1. Zaman Liar Tua, yang berlangsung dari masa muda ras manusia sampai pada waktu
diketemukannya api. Kehidupannya adalah dari mencari akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan
liar.
2. Zaman Liar Madya, dimulai dari masa setelah manusia mengetahui penggunaan api
dan hidup dari menangkap ikan sampai pada masa manusia menemukan anak panah dan
busurnya. Contohnya adalah suku bangsa asli di Australia dan sebagian besar dari suku
Poynesia ketika diketemukan oleh bangsa barat.
3. Zaman Liar Muda dimulai sejak manusia menemukan panah dan busurnya dan
berakhir pada zaman ketika diketemukannya seni untuk membuat periuk. Suku bangsa yang
hidup dan masih tinggal pada tingkatan ini ialah : suku Athapascan dari daerah Hudson Bay
suku bangsa yang hidup di lembah Columbia dan beberapa suku bangsa yang hidup di
Amerika Utara dan Selatan.
4. Zaman Barbar Tua dimulai sejak manusia menemukan seni untuk membuat periuk,
dan berakhir pada zaman manusia mulai berternak atau mulai bercocok tanam. Ke dalam
tingkat ini dapat disebut suku bangsa Indian di Amerika Serikat di sebelah sungai Missouri
5. Zaman Barbar Madya dimulai dengan pengenalan akan beternak dan bercocok tanam
dan irigasi sampai kepada zaman dimana telah diperoleh kepandaian mencairkan bijih besi.
Suku bangsa dalam tingkat ini adalah Village Indians dari New Mexico, Mexico dan Amerika
Tengah serta Peru.
6. Zaman Barbar Muda dimulai sejak manusia mengenal pembuatan besi dan berakhir
pada waktu manusia mengenal tulisan. Sejak itu mulai berkembang peradaban. Suku bangsa
yang ada dalam tingkat ini dalah suku Yunani pada zaman Homerus dan suku bangsa Italia
pada zaman sebelum didirikan Romawi dan suku bangsa Germania pada zaman Caesar.
Fungsionalisme
Tokoh utama dalam aliran ini adalah Malinowski dan Radcliff-Brown. Bronislaw
Malinowski (1884-1942), merupakan tokoh yang mengembangkan teori fungsional tentang
kebudayaan, atau a functional theory of culture. Inti dari teori Malinowski menjelaskan
bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya memuaskan suatu rangkaian kebutuhan
naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan kehidupannya.Kebutuhan itu meliputi
kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan sekunder/psikologis, kebutuhan mendasar
yang muncul dari kebudayaan itu sendiri.
Teori fungsionalisme struktural Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan
mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling
berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian
akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Penganut teori ini cenderung
untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadapa sistem yang lain
dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat
menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini
beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu
masyarakat. Maka jika terjadi konflik, penganut teori fungsionalisme struktural memusatkan
perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap
dalam keseimbangan. Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori (fungsional)
senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara
keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur fungsional bagi sistem sosial itu.
Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial itu, bahkan kemiskinan serta
kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam
keseimbangan.
Benedict menekankan bahwa kebudayaan itu seperti seorang individu, lebih kurang
terlihat dalam pola-pola yang konsisten untuk berpikir dan bertindak. Pola ini berisi
karakteristik emosional dan intelektual dari individu-individu dalam masyarakat. Ruth
Benedidict adalah salah satu murid dari Franz Boas. Melalui bukunya yang berjudul Patterns
of Culture, Beneddict membagi kebudayaan menjadi empat tipe: Apollonian, Dionysian,
Paranoid, dan Meglomanic. Tipe-tipe itu menunjukkan bagaimana manusia menjalani
kehidupan, berinteraksi sesama, dan bertingkah laku sehari-hari (Barnard and Spencer
1996:137). Kemudian Sigmund Freud juga mencetuskan teori yang dinamis tentang
kepribadian manusia yang mampu menjadi penghubung antara proses psikis dan sistem
cultural sehingga memicu munculnya teori kepribadian dan kebudayaan (Manners, 2002:
182).
Ekologi Budaya
Konsep steward yang paling dikenal terkait tentang teori ekologi budaya adalah
konsep adaptasi. Gambaran dari metode teori bahwa para ahli ekologi biologi telah
mengembangkan studi adaptasi dari spesies hewan, khusus dikaitkan pada organ tertentu
yang berubah karena lingkungan, Steward berusaha untuk menjelaskan aspek struktur
tertentu dari budaya Shoshon dalam kaitan sumberdaya yang tersedia dalam habitat semi
padang pasir yang miskin. Steward juga mengemukakan bahwa lingkungan hidup hanya
mempengaruhi unsur tertentu saja, yang disebutnya kebudayaan inti. Unsur kebudayaan lain
dipengaruhi oleh proses- proses dalam sejarah yang dialami kebudayan bersangkutan, yang
tentunya berbeda dengan kebudayaan lain. diasosiasikan dengan Materialisme kebudayaan.
Strukturalisme
Dalam pandangan strukturalisme, gejala-gejala kebudayaan merupakan gejala-gejala
yang seperti bahasa (Lévi-Strauss, 1963). Tokoh awalnya Ferdinand de Saussure yang
memberikan pandangan yang menjadi dasar dari strukturalisme Levi Strauss, yaitu : Signified
(tinanda), Signifier (penanda), form (bentuk), content (isi),langue (bahasa), parole (ujaran,
tuturan), synchronic (singkronis), diachronic (diakronis), syntagmatic (sintagmatik),
associative (paradigmatic). (Ahimsa-Putra 2001:33-34). Kemudian Roman Jakobson dengan
linguistik strukturalnya telah memberikan pelajaran pada Levi Strauss tentang bagaimana
memahami atau menangkap tatanan yang ada di balik fenomena budaya yang begitu variatif
serta mudah menyesatkan upaya manusia untuk memahaminya (Ahimsa-Putra 2001:52).
Etnosains
Materialisme
Tafsir Kebudayaan
Clifford Geertz adalah tokoh dari aliran ini yang sependapat dengan konsep Max
Weber yang menyatakan bahwa kebudayaan pada hakikatnya merupakan sebuah semiotis.
Bagi Geertz, makna tidak terletak di "dalam kepala orang". Simbol dan makna dimiliki
bersama oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri mereka.
Simbol dan makna bersifat umum (public), bukan pribadi (private)." Geertz mengangggap
pandangannya tentang budaya adalah semiotik. Cliford Geetz mencoba membuat konsep
kebudayaan yang sifatnya interpretatif, dimana ia melihat kebudayaan sebagai suatu teks
yang perlu diinterprestasikan maknanya. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan menurut Geertz bukan hanya sebuah pola perilaku yang
menjadi suatu kebiasaan di masyarakat melainkan pola perilaku yang oleh masyarakat
tersebut memiliki maknamakna tersendiri yang diyakini oleh para pelaku kebudayaan
tersebut. Pada dasarnya Geertz mencoba menggali setiap makna di dalam sebuah pola perilku
yang disebut dengan kebudayaan.
Fenomenologi
Huserl adalah sumber dan inspirasinya, tetapi Alfred Schutz (1899-1959) adalah
tokoh terpenting dalam kemunculan dari sosiologi fenomenologis. Bagi Schutz (1967) makna
ialah dapat diinterpretasikan dari berbagai perspektif manusia sebagai makhluk sosial, makna
dilahirkan berdasarkan pada sebuah pengalaman yang subjektif, yang dikonstruksikan dalam
diri manusia sebagai individu yang merdeka. Individu yang aktif dalam proses pemberian
makna, bahwa setiap manusia memaknai realitas berdasarkan pada apa yang pernah dilihat,
didengar, dirasakan sebagai pengalaman yang nyata. Banyak pemikiran Schutz ysng
dipusatkan terhadap satu aspek dunia sosial yang disebut kehidupan dunia atau dunia
kehidupan seharihari. Inilah yang disebut dunia intersubyektif.
Konstruksionisme
Konstruksi sosial ialah suatu proses pemaknaan yang dilakukan oleh setiap individu
terhadap lingkungan dan aspek diluar dirinya, yaitu makna subjektif dari realitas objektif di
dalam kesadaran orang yang menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Berger memahami
suatu realitas sosial sebagai sesuatu yang kehadirannya tidak bergantung pada masing-masing
individu. Dalam karyanya bersama Luckmann, Berger memaparkan bahwa bagi analisis
sosiolog hal yang terpenting adalah realitas kehidupan sehari-hari, yakni realitas yang dialami
atau dihadapi oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, H.S. 1994. Antropologi Ekologi: Beberapa Teori dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Perspektif Mikro: Grounded theory,
Fenomenologi, Etnometodologi, Etnografi, Dramaturgi, Interaksi Simbolik,
Hermeneutik, Konstruksi Sosial, Analisis Wacana, dan Metodologi Refleksi,
Surabaya: Insan Cendekia.
Geertz, Clifford . 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Hendra, Akmal Zekky. 2013. “Manusia, Kebudayaan dan Kepribadian”. Diakses pada 30
November 2017, dari
https://www.academia.edu/5517376/2_makalah_manusia_budaya_dan_kepribadian_
OK.
Ihrom, T.O. 2005. Pokok-pokok Natropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ihsan, Muhammad. 2015. Fenomenologi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Nidia, Vega. 2017. Makalah Antropologi Budaya. Diakses pada 9 Desember 2017, dari
https://www.academia.edu/4900995/Makalah_Antropologi_Budaya.
Poloma, Margaret (ed.). 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://bowolampard8.blogspot.co.id/2011/07/bidang-ilmu-dan-aliran-antropologi.html.
Diakses pada 9 Desember 2017.
Saifuddin, Ahmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer:Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenada Media