Laporan Riset
Cultural Studies: Sudut Pandang Ruang Budaya Pop
B. Parmadie
Program Doktoral Kajian Budaya Universitas Udayana Bali
Supaya tetap aman di dalam batas-batas yang Dengan kata lain, teks dan konteks bukanlah momen-
ditentukannya sendiri, wacana ideologis harus tetap momen terpisah yang tersedia bagi analisis pada waktu
diam terhadap pertanyaan-pertanyaan yang yang berbeda. Teks dan konteks merupakan bagian dari
mengancamnya untuk keluar dari batas-batas ini. proses yang sama ± keduanya tak bisa dipisahkan:
Althusser mencirikan metode pembacaan Karl Max seseorang tak bisa memiliki teks tanpa adanya konteks,
DWDV NDU\D $GDP 6PLWK VHEDJDL µVLPSWRPDWLN¶ NDUHQD atau konteks tanpa teks.
pembacaan itu menguak peristiwa yang tak pernah
Jurnal Studi Kultural Volume 1 No. 1 Januari 2016 www.an1mage.org 52
B. Parmadie Cultural Studies: Sudut Pandang Ruang«
.
1.2.3. Membaca Fiksi Romantis rendah dari pers dua pers lainnya. Pers populer
Narasi feminin cenderung mengambil salah satu dari beroperasi pada garis batas antara yang public dan yang
tiga kemungkinan posisi: penghinaan; kebencian; atau privat: gayanya yang sensasional, terkadang skeptic,
olok-olok yang sembrono. Bangkitnya feminism hampir tidak jarang bersungguh-sungguh secara moralistis;
paralel dengan pesatmya pertumbuhan popularitas fiksi ungkapannya populis; kelonggaran bentuknya
romantis. menampik perbedaan stilistik antara fiksi dan
documenter, antara berita dan hiburan.
Menurut Smithton, roman ideal adalah sesuatu di mana
perempuan cerdas dan independent dengan cita rasa Bagi pers, populer atau yang lainnya, untuk menjadi
humor yang bagus diluapi, sesudah banyak rasa curiga budaya pop ia harus diterima oleh rakyat; ia harus
dan ketidakpercayaan, dan sejumlah kekejaman dan memprovokasi percakapan dan memasuki sirkulasi dan
kekerasan, oleh cinta terhadap pria yang cerdas, lembut, resirkulasi oral.
dan pandai bercanda.
Majalah perempuan menarik pembacanya dengan
Yang selama hubungan mereka terjalin berubah dari memaknai kombinasi antara hiburan dan sarana yang
seseorang yang praterpelajar dan emosional menjadi berguna.Daya tarik ini ditata melalui serangkaian fiksi.
seseorang yang bisa peduli padanya dan memeliharanya
dengan cara yang secara tradisional kita akan Apa yang sungguh-sungguh dijual dalam fiksi-fiksi
mengharap hanya dari seorang perempuan kepada laki- majalah perempuan merupakan femininitas yang sukses
laki. dan karenanya menyenangkan. Majalah perempuan juga
PHQJRQVWUXNVL µNROHNWLYLWDV ILNVLRQDO¶ SHUHPSXDQ
Pemecahan terhadap roman yang ideal memberikan
keSXDVDQ VHJLWLJD \DQJ VHPSXUQD ³perlindungan 1.2.5. Membaca Budaya Visual
kebapakan, kepedulian ibu, dan cinta dewasa yang Karya awal Barthes mengenai budaya pop menaruh
bergairah´. SHUKDWLDQ SDGD SURVHV ³pemaknaan´, suatu cara yang
dengan itu makna-makna dihasilkan dan disirkulasikan.
1.2.4. Surat Kabar dan Majalah Pers Populer
Untuk memahami pers populer sebagai budaya pop, Pada level pemaknaan sekunder atau konotasilah apa
mari belajar dari kritikus Norwegia Jostein Gripsrud yang disebut ³mitos´ itu dihasilkan dan tersedia bagi
¶PHODPSDXL PRUDOLVPH WLGDN EHUJXQD \DQJ konsumsi. Melalui mitos, ideologi yang dipahami
kerap kali hadir dalam kritik-kritik terhadap pers sebagai sekumpulan gagasan dan praktik yang
SRSXOHU¶ mempertahankan secara aktif mempromosikan pelbagai
nilai dan kepentingan kelompok dominan dalam
Tujuan rersmi para jurnalis dan jurnalisme adalah masyarakat.
menyajikan informasi perihal dunia dan dengan
demikian merupakan suatu komitmen terhadap moda Ada tiga kemungkinan posisi pembacaan yang dari
analitis. Kendati demikian, pada praktiknya, moda ketiganya citra bisa dibaca.Yang pertama semata-mata
penuturan ceritalah yang paling sering dimainkan. melihat tentara kulit hitam yang memberi hormat pada
bendera sebagai ³contoh´Imperialisme Perancis, suatu
Perbedaan penting antara pers populer dan apa yang simbol bagi imperialisme.Yang kedua melihat citra
GLVHEXW VHEDJDL SHUV µEHUNXDOLWDV¶ DGDODK SHQJHUDKDQ sebagai ³DOLEL´ imperialisme Perancis. Posisi
(oleh pers populer) ³yang personal´ sebagai kerangka SHPEDFDDQ WHUDNKLU DGDODK SRVLVL SHPEDFDDQ µSHPEDFD
kerja yang bersifat menjelaskan.Budaya pop itu secara PLWRV¶
potensial dan kerap secara aktual, progresif (meski
bukan radikal). 1.3. Film
Studi film/movie telah membangkitkan sebentangan
Perbedaan antara progresif dan radikal adalah: teks teori dan metode. Film dipelajari dari segi potensinya
populer boleh jadi bersifal progresif lantaran teks-teks VHEDJDL µVHQL¶ VHMDUDKQ\D \DQJ GLWXWXUNDQ VHEDJDL
itu bisa mendorong produksi makna yang bekerja untuk PRPHQ GDODP µWUDGLVL \DQJ KHEDW¶ ILOP-film, bintang,
mengubah atau mendestabilisasi tatanan sosial, namun dan sutradara yang paling berarti; film dianalisis
teks-teks tersebut tidak pernah bisa radikal dalam berdasarkan perubahan teknologi produksi film; film
pengertian bahwa teks-teks itu tidak pernah bisa dikutuk sebagai industri budaya; dan film didiskusikan
menentang atau menggulingkan tatanan tersebut. sebagai situs penting bagi produksi subjektivitas
individu dan identitas nasional.
Pers populer di satu sisi, dan pers pemerintah di sisi
lain, dari pers alternatif. Pers populer dipandang paling
Ekonomi politik budaya kebanyakan punya cara yang Dalam Profane Culture EDKZD µHWQRJUDIL WHUEDLN
sama dengan pendekatan Adorno. Pendekatan ekonomi melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh teori dan
politik budaya memantapkan tatapannya hampir semata- komentar: etnografi menghadirkan pengalaman manusia
mata pada kekuatan musik industri. Tidak disangsikan tanpa meremehkannya, dan tanpa menjadikannya
lagi bahwa industri musik punya kekuatan ekonomi dan sebagai refleks pasif dari struktur sosial dan kondisi
budaya yang sangat besar. Penting kiranya membedakan VRVLDO¶
antara kekuatan budaya industri dan kekuatan
pengaruhnya. Terlalu sering keduanya 1.4.4. Kata-Kata dan Musik: Membuat Kata-kata
dicampuradukkan, padahal keduanya tidak selamanya Sederhana Jadi Enak Didengar
sama. Kata-kata adalah bunyi yang bisa dirasakan lebih dahulu
sebelum sebelum menjadi pernyataan-pernyataan untuk
1.4.2. Kaum Muda dan Musik Pop dipahami. Lirik ditulis untuk dimainkan. Lirik hanya
Kajian cultural studies berkenaan dengan budaya musik akan benar-benar hidup dalam penampilan seorang
pop lebih tepat dimulai dengan karya Stuart Hall dan penyanyi. Bunyi yang timbul di sekitar kata-kata
Paddy Whannel. merupakan tanda emosi dan kesungguhan yang nyata.
6HEDJDLPDQD PHUHND WHJDVNDQ µSRWUHW DQDN PXGa Kritik terhadap dugaan kedangkalan lirik-lirik musik
VHEDJDL RUDQJ OXJX \DQJ GLHNVSORLWDVL¶ ROHK industry pop tidak dimaksudkan sebagai sajak. Musik pop
PXVLN SRS µWHUODOX GLVHGHUKDQDNDQ¶ meminjam bahasa sehari-hari dan mementaskannya
dalam suatu permainan suara dan performa yang efektif.
Kegunaan subkultur musik menaruh perhatian pada 2. Konsumsi dalam Kehidupan Sehari-hari
bagaimana khalayak musik pop bisa dibagi dalam dua Konsumsi muncul sebagai suatu perhatian budaya pada
kelompok; (1) Kelompok mayoritas yang menerima akhir 1950-an dan awal 1960-an dalam perdebatan mengenai
gambaran dewasa tentang anak muda secara agak tidak SHUNHPEDQJDQ µPDV\DUDNDW NRQVXPHQ¶ %DUX-baru ini,
kritis, (2) Kelompok minoritas yang di situ beberapa konsumsi bisa ditemukan dalam pelbagai studi mengenai
tema pemberontakan sosial terangkum. budaya penggemar dan dalam pelbagai studi tentang belanja
sebagai bentuk budaya pop.
Jadi mengonsumsi musik tertentu menjadi suatu cara
mengada (way of being) di dunia. Konsumsi musik
Jurnal Studi Kultural Volume 1 No. 1 Januari 2016 www.an1mage.org 55
B. Parmadie Cultural Studies: Sudut Pandang Ruang«
.
2.1. Teori-teori Konsumsi Penggemar dipahami sebagai korban-korban pasif dan
Analisis budaya perihal konsumsi bermula dari perhatian patologis media massa. Dengan kata lain, kelompok
politik Marxisme. Herbert Marcuse mengembangkan penggemar merupakan suatu symptom yang tampak dari
deretan argumen untuk menunjukkan bahwa ideologi kemungkinan runtuhnya budaya, moral, dan sosial yang
konsumerisme mendorong kebutuhan palsu dan bahwa tak terelakkan lagi mengikuti transisi dari masyarakat
kebutuhan ini bekerja sebagai satu bentuk kontrol sosial. pedesaan dan agrikultural menuju masyarakat industrial
dan urban.
Psikoanalisis poskulturalis Jaques Lacan juga
menawarkan satu model pemikiran kritis mengenai Kelompok penggemar adalah apa yang orang lain
konsumsi. Ideologi konsumerisme bekerja dengan cara ODNXNDQ ³manusia´ VHODOX PHQJHMDU NHSHQWLQJDQ-
VHSHUWL ³LGHRORJL URPDQ´ kepentingan memamerkan selera dan preferensi.
Ideologi roman adalah suatu narasi yang terbangun di Menurut Jenkins, ada tiga ciri utama yang menandai mode
VHSXWDU VDWX SHQFDULDQ ³FLQWD´ DGDODK VROXVL EDJL VHPXD pemberian (makna) budaya penggemar dalam teks-teks
SUREOHP ³FLQWD´ PHPEXDW NLWD OHQJNDS ³FLQWD´ PHPEXDW media : (1) Cara penggemar menarik teks mendekati ranah
NLWD SHQXK ³FLQWD´ PHPEXDW NLWD XWXK pengalaman hidup mereka, (2) Peran yang dimainkan
melalui pembacaan kembali dalam budaya penggemar, (3)
Ideologi konsumerisme bisa dilihat sebagai salah satu Proses yang dengannya informasi program dimasukkan ke
strategi pengalihan; salah satu contoh mengenai pencarian dalam interaksi sosial yang terus-menerus. Komunitas-
yang tiada akhir, pergerakan hasrat metonimik yang tak komunitas penggemar bukan hanya kumpulan pembaca
ada habisnya. yang antusias.Budaya penggemar juga berkenaan dengan
produksi budaya.
Pierre Bourdieu (1984) dalam Wolff [8] menggeser
argument itu dari apa yang dilakukan konsumsi terhadap 2.4. Berbelanja sebagai Budaya Pop
manusia menjadi bagaimana manusia menggunakan Berbelanja adalah suatu aktivitas yang kompleks.
konsumsi untuk tujuan pembedaan sosial. Menggunakan Konsumsi selalu lebih dari sekedar aktivitas ekonomi ±
konsumsi untuk pembedaan dan pembedaan bukanlah hal mengonsumsi produk atau menggunakan komoditas untuk
yang baru. memuaskan kebutuhan-kebutuhan material.
2.2. Konsumsi Subkultural Konsumsi juga berhubungan dengan mimpi dan hasrat,
Subkultur-subkultur kaum muda berkomunikasi melalui identitas, dan komunikasi. Pendek kata, berbelanja telah
tindakan konsumsi. Seperti ditegaskan Hebdige, menjadi budaya pop.
subkultur-VXENXOWXU NDXP PXGD µPHQDUXK SHUKDWLDQ
SHUWDPD GDQ WHUXWDPD SDGD NRQVXPVL¶ +HEGLJH 9: 94- Konklusi
5 dalam Wolff) [8]. Fokus tulisan ini sudut pandang dan ruang cultural studies
(CS) pada budaya pop ini adalah pada aspek relasi budaya
Konsumsi subkultural adalah konsumsi yang pada dan kekuasaan yang dapat dilihat dalam budaya pop.
WDKDSQ\D \DQJ SDOLQJ GLVNULPLQDWLI 0HODOXL VXDWX µSURVHV
SHUDNLWDQ¶ VXENXOWXU-subkultur mengambil pelbagai Mengacu fenomena di atas dalam tradisi kajian budaya di
komoditas yang secara komersial tersedia untuk tujuan Inggris, menilai konsep budaya atau "cultural" (dalam
dan makna subkultur itu sendiri. Bahasa Inggris) merupakan hal yang paling rumit diartikan
sehingga bagi mereka konsep tersebut disebut menjadi suatu
Analisis kultural selalu cenderung merayakan yang luar alat bantu yang kurang lebih memiliki nilai guna. Williams
biasa sebagai bertentangan dengan yang biasa. Subkultur- mendefinisikan konsep budaya menggunakan pendekatan
subkultur menghubungkan kaum muda dengan universal, yaitu konsep budaya mengacu pada makna-makna
perlawanan, yang secara aktif menolak menyesuaikan diri bersama. Makna ini terpusat pada makna sehari-hari: nilai,
pada selera komersial pasif mayoritas kaum muda. benda-benda material/simbolis, norma.
Referensi
[1] Grossberg, Lawrence. 1992. Cultural studies: An
Introduction" dalam Lawrence Grossberg, Cary Nelson,
Paula Treichler (eds), Cultural studies. Routledge, New York.