Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anggi Maharani

1. Perspektif teori evolusi dan difusi klasik dalam studi perubahan sosial budaya (pedapat
pribadi)

Teori evolusi sosial budaya merupakan cara pandang yang memandang bahwa gejala-gejala
yang timbul dari alam, masyarakat dan kebudayaan yang ada dalam komunitas manusia dapat
dilihat dan dipikirkan secara rasional. Cara pandang yang secara tidak langsung mengkritik
perilaku masyarakat Eropa Barat yang mengembalikan segala sesuatunya ke kitab suci.

Teori difusi sosial budaya dimaknai sebagai persebaran kebudayaan yang disebabkan adanya
migrasi manusia.Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, akan menularkan budaya
tertentu. Hal ini akan semakian tampak dan jelas kalau perpindahan manusia itu secara
kelompok dan atau besar-besaran, di kemudian hari akan menimbulkan difusi budaya yang luar
biasa. Setiap ada persebaran kebudayaan, di situlah terjadi penggabungan dua kebudayaan
atau lebih. Akibat pengaruh kemajuan teknologi-komunikasi, juga akan mempengaruhi
terjadinya difusi budaya.

2. Latar kemunculan evolusi dan difusi (pedapat pribadi)

Terjadinya evolusi sosial budaya berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, dimana setiap
kebudayaan memiliki culture core, berupa teknologi dan organisasi kerja. Dengan demikian,
terjadinya evolusi dalam sebuah kebudayaan ditentukan oleh adanya interaksi yang terjalin
antara kebudayaan tersebut dengan lingkungan yang ada di dalamnya dan memunculkan
konsep-konsep baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu lingkungan, culture core,
adaptasi dan organisasi kerja.

Terjadinya difusi sosial budaya berhubungan dengan persebaran sosial budaya yang disebabkan
adanya migrasi manusia, perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dan juga pengaruh
kemajuan teknologi-komunikasi

3. Pandangan dasar (asumsi) teori evolusi dan difusi (pedapat pribadi)

Pandangan dasar teori evolusi sosial budaya yaitu adalah perubahan cara pandang yang
disebabkan oleh gejala alam,masyarakat itu sendiri dan kebudayaan yang rasional. Evolusi ini
juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,culture core dan teknologi sehinggan mengubah
kebiasan dan hubungan sosial pada sekelompok masyarakat
Pandangan dasar teori difusi sosial budaya yaitu persebaran sosial budaya yang disebabkan
karna adanya kigrasi penduduk yang mana perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain
sehingga akan menularkan kebudayaan baru

4. Pokok perhatian kajian, para ahli dan penjelasan pemikiran teorinya


 Evolusi sosial budaya

Dalam buku yang ditulis tahun 1874 ini, Tylor memaparkan bahwa kebudayaan manusia dalam
sejarah evolusinya berjalan melalui tiga tahap perkembangan yang masing-masing tahapan
dibedakan berdasarkan unsur ekonomi dan teknologi yang mereka gunakan. Ketiga tahapan
perkembangan kebudayaan manusia tersebut adalah savagery, barbarian dan civilization.

Pada tahap pertama (savagery), manusia hanya bertahan hidup dengan cara berburu dan
meramu dengan menggunakan peralatan yang mereka ciptakan dari benda-benda yang ada di
sekitar mereka, seperti kayu, tulang dan batu. Berkembang kemudian menuju tahap kedua
(barbarian) yang ditandai dengan mulainya manusia mengenal cocok tanam. Karena mulai
memahami cara menanam, maka mereka berpikir untuk menjaga agar tanaman tersebut dapat
dipelihara dan dimanfaatkan hasil sehingga mereka mulai hidup menetap di sekitar tanaman
tersebut. Tahapan kedua ini juga ditandai dengan perkembangan peralatan mereka dari yang
sebelumnya hanya terbuat dari kayu, batu dan tulang menjadi terbuat dari logam. Berkembang
kemudian menjadi tahap ketiga (civilization) atau peradaban yang ditandai dengan pengenalan
manusia dengan tulisan, kehidupan perkotaan dan kemampuan mereka membangun
bangunan-bangunan besar yang sebelumnya belum pernah ada. Untuk dapat mencapai semua
itu, tentunya manusia memerlukan ilmu pengetahuan dan peralatan-peralatan yang canggih
serta yang tidak boleh terlupakan adalah memiliki kompleksitas sistem organisasi sosial.

Setelah cukup lama berinteraksi dengan paparan evolusi kebudayaan Tylor, maka dunia kajian
kebudayaan kemudian berjumpa dengan paradigma yang sama tetapi dikemukakan oleh orang
yang berbeda. Paparan-paparan teori evolusi kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tylor sebelumnya kemudian dilanjutkan oleh Lewis Henry Morgan, seorang antropolog Amerika.
Pada awalnya Morgan dikenal sebagai seorang ahli hukum, akan tetapi karena cukup lama
berinteraksi dan tinggal dengan suku-suku Indian Iroquois di New York, ia kemudian banyak
mengenal kebudayaan suku asli benua Amerika ini. Hasil kajian etnografinya mengenai suku
Indian tempat ia lama tinggal kemudian diterbitkan dalam bentuk buku berjudul League of the
Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois. Dalam buku ini, Morgan memaparkan susunan kemasyarakatan
dan kekerabatan yang ada dalam masyarakat suku Indian ini yang dilakukan berdasarkan pada
gejala kesejajaran yang seringkali ada dalam sistem istilah kekerabatan dan sistem kekerabatan .
selama beberapa waktu menunjukkan sesuatu yang semakin menguatkan pandangan evolusi,
bahwa kemajuan teknis yang dramatis dalam sejarah manusia berupa budidaya tumbuh-
tumbuhan dan hewan, irigasi, penemuan logam dan lain sebagainya terbukti telah membawa
perubahan revolusioner dalam keseluruhan jalinan kehidupan kultural yang dilakoni oleh
manusia.

Benda-benda arkeologis yang ditemukan Childe makin menguatkan teori evolusi bahwa
keseluruhan pola perubahan yang terjadi dalam setiap fase perkembangan kebudayaan manusia
menunjukkan perubahan yang bersifat evolutif dan progresif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan atau perkembangan dari satu fase ke fase selanjutnya, seperti dari pemburu-peramu
yang berpindah-pindah (nomadik) yang berada pada masa Paleolitik menjadi seorang manusia
yang bercocok tanam (holtikulturalis) yang tidak lagi nomadik atau sudah menetap di satu
tempat sebagai komunitas kempal dalam masa Neolitik.

Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa pada akhir abad ke sembilan belas masehi, para ahli
antropologi yang berkecimpung dalam kajian kebudayaan manusia telah memakai kata
kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori p0evolusi, mereka
mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah
tercipta kebudayaan.

 Difusi Sosial budaya

Franz Boas pada dasarnya adalah seorang ahli geografi yang hidup antara tahun 1858-1942 dan
berasal dari Jerman. Tokoh yang dianggap pendekar ilmu antropologi Amerika ini banyak
melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah pedalaman Amerika dan mengumpulkan bahan-bahan
etnografi yang digunakannya untuk menyusun beragam karangannya mengenai kebudayaan.
Untuk menguatkan pandangan-pandangannya mengenai kebudayaan, Boas menyatakan bahwa
penelitian difusi kebudayaan harus diarahkan hanya pada daerah-daerah tertentu saja dan apa
yang mengemuka dalam komunitas kebudayaan tertentu tersebut harus diperhatikan secara
seksama dan seteliti mungkin.Model Boas ini kemudian dikenal dengan nama ‘partikularisme
historis’ dimana di dalamnya telah melahirkan konsep-konsep baru mengenai kajian
kebudayaan, seperti kulturkreis atau daerah atau lingkungan dan kulturschichten atau lapisan
kebudayaan. Dalam kajian kebudayaan ala difusi Boas ini, unsur-unsur persamaan yang dimiliki
oleh sebuah kebudayaan sangat diperhatikan secara cermat untuk kemudian dimasukkan ke
dalam sebuah kategori yang disebutkan dengan dua istilah yang dikemukakan di atas. Dengan
cara seperti ini maka akan diketahui unsur-unsur kebudayaan yang ada dalam beragam
kebudayaan dunia.

Para penerus gagasan difusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Boas kemudian dilanjutkan
oleh para muridnya yang banyak berada di Amerika. Salah satu muridnya yang terkenal dan
terus menyebarkan gagasan Boas adalah Clark Wissler (1870-1947) yang berpendidikan formal
sebagai seorang ahli psikologi dan bekerja di Museum of Natural History. Sepeninggal Boas,
Wissler mengajukan suatu konsep baru sebagai lanjutan atau pengembangan dari pemikiran
gurunya mengenai difusi kebudayaan. Konsep tersebut adalah culture area yang merupakan
pembagian dari kebudayaan-kebudayaan Indian di Amerika ke dalam daerah-daerah yang
merupakan kesatuan mengenai corak kebudayaan-kebudayaan di dalamnya. Hal ini
dilakukannya karena Wissler ingin mengklasifikasikan beragam peninggalan budaya dari aneka
ragam suku yang ada di pedalaman Amerika hasil dari perjalanan antropologis yang
dilakukannya. Dengan menerapkan konsepnya yang baru tersebut, maka beragam peninggalan
antropologis dari suku-suku Indian tersebut dapat dikelompokkan dalam tempat-tempatnya
yang sesuai. Dari implementasi konsep ini terhadap beragam peninggalan budaya tersebut,
Wissler berhasil menggolongkan puluhan kebudayaan yang berbeda-beda ke dalam satu
golongan berdasarkan pada persamaan sejumlah ciri yang sangat mencolok dalam kebudayaan-
kebudayaan tersebut.

Penerus selenjutnya dari gagasan difusi kebudayaan Boas adalah AL Kroeber (1876-1960) yang
merupakan doktor hasil bimbingan tokoh penentang utama teori evolusi ini. Seperti halnya
Boas, Kroeber juga sangat mementingkan penelitian lapangan secara komprehensif yang
berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Apa yang ia dapatkan selama dalam bimbingan
Boas, Kroeber menerapkannya pula kepada para muridnya dengan mewajibkan mereka untuk
melakukan penelitian lapangan paling tidak selama setahun. Dalam melakukan penelitiannya,
para muridnya diharuskan mengetahui dan memahami apa yang ada dalam masyarakat tempat
mereka melakukan penelitian, seperti mampu menggunakan bahasa yang masyarakat tersebut
gunakan dan mengumpulkan beragam bahan yang berhubungan dengan masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai