Anda di halaman 1dari 3

Kumpulan Respons Dasar ASB – Respons Materi 4 – Berpikir Holistik

BERPIKIR HOLISTIK

HILMAN : RABU 19 OKTOBER


Mengenai Batasan

Tiga komentar di atas/bawah dari teman-teman saya rasa ada kaitannya dengan batasan yang
dikontraskan dengan konsep holistik. Saya tidak tahu postingan ini akan menjawab atau tidak,
tapi begini pikiran saya. 

Perspektif holistik sangat penting dipakai dalam menjelaskan fenomena atau gejala budaya untuk
menekankan bahwa tidak ada satu pun manifestasi kebudayaan yang bisa berdiri sendiri atau
terisolasi. Hanya dengan menghubungkan satu gejala dengan konteks lainlah kita bisa
memahami kebudayaan tersebut secara utuh. Misalkan kenapa rumah-rumah tradisional di
nusantara hampir selalu mempunyai beranda, itu tidak bisa dianalisis dari segi arsitektur atau
bentuknya saja.

Atau hanya kreativitas manusia-manusianya saja. Ini akan berakhir dengan kesimpulan yang
simplistis, terlalu menyederhanakan. Beranda mestinya bisa dihubungkan dengan kondisi alam
tropis yang banyak diguyur hujan dan disinari matahari--karena itu butuh ada ruang "antara" agar
manusia yang berlindung di dalamnya tetap nyaman. Beranda juga menjalani fungsi sosial. Dia
mengakomodasi karakter masyarakat nusantara yang cenderung terbuka untuk berinteraksi.
Beranda juga dapat berfungsi untuk menerima tamu bahkan dalam kasus tertentu dimanfaatkan
pengelana untuk bermalam atau berteduh. Apakah "beranda" telah dianalisis dengan holistik?
Menurut saya iya, meski terbatas. Yang terpenting dari proses tersebut adalah analisis yang
dihasilkan itu sifatnya "solid" atau utuh. Dalam penelitian juga ada istilah yang disebut "saturasi
data" di mana data yang kita kumpulkan dan peras habis untuk dianalisis telah jenuh. Sudah
tidak bisa dianalisis lagi. Pada saat itulah analisis penelitian dapat dihentikan. 

Yang lebih penting dari itu menurut saya, seberapa ekstensif pun sebuah penelitian, rasanya
peneliti ybs tidak akan berani mengambil klaim bahwa kesimpulan analisisnya adalah kebenaran
yang universal. Kesimpulan yang diambil tidak akan bisa menjadi generalisasi. Lagi pula
menurut saya, sains selalu punya metode falsifikasi. Hasil penelitian sebelumnya bisa disalahkan
dan dikoreksi oleh kolega dan penelitian berikutnya. Dengan metode seperti itulah pemahaman
kita atas dunia, dan karena itu sains juga, bisa berkembang hingga sekarang. 

Kembali ke soal batasan, menarik untuk disimak kalimat dari Malinowski yang pernah kita baca.
Jika kita meneliti tentang budaya memancing dalam sebuah masyarakat, maka kita tak
terhindarkan dari mengaitkannya dengan aspek ekonomi, sosial, kekerabatan, dll. Dengan kata
lain: keseluruhan aspek dalam kebudayaan tersebut. 

1
Kumpulan Respons Dasar ASB – Respons Materi 4 – Berpikir Holistik

DESI : SABTU 15 OKTOBER


Batasan Kajian Dalam Pendekatan Holistik

Perspektif holistik dalam antropologi merupakan totalitas upaya menggali suatu kebudayaan
untuk mejelaskan hal-hal yang spesifik dalam setiap kebudayaan serta melihat sebanyak-
banyaknya keterkaitan setiap aspek dalam kebudayaan tersebut. Apakah artinya holistik ini juga
membatasi peneliti hanya mengkaji satu kebudayaan saja karena tidak ada kebudayaan lain yang
dapat diperbandingkan untuk semua unsur detail dari kebudayaan yang dikaji?

SOFI : SELASA 4 OKTOBER


Proporsi Deskripsi Etnografi Yang Holistik

Dalam menjelaskan suatu fenomena sosial-budaya, antropologi selalu mengaitkan dan


menghubungkan antara aspek satu dan yang lainnya sehingga harus dikaji secara holistik atau
menyeluruh. Bagaimana cara kita mengidentifikasi proporsi penjelasan di setiap aspek yang
saling berkaitan agar yang menjadi fokus tidak terdominasi oleh penjelasan aspek lainnya
(pendukung)?

VINSEN : 27 DES / Tanggapan Sofi


Mungkin perlu adanya perumusan foreshadow problem yang tajam, sehingga tetap ada core
penelitian yang dijadikan dasar. Ini dapat menggeser pengertian holistik menjadi melebar tanpa
fokus

ANWAR : 29 SEPTEMBER

Mengenal Sifat Holistik Antropologi


Antropologi sebagai disiplin memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu secara holistik. Namun
seberapa luas kah seorang antropolog dalam melihat berbagai suatu masyarakat dan
kebudayaannya? apakah ada batasan dari keluasan tersebut atau tidak? jika memang tidak ada
batasan, bagaimana seorang antropolog bisa memastikan bahwa ide-ide yang ditariknya tetap
coherent?

TOK : 23 DESEMBER

Kisah Petualangan dalam Konsep Holistik


Melihat, merasakan, membandingkan, mengendapkan, lalu menulis sesuatu menjadi cerita yang
holistik, saya analogikan dengan sebuah “kisah petualangan.” Jika kita menulisnya tanpa terjun
ke lapangan, kita akan berkutat dengan ruang-ruang imajinatif, teoritik, disertai komparasi dari
bahan-bahan literatur yang sudah ada sebelumnya.

Tapi saya lebih menyukai “kisah petualang yang menetap” yang ditulis berdasarkan petualangan
kita sendiri. Dengan begitu, kita bisa merasakan langsung ruang-ruang realita yang kita padankan
dengan ruang-ruang imajinatif tadi. Itu pun tidak menutup kemungkinan kolaborasi dengan

2
Kumpulan Respons Dasar ASB – Respons Materi 4 – Berpikir Holistik

literatur atau bahan-bahan dari “para petualang” lainnya. Namun, konsep petualangan ini akan
memberi cita rasa yang berbeda, ibarat seorang koki dengan cita rasa menu yang personal, yang
nantinya bisa saja dipadu padankan dengan cita rasa juru masak-juru masak lainnya.

LUKFI : 27 DESEMBER / Tanggapan

Pemabahasan menarik. Sejauh ini cukup setuju dengan idenya, hanya saja karena ini bukan
sekedar "cerita" perjalanan, tentu saja kaidah ilmiah tetap harus dikedepankan. meskipun dalam
paparannya sebagaimana contoh karya-karya etnografi yang seakan bercerita secara deskriptif.

=======================

Anda mungkin juga menyukai