs tinggalan cagar budayanya, serba-serbi di Kawasan Hanif Andrian, S.S.
Dwita Sekarnina
Cagar Budaya di Pleret dan sebagainya. Wulan Resiyani, S.S., M.A
Berbagai tema tulisan tersebut di atas semoga mempunyai manfaat bagi institusi internal dan jajaran Caroline Safira Darmawan
Sinta Akhirian Desi Surya H.
terkait, masyarakat pecinta pelestari warisan budaya dan cagar budaya, mahasiswa, pelajar, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha, kepariwisataan serta masyarakat luas yang membutuhkan. PENERBIT:
UPT. Balai Pelestarian Warisan Budaya dan
Akhirnya terbitan buletin Mayangkara ini semoga dapat menambah wawasan dan referensi khasanah pustaka
Cagar Budaya
kebudayaan pada umumnya. Dinas Kebudayaan DIY
Selamat membaca
Alamat Redaksi:
Yogyakarta, November 2018 UPT. BPWBCB DIY
Redaksi menerima tulisan mengenai Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang ada di DIY
Jl. Cendana Nomor 11 dan sekitarnya (dengan ketentuan maks. 3 halaman A4, font Arial 11, dan disertai foto
No. Telp (0274) 562628 atau gambar jika ada). Tulisan dilengkapi dengan identitas yang jelas dan nomor yang
Redaktur Email: bpwbcb.disbuddiy@gmail.com bisa dihubungi. Tulisan dapat dikirim ke alamat redaksi. Bagi tulisan yang sesuai dengan
tema akan dicantumkan dalam edisi berikutnya.
4 5
UBARAMPE
»»28 28 REKONSTRUKSI MASJID AGUNG KAUMAN PLERET
Nama Masjid Agung Pleret disebutkan dalam berbagai
sumber tertulis baik berupa babad, catatan asing maupun
denah dan peta kuna. Beberapa babad yang memberikan
informasi tentang Masjid Agung Kauman Pleret adalah Serat
Babad Momana dan Babad Ing Sengkala. Dalam Serat
Babad Momana (salah satu sumber tertulis yang banyak
menyebutkan peristiwa-peristiwa di Kerajaan Mataram
Islam) yang ditulis oleh K.P.A. Suryanegara, menyebutkan
6 KERTA DAN PLERED : DUA IBUKOTA bahwa Masjid Agung Pleret didirikan pada tahun 1571
»»6 KERAJAAN MATARAM ISLAM Jawa atau sekitar 1649 Masehi atau tiga tahun setelah
Banyak di antara masyarakat luas, termasuk warga Yogyakarta Amangkurat I naik tahta. Sedangkan Babad ing Sangkala
sendiri yang belum mengenal dua nama tempat tersebut. yang dikutip dari tulisan Inajati Adrisijanti tentang Arkeologi
Berbeda jika mendengar nama Kotagede, meskipun kebanya- Perkotaan Mataram Islam menyatakan bahwa pendirian
kan mengasosiasikannya dengan kerajinan perak, tanpa mema- Masjid Agung Pleret terjadi bulan Muharram 1571 Jawa.
hami bahwa Kotagede adalah ibukota kerajaan Mataram Islam. »»31
Oleh: Alifah, S.S., M.A
Menurut W.L. Olthof dalam Poenika Serat Babad Tanah Djawi
Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi ing Taoen 1647, secara 31 Museum Sejarah Purbakala Pleret
berurutan posisi Kota Gede sebagai ibukota-kerajaan dialihkan Sebagai Agen Pelestari Cagar Budaya
ke Kerta kemudian ke Plered.
Oleh: Inajati Adrisijanti Berbicara tentang cagar budaya, hampir di seluruh
pelosok Yogyakarta kaya akan cagar budaya. Mulai dari
14 MATARAM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MARITIM peninggalan periode prasejarah, klasik (Hindu-Budha),
Islam hingga Kolonial. Peninggalan periode prasejarah di
Keberadaan Kraton Pleret dalam dinasti Mataram Islam Yogyakarta banyak ditemukan di Gunung Kidul misalnya,
tidaklah panjang usianya hanya sekitar empat dasawarsa. di sepanjang Sungai Oya dan beberapa Song (Ceruk atau
Berdasarkan pernyataan Rickefs yang dikutip dari Arkeologi Gua) yang tersebar di wilayah kabupaten bagian selatan
Perkotaan Mataram Islam, awal mula Kraton Pleret Yogyakarta ini. Selain itu, peninggalan periode prasejarah
yang bernama Purarya atau Ngeksiganda ini mengacu juga terlacak dibeberapa situs di Kabupaten Bantul.
pada Babad ing Sangkala mencatat perpindahan Sunan Oleh: Hanif Andrian, S.S.
Amangkurat I ke kraton yang baru yaitu pada tahun 1647 M.
Oleh: Heri Priswanto 34 Melacak Jejak Kemegahan Ibukota Mataram
»»14 islam di pleret
18 INTEPRETASI TERHADAP STRUKTUR DAN Oleh: Dwita Sekarnina
BENTUK ATAP MASJID KAUMAN PLERET 38 potensi penerapan museum terpadu di
Secara umum telah disepakati bahwa Masjid Kauman kawasan pleret yogyakarta
Pleret dibangun dengan menggunakan langgam arsitektur Oleh: Wulan Resiyani, S.S., M.A
vernakular yang khas di wilayah Asia Tenggara. Meskipun 41 peran juru pelihara dalam upaya pelestarian
corak arsitektur ini cenderung homogen, variasi terhadap
struktur maupun jumlah lapis atap tumpang yang menutupinya
warian budaya dan cagar budaya
»»18 42 kerto : saksi mataram islam empat abad yang
pada kenyataannya cukup beragam. Ekskavasi terhadap
Situs Kauman Pleret pada tahun 2017 yang berfokus pada lalu
area inti masjid bertujuan untuk menjawab masalah krusial Oleh: Caroline Safira Darmawan
terkait dengan struktur dan bentuk arsitektur masjid yang
hingga kini masih diperdebatkan.
45 golong gilig mataram di pleret
Oleh: Adieyatna Fajri 47 muhibah budaya : ajang promosi pelestar-
ian kebudayaan sebagai upaya pemajuan
24 M E N E L I S I K M ATA R A M I S L A M D A L A M kebudayaan
PERSPEKTIF SEJARAH 49 berselancar diserambi mekah
Tim Mayangkara memiliki kesempatan untuk mewawancarai 51 legenda sate klathak
Dr. Sri Margana, M.Hum.
»»24
KERTA
DAN
PLERED
Dua Ibukota Kerajaan
Mataram Islam
Oleh: Inajati Adrisijanti
Sekilas Riwayat hal itu merupakan jalan bagi VOC untuk setapak
Berdasarkan keterangan Babad Momana dan demi setapak mengintervensi kehidupan politik
Babad ing Sangkala, seperti yang dikutip dari Mataram. Di dalam hubungan internal keraton
Arkeologi Perkotaan Mataram Islam, sewaktu terjadi kemelut-kemelut yang antara lain berakar
Sultan Agung berkuasa pada tahun 1617 TU, Ia dari masalah asmara, yakni masalah Ratu Malang
memerintahkan untuk menyiapkan lahan di Karta dan masalah Rara Oyi. Masalah-masalah tersebut
untuk calon lokasi keraton yang baru. Akan tetapi, memicu perlawanan dari kalangan dalam keraton
tidak ada penjelasan tentang sebab pembuatan sendiri, serta rasa tidak senang dari rakyat. Hal-
keraton yang baru itu. Setahun kemudian disebutkan hal itulah yang mendorong munculnya kekacauan-
bahwa sultan sudah mulai tinggal di keraton yang kekacauan. Perlawanan Trunajaya, bangsawan
baru, namun ibu suri masih tinggal di keraton lama dari Madura Barat, secara langsung mengakhiri
di Kota Gede. Kedua sumber tertulis tersebut juga kekuasaan Sunan Amangkurat I.
menyebutkan bahwa tahun-tahun berikutnya Keraton Menurut kisah yang ditulis H.J. De Graaf, ketika
Karta dilengkapi dengan Prabayaksa serta Siti Inggil, Keraton Plered sudah dalam posisi terancam oleh
serta dibuatnya bendungan di Sungai Opak dan Trunajaya dan pasukannya, Sunan meloloskan diri
Sêgaran di Plered. Apabila menilik catatan-catatan pada tanggal 28 Juni 1677, menuju ke Makam
tersebut, maka kraton Karta dibangun pada masa Imogiri, kemudian lanjut ke arah barat dalam rangka
Sultan Agung memerintah dan ia sudah mulai tinggal akan minta bantuan VOC. Akan tetapi, Sunan
di keraton baru tersebut. Sayang, dalam sumber- mangkat pada tanggal 10 Juli 1677 di Wanayasa.
sumber tertulis tidak ada keterangan tentang latar Tiga hari kemudian jenazahnya dimakamkan di
belakang pembangunan keraton di Karta. Tegalwangi.
Menarik perhatian, bahwa pengganti Sultan Sepeninggal Sunan Amangkurat I, salah satu
Agung, yakni Sunan Amangkurat I tidak mau tinggal putranya yang ikut meloloskan diri, yakni Pangeran
di Keraton Karta, sebagaimana disebutkan dalam Puger, mengangkat dirinya menjadi raja. Ia bergelar
Babad Tanah Jawi: “sarupané kawulaningsun Susuhunan Ing Alaga, sedangkan putera yang lain
kabèh, padha nyithaka bata, ingsun bakal mingsêr juga mengangkat diri sebagai Sunan Amangkurat II
têka ing kutha Kêrta, patilasané kangjêng rama yang dikenal dekat dengan VOC. Dengan bantuan VOC
ingsun tan arsa ngênggoni. Ingsun bakal yasa kutha itulah Sunan mematahkan perlawanan Trunajaya
ing Plèrèd”. Akan tetapi, dalam teks tersebut juga dan kembali ke Keraton Plered. Diberitakan bahwa
tidak disebutkan latar belakang keinginan Sunan ia merencanakan untuk membuat keraton yang baru.
Amangkurat I untuk membangun kota di Plered. Adapun lokasi yang dipilih adalah Wanakarta. Sunan
Dikutip dari Modern Javanese Historical Tradition, Amangkurat II mulai tinggal di ibukota yang baru pada
A Study of an Original Kartasura Chronicle and 1680. Berarti sejak itu Plered ditinggalkan, tidak
Related Materials tahun 1978, Babad ing Sangkala lagi berfungsi sebagai Ibukota Kerajaan Mataram
mencatat bahwa Sunan Amangkurat I pindah ke Islam. Akan tetapi, pada waktu Perang Diponegoro,
keraton yang baru yang dinamai purarya pada tercatat bahwa tembok keliling Keraton Plered masih
tahun 1647 TU. Berarti keraton Karta berfungsi difungsikan sebagai tempat pertahanan oleh prajurit
hanya sekitar 25 tahun saja. Sesudah itu, Sunan Diponegoro.
memerintahkan membuat benteng keliling, kemudian Pada masa kolonial, waktu wilayah Yogyakarta
membangun Masjid Agung, lalu memperluas Krapyak menjadi daerah perkebunan tebu dengan 17 pabrik
Wetan. Beberapa sumber tertulis menyebutkan gula. Bangunan-bangunan di bekas ibu kota Plered
bahwa di Kota Plered banyak terdapat infrastruktur “dihancurkan” dalam pengertian bahan bangunan
keairan, terutama keraton. Disebutkan pula bahwa yang berupa bata dan batu dipakai untuk membangun
infrastruktur keairan tersebut dibangun bersama oleh pabrik gula. Itulah yang antara lain menyebabkan
rakyat Mataram, baik orang setempat, orang-orang Kota Plered hampir tidak meninggalkan jejak. Umpak Kerto
pesisir, mancanegara, maupun para prajurit. Mungkin hal yang sama juga terjadi pada Kerta, Umpak batu tersebut berada
Sementara itu, situasi politik internal dan karena letaknya tidak jauh dari Plered. di Situs Kerto. Umpak tersebut
eksternal kerajaan tidak tenang, yang antara diduga merupakan umpak Kraton
lain disebabkan oleh tindakan dan sikap Sunan Jejak-jejak Ibukota Kerajaan Kerto. Hal tersebut juga didukung
Amangkurat sendiri. Hubungan Sunan dengan Kerta dan Plered adalah dua Ibukota Kerajaan dengan data temuan ekskavasi
di Kerto berupa struktur tangga.
kerajaan-kerajaan lain, misalnya: Gowa mendingin, Mataram Islam pada pertengahan–perempat akhir
Selain itu, Masyarakat sekitar juga
bahkan Jambi melepaskan diri dari Mataram. abad XVII. Keduanya berfungsi sebagai pusat mengenal situs tersebut dengan
Namun, hubungan dengan VOC membaik, meskipun pemerintahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, sebutan lemah dhuwur.
perjalanan waktu sejak 1985-an banyak jejak Sampai saat ini belum diperoleh data tentang Plered, Gunung Kelir sebagai tempat Ratu Malang
aktivitas manusia masa pertengahan abad XVII yang keberadaan pasar di Kota Plered, tetapi dapat dimakamkan dan Banyusumurup tempat keluarga Sumber Bacaan:
sudah berkurang atau tidak dapat dijumpai lagi. diperkirakan bahwa lokasinya di sebalah utara kerajaan yang dihukum mati dimakamkan. Adapun Adrisijanti, Inajati, t.th., Arkeologi Perkotaan
Namun, selama itu juga ada data baru yang toponim Alun-Alun sekarang. Asumsi tersebut Sunan Amangkurat I sendiri dimakamkan jauh dari Mataram-Islam, Yogyakarta: Penerbit Jendela
ditemukan dalam penelitian-penelitian yang didasari hasil pengamatan terhadap tata ruang di ibu kota Mataram, yaitu di Tegalwangi di dekat Kota Goens, R.van, 1856, “Reijsbeschrijving van den Weg
dilakukan baik oleh Dinas Kebudayaan DIY, Balai Kota Gede sebagai ibukota lama Mataram Islam. Tegal. uit Samarangh, nae de Konincklijke Hoofdplaats
Arkeologi Yogyakarta, maupun Balai Pelestarian Sebagaimana di kota-kota pusat pemerintahan Mataram”, dalam BKI 4de deel, pp. 307-350
Cagar Budaya DIY. Selain itu, Situs Plered juga masa Islam di Plered juga ada Masjid Agung, Belajar dari Kerta dan Plered Graaf, H.J.de, 1987, Disintegrasi Mataram di Bawah
dapat “bercerita” karena selain ada data arkeologis, meskipun pada saat ini tinggal berupa reruntuhannya, Faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan Mangkurat I (terj.)., Jakarta: Graffiti Pers
juga dibantu oleh data sejarah, maupun toponim berupa sebagian dinding beserta runtuhan mihrab, teknologi menjadi dasar tumbuhnya suatu kota. Leemans, C. 1855, “Javaansche Tempels bij
yang ada di wilayah tersebut. Ketiga data tersebut umpak-umpak penyangga tiang, serta makam Ratu Para ahli sosiologi pada umumnya memandang Prambanan”, dalam BKI 3de deel, pp. 1 – 26
memberikan gambaran tentang Plered dan Labuhan di belakang dinding mihrab. Pada tahun kota sebagai permukiman yang permanen, luas, Louw, P.J.F., 1987, De Java Oorlog van 1825-1830,
keistimewaannya yang tidak ditemukan di situs kota 1733 menurut catatan Lons, bangunan masjid berpenduduk padat dan heterogen. Penduduk 2de deel, ‘sHage: M.Nijhoff
kerajaan lain, khususnya di Jawa. tersebut masih berdiri utuh, meskipun sudah rusak. kota pada umumnya mendapatkan kehidupan dari Olthof, W.L., 1941, Poenika Serat Babad Tanah
Van Goens menyebutkan bahwa untuk sampai Alun-Alun Plered sekarang tinggal berupa membuat barang, menjual barang, dan menjual Djawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi ing
di ibu kota Mataram orang harus melewati empat toponim belaka, di dekat pasar sekarang. Dari jasa. Di samping itu, penduduk juga membentuk dan Taoen 1647, ‘sGravenhage : M.Nijhoff
pintu gerbang, dua yang terdekat dengan ibu kota aspek artefaktual tidak ada fenomena apapun di mengembangkan organisasi sosial, politik, ekonomi, Ricklefs, M.C., 1978, Modern Javanese Historical
adalah di Tadie (= Taji ), dan Caliadier ( = Kaliajir lokasi tersebut, namun keberadaannya disebutkan dan budaya. Kota bersifat non-agrikultural, sehingga Tradition, A Study of an Original Kartasura
). Kedua toponim tersebut masih ada sampai dalam Babad ing Sangkala yang menggambarkan untuk keperluan penyediaan makanan harus dibina Chronicle and Related Materials, London: SOAS
sekarang, yaitu di arah timur laut Plered, tidak jauh keberadaan Pohon Randu Alas di tengah Alun-Alun. hubungan dengan desa. Dari segi fisik, kehidupan Tjiptoatmodjo, F.A. Sutjipto, t.th., “Lintasan
dari wilayah Prambanan. Namun, jejak kedua pintu Pada De Java Oorlog van 1825-1830 karya P.J.F. kota yang kompleks dan majemuk dapat dibuktikan Sejarah Mataram sampai Berdirinya Kasultanan
gerbang tersebut belum pernah ditemukan. Van Louw tertulis, Keraton Plered masih meninggalkan dari data arkeologi, tekstual, dan piktorial. Di Yogyakarta”, dalam Rencana Pengembangan dan
Goens menggambarkan pula tentang keberadaan jejak berupa toponim Kedhaton, namun jejak samping itu, pemilihan lokasi dapat diperkirakan Pelestarian Benteng Vredeburg, Yogyakarta: UGM
jalan lebar sepanjang 2 mil yang membentang kebendaan yang signifikan belum ditemukan hingga didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan-
dari gerbang Kaliajir sampai istana raja. Babad Ing penelitian-penelitian yang mutakhir. Akan tetapi pertimbangan kemudahan memperoleh sumber-
Sangkala juga memberitakan keberadaan jalan besar sumber-sumber tertulis dan piktorial menunjukkan sumber kehidupan, serta kemudahan untuk faktor
di Kaliajir. adanya bagian-bagian keraton, seperti halnya pertahanan-keamanan.
keraton Jawa yang lain. Misalnya: Sitinggil, Sri Dalam kasus Kerta dan Plered dapat diduga
Menganti, Kedhaton. bahwa Kerta belum sepenuhnya berfungsi sebagai
Unsur yang membedakan Kota Plered dari kota- pusat pemerintahan kerajaan Mataram-Islam,
kota kuno lain di Jawa adalah keberadaan bangunan- karena selain data arkeologi yang diperoleh kurang
bangunan keairan, di antaranya Segarayasa yang signifikan, data tekstual tentang keraton Kerta juga
berarti danau buatan. Sekarang yang tertinggal sedikit. Apalagi Sunan Amangkurat I kemudian juga
hanya toponim tersebut, yang lokasinya di selatan memindahkan keraton ke Plered, sehingga “masa
Pleret, di seberang Sungai Opak. Selain itu, sumber hidup” Kerta hanya pendek.
tertulis baik lokal maupun Belanda menggambarkan Dari kedua Ibukota Mataram-Islam ini kita dapat
adanya parit-parit, bendungan, dan tanggul yang melihat pasang naik dan surutnya kota kerajaan.
masih tersisa sepotong saja. Kita juga dapat dapat melihat para perencana kota
Tidak boleh dilupakan adalah penduduk yang memikirkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk
menghidupkan Kota Plered. Kelompok-kelompok membangun komponen-komponen kota, baik yang
penduduk Plered dapat digambarkan dari toponim- esensial maupun “kreasi baru”. Peristiwa, kejadian
toponim yang ada di sekitar toponim Kedhaton, di masa lalu dapat kita manfaatkan sebagai sumber
antaranya: Kauman, Gerjen, Kepanjen, Kunden, inspirasi dalam merencanakan suatu pemukiman
Semarangan, dan Bintaran. Di sini tergambar yang ideal. Semoga !
kelompok profesi, nama tokoh, daerah asal. Namun, dari sedikitnya tinggalan kebendaan Inajati Adrisijanti
Perlu juga diperhatikan adalah pemakaman bagi di kedua situs bekas ibu kota kerajaan Mataram- Nama Inajati Adrisijanti sudah tidak asing lagi ditelinga
penduduk ibu kota. Sampai saat ini yang ditemukan Islam tersebut kita dapat memperkirakan bahwa para pemerhati budaya. Profesor di bidang arkeologi ini
adalah makam beberapa tokoh dari masa kejayaan kerusakan yang terjadi selain karena alam, juga bisa dibilang pakar perkotaan kuno, termasuk Kotagede.
Plered. Pemakaman tersebut adalah makam Ratu karena kurangnya pemahaman akan pentingnya Desertasi untuk gelar doktornya yang berjudul “Arkeologi
Labuhan di sebelah barat reruntuhan Masjid Agung penghargaan terhadap tinggalan sejarah, terutama Perkotaan Mataram Islam” menjadi buku pegangan
yang bersifat kebendaan (tangible). Kini dan ke masa penting bagi orang-orang yang ingin mengkaji mengenai
depan perlu lebih dimaksimalkan sosialisasi tentang kota-kota kuno. Kini ia didapuk sebagai salah satu Tim
< Bekas Mimbar Masjid Kauman Pleret pentingnya pelestarian tinggalan sejarah untuk jati
Reruntuhan Mimbar tersebut adalah salah satu temuan Ahli Cagar Budaya DIY.
diri bangsa.
arkeologis yang ada di Situs Kauman Pleret
Mataram Islam Dalam Kehidupan Maritim dari Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan
Sejarah Politik Abad XV dan XVI, Nyai Loro Kidul
pertama kali bertemu dengan Panembahan Senopati.
taman, permukiman penduduk, dan pemakaman.
Mengenai bangunan tanggul disebutkan dalam
Babad ing Sangkala bahwa pada tahun 1573 TJ
Oleh : Hery Priswanto Di sepanjang pantai selatan Jawa terutama sekitar ( 1660/1661 M) dibuatlah bendungan dan pada
muara Sungai Opak dan Progo dijumpai berbagai tahun itu juga tanggul rusak pada suatu malam
lokasi penghormatan kepada seorang Dewi yang sehingga menimbulkan bencana banjir. Raja juga
tinggal di Laut Selatan yang luas dan tanpa batas memerintahkan untuk membendung Sungai Winanga
Keberadaan Kraton Pleret dalam dinasti Jawa, Rickefs mengatakan, usaha Amangkurat tersebut. Sampai pada abad XX Masehi, raja-raja pada tahun 1589 TJ (1666/1667 M).
Mataram Islam tidaklah panjang usianya I untuk menguasai sepenuhnya perdagangan dinasti Mataram Islam mempertahankan kebiasan Data arkeologi mengenai tanggul Pleret ini hanya
hanya sekitar empat dasawarsa. Berdasarkan di pesisir Pantai Jawa dan ketika ini tidak memberikan sesaji di pantai selatan. sampai pada ujung utara tembok keliling jalur timur,
pernyataan Rickefs yang dikutip dari Arkeologi berhasil, dia memerintahkan perampasan dan Secara lingkup yang lebih mikro, yaitu mengenai namun peta tahun 1897 memperlihatkan bahwa
Perkotaan Mataram Islam, awal mula Kraton penghancuran semua perahu dagang di Jawa.
Pleret yang bernama Purarya atau ngeksiganda Akhirnya sebuah pemberontakan besar yang
ini mengacu pada Babad ing Sangkala mencatat dipimpin oleh seorang bangsawan Madura,
perpindahan Sunan Amangkurat I ke kraton Trunajaya, mencapai puncaknya dengan
yang baru yaitu pada tahun 1647 M. penaklukannya atas Keraton Pleret pada 1677
Pleret merupakan Keraton Mataram zaman M atau sinengkalan sirna ilang rasaning rat.
Sunan Amangkurat I (1645-1677) atau lebih 1600 J (Tahun Jawa).
dikenal dengan nama Amangkurat Tegalwangi. Terkait dengan kehidupan Maritim pada
Pleret Merupakan calon Ibukota Mataram yang masa Mataram Islam sudah disebut sebelum
telah direncanakan oleh Sultan Agung, Ayahanda masa Kraton Pleret adanya daerah atau wilayah
Sunan Amangkurat I. Menurut Dumarcay, di pesisir pantai utara Jawa yang menjadi lokasi
Kraton Kerta sempat terbakar sehingga harus pelabuhan utama Mataram yaitu Cirebon,
dipindahkan ke tempat baru. Bahkan selama Kendal, Jepara, Kudus, dan Pati. Pada abad XVI
Sultan Agung berkuasa, beberapa fasilitas cikal Masehi perekonomian Mataram Islam masih
bakal Keraton Pleret telah di bangun. bergantung pada pertanian, seperti yang dikutip
Redupnya Kraton Pleret terkait dengan sikap dari Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan
tirani kekuasaan seorang Amangkurat I terhadap Sejarah Politik Abad XV dan XVI.
keluarga, rakyat, bahkan koleganya. Dalam Lokasi Mataram Islam yang berada di
bukunya berjudul Yogyakarta Di Bawah Sultan pedalaman memaksa pemerintahnya untuk ilustrasi penyerangan sultan agung ke batavia
Mangkubumi 1749-1792: Sejarah Pembagian menguasai kota-kota pesisir utara Jawa yang Sumber : sumber kerisnews
INTEPRETASI
TERHADAP
STRUKTUR
DAN BENTUK
ATAP MASJID
KAUMAN
PLERET
Oleh: Adieyatna Fajri
> Foto salah satu temuan struktur di salah satu kotak ekskavasi
di Situs Kauman. Kegiatan ekskavasi tersebut dilakukan oleh tim
Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2017.
terbuat dari kayu Jati (...en extra hooge pilaaren Demak dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, atau
van Djati hout...) dan memiliki empat pintu, tiga justru struktur masjid tersebut jauh lebih sederhana
menghadap ke timur dan satu menghadap ke barat dari yang selama ini dibayangkan? Berpijak pada
(als 3 na het oosten en een na het westen). Deskripsi pertanyaan tersebut, kegiatan ekskavasi tahun 2017
yang diberikan oleh Lons tersebut, menjadi rujukan menitikberatkan pada upaya pembukaan kotak di
paling awal tentang keberadaan reruntuhan Masjid area tengah (di sekitar lokasi yang diduga merupakan
Kauman Pleret yang telah ditinggalkan sejak tahun tempat empat soko guru berada) dan beberapa area
1680 sebagai buntut dari pemberontakan yang di Barat Daya, Utara, dan Selatan, dengan tujuan
dilakukan seorang pangeran dari Madura, Trunajaya, selain untuk mengetahui konstruksi utama masjid
terhadap Mataram, seperti yang diungkap dalam juga untuk memperkirakan luas ruang masjid.
Puncak Kekuasaan Mataram tulisan H.J. de Graaf.
Meskipun keberadannya telah disadari sejak Seberapa Masifkah Masjid Kauman Pleret?
awal, pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Seorang insinyur bernama Indro Sulistyanto,
situs-situs yang berada di wiliayah Pleret belum dengan mengikuti pendapat G. F. Pijper,
mendapat perhatian serius. Hal ini disebabkan memperkirakan bahwa dengan 36 umpak yang
perhatian pemerintah saat itu masih tertuju pada dimilikinya Masjid Kauman Pleret tidak diragukan
upaya restorasi beberapa bangunan kuno, khususnya lagi memiliki struktur atap penutup yang besar.
candi Borobudur dan Prambanan, yang ditinjau dari Bahkan lebih jauh, Sulistyanto menduga masjid ini
dimensinya jauh lebih masif dibanding tinggalan- memiliki struktur atap tumpang berjumlah 5 tingkat.
tinggalan arkeologi di wilayah bekas Ibukota Dugaan ini sangat bersifat spekulatif, mengingat
Mataram Islam ini. Seperti halnya dengan situs-situs selama ini tidak ada kaitan langsung antara jumlah
dari masa pengaruh Islam di wilayah ini, kegiatan tiang dengan jumlah atap yang dimiliki sebuah
penelitian arkeologis terhadap Situs Masjid Kauman masjid. Meskipun terkesan berlebihan, asumsi yang
Pleret juga baru dilakukan pada kurun waktu tahun dimunculkan Sulistyanto ini dapat difahami karena
1970-an. Berdasarkan survey arkeologis tahun 1976 Masjid Kauman Pleret adalah masjid kerajaan.
dan 1978, misalnya, arkeolog Inajati Adrisijanti Dengan sendirinya, sebuah masjid kerajaan sudah
menyebutkan adanya beberapa fitur yang berasosiasi semestinya mencerminkan kesan yang “besar” atau ^ Situs Kauman Pleret
dengan bekas masjid tersebut antara lain berupa bak “agung”. Dalam kegiatan ekskavasi dan penelitian Situs Kauman Pleret merupakan situs bekas Masjid Kauman Pleret. Salah satu temuan arkeologis yang dapat dilihat adalah reruntuhan
air, sumur yang terbuat dari batu kapur dan empat terhadap umpak pada tahun 2017, nampak bahwa mimbar dan umpak-umpak batu.
belas umpak batu andesit yang berbentuk bulat dan dugaan Masjid Kauman Pleret memiliki struktur atap
limas. Sementara itu, penelitian yang cukup intensif yang masif perlu untuk ditinjau kembali.
disertai dengan kegiatan ekskavasi baru dilakukan Bukti-bukti berupa umpak-umpak tiang berbahan
pada dua dekade terakhir. batu andesit yang berserakan secara langsung telah yang dilakukan pada beberapa titik di Situs Masjid gambar 1).
Serangkaian kegiatan penelitian dan ekskavasi mengkonfirmasi bahwa arsitektur Masjid Kauman Kauman Pleret dapat diperkirakan bahwa Masjid Kegiatan ekskavasi pada tahun 2017 merupakan
arkeologis tersebut secara umum telah menguatkan Pleret memiliki ciri yang serupa dengan arsitektur Kauman Pleret memiliki gaya konstruksi yang dapat usaha untuk memastikan keberadaan struktur
asumsi bahwa Masjid Kauman Pleret dibangun vernakular masjid kuno lainnya di Asia Tenggara. dimasukkan dalam tipologi pre-Islamic religious fondasi umpak tersebut dengan membuka areal
dengan gaya arsitektur vernakular khas yang Masjid-masjid tersebut memiliki atap yang house ini. yang lebih luas yaitu kotak I.4, I.5, I.7, dan L.4
berkembang di wilayah Asia Tenggara. Sebagaimana memanjang (extended line roof), dengan konstruksi Sebagai fitur utama dalam arsitektur vernakular (Lihat gambar 2). Perluasan area ekskavasi ini
masjid-masjid terdahulu di kawasan ini yang yang ditopang oleh tiang-tiang. Karakteristik ini masjid di Asia Tenggara, soko guru (tiang utama) memberi tambahan informasi berkaitan dengan
berbahan dasar kayu serta memiliki atap penutup dikenal sebagai hypostyle. Di Asia Tenggara, gaya memiliki peranan paling vital sebagai penopang struktur penguat dari fondasi yang diduga berada
berbentuk tumpang, masjid Kauman Pleret dapat arsitektur ini dipadukan dengan penataan ruang utama beban atap bangunan selain tiang-tiang di bawah soko guru. Struktur penguat yang terdiri
diimajinasikan dengan langgam yang serupa. Hal yang serta sirkulasi udara yang mempertimbangkan perimeter yang menjangkau bagian-bagian terluar dari batu bata merah, batu putih dan pasir tersebut
patut diingat, meskipun arsitektur bertipe vernakular keadaan lingkungan. Secara fisik hal ini dapat dilihat dari atap. Konstruksi ini selain sangat efektif dan terlihat menutupi hampir seluruh bagian badan dari
ini cenderung homogen, pada kenyataannya ada pada bentuk susunan atap tumpang yang ditopang sesuai dengan kondisi lingkungan, juga memberikan umpak tiang. Tanpa mempertimbangkan proses
beberapa variasi yang cukup beragam, misalnya oleh empat tiang utama (soko guru) dan tiang- kemungkinan ruang yang lebih luas karena interupsi transformasi data yang telah terjadi, keadaan
saja berkaitan dengan jumlah tiang dan lapisan atap tiang perimeter yang berfungsi untuk menopang struktur yang minimal. Di situs Kauman, dugaan tersebut menimbulkan asumsi bahwa umpak tiang
tumpang penutupnya. beban pada bagian terluar atap. Dalam tipologi terhadap keberadaan tiang utama telah diselidiki sengaja dipendam sebagian sehingga umpak yang
Hal ini memunculkan pertanyaan terkait dengan arsitektur masjid menurut Herlina Md. Sharif, sejak tahun 2005 dan dilanjutkan tahun 2008. tampak pada lantai hanya sebagian saja. Meskipun
struktur dan bentuk dari Masjid Kauman Pleret. arsitekt berkebangsaan Malaysia, gaya arsitektur ini Dua ekskavasi yang telah dilakukan menunjukkan masih sebatas dugaan, hal tersebut didukung oleh
Apakah masjid tersebut ditopang oleh empat soko digolongkan dalam tipe pre-Islamic religious house, adanya indikasi yang kuat bahwa bagian tengah area fakta beberapa umpak masjid yang ditampakkan
guru yang cukup besar sehingga memungkinkan istilah yang menunjukkan bahwa model serupa yang diduga merupakan ruang utama masjid (liwan) sebagian seperti yang dapat ditemui di Masjid Gedhe
bangunan ini memiliki atap tumpang yang tinggi umum digunakan dalam tempat-tempat ibadah memiliki struktur berupa fondasi tiang/umpak seperti Kauman Yogyakarta (Lihat gambar 3).
seperti yang dapat dilihat pada Masjid Agung pada masa pra-Islam. Berdasarkan hasil ekskavasi yang ditunjukkan oleh kotak M.4 dan M.5 (lihat Selain soko guru, tiang-tiang perimeter yang
keberadaannya dibuktikan dengan sebaran ukurannya relatif lebih besar dibanding tiang-tiang Islamic Aspirations. Tanpa Penerbit
umpak-umpak batu hitam juga menjadi fokus yang lain sehingga memungkinkan untuk menopang Sulistyanto, Indro. 2010 . “Revitalisasi Situs Masjid
perhatian. Beberapa kotak galian yang dibuka susunan atap yang lebih tinggi. Kauman Pleret sebagai Upaya Rekonstruksi
yakni S.10, T.9, dan T.10 ditujukan untuk Kehidupan Religi pada Zaman Kerajaan Mataram
memberi informasi tambahan tentang lokasi Jawaban Atas Misteri Bentuk dan Struktur Atap Islam” dalam Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
penempatan tiang-tiang perimeter tersebut. Kegiatan ekskavasi tahun 2017 diupayakan untuk Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan
Selama ini lokasi dari tiang-tiang perimeter menjawab salah satu pertanyaan paling krusial terkait Surakarta, vol. 8, no. 12A, Desember 2010
hanya ditentukan melalui layout gambar area dengan bentuk dan struktur Masjid Kauman Pleret. Tim Penelitian. 2008. Laporan Ekskavasi
masjid. Sayangnya, proses transformasi data Selama ini telah umum disepakati bahwa Masjid Penyelamatan dan Pendokumentasian Benda
yang diakibatkan oleh penggunaan lahan Kauman Pleret dibangun dengan gaya arsitektur Cagar Budaya di Situs Masjid Kauman Pleret
yang berubah-ubah membuat penentuan layaknya masjid kuno di Jawa pada umumnya. Bantul Tahap V Tahun 2008. Yogyakarta:
lokasi tersebut mustahil dilakukan. Meskipun Sebagai sebuah masjid kerajaan, asumsi yang selama Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa
kotak-kotak galian tersebut mengindikasikan ini berkembang menganggap bahwa Masjid Kauman Yogyakarta.
adanya struktur penguat dari umpak tiang, Pleret memiliki atap penutup tumpang yang cukup Tim Penelitian, 2017. Laporan Ekskavasi Situs
hal tersebut diduga dibuat pada masa tinggi. Sayangnya asumsi tersebut tidak didukung Masjid Kauman Pleret, Bantul, D.I.Y. Yogyakarta:
selanjutnya mengingat adanya informasi yang oleh bukti-bukti yang kuat. Keberadaan umpak batu Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa
menyebutkan bahwa lokasi ekskavasi berada yang diperkirakan berjumlah 36 dengan ukuran dan Yogyakarta.
di bekas mushola yang dibangun oleh warga. kedalaman lubang untuk meletakkan tiang yang
Dalam konstruksi sebuah masjid, relatif sama justru mengindikasikan bahwa Masjid
umumnya ukuran tiang-tiang yang menyangga Kauman Pleret dahulu dibangun dengan konstruksi
atap bervariasi. Soko guru sebagai penopang atap yang rendah.
utama struktur memiliki ukuran yang lebih Apabila terbukti benar, dugaan ini pada
besar dibandingkan tiang-tiang perimeter gilirannya dapat mengoreksi rekonstruksi atap yang
yang berfungsi menjaga keseimbangan saat ini melindungi situs Masjid Kauman Pleret.
bagian-bagian terluar atap. Pengukuran Berdasarkan hasil penelitian hasil ekskavasi oleh
yang dilakukan secara acak pada beberapa Dinas Kebudayaan DIY bekerjasama dengan BPCB
sebaran umpak di situs Kauman Pleret DIY dan Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2008,
tidak menunjukkan hal yang sama. Selain rekonstruksi atap yang didasarkan pada kegiatan
perbedaan ukuran umpak yang tidak terlalu ekskavasi tahun 2008 tersebut menunjukkan Masjid
signifikan (berkisar 2-4 cm), kedalaman Kauman Pleret dibangun dengan atap penutup
lubang untuk menempatkan tiang juga relatif tumpang yang cukup tinggi dan berjumlah tiga lapis.
sama. Fakta ini merupakan hal yang tidak Mengingat rekonstruksi ini tidak dikonfirmasi oleh
umum dijumpai pada masjid-masjid kuno di bukti-bukti lain, maka dikhawatirkan reksontruksi
Jawa yang lainnya. Apabila ukuran tiang-tiang tersebut akan memumnculkan persepsi yang salah
tersebut memang tidak berbeda, dapat diduga di mata masyarakat. Dengan atap penutup yang
bahwa atap dari Masjid Kauman Pleret tidak sedemikian masif, masyarakat akan dengan mudah
terlalu tinggi. Dengan alasan ini, maka beban membayangkan bahwa Masjid Kauman Pleret ini
dapat didistribusikan merata pada seluruh memiliki kemiripan dengan Masjid Gedhe Kauman
tiang. Meskipun masih membutuhkan bukti- Yogyakarta, padahal secara temporal hampir
bukti lebih lanjut, konstruksi atap Masjid dapat dipastikan masjid Kauman Pleret dibangun
Kauman Pleret dapat diperkirakan hampir berdasarkan prototype yang ada sebelumnya di
menyerupai Masjid Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta yaitu Masjid Gedhe Kotagede yang
atau Masjid Pathok Negoro Plosokuning (lihat memiliki struktur dan bentuk yang jauh lebih Adieyatna Fajri
gambar 4) yang hanya terdiri dari dua lapis sederhana. Lahir di Ngluwar, Magelang yang tak jauh dari Dusun
atap tumpang dan mustaka. Hal ini berbeda Canggal tempat ditemukannya prasasti tertua di Jateng
dengan Masjid Agung Demak (lihat gambar 5) Sumber Bacaan: dan DIY menakdirkan Adieyatna Fajri menjadi seorang
atau Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang Adrisijanti, Inajati. 2000. Arkeologi Perkotaan arkeolog. Setelah tamat menyelesaikan S1 di Fakultas
memiliki tiga lapis atap tumpang. Dua masjid Mataram Islam. Yogyakarta: Jendela Ilmu Budaya UGM, ia kemudian mendapatkan beasiswa
terakhir ini memiliki empat tiang utama yang Graaf, H.J. de. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram. untuk menimba ilmu di Leiden University, Belanda
Jakarta: Grafiti Press di bidang sejarah. Lewat tulisan-tulisannya ia ingin
Leemans, C. 1855. “Javaansche Tempels bij menyerukan kepada pemerintah dan masyarakat untuk
Prambanan” dalam BKI 3de deel, pp. 1-26 lebih kritis lagi terhadap Pelestarian Cagar Budaya.
< Replika Umpak dan Saka
Foto disamping merupakan replika Umpak dan Saka Sharif, Harlina Md. 2011. The Vernacular Mosques
dari Masjid Kauman Pleret. of the Malay World: Cultural Interpretation of
MATARAM ISLAM
PERSPEKTIF SEJARAH
Sejak kapan bapak mulai tertarik dengan kajian untuk memudahkan dalam pemahaman kemudian
Mataram Islam? dianalogikan menjadi cerita yang lain. Biasanya
Ya, sejak kuliah S1di Jurusah Sejarah saya sudah bersifat mistis dan supranatural.
tertarik dengan kajian mengenai Mataram Islam. Tak jarang dihadirkannya tokoh-tokoh mistis di
dalam babad itu. Nah, itulah yang mengundang
Apa yang menarik dari tema Kajian mengenai perhatian. Saya ingin sekali mengungkap alasan-
Mataram Islam? alasan dibalik pasemon-pasemon itu. Mengapa
Awal ketertarikan saya karena kuliah-kuliah yang penulis babad membuat pasemon seperti itu, lalu
diberikan oleh Alm. Pak Adaby Darban dan Ibu Prof. cerita sebenarnya dibalik pasemon itu seperti apa.
Darsiti Soeratman. Beliau dua orang dosen apabila Bagaimana sumber-sumber lain menceritakan
memberi kuliah tentang Kerajaan Mataram Islam peristiwa tersebut, kemudian bagaimana jika
itu sangat menarik. Kemudian, kita diberi literatur- dibandingkan dengan tradisi lisan yang lain.
literatur bacaan karya H.J De Graaf, G Mujanto, Pada kenyataannya selama ini masyarakat umum
Soemarsaid Moertono dan M.C. Ricklef. Mengenal cenderung menerima apa adanya yang ada di babad
Sejarah Mataram Islam itu dari kuliah-kuliah itu. itu.
Dari situ kemudian saya semakin suka sejarah.
Bagaimanakah pengalaman bapak selama ini
Kajian tentang Mataram Islam menarik, menurut dalam menelusuri sumber-sumber tentang Kerajaan
bapak pada tema manakah yang menarik? Mataram Islam?
Banyak yang menarik, terutama sekarang yang Penelusuran sumber-sumber mengenai Kerajaan
menjadi perhatian saya adalah Historiografi Jawa. Mataram Islam ada yang dilakukan di Belanda. Di
Sejarah Mataram Islam yang ditulis dalam versi sana ada beberapa sumber yaitu sumber lokal yang
babad, jadi sejarah yang dihasilkan oleh para disebut dengan babad dan sumber-sumber yang
Pujangga Keraton, kemudian dibandingkan dengan ditulis oleh orang-orang Belanda yang berupa arsip-
sumber-sumber Belanda. Mengapa menarik? Sebab arsip. Kalau di Leiden Belanda yang paling banyak
sejarah yang ditulis oleh para pujangga ini banyak adalah manuskrip, naskah dan babad, ada ratusan
sekali “pasemon”, banyak sekali hal-hal yang jenis Babad Jawa disana. Di perpustakaan Leiden
harus dikaji lebih jauh untuk mengetahui faktanya. ada naskah yang dituliskan oleh pujangga Keraton
Pasemon adalah sebuah cerita yang sebenarnya di Jawa, kemudian ada manuskrip-manuskrip
tidak terjadi atau cerita yang sebenarnya namun yang ditulis oleh orang-orang Belanda yang pernah
berada di Indonesia atau di keraton. Mereka menulis boleh saja. Mereka melihat naskah dan sejenisnya tulisan. Perlu ada pembekalan kepada juru kunci
mengenai tradisi-tradisi atau kebiasaan kebiasaan di itu sebagai sumber sejarah, sebagai data-data juru pelihara yang akan menjadi penutur supaya Biografi
keraton, termasuk orang-orang yang mempelajari, penelitian, ya sudah selayaknya Universitas Leiden tidak salah, nanti terjadi mitologisasi terhadap Sri Margana lahir di Klaten, 15 Oktober 1969.
mengkaji sejarah Jawa. Naskah atau dokumen mendukung penelitian tersebut, asalkan mengikuti tempat-tempat itu. Sehingga lama-lama tempat itu Ia menempuh pendidikan S1 di Jurusan Sejarah
tersebut masih ditulis dengan bahasa Belanda kaidah-kaidah penggunaan naskah. bisa disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan Fakultas Sastra (Fakultas Ilmu Budaya UGM-
dan wujudnya masih tulisan tangan, sehingga di yang tidak baik. Ada baiknya Dinas Kebudayaan DIY sekarang). Setelah lulus S1, bapak berkacamata ini
katalognya Pigeaud di Universitas Leiden ada dua Selain di Leiden, Belanda, adakah Negara-negara itu mengumpulkan para juru kunci dan juru pelihara melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Leiden.
jenis manuskrip yaitu manuskrip oriental (manuskrip yang menyimpan sumber-sumber mengenai untuk diberi pelatihan khusus tentang sejarah dan Kepiawaiannya dalam melakukan penelitian sudah
timur yang berbahasa Melayu, Jawa dan daerah Mataram Islam? seluk beluk tempat-tempat yang mereka jaga setiap tak diragukan lagi, hal ini mengantarkannya lulus
Indonesia lainnya) dan manuskrip barat,(manuskrip Di Inggris ada sedikit, sumber Sejarah Mataram harinya, misalnya kalau peninggalan Mataram pendidikan doctor di Universitas Leiden dengan judul
yang ditulis dalam Bahasa Belanda) tentang Islam yang berada di Inggris ini masa setelah Islam ya, Gunung Kelir, Makam Ratu Batang dll. disertasi Java’s Last Frontier : The Strunggle For
Indonesia, Jawa dan sekitarnya. Semua masih Perjanjian Giyanti jadi masa Kasultanan Yogyakarta. Itu dikumpulkan jadi satu, mereka dibekali dengan Hegemony of Blambangan, c. 1763-1813. Sekarang
tulisan tangan itu kalau yang di Leiden, kalau yang Sebetulnya naskah-naskah yang ada di Inggris tidak cerita sejarah yang sebenarnya. Kalau perlu mereka ia tercatat sebagai Kepala Departemen Sejarah
di Den Haag umumnya berupa arsip-arsip Kolonial hanya bercerita tentang sultan akan tetapi tentang diberi panduan tertulis. UGM sekaligus pengajar. Baginya, Historiografi
dan laporan-laporan Residen. Kerajaan Mataram Islam juga. Di Inggris sekarang Kita tidak dapat mengqounter satu persatu Jawa sangat menarik dan banyak hal yang perlu
sedang ada proyek digitalisasi naskah yang berada di munculnya tradisi lisan ini, satu-satunya cara adalah diungkap secara detail historisnya. Ketertarikannya
Apakah kesulitan mengakses data historis tentang British Library atau Perpustakaan Nasional Inggris. memberi pembekalan terhadap para juru kunci. dengan tema Historiografi Jawa, terbukti baru-baru
Mataram Islam baik yang di Indonesia maupun di Ada banyak sekali naskah dan belum lama ini Sri ini, ia bersama timnya telah meluncurkan sebuah
Belanda? Sultan Hamengku Buwono X datang ke Inggris Menurut bapak, tindak lanjut apa yang sebaiknya buku berjudul Raden Rangga Prawiradirja III Bupati
Di Belanda mengaksesnya sangat mudah, bahkan untuk menandatangani perjanjian digitalisasi naskah dilakukan pemerintah maupun instansi pendidikan
kita boleh memotret gratis. Manuskrip-manuskrip itu tersebut. Ada 75 naskah yang akan digitalisasi, untuk mengenal kembali pendahulunya, dalam hal
boleh dipinjam kemudian difoto. Bahkan yang sudah yang nantinya bentuk digital dari naskah tersebut ini mengenal Mataram Islam?
digital boleh dicopy tidak bayar alias gratis. Jadi akan diserahkan kepada Kasultanan Yogyakarta. Tentu saja memperbanyak kajian kemudian
aksesnya sangat mudah sekali. Malah beda dengan Penyerahan secara resmi akan dilakukan pada mempublikasikan. Saya kira Dinas Kebudayaan DIY
di Indonesia, untuk dokumen tertentu, di sini kita bulan Maret saat peringatan jumenengan yang ke sudah memulai dengan baik, karena setiap tahun ada
tidak boleh memotret, fotocopy, bahkan melihatpun 30 Ngarsa Dalem Ingkang Kaping X. Nantinya ke buku-buku ataupun majalah yang dipublikasikan,
kadang tidak boleh. Di sana semuanya serba boleh, 75 naskah digital tersebut akan diserahkan kepada walaupun tidak semua mengerah tentang Keraton
tidak ada permasalahan dengan teknik akses. Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ke 75 naskah ini Mataram Islam, tetapi untuk mengembangkan secara
Yang masalah adalah tentang mengetahui bahasa bermacam-macam, ada naskah tentang wayang, khusus bisa saja. Setiap tahun Dinas Kebudayaan
sumbernya. Kalau yang manuskrip barat dengan sejarah atau babad, primbon dan naskah-naskah DIY secara khusus menerbitkan mengenai keraton,
Bahasa Belanda, persoalannya hanya pada bahasa Religious Islam. Naskah-naskah ini ditulis setelah sejumlah satu buku misalnya. Tema-tema selanjutnya
sumber. tahun 1755. bisa tema-tema yang lain, misalnya tentang nilai-
nila lihur atau yang lain. Hal-hal yang bisa dilakukan
Apa yang membedakan mengapa di sini dalam Dibandingkan dengan sumber tertulis, bagaimana untuk mengenak sejarah kembali sebenarnya mudah,
penelusuran sumber lebih sulit dibandingkan bapak menyikapi adanya cerita tutur yang tahap pertama adalah tahapan pengkajian terlebih
dengan yang di Belanda? berkembang di masyarakat? dahulu kemudian dipublikasikan dalam berbagai
Ya itu soal kultur, yang membedakan soal kultur, Kebanyakan cerita tutur yang berkembang di bentuk, misalnya publikasi hasil penelitian dalam
kultur memperlakukan naskah. Kalau di Indonesia masyarakat ada bermacam-macam versi. Sebetulnya bentuk buku, kemudian ringkasannya dalam bentuk
pemilik naskah adalah keraton. Orang keraton untuk versi perkembangan pariwisata dan sejarah majalah, kemudian didistribusikan ke perpustakaan-
memandang naskah sebagai pusaka. Tidak semua kurang menguntungkan, karena sekarang ini kurang perpustakaan yang ada di DIY, sekolah-sekolah
orang boleh menyentuh isi naskah tentang keluarga kontrol terhadap tradisi tutur itu. Tradisi tutur maupun Perpustakaan Nasional, tujuannya agar
keraton. Hal ini untuk menjaga juga mungkin banyak cenderung melebih-lebihkan dan seringkali yang menjadi bahan-bahan tambahan dalam pengajaran
rahasia di keraton yang tidak semua bisa diketahui diceritakan itu tidak benar. Contoh misalnya, Dalang sejarah lokal. Saya kira Mayangkara mempunyai
publik. Banyak cerita-cerita mengenai leluhur Panjang Mas adalah tradisi lisan atau tradisi tutur. peran di sini, jadi ikut mengembangkan pengetahuan
mereka, ada yang baik maupun tidak sehingga, Juru kunci hanya menguasai tradisi lisan bukan tentang Sejarah Mataram Islam melalui artikel-
mereka cenderung tidak membolehkan publikasi tradisi tutur, mereka tidak pernah membaca naskah, artikelnya. Yang dilakukan Dinas Kebudayaan DIY
naskah secara bebas. Nah, kemudian perpustakaan- serat ataupun buku-buku lainnya yang relevan. Juru sampai sekarang sudah bagus, selalu mengambil
perpustakaan di Indonesia maupun di Yogyakarta kunci sebagai penutur utama atau informan utama porsi Sejarah Yogyakarta.
khususnya juga berperilaku demikian, karena ada dari setiap pengunjung yang mau mengetahui cerita
aturan kultural maupun kebiasaan semacam itu. tentang hal tersebut. Sebaiknya para juru kunci
Apabila dilanggar nantinya akan terkena sangsi. selain diberi pengetahuan tentang tradisi lisan > Dr. Sri Margana, M.Hum
Sementara, yang di Belanda kolektor umumnya juga perlu diberi pelatihan atau pengetahuan dari Foto disamping adalah Dr. Sri Margana, M.Hum ketika
adalah Universitas Leiden. Mereka adalah lembaga tradisi tulis. Saya itu berharap setiap juru kunci menjadi narasumber dalam kunjungan lapangan ke Kraton
pendidikan, lembaga akademik, lembaga ilmiah menceritakan kepada pengunjung wisata sejarah itu Surakarta.
jadi selama itu untuk kepentingan akademis, bebas, dari dua prespektif yaitu dari tradisi lisan dan tradisi
si
h,S.S., M Sengkala hanya memberi gambaran angka tahun
uk
.A
str
Temuan h pendirian bangunan masjid. Kedua sumber tersebut
an
asil ekska
o n m
vasi tahun tidak menyebutkan informasi lain yang berkaitan
Kau
struktur p
Rek
ond 2010 beru
batu putih asi yang tersusun pa
ung
. Struktur dari baha dengan bangunan masjid. Sementara terdapat
g
b erbahan b n
A
dapat diid ata belum beberapa catatan asing yang berasal dari para
jid
entifikasi
secara pa
s
utusan asing yang berkunjung di wilayahKejaraan
a
sti
M
Mataram Islam. Namun laporan kunjungan Lons ke
M.A Pleret pada13 Agustus 1733 menyebutkan bahwa
t Oleh
.,
e
, S.S
Hanif Andrian
lahir di magelang, 22 Agustus 1986, Lulusan Jurusan Arkeologi Universitas
Gadjah Mada. Hobi Bersepeda gununug. Pernah menjadi Edukator Museum
Sejarah Purbakala Pleret, saat ini menjadi Tim Registrar Bidang Permuseuman
Dinas Kebudayaan DIY.
adalah atap buatan yang menaungi lokasi tersebut. kala itu. Situs-situs tersebut memberikan visual dari
Namun, ketika dijelajahi lebih jauh dapat ditemukan kisah-kisah yang tertulis di babad, baik babad tanah
umpak berjumlah 22, sisa dari Mihrab, sisa dari Jawi maupun babad Sangkalan dan babad lain yang
benteng yang memagari masjid, dan sisa pondasi menceritakan tentang eksistensi Amangkurat I dan
dari bangunan utama masjid yang tersusun dari Kedaton Pleret yang luar biasa megah.
batu bata. Sedikit banyak, yang ditemukan di situs
Masjid Agung Kauman Pleret dapat merekonstruksi Sumber Bacaan :
dalam alam bawah sadar tentang bentuk dari Masjid Adrisijanti, Inajati. 2008. Arkeologi Perkotaan
tersebut. Selain itu jika berjalan ke arah barat dari Mataram Islam. Jendela.
masjid, terdapat kompleks makam dari ratu (p) Alifah, dan Hery Priswanto. 2012. “Benteng Kraton
labuhan yang merupakan salah satu dari permaisuri Pleret: Data Historis dan Arkeologis.” Berkala
Amangkurat I. Arkeologi 185-194.
Berjalan ke timur sekitar 1 km, terdapat satu situs Riko P, Henki, dan Hery Priswanto. 2013. “Sebuah
arkeologi yang menjai salah satu icon di Plered, yaitu Informasi Mutakhir Hasil Penelitian Tahun 2013
komplek makam Ratumalang yang terletak di atas di Situs Kedaton Pleret, Kabupaten Bantul, D.I.
bukit bernama Gunung Kelir. Suasana yang dirasakan Yogyakarta.” Berkala Arkeologi 239-252.
ketika mencapai situs pemakaman Ratumalang
tersebut adalah sepi dan sedikit mencekam. Namun,
pemandangan yang ditawarkan sangat indah.
Komplek Makam Ratumalang dikelilingi oleh pagar
yang terbuat dari bata dengan beberapa pohon
yang tumbuh menembus pagar batu bata tersebut
dan memberi kesan seakan sedang berada di depan
kastil Eropa abad 17. Kompleks pemakaman terbagi
menjadi beberapa lapis, dengan sisi paling barat
laut menjadi tempat persemayaman terakhir dari
Ki Dalang Mas yang merupakan suami pertama
dari Ratumalang. Banyak kisah yang menyelimuti
pemakaman tersebut dan bisa dibilang cukup
romantis, karena secara garis besar menceritakan
nasib Ratumalang yang ‘direbut’ oleh Amangkurat I
^ Situs Sendang di dekat Komplek Makam Ratu Malang dari pelukan Ki Dalang Mas.
Situs Sendang yang terletak dibelakang Kompleks Makam Ratu Malang,. Kompleks Makam Ratu Malang terletak diatas bukit Gunung Selain komplek pemakaman Ratumalang, Dwita Sekarnina
Kelir, Pleret. terdapat juga situs sendang yang sekelilingnya Sedang menempuh pendidikan S1 Arkeologi di
dibatasi pagar batu bata yang sama dengan komplek Universitas Gadjah Mada. Tertarik pada riset museum,
pemakamannya. Berdasarkan penuturan Pak Jito ikonografi, dan arkeologi hindu Buddha. Tertarik dengan
selaku juru pelihara Komplek Makam Ratumalang, kawasan budaya Pleret karena sangat kompleks dan
sendang tersebut berasal dari bakal calon liang lahat banyak bagian dari kawasan budaya Pleret yang belum
peradaban yang besar tersebut menyisakan bukti- dengan pembangunan pagar bata merah dan puncak
Makam Ratumalang yang ketika digali mengeluarkan terungkap dan masih menjadi misteri.
bukti yang ada walaupun hanya sekeping. Hal ini berwarna putih. Pada era sekarang ini, tembok yang
air selama 7 hari 7 malam dan membuat Amangkurat
dapat dilihat ketika penyusuran melacak jejak mengelilingi Kedaton Pleret sudah sulit disusun
I kebingungan. Akhirnya, Amangkurat I mendapat
peninggalan Sultan Agung di Kerta, bekas Kedaton, kembali, hal ini karena kondisinya telah hancur. Akan
mimpi bahwa Ratumalang telah bersatu dengan Ki
salah satunya ditemukan umpak. Dibutuhkan tetapi, penelitian yang dilakukan berbagai instansi
Dalang dan ingin dimakamkan di dekat suaminya
penelitian lebih lanjut untuk melacak peninggalan terkait berhasil menemukan sisi barat, timur, dan
sehingga akhirnya Ratumalang dimakamkan di
Kerajaan Mataram Islam di Kerta. Tak terhenti di sini, selatan dari benteng dan sekali lagi, memberikan
komplek pemakaman yang sama dengan Ki Dalang.
pelacakan bukti peradaban Mataram Islam masih gambaran secara visual mengenai apa yang telah
Selepas masuknya Belanda ke wilayah kerajaan
terus berlanjut yaitu ke Plered. Kerajaan Mataram tertulis.
Mataram sempat dibangun dan berdiri sebuah pabrik
Islam pada zaman Amangkurat I diambang pintu Setelah mendapatkan gambaran pada alam
gula di wilayah Pleret yang diduga dibangun dengan
kehancuran, akan tetapi beberapa sisa bangunan bawah sadar tentang bagian luar dari Kedaton
batuan yang berasal dari Kedaton Pleret. Namun,
masih ada walaupun sudah rusak. milik Amangkurat I, menyambangi Situs Masjid
ketika ditelusuri lebih lanjut agak sulit menemukan
Pada Babad Sangkala Puluh I bait 58 Dikutip dari Agung Kauman Pleret akan menambah data visual
sisa dari pabrik gula tersebut.
“Benteng Kraton Pleret: Data Historis dan Arkeologis” tentang Kerajaan Pleret di alam bawah sadar.
Situs-situs yang berada di sekitar wilayah
yang dimuat dalam Berkala Arkeologi tahun 2012 Meskipun ketika datang pertama kali ke situs
Pleret memberikan gambaran tentang kehidupan
dituliskan tentang pekerjaan pemindahan Kedaton Masjid Agung Kauman Pleret ini yang akan dilihat
Amangkurat I sebagai Raja kerajaan Mataram Islam
Museum) merupakan museum terbuka yang budaya. Warisan budaya itu mempunyai keterpaduan
mengelola koleksi yang beragam, yaitu: benda, dalam hal kandungan informasinya yaitu tentang
struktur, bangunan, situs, dan/atau lanskap budaya. Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, Kawasan
Jika museum tradisional lebih fokus mengelola Pleret berpotensi dikembangkan sebagai museum
koleksi benda-benda yang dapat disimpan dalam terpadu dengan tema utama Kerajaan Mataram
suatu ruang/bangunan, maka museum terpadu Islam Masa Sultan Agung dan Amangkurat I.
memadukan beberapa jenis sumberdaya budaya. Dikutip dari artikel Interpretasi dan Presentasi
Prinsip keterpaduan itu dalam 4 aspek, yaitu : Koleksi Museum: Perspektif Pasca Modernisme
terpadu dalam subyek kajian keilmuan (Integration yang dimuat dalam Museografia Majalah tentang
of the subject matter disciplines), terpadu dalam Permuseuman Vol. IX No.1, apabila semuanya itu
ilmu museografis (Integration of the museographical digabung dalam proses pengesahan yang runtut
disciplines), terpadu dalam ilmu-ilmu terkait warisan dan terpadu, maka akan dapat diciptakan suasana
budaya (Integration of the heritage disciplines), jaman maupun tempat (sense of place) dengan
terpadu dengan masyarakat (Integration with baik. Hal ini memberikan pengaruh bahwa museum
society). tidak mendominasi pengetahuan pengunjung, tetapi
Museum Cagar Budaya Pleret yang menyimpan berbagai temuan atau replika yang terdapat di Pleret Bantul
Edukator atau pemandu Museum yang sedang menjelaskan koleksi Museum Cagar Budaya Pleret kepada Pengunjung
Seiring perkembangan pemikiran tentang museum, pada tahun 1970an muncul paradigma baru
dalam dunia permuseuman yaitu new museology. Museum yang dulunya berorientasi pada koleksi,
kini lebih mengutamakan kepentingan publik, seperti yang pernah diungkapkan Daud Aris Tanudirjo. Berdasarkan konsep Integrated Museum di atas, juga memfasilitasi pengunjung untuk “menemukan”
Paradigma new museology ini memunculkan bentuk museum baru yaitu: Ekomuseum, Museum maka akan dilakukan penilaian kemungkinan dan “mengkonstruksi” pengetahuan mereka sendiri.
Komunitas dan Museum terpadu. Artikel ini memfokuskan pada potensi penerapan Museum Terpadu konsep tersebut diterapkan di Kawasan Pleret, Kedua, menurut Peter Van Mensch ada 3 aspek
di Kawasan Pleret yang terletak di wilayah administrasi Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten yaitu; Pertama keberagaman jenis warisan budaya yang menjadi bagian penting dalam keterpaduan
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan Situs Pleret dilatarbelakangi oleh terdapatnya berbagai di Kawasan Pleret. Jenis-jenis warisan budaya tidak museografis yaitu preservasi, penelitian dan
tinggalan arkeologi (situs, artefak, toponim) yang memiliki nilai sejarah yang tinggi (Kerajaan Mataram saja berupa benda-benda lepas, tetapi juga berupa komunikasi. Fungsi preservasi atau pelestarian
Islam) yang berada dalam satu wilayah (kawasan) dan saling berdekatan memberikan kemudahan struktur, bangunan, situs, dan lanskap. Selain itu, terkait dengan administrasi koleksi, pengumpulan
untuk di kelola secara terpadu. Data arkeologi yang ditemukan di Kawasan Pleret, seperti yang tertulis terdapat juga warisan budaya yang bukan bendawi koleksi, dokumentasi, konservasi, dan perbaikan.
pada Arkeologi Perkotaan Mataram Islam menunjukkan bahwa dulunya kawasan tersebut pernah berupa toponim, kolektif memori masyarakat Unsur-unsur preservasi yang dimaksud sebenarnya
menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam (Adrisijanti, 2000). Museum Terpadu (Integrated setempat (mitos dan cerita rakyat), maupun kirab beberapa sudah diterapkan di Kawasan Pleret.
2
budaya dan cagar budaya, Juru Pelihara
Adrisijanti, Inajati. 2000. “Arkeologi Perkotaan
juga bertugas mendampingi dan memandu
Mataram Islam.” Penerbit Jendela. Yogyakarta.
pengunjung.
Mensch, Peter Van and Leontin. 2011. “New Trends
Keberadaan Juru Pelihara dalam hal ini
in Museology”. Republic of Slovenia Ministry
merupakan pathner Dinas Kebudayaan DIY
of Culture. Museum of Recent History Celje.
dalam memelihara warisan budaya dan
Slovenia.
cagar budaya yang berada di Kawasan Cagar
Mensch. Peter Van. 2009. “Museology,
Budaya. Mereka setiap hari mengkondisikan
Museography’. Synthesis of the Symposium
warisan budaya dan cagar budaya agar tetap
Sessions. 1-3 July . Liège and Mariemont
bersih, terawat dan lestari. Hal ini dapat
Mensch. Peter Van. 2010. “Why a new International
dikatakan, ketika para Juru Pelihara tidak
Committee for Collecting?”. Speeches at
ada maka, dalam perawatan Bangunan Cagar
COMCOL’s meetings in Shanghai 10 November.
1. Replika Bata yang merupakan koleksi dari Museum Cagar Budaya akan kesulitan.
Tanudirjo, Daud Aris. 2008.” Menuju Kebangkitan
Budaya Pleret; Seperti yang dikatakan oleh mantan
Permuseuman Indonesia Reposisi Museum di
2. Replika Umpak yang terdapat di Museum Pleret sebagai Juru Pelihara Kauman Pleret, Muhadi.
Indonesia”. Makalah yang disampaikan dalam
Seminar Reposisi Museum di Indonesia dalam
rangka Peringatan 100 Tahun Kebangkitan
koleksi yang dipajang di ruang pamer. Ia setiap hari merawat Bangunan Cagar
Budaya tersebut, membersihkan lingkungan
3
sekitarnya. “Bermula dari tahun 1991 hingga
Nasional. Jakarta.
sekarang saya sudah menjadi Juru Pelihara 1. Proses Wawancara dengan Pensiunan Juru Pelihara Situs Kauman
Tanudirjo, Daud Aris. 2014. “Interpretasi dan Wulan Resiyani, S.S., M.A
di Situs Kauman Pleret ini”, tuturnya. Tak ada Pleret;
Presentasi Koleksi Museum: Perspektif Pasca Alumni Departemen Arkeologi 2. Foto Pak Muhadi Pensiunan Juru Pelihara Situs Kauman Pleret yang
kesulitan dan hambatan dalam perawatan
Modernisme”. Museografia Majalah tentang FIB UGM yang telah menempuh bertugas sejak 1991 sampai dengan 2008;
Bangunan Cagar Budaya ungkapnya pria 75
Permuseuman Vol. IX No.1. Hal 4-17. sampai jenjang S2. Dalam bidang 3. Pak Muhadi mengajak tim redaksi Mayangkara untuk berkeliling
tahun ini.
arkeologi, wulan memiliki melihat kondisi situs Kauman Pleret sekarang (2018)
Menurut penuturannya, tanah yang
spesifikasi tentang permuseuman.
terdapat bekas bangunan masjid Kauman
Ketertarikannya dalam bidang
Pleret, adalah milik leluhurnya. Jadi ketika
permuseuman serta kawasan Pleret
ia merawat di kawasan tersebut, seperti ia
yang mempunyai sumberdaya budaya yang luar biasa
merawat tanah leluhurnya. Sikap handarbeni
ini, mendorongnya untuk menulis tentang artikel ini
inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang
berdasarkan penelitian yang telah dia lakukan.
yang tinggal di DIY.
an
Dalam benakku membayangkan
bangunan Kerajaan Mataram Islam yang megah
bentuk
1
Da rmaw dengan arsitektur yang indah, benarkah begitu? ya
ira
n e Saf
Caroli itu mungkin ketika Sultan Agung masih berkuasa.
Oleh : Perjalananku menelusuri lokasi kerajaan pun
berlanjut, tak ku temui petunjuk lokasi Kerajaan
Mataram Islam. Akhirnya aku berhenti disebuah
tempat yang dikenal dengan Museum Sejarah
Purbakala Pleret. Aku bertanya dengan seorang
bapak yang berada di museum itu, namanya Pak
Susanto. Menurut keterangan beliau lokasi Kerajaan
Mataram Islam itu di tanah kosong yang berpagar
besi yang sempat ku lewati tadi. Namanya Situs
Kerto, ya Kerto saksi Kejayaan Mataram Islam itu.
Keraton Kerto saat ini hanyalah sebuah tanah
2
Dok. Caroline Safira Darmawan
e r
K lamt o
t a r a m Is
a
Saksi M d Yang Lalu Kondisi Situs Kerto yang terdiri dari tanah lapang dan 2 umpak
m p a t A ba 3
E lapang yang dibatasi dengan pagar besi. Terletak
di pinggir jalan kampung beraspal. Di lokasi inilah
ditemukan empat umpak dengan dimensi besar.
Umpak ini diduga sebagai penopang soko guru
Strategi
ja y aanya. dari bagunan keraton. Melalui cerita Pak Susanto,
ak k e nsinya
e n c a p ai punc oh dan ekspa lau aku mengetahui bahwa satu dari keempat umpak
Islam m an yang kok ruh Pu
kuning e r in ta h g u a s ai selu ani. Tak ini sekarang terdapat di Masjid Soko Tunggal,
b a h menjadi pe m
hampir
m e n eg
yang dis ekuatan Taman Sari. Salah satu umpak di tanah lapang
be r u a jam g a r a ja
m e n ta ri telah k segarang du oba hin g nn y a
enjadika yang mempuny ap tegas.
ai k ini sudah diletakkan di atas tumpukan batu bata,
Sang anya ta u menc Ja w a , m
OC sik
a n , cahay a setir bundark ekas epada V entukan asil
menunjukkan bukti bahwa tanah tersebut merupakan
ke e m a s
K u b ersam c a r i letak b n khayal k ia mampu men A g u ng berh n tanah Mataram. Umpak berbentuk trapesium ini
. r i- bka n , ult a n hu
yang lalu ja la
ca
n men ngguh menakju an besarpu u n 1625 S lah bertahun-ta memiliki ukuran yang sangat masif, dengan dimensi
u r i u a ta h
menyus ataram Islam. S ngetahui kejay Hingga aya sete
r a ja a n M a k u m e h a nya n g u a s a i Surab n. alas 85x85 cm dan tinggi 68cm dan permukaan
Ke m a ketika w a la upun me
rkan ser
anga 70x70cm dan kedalaman lubang 17 cm. Kayu yang
e r ta lam , asal
kesan p
M a ta ram Is rang sejarawan ah melanca menjadi tiang umpak ini pun harus berukuran besar
emperor san pena seo Di baw
g o re D e Graaf. ram
dan tinggi. Apabila satu umpak ini sanggup menahan
lew a t
c ir A n gin, H .J
K e r a ja an Mata beban atap seluas Masjid Soko Tunggal, maka hal 1. Umpak yang terdapat di Situs Kerto dengan Kode
Kin ,
Negeri n Agung Nomor C.15
e r in ta h an Sulta ini menandakan bahwa bangunan keraton ini sangat
2. Umpak yang terdapat di Situs Kerto dengan Kode
pem luas. De Graaf sendiri menyebutkan bahwa Keraton
Nomor C.16
Kerto kerap mengalami perluasan dan pembangunan
3. Replika Umpak Kerto yang terdapat di Museum
Dok. Foto Umpak Kerto Pleret
Golong Gilig
Mataram
di Pleret
^Kondisi saat ini bekas Kotak Ekskavasi yang telah ditimbun kembali di Situs Kerto
1
Budaya Takbenda yang sudah ditetapkan budaya dan kontribusi budaya Indonesia
sebagian tercipta pada masa Kerajaan di tengah peradaban dunia melalui
Mataram Islam hingga pemerintahan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan
Keraton Kasultanan Yogyakarta. Perlu dan pembinaan kebudayaan. Permasalahan
diketahui Pleret merupakan salah satu Pemajuan Kebudayaan seiring berjalannya
daerah yang pernah menjadi ibu kota waktu semakin kompleks.
Mataram Islam. Realita ini dapat dijadikan dasar bagi
Kegiatan ini baru pertama kali Dinas Kebudayaan DIY untuk melaksanakan
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY, kegiatan Pemajuan Kebudayaan sebagai suatu
namun kedepannya akan diselenggarakan upaya yang berkelanjutan. Bentuk kegiatan
secara rutin setiap tahunnya. Pada tahun yang ditawarkan Dinas Kebudayaan DIY
ini setidaknya ada 5 pokok kegiatan yang adalah promosi hasil pelestarian kebudayaan
diadakan di Desa Pleret. 5 pokok kegiatan yang terpadu, sistematis, efektif, tepat
tersebut adalah: pameran, peragaan, tujuan dan sasaran serta berkelanjutan, yang
pergelaran, workshop dan sarasehan. diharapkan mampu memberikan kontribusi
“37 WBTb (Warisan Budaya Takbenda) pelestarian kebudayaan di Indonesia. Label
yang sudah ditetapkan di tingkat nasional kegiatan tersebut adalah Muhibah Budaya.
tahun 2017 kita wujudkan dalam bentuk Kegiatan ini dikemas dalam berbagai sub-
pameran, peragaan, pagelaran, workshop
dan pameran kepada masyarakat umum”,
kegiatan seperti Pentas Seni, Sarasehan/
seminar dan Pameran. Dalam kegiatan
2
jelas Sri Wahyuni. Muhibah Budaya ini Seksi Fasilitasi dan
Maksud diadakan kegiatan ini tidak Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Warisan
lain adalah sebagai upaya Pemerintah Budaya dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan
DIY dalam upaya Pemeliharaan dan DIY berkesempatan untuk ikut kegiatan
Pengembangan Warisan Budaya Takbenda Muhibah Budaya yang diselenggarakan di
DIY untuk kesejahteraan masyarakat. 2 lokasi. Pada tanggal 17 – 22 April 2018
“kegiatan ini kita adakan sebagai tindak kegiatan Muhibah Budaya diselenggarakan
lanjut telah ditetapkannya 64 WBTB DIY di Kabupaten Magetan Provinsi Jawa
di tingkat nasional, setelah ditetapkan, Timur dengan tema “Merajut Budaya Jawa
kita punya kewajiban untuk mengajak Mataraman Untuk Indonesia”. Kemudian
masyarakat agar berperan aktif dalam pada tanggal 5 – 16 Agustus 2018 kegiatan
menjaga peletarian budaya yang kita ini diselenggarakan di Kota Banda Aceh
miliki”, lanjut Sri Wahyuni. Provinsi Aceh dengan tema “Aceh Hebat
Diharapkan dengan diselenggarakan Dengan Adat Budaya Bersyariat”. 1. Pengunjung Pameran dari SD sedang berfoto grup;
kegiatan “Golong Gilig Mataram” ini Secara garis besar pelaksanaan rangkaian 2. Peresmian Sarasehan dengan memukul bende oleh Bupati
dapat mengedukasi masyarakat tentang ^Potong Kembang Magetan dan Kepala DInas Kebudayaan DIY;
Wakil Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih yang didampingi oleh Wakil kegiatan muhibah budaya baik di Kabupaten
pentingnya peran serta masyarakat dalam Magetan maupun Kota Banda Aceh berjalan
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Singgih Raharjo,S.H., M.Ed sedang melakukan
upaya pemeliharaan dan pengembangan pemotongan pita bunga ketika acara pembukaan Kegiatan “Golong Gilig dengan baik dan lancar. Harapan dari
Warisan Budaya Tak Benda DIY di masa- Mataram” di Pasar Glugut, Pleret kegiatan Muhibah Budaya ini dapat bersinergi
masa mendatang. mengingat, membangun dan melestarikan
• Anglir Bawono
BERSELANCAR
DI SERAMBI MEKAH
1 2
3 4
Sambil menyelam minum air, itulah peribahasa yang mengantar kami ke penginapan. Kini 14 tahun
yang tepat untuk menggambarkan perjalanan Tim telah berlalu, Serambi Mekah telah bangkit kembali
Dinas Kebudayaan DIY pada kesempatan kali ini. menatap hari esok dengan penuh semangat, terbukti
Perjalanan kita kesebuah wilayah yang sempat dengan berbagai kegiatan serta pembangunan yang
merebut perhatian dunia karena terlanda bencana dilakukannya.
Tsunami yang memporak-porandakan sebagian Destinasi pertama kami di Aceh ini mengunjungi
5 6 wilayahnya, ya ke Serambi Mekah. Julukan Serambi
Mekah bermula dari cerita kemasyuran Kerajaan –
Masjid Baiturrahman. Masjid ini terletak di pusat kota
Banda Aceh, dan merupakan masjid kebanggaan
Kerajaan Islam berawal, dari sini pula kita dapat masyarakat Aceh. Masjid ini didirikan pada masa
melihat khazanah Islam yang begitu mendunia. Tentu Sultan Iskandar Muda tahun 1612, namun ada
tak asing lagi Julukan Serambi Mekah disandang pula sumber yang menyebutkan bahwa masjid ini
1. Pengunjung Pameran dari Kalangan Pelajar SD yang antusias;
2. Pengunjung Pameran sedang melihat Maket Kraton Yogyakarta dan
provinsi ini karena pada masa lalu Aceh merupakan dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan
Panggung Krapyak; gerbang pertama masuknya Islam ke Nusantara. Alaidin Mahmudsyah. Kemegahan masjid ini dapat
3. Penjelasan Pemandu pameran saat pameran di Banda Aceh; Membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan dilihat pada menara masjid yang berjumlah 8 buah
4. Penjelasan Pemandu pameran saat pameran di Kab. Magetan; udara dari Jogja menuju kota yang oleh Kolonial serta interiornya dihiasi dengan dinding dan pilar
5. Ketua Tim Pameran UPT BPWBCB Dinas Kebudayaan DIY sedang Belanda dijuluki Agra van Andalas ini. Decak kagum berelief dan lantai full marmer. Pada luar halaman
melakukan penjelasan; ketika melihat pemandangan alam dari bandara masjid terdapat payung-payung raksasa yang sekilas
6. Para Narasumber saat Sarasehan di Kab. Magetan; menuju pusat kota Aceh. Tak terbayangkan 14 mengingatkan kita pada payung-payung yang ada
7. Peserta Sarasehan dari berbagai kalangan masyarakat. tahun silam ketika Tsunami melanda, air mata Masjid Nabawi di Madinah. Pada tahun 2004 saat
masyarakat tak terbendung lagi melihat tempat tsunami meluluh lantakan Aceh, masjid ini tetap
7
tinggalnya menjadi puing-puing, fasilitas kehidupan tegak berdiri. Hal tersebut yang membuat masjid ini
hilang lenyap tersapu derasnya air laut dan sanak menjadi landmark daerah Aceh.
saudara yang tak tahu rimbanya, itulah cerita yang Perjalanan kami kemudian berlanjut ke Taman
kami dengar pertama kali dari pengemudi taksi Sari Gunongan atau nama lainnya Taman Putroe
• Rachmad Triwibowo
Daging yang dipersipakan untuk nantinya akan dimasak menjadi Sate, Sate Klathak,Tongseng dan Thengkleng
gemuk tidak berotot sehingga dagingnya empuk. ini berasal dari satu keluarga yang pada akhirnya
Sedangkan bahan bumbu gulainya antara lain jeruk mereka membuka usaha Sate Klathak sendiri. Para
limau, garam, kecap manis, jintan bubuk, cengkeh pedagang Sate Klathak ini membuka warungnya dari
bubuk, kemiri, santang kelapa, jahe, daun jeruk, pagi hingga malam, namun ada pula yang hanya
merica, margerin, bawang putih, serai, bawang malam hari saja. Bentuk warungnya pun bermacam-
merah, minyak goreng, kunyit, kayu manis, tetelan macam, ada yang berbentuk restoran mewah ada
daging kambing, lengkuas, air asam jawa, dan pula yang berupa warung semi permanen dengan
ketumbar. gerobak.
Dalam memenuhi kebutuhan daging, ada • Sinta Akhirian Desi Surya Haryani
pedagang yang mendatangkan daging dari pihak lain
ada pula yang memiliki peternakan kambing sendiri.
Pedagang yang memiliki peternakan kambing
sendiri biasanya mempekerjaan seseorang untuk
menjadi tukang jagal. Dalam sehari, mereka bisa
menyembelih 5-6 ekor kambing, dan jika hari libur
bisa menyembelih 10 ekor kambing.
Sampai sekarang jumlah pedagang Sate Klathak
di Kecamatan Pleret ada lebih dari 50 orang.
Mereka berjualan tersebar di seluruh Kecamatan
Pleret, meskipun pedagang terbanyak ada di Jalan Sampul Belakang :
Imogiri Timur Km 9, Kelurahan Jejeran, Pleret. Situs Kauman Pleret
Pada awalnya, pedagang-pedagang Sate Klathak