Anda di halaman 1dari 4

TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN

Evolusi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara bertahap dan
membutuhkan waktu yang lama. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
keyakinan, seni, susila, hukum adat, serta setiap kecakapan dan kebiasaan. Evolusi
kebudayaan merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang terus terjadi hingga saat ini,
hal tersebut dapat dilihat dan diamati dalam banyak hal, seperti gaya hidup, bahasa, dan lain
sebagainya.
Dalam hal demikian, proses evolusi kebudayaan dapat terjadi melalui beberapa hal, yaitu :
 Akulturasi budaya, yaitu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan tersebut tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan asal.
 Asimilasi budaya, yaitu proses sosial yang timbul bila ada kelompok-kelompok
manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda, saling bertemu secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama, sehingga menyebabkan kebudayaan dari kelompok-
kelompok manusia tersebut masing-masing berubah sifat khasnya serta berubah juga
unsur-unsur wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
 Inovasi atau pembaruan kebudayaan, biasanya berkaitan dengan masalah teknologi
dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang
panjang dan melalui dua tahapan khusus yaitu discovery dan invention.
Berikut adalah beberapa teori evolusi kebudayaan :
1. Teori Evolusi Sosial Universal.
Teori ini dikemukakan oleh Herbert Spencer. Menurutnya, kebudayaan berevolusi karena
didorong oleh suatu kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal. Perkembangan
masyarakat dan kebudayaan dari setiap bangsa akan melewati tingkatan-tingkatan yang sama.
Tapi Herbert Spencer juga tidak mengabaikan fakta bahwa  perkembangan dari tiap-tiap
kebudayaan masyarakat dapat mengalami evolusi dalam tingkat-tingkat yang berbeda.
Herbert Spencer mengemukakan dua teori yaitu :

a. Teori Tentang Evolusi Hukum Dalam Masyarakat.


Herbert Spencer mengatakan bahwa hukum yang ada dalam masyarakat pada
awalnya adalah hukum keramat, yang bersumber dari nenek moyang yang berupa
aturan hidup dan pergaulan.
b. Teori Tentang Asal Mula Religi.
Herbert Spencer mengatakan bahwa bentuk religi yang tertua adalah religi
terhadap penyembahan  roh-roh nenek moyang, yang merupakan personifikasi dari
jiwa-jiwa dari orang yang telah meninggal. Bentuk religi yang tertua ini mengalami
evolusi ke bentuk yang lebih kompleks, yaitu penyembahan kepada dewa-dewa.
Selanjutnya religi terus berevolusi hingga saat ini sampai manusia mengenal adanya
agama.

2. Teori Evolusi Keluarga (J.J. Bachofen).


Teori ini dikemukakan oleh J.J. Bachofen. Menurut J.J. Bachofen, bahwa evolusi keluarga
yang terjadi di seluruh dunia berkembang melalui empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Tahapan Promiskuitas, yaitu di mana manusia hidup serupa dengan sekawanan
hewan, berkelompok, laki-laki dan perempuan berhubungan bebas, sehingga
melahirkan keturunan tanpa adanya suatu ikatan. 
2. Tahapan kedua, lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak,
tetapi anak hanya mengenal ibunya, belum mengenal ayahnya. Dalam keluarga inti,
ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada
tahapan ini disebut tahapan matriarchate. Pada tahapan ini pernikahan antara ibu dan
anak dihindari sehingga muncullah adat exogami. 
3. Sistem Patriarchate, di mana ayahlah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewaris
garis keturunan. Perubahan dari matriarchate menjadi patriarchate terjadi karena laki-
laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan perempuan
sebagai kepala keluarga.
4. Pada tahapan yang terakhir, patriarchate lambat laun hilang dan berubah menjadi
susunan kekerabatan yang disebut susunan parental. Pada tahapan terakhir ini,
pernikahan tidak selalu dari luar kelompok (exogami) tetapi juga dari dalam
kelompok yang sama (endogamai). Hal ini menjadikan abak-anak bebas berhubungan
langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.
3. Teori Evolusi Keluarga (L.H. Morgan).
Teori evolusi keluarga juga dikemukakan oleh L.H. Morgan. L.H. Morgan membahas sistem
kekerabatan suku bangsa-suku bangsa didasarkan pada  gejala kesejajaran yang sering kali
ada diantara sistem istilah kekerabatan dan sistem kekerabatan. Dalam bukunya yang
berjudul "Ancient Society", ia melukiskan proses evolusi masyarakat dan kebudayaan
manusia melalui delapan tingkat evolusi yang universal. Menurut L.H. Morgan, masyarakat
dari seluruh bangsa di dunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui
delapan tingkat evolusi, yaitu :
 Jaman liar tua, yaitu jaman sejak adanya manusia sampai manusia menemukan api,
dalam jaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-
tumbuhan liar.
 Jaman liar madya, yaitu jaman sejak manusia menemukan api sampai manusia
menumukan senjata busur panah, dalam jaman ini manusia mjulai berubah mata
pencaharian hidupnya dari meramu menjadi mencari ikan dan berburu.
 Jaman liar muda, yaitu dari jaman manusia menemukan busur panah sampai manusia
memiliki kepandaian untuk membuat alat-alat dari tembikar, tapi kehidupannya masih
berburu.
 Jaman barbar tua, yaitu dari jaman manusia memiliki kepandaian membuat tembikar
sampai manusia berternak dan bercocok tanam.
 Jaman barbar madya, yaitu dari jaman sejak manusia berternak dan bercocok tanam
sampai manusia menemukan menemukan kepandaian membuat alat-alat atau benda-
benda dari logam.
 Jaman barbar muda, yaitu dari manusia memiliki kepandaian membuat alat-alat atau
benda-benda dari logam sampai manusia mengenal tulisan.
 Jaman peradaban purba, menghasilakn beberapa peradaban klasik jaman batu dan
logam.
 Jaman masa kini, sejak jaman klasik sampai sekarang.
4. Teori Evolusi Religi.
Teori ini dikemukakan oleh E.B. Tylor, yang berpendapat bahwa asal mula religi adalah
adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
 Adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal
yang mati. Manusia sadar bahwa ketika manusia hidup ada sesuatu yang
menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut jiwa.
 Peristiwa mimpi, di mana manusia melihat dirinya di tempat lain (bukan di tempat ia
sedang tidur). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh jasmaninya
yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yang disebut
jiwa.

E.B. Tyor menyatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya dengan roh atau makhluk
halus. Inilah yang menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati
alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesaji, dan lain-lain,
yang disebut animisme.
5. Teori Mengenai Ilmu Gaib dan Religi.
Teori ini dikemukakan oleh J.G. Frazer. Manusia memecahkan persoalan hidupnya
dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya.
Makin terbelakang kebudayaan manusia, maka makin sempit lingkaran batas akalnya.
Persoalan hidup yang tidak dapat dipecahkan dengan akal pikiran akan  dipecahkan dengan
magic, ilmu gaib. Menurut J.G. Frazer, magic adalah semua tindakan manusia untuk
mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan-kekuatan alam dan kekuatan luar lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan magic tersebut tidak selamanya berhasil,
maka manusia mjulai sadar bahwa di alam ini ada yang menempatinya yaitu makhluk-
makhluk halus. Mulailah manusia mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus
tersebut. Dengan itu maka timbullah religi. Religi adalah segala sistem tingkah laku manusia
untuk memperoleh sesuatu dengan cara memasrahkan diri kepada penciptanya.

Anda mungkin juga menyukai