=======================
Kebudayaan tidak terlepas dari faktor sejarah dan yang menarik adalah pernyataan bahwa dalam
kebudayaan terdapat "ambiguitas" yang menjelaskan kontinuitas dan perubahan yang terjadi.
Salient ambiguity menandakan bahwa kebudayaan bersifat berkelanjutan dan kebudayaan juga
dapat berubah setiap saat. Pergerakan budaya memiliki dimensi budaya yang terdiri dari
keanekaragaman individu, waktu, dan ruang. Dimensi keberagaman individu dapat memiliki
variasi dari masing-masing individunya dan kebudayaan disini memengaruhi kebudayaan
individu lain yang menjadikannya milik bersama dalam suatu kelompok. Dimensi waktu
menjelaskan tentang kebudayaan yang tetap sama berkelanjutan atau berubah dari waktu ke
waktu. Sedangkan, dimensi ruang menjelaskan perihal perbedaan luas suatu kajian dan adanya
isolasi kebudayaan. Jadi, konteks sejarah menjadi penting untuk mempelajari lebih dalam
tentang suatu kebudayaan di suatu daerah dan untuk mengetahui apa saja efek yang ditimbulkan
dari kebudayaan tersebut.
1
Kumpulan Respons Dasar ASB – Respons Materi 2 – Rethinking The Culture
Imho, bisa diasumsikan karena kebudayaan tidak terlepas dari faktor sejarah, dimana dalam
konteks umum history is a past, maka kebudayaan juga bisa punah ditelan waktu, tentu saja tidak
terlepas karena kebudayaan itu dinamis. Kepunahan yang bisa jadi menumbuhkan kebudayaan
"baru".
=======================
Saya hendak menggarisbawahi sebuah pernyataan Kroeber pada tahun 1948, bahwa
“Materi budaya yang berasal dari luar (sistem sebelumnya), lambat laun akan terakumulasi
dalam satu budaya. Materi dari luar ini bahkan kerap lebih besar daripada yang sudah ada.
Bahkan tak butuh waktu lama, setelah suatu budaya menerima item baru, ia cenderung akan
kehilangan minat terhadap asalnya.”
Dalam pandangan saya, pernyataan yang dikedepankan lebih dari 70 tahun lalu ini,
ternyata memiliki korelasi hingga masa kini. Apa yang terjadi di kota-kota besar Indonesia pada
tahun 1970-an, dengan boomingnya gaya berpakaian cut brai pada anak muda, dan kesukaan
mereka pada musik barat. Istilah kegandrungan pada budaya barat pun hadir, dan berlanjut
hingga masa kini. Dalam konteks yang lebih kekinian, gelombang budaya Korea alias Korean
Wave bahkan menjangkiti generasi milenial.
Ingatkah kita, sejak kapan gaya bahasa lisan di antara kita mulai tercampur baur, antara
bahasa Indonesia dengan ungkapan bahasa Inggris, yang akhirnya malah menjadi hal yang
umum, bahkan menjadi standar anak kota? Ingatkah kita, masa-masa di mana hamburger yang
awalnya menjadi bagian dari American wave, kini telah menjadi gaya kuliner keseharian?
Alkisah di sebuah pojok kafe, gerombolan wanita muda berkumpul sambil saling sapa
dan pamer kesibukan, sambil basa basi menanyakan soal makan siang. Tapi kata salah satu
cewek, “Eh gue masih kenyang, literally this morning gue udah breakfast hamberger Sayy...”
2
Kumpulan Respons Dasar ASB – Respons Materi 2 – Rethinking The Culture