Anda di halaman 1dari 13

1.

PENGERTIAN KONSEP KEBUDAYAAN

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanakerta yaitu buddhayah ben- tuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggrin untuk kebudayaan adalah culture, berasal dari
kata Latin cultura sebagai kata benda dan sebagai kata kerja adalah colere dan colo. Kata
tersebut. mempunyai arti mengolah tanah atau bercocok tanan atau bertani. Dari si ni kemudian
berkembang artinya sebagai segala daya upaya manusia untuk mengolah tanah dan mengubah
wajah alam. Hal itu jelas sekali dengan pe- makaian secara luas konsep budidaya dan kultur
jaringan sebagai teknik pengenbangbiakän varitas tumbuhan dan hewan dalam bidang pertanian
dần" peternakan. Dalam bahsa Belanda kebudayaan itu disebut cultuur dan dalam bahasa Jerman
disebut kültur. Dalam bahasa Indonesia dikenal ada dua ma- cam istilah yang dipakai yaitu
kebudayaan dan budaya. Tetapi dalam isti- lah Antropologi-budaya kedua istilah itu tidak
dibedakan, kata budaya ha- nya merupakan singkatan saja dari kata kebudayaan. Demikianlah
umpamanya istilah Budaya Java merupakan singkatan dari Kebudayaan Jawa. Tetapi ha- rus juga
diingat bahwa ada terdapat perbedaan arti kebudayaan sebagai kon- sep dan kebudayaan sebagai
istilah dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan sebagai istilah banyak muncul dalam media
massa baik cetak maupun elekto- nik misalnya istilah budaya korupsi, budaya malu, budaya
bersih, budaya patuh, budaya ARS (asal bapak senang) dan sebagainya. Kebudayaan atau bu-
daya sebagai istilah berarti frekuensi gejala-gejala sosial tertentu cen- derung meningkat
jumlahnya atau harus ditingkatkan jumlahnya, sehingga menjadi kebiasaan. Adalah sangat
berbeda sekali kata kebūdayaan sebagai se- buah konsep dalam bidang ilmu tertentu misalnya
ilmu antropologi seperti yang akan dibahas selanjutnya dalan buku ini.

Konsep kebudayaan pertama kali muncul dan dipergunakan dalam banana Jerman dalan buku
karangan besar oleh G.E.Klems, Allgemeine Culturgesdichte der Menschkeit yang diterbitkan
tahun 1845, yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran pengertian kebudayaan dalan
arti yang modern, Di tangan Klenn dan penulis-penulin Jerman yang lain tentang sejarah unat
manusia, kata kultur atau kebudayaan memperoleh arti tingkat kemajuan yaitu tingkat pengerjaan
atau pengolahan yang dicapai manusia pada suatu ketika dalam perjalanan sejarah umat manusia.
Selanjutnya oleh E.B.Tylor pengertian kebudayaan ini secara perlahan-lahan masük. ke dunia
yang berbahasa Ing- geris (Anglo-Saxon). Tentang arti kebudayaan itu sendiri sampai kini be-
lum ada kesepakatan definisi yang telah disetujui oleh para pakar, ter- utama sekali pakar
antropologi. Adalah sangat sulit nekali memberikan batasan kebudayaan, oleh karena ruang
lingkup kebudayaan begitu luas, sehingga sebuah definisi tak sanggup memberikan pengertian
yang dapat dicakup dalam beberapa kalimat saja, Oleh sebab itu tidaklah mengheran- kan jika
terdapat banyak sekali definisi kebudayaan yang dikemukakan o- rang sesuai dengan sudut
pandangan masing-masing berdasarkan selera: atau latarbelakang disiplin ilmu yang dikuasal
oleh orang yang bersangkutan.
Banyak sekali definisi tentang kebudayaan diajukan oleh para pakar di bidang antropologi,
sosiologi, psikologi, filsafat dan la- in-lain. A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn pernah
mengumpulkan semua definisi kebudayaan yang dikemukakan orang secara tertulis, dalam buku
mereka yang berjudul Culture. A Critical Review of Consepts and Definitionn (1952). Ternyata
sampai tahun 1950 ada 179 buah definisi mengenai kebudayaan yang pernah diterbitkan. Semua
definisi yang di- kumpulkan itu diolas atau dianalisis oleh mereka berdua, dicari la-
tarbelakangnya, prinsip dan intinya lalu diklasifikasikan. Dalam bu- ku itu sebagai hasil analisis
dari semua definisi yang telah dikum- pulkan itu mereka mengemukakan bahwa semua definisi
tentang kebuda- yaan dapat diklasifikasian ke dalam tujuh kategori atau golongan, se- perti
berikut ini:

1) Golongan definisi yang luas yang menekankan dan merinci isi pe- ngertian kebudayaan.
Kebanyakan dari penulis definisi itu mene- kankan kenyataan bahwa kebudayaan itu adalah
suatu keseluruhan yang kompleks, terdiri dari unsur-unsur yang berbeda,

2) Golongan kedua, definisi yang menekankan sejarah kebudayaan. Ke- budayaan di sini
dipandang sebagai warisan sosial atau tradisi.

3) Colongan ketiga, definisi yang menekankan segi kebudayaan yang bersifat normatif.
Kebudayaan dianggap sebagai cara, aturan dan Jalan hidup manusia. Masuk golongan ini juga
adalah definisi yang menekankan cita-cita, nilai-nilai dan perilaku.

) Golongan keempat adalah definisi kebudayaan dengan pendekatan psikologi. Kebudayaan


dianggap sebagai penyesuaian manusia de- ngan lingkungan. Dalam golongan ini dimasukkan
juga definisi yang menekankan tentang perbuatan belajar dan pembiasaan.

5) Golongan kelina adalah definisi-definisi yang lebih bersifat struktur yang membicarakan pola-
pola dan organisasi kebudayaan.

6) Golongan keenan adalah definisi-definisi yang melihat kebudaya- an sebagai hasil perbuatan
atau kecerdasan manusia. Dalam go- longan ini dimasukkan juga definisi yang menekankan
pikiran- pikiran dan lambang-lambang. Definisi Oswalt misalnya mengang- gap kebudayaan
sebagai yang membedakan manusia dari hewan.
7) Golongan ketujuh adalah definisi-definisi yang tidak lengkap dan tidak dapat
dipertimbangkan, dikesampingkan saja.

Hasil analisis A.L.Kroeber dan C.Kluckhohn membuktikan bagaima- na banyak aspek dan unsur
pengertian kebudayaan itu. Adalah tak dapat dipungkiri bahwa dalam kebudayaan itu terdapat
banyak fungsi, aspek, dan unsur. Bahwa dalam kebudayaan ada fungsi normatif, ada aspek struk-
tur, ada aspek psikologi. Di samping itu benar juga bahwa kebudayaan terjadi dari berbagai
unsur, kebudayaan merupakan warisan sosial, ke- budayaan merupakan hasil daripada perbuatan
belajar dan lain-lain. 0- leh sebab itu tidak mengherankan kalau para penulis itu masing-masing
merumuskan definisi kebudayaan itu lebih dari satu, tetapi beberapa definisi yang sangat
berbeda-beda. Itu membuktikan bahwa mereka sadar bahwa kebudayaan itu dapat ditinjau dari
berbagai segi, sehingga tidak

satupun definisi dapat mencakup keseluruhannya. Fenurut Koent jaraningrat (1983: 181, bahwa
kebudayaan mempu

nyai dua pengertian, yaitu dalam pengertian sehari-hari atau dise- but juga dalam pengertian
sempit dan dalam pengertian luas.

1) 'Dalan pengertian sempit atau pengertian sehari-hari, disebut juga pengertian terbatas, maka
kebudayaan adalah hal-hal yang indah dalam bentuk neni sebagai hasil ciptaan sanusia, seperti
seni bangunan, seni rupa, seni suara, seni musik, kesusasteraan dan lain-lain. Jadi kebudayaan
dalam pengertian sempit, terba tas hanya pada kesenian saja
Dalam pengertian luan, menurut définiai antropologi maka kebu- dayaan diartikan sebagai
"Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar."......

Menurut C.A van Peursen (1976: 1012) bahwa ada dua penger- tian kebudayaan 1

1) Devasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap
kelompok orang. Kebudayaan meliputi se- gala perbuatan manusia, seperti misalnya cara ia
menghayati ke- kematian dan membuat upacara-upacara untuk menyambut peristiwa itu;
demikian juga mengenai kelahiran, seksualitas, cara-cara mengolah makanan, sopan santun
waktu makan, pertanian pertburuan, cara ia membuat alat-alat, bala pecah pakaian, cara-cara
untuk menghiasi rumah dan badannya. Itu semua termasuk kebudayaan, se- perti juga kesenian,
ilmu pengetahuan dan agama.

2) Dulu kata "Kebudayaan" diartikan sebagai sebuah kata benda, kini lebih sebagai sebuah kata
kerja. Kebudayaan bukan lagi pertama- tama sebuah koleksi barang-barang kebudayaan. Kini
kebudayaan terutama dihubungkan dengan kegiatan manusia yang menbuat alat- alat dan
senjata-senjata, dengan tata upacara tarian-tarian dan nantera-santera yang menenteramkan.
Memang, dalam pengertian ke- budayaan yang termasuk tradisi tersebut bukanlah suatu yang da-
pat dirubah; tradisi justru diperpadukan dengan aneka ragam per- buatan manusia dan diangkat
dalam keseluruhannya. Jadi, konsep ke- budayaan diperluas dan dinamisir. Irama hidup kita yang
makin cepat tentu saja mempengaruhi perubahan tersebut.

2. ISI KEBUDAYAAN

Untuk menganalisis kebudayaan manusia ataupun isi kebudayaan sua- tu masyarakat tertentu
menurut Koentjaraningrat (1985 101) sebaiknya dipergunakan konsep unsur-unsur kebudayaan
universal, yaitu unsur-un-.. mir yang ada dalan semua kebudayaan di seluruh dunia. Konsep
tersebut pada mulanya dikembangkan oleh B.Malinowski dan kemudian oleh G.P.Mur- dock dan
C.Kluckhohn. Adapun unsur-unsur kebudayaan yang bersifat uni- versal tersebut adalah: (1)
bahana, (2) sistem teknologi, (3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan,
(6) religi, (7) kesenian.

Setiap unsur kebudayaan tersebut dapat terbagi lagi ke dalam un- sur-unsur yang lebih kecil yaitu
sub-sub unsur. Selanjutnya sub-sub unsur unsur tersebut dapat terbagi lagi ke dalam bagian-
bagian yang le- bih kecil atau paling kecil. Seorang sarjana antropologi yang terkenal bernama
Ralph Linton yang dikutip Koentjaraningrat (1983:208) menja- barkan konsep unsur-unsur
kebudayaan itu hanya sampai empat kali atau empat tahap yaitu (1) cultural activities, (2)
complexes, (3) traits dan (4)items. Mengapa penjabarannya sampai empat tahap saja? Hal itu
dise- babkan oleh karena pada tahap yang keempat tersebut masih bersifat uni- versal, sedangkan
pada tahap-tahap selanjutnya yang lebih kecil sifat universal tersebut sudah tidak ada lagi.

Ambillah contoh organisasi nosial sebagai sebush unsur yang bersi- fat universal, dapat terbagi
dalan berbagai subunsur yaitu sistem keke rabatan, aisten pelapisan sosial, sistem pimpinan,
sistem politik dan lain-lain. Sistem kekerabatan sebagai salah satu subunsur kebudayaan da- ri
tahap kedua dapat terbagi lagi ke dalam beberapa sub-subunaur pada tahap ketiga yaitu
perkawinan, pewarisan, tolong-menolong antar kerabat, dan sebagainya. Selanjutnya perkawinan
sebagai unsur dari sistem kekera- batan dapat terbagi lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil
pada ta- hap keempat, terdiri dari pembayaran perkawinan, pesta perkawinan, adat menetap
sesudah nikah, harta perkawinan, perceraian dan sebagainya. Sem lanjutnya pembayaran
perkawinan kalau dibagi lagi dalam unsur-unsur yang lebih kecil sebagai tahap kelima dapat
menjadi unsur-unsur pembayaran perkawinan dengan emas, tanah, ternak, benda-benda keranat,
selanjutnya upacara penyerahan nan kawin, upacara pertukaran harta pengantin dan se- bagainya.
Pada tahap yang kelima ini sifatnya yang universal sudah hilang Sampai pada tahap empat yaitu
pembayaran perkawinan sifatnya masih universal, oleh karena pada masyarakat apapun juga di
dunia menge nal adanya pembayaran perkawinan dalam sistem perkawinan. Tetapi pa- da tahap
lima yaitu apa bentuk dari pembayaran perkawinan itu, sifat- tidak universal oleh karena dalam
kenyataannya ada pembayaran perka- winah dengan ternak, misalnya pada masyarakat Siberut
(Mentawai), Ni- as dan Irian Jaya jenis ternak tersebut adalah babi. Tetapi pada ma- syarakat dari
beberapa suku bangsa di Afrika ternak tersebut bukan ba- bi melainkan sapi. Di samping itu ada
pula nasyarakat di mana pembayar an perkawinan itu dalam bentuk emas, uang dan sebagainya.

Ambil contoh lain lagi sebagai unsur kebudayaan yang bersifat uni- versal yaitu sistem ekononi
dapat terdiri dari unsur-unsur pertanian, perdagangan, peternakan, perkebunan, kehutanan dan
lain-lain. Pertanian sebagai unaur dari sistem ekonomi dapat dibagi lagi ke dalam unsur-un sur
pengolahan tanah, irigasi, pengawetan hasil pertanian, penyimpanan, pemasaran dan sebagainya.
Pengolahan tanah sebagai unsur dari pertanian dapat dibagi lagi ke dalam unsur-unsur tanaman
pangan, hortikultura, ta- naman keras, mekanisasi, sistem pengendalian hama dan sebagainya.
Ta- naman pangan sebagai unsur dari pengolahan tanah masih bersifat univer- sal karena di mana
saja di dunia ini semua masyarakat dari berbagai ke- budayaan mengenal tanaman pangan.
Namun pada tahap selanjutnya kalau ta- nanan pangan dibagi lagi ke dalam unsur-unsur yang
lebih kecil maka si fat universal sudah tidak ada lagi. Tanaman pangan dapat dibagi menjadi
unsur-unsur bahan pangan padi-padian terdiri dari beras, gandum, jagung, bulgur dan lain-lain
serta bahan pangan umbi-umbian terdiri dari ubi ja- lar, singkong, kentang, keladi atau talas dan
lain-lain. Di samping itu ada lagi jenis tanaman pangan lain seperti pisang, sagudan buah-
buahan.

Kita mengetahui bahwa masyarakat dari berbagai kebudayaan di dunia

mempunyai jenis makanan tertentu yang berbeda dariyang lain. Hal itu sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di mana manusia itu bertempat ting- gal. Manyarakat yang mendiami Kepulauan
Malaku dan Kepulauan Mentawai makanan pokok mereka sehari-hari adalah sagu di samping
umbi-umbian. Te- tapi masyarakat di pulau-pulau lain kebanyakan makanan pokok mereka ne-
hari-hari adalah nasi dengan cara bertanan padi di sawah atau di ladang. Di Eropah makana
pokok adalah boseal dari gandun dan kentang. Ditinjau dari unsur ini pada tahap lima, unsur
universal sudah hilang.

WUJUD KEBUDAYAAN

Kebudayaan dapat juga ditinjau dari segi wujudnya yaitu sebuah is- tilah yang berasal dari
Koentjaraningrat sedangkan Harsojo dalam bukunya Pengantar Antropologi (1988194) menyebut
untuk maksud yang sama adalah aspek-aspek kebudayaan. Kebudayaan itu dapat ditinjau dari
tiga aspek a- tau tiga wujud yaitu

(1) Sistem budaya (Ideas). (2) Sistem sosial (Activities).

(3) Benda-benda hasil karya manusia (Artifacts).

Sistem Budaya

Aspek pertama dari kebudayaan adalah berupa sisten budaya yaitu sis- tem gagasan yang
mencakup nilai-nilai, norma-norma, hukusi dan peraturan khusus. Gagasan-gaganan atau ide-ide
dalam masyarakat sebagian besar dianut anggota masyarakat yang berada dalam alan pikiran
manusia sebagai pendukung kebudayaan. Oleh karena berada dalam alan pikiran manusia maka
tempatnya tentu saja di benak kepala manusia. Gagasan-gagasan ini sangat abstrak sekali.
Gagasan-gagasan yang ada pada kepala manunia tas dapat di- ketahui dengan pasti, kecuali kalau
telah dituangkan ke dalam sebuah wadah yang nyata, baik secara lisan misalnya pidato, maupun
secara fértulis mi- salnya buku. Contoh yang sangat bagus adalah gagasan-gagasan yang ada pa-
da benak kepala sebagian besar rakyat Jerman sesudah Perang Dunia Pertama (1914-1917) di
mana Perjanjian Versailles tahun 1922 nangat memalukan. dan merugikan Jerman. Muncul Adolf
Hitler dengan gagasan Jermania Raya dalam bukunya yang terkenal Mein Kapmi (1933), yang
menjadi dasar Nazi. Di Indonesia gagasan-gagasan itu misalnya seperti yang dikemukakan oleh
Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato di depan sidang Dokuritau Zyunbi Tyoosakai
dengan acara tunggal Dasar Negara, berisi gagasan tentang Pancasila sebagai dasar negara yang
akan didirikan itu. Pancasila merupakan gagasan-gagasan yang hidup dalam masyarakat
Indonesia, dianut oleh sebagian besar oleh bangsa Indonesia, Hal itu disebabkan oleh karena
unsur-unsurnya.. berasal dari kebudayaan sendiri yang hidup sejak berabad-abad yang lalu
sebelum Indonésia mempunyai negara tanggal 17 Agustus 1945. Pada waktu itu Pancasila dapat
dikatakan sebagai filsafat bangsa. Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia maka
Pancasila menjadi filsafat negara. Dalam sistem budaya maka nilai-nilai sebagai tingkat pertama
ada- lan lapisan yang paling abatrak dan luas ruang lingkupnya. Siaten bu daya pada tingkat ini
adalah gagasan-gagasan atau ide-ide yang meng- konsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam
masyarakat. Konsepsi konsepsi seperti itu biasanya luas dan kabur, berakar secara emosional
dalam alam pikiran dan kalbu manusia. Tingkat sistem budaya semacam ini disebut sistem nilai
budaya. Banyak sekali hal-hal yang paling bernilai dalam budaya, semua nilai-nilai itu
membentuk jaringan yang tak dapat dipisahkan dalam sebuah sistem yaitu sistem budaya. Dalam
masyarakat banyak sekali nilai-nilai yang hidup dalam berbagai segi kehidupan se- lain dari pada
dalan budaya. Kita mengenal nilai-nilai agama, nilai-ni- lal kesehatan, nilai-nilai sosial, nilai-
nilai Pancasila dan sebagainya. Apakah yang dimaksud dengan nilai-nilai (values) itu? Nilai
adalah ukur- an tentang baik dan buruk dalam satu hal. Banyak sekali nilai-nilai itu nalam
masyarakat, kadang-kadang nilai-nilai yang dianut mengalami benturs an di antara warga
masyarakat yang mempunyai latarbelakang kebudayaan yang berbeda, misalnya orang Jawa
dengan orang Banjar terdapat perbedaan nilai tentang mandi bertelanjang bugil di sungai. Orang
Banjar mengang- gap nandi bertelanjang di sungai adalah buruk, sedangkan orang Jawa tidak
demikian. Hal itu akan dapat menimbulkan keributan dalam masyarakat, Nilai-nilai dalam
kebudayaan mempunyai fungsi tertentu yaitu untuk memantapkan atau nenstabilkan kebudayaan
(George M. Foster 1975:18). Per- bacaan nilai-nilai itu dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
perbedaan ruang dan waktu. Perbedaan ruang nisalnya menimbulkan adanya budaya barat

dan budaya timur, yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda bahkan berten

tangan. Budaya Jawa misalnya juga berbeda dengan budaya Minangkabau dengan

akibat nilai-nilai yang dianut oleh pendukung kedua kebudayaan ini juga

berbeda. Perbedaan waktu juga menimbulkan perbedaan nilai-nilai yang di-

anut oleh masyarakat. Keadaan itu lebih dikenal dengan istilah pergeseran
nilai-nilai. Sebuah nilai pada waktu dahulu mungkin sekarang telah menga

lami perubahan, misalnya gotong royong dalam bidang pertanian sebagai ni-

lai budaya pada masyarakat-masyarakat di Indonesia seperti Jawa dan Mi-

nangkabau sekarang hampir tidak ada lagi, Gotong royong yang seperti itu.

di Minangkabau dikenal dengan istilah nanyarayo berasal dari kata dasar

sarayo berarti pengerahan tenaga kerja di savan tanpa pembayaran upah.

Sekarang mana ada orang diminta bekerja di sawah atau ladang tanpa diba-

yar upah kerjanya. Semua narus dibayar karenai perubahan nilai-nilai.


Adapun tingkat kedua dalam sistem budaya adalah norma-norna, berni- fat lebih konkrit dari
nilai-nilai. Norma-norma itu merupakan nilai-nilai budaya yang sudah terkait pada peranan
(roles) tertentu dari individu da- lam masyarakat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
manusia mempunyai ba- nyak peranan dalam masyarakat sesuai dengan status yang dimiliki.
Adapun peran yang dimainkan oleh individu dalam masyarakat seringkali berubah- ubah
menurut ruang dan waktu. Tiap peranan membutuhkan norma-norna yang menjadi penuntun bagi
tingkah laku yaitu dalam hal memainkan peranannya. Pada tiap peran yang dimainkan oleh
individu ada aturan-aturan tertentu. yang harus dipatuhi. Oleh karena itu jumlah norma-norna
jauh lebih banyak dari pada jumlah nilai-nilai. Untuk mempertahankan atau melestarikan ni- lai-
nilai dibutunkan lebih banyak norma-norma. Norma-norma yang ada da- lan masyarakat, lebih-
lebih lagi dalam masyarakat tradisional yang hidup di daerah perdesaan harus harus ditegakkan
aupaya keamanan dan ketentraman berjalan mantap, dan terpelihara keseimbangan dengan alam
gaio. Apabila norma-norma dilanggar maka akan terjadi ketidakneimbangan dalam masyarakat
dan hal itu akan dapat menimbulkan bencana karena kutukan ron-roh nenek noyang atau dewa-
dewa. Orang melanggar norma-norma dalam masyarakat tra-
disional disebut kualat (Jawa), katulahan (Minangkabau). Tingkat ketiga dalan sistem budaya
adalah sistem hukum, baik yang ter- tulis (undang-undang) maupun yang tidak tertulis (adat dan
hukum adat). Sistem hukum adalah lebih konkrit lagi dari norma-norma, karena konsep sistem
hukum sudah dapat diamati semua kompone-komponennya, misalnya kitab undang-undang, ada
aparat penegak hukum seperti, polisi, jaksa dan hakim. Ada tempat tahanan seperti mobil
tahanan, rumah tahanan dan sel pen-

jaca. Demikian juga halnya dalam sistem hukun yang tidak tertulis yang di- sebut adat dan
hukum adat, sudah konkrit dapat diamati komponen-komponen- nya misalnya ada kitab yang
memuat pasal-pasal seperti awig-avig di Bali dicantumkan dalam daun lontar atau berbentuk
piagam raja-raja si Java,ne- lanjutnya aparat penegak hukumnya juga sudah kelihatan misalnya
kepala adat, hakim adat, polisi adat: Jagabaya di Jawa, urang ampek jinih (peng- hulu, santi,
malin dan dubalang) di Minangkabau, Gedung peradilan juga ada biasanya di balai adat tempat
bersidang para penguasa adat. Dari segi jumlah maka sistem nukum lebih banyak mengatur
semua hal yang mencakup kegiatan manusia dalam masyarakat. Semua diatur dalam pasal-pasal
dan se tiap pasal terdiri lagi dari beberapa ayat. Jumlahnya jauh melebihi norma-norma yang
menjadi dasarnya.

Tingkat keempat dalan sistem budaya adalan aturan-aturan khusus yang mengatur tentang
kegiatan-kegiatan yang sangat jelan serta ter- batas ruang lingkupnya dalam kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu a- turan-aturan khusus ini amat konkrit sifatnya dan kebanyakan
terkait dalam sistem hukum, misalnya peraturan lalu lintas di jalan raya. Ada aturan-aturan
khusus yang tidak termasuk ke dalam sinten hukum, misal nya aturan sopan santun pergaulan,
sopan santun berlalu lintas dan ne- bagainya.

Istilah sistem budaya (cultural system) dalam bahasa Indonesia menurut Koentjaraningrat, yang
paling tepat untük wujud kebudayaan yang pertama tersebut adalah adat, dan adat istiada dalam
bentuk jamak.

Sistem Sosial

Aspek yang kedua dari kebudayaan adalah sistem sosial (social System) yaitu mengenai tindakan
berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari kegiatan-kegiatan manusia yang
berinteraksi antara satu de- ngan yang lain dari waktu ke waktu terus menerus, selalu mengikuti
pola- pola tertentu yang selalu berulang-ulang berdasarkan adat perilaku. Sebagai kegiatan
manusia sehari-hari dalam masyarakat maka aisten sosial memang lebin konkrit lagi karena
dapat disaksikan dan direkan dengan катета, baik foto maupun video. Banyak sekali kegiatan
manusia dalam berinteraksi senamanya setiap hari didanarkan pada pola-pola tindakan yang
sama. Kegi- atan manusia di sektor pendidikan misalnya dalam proses belajar mengajar (PEM),
terlihat interaksi antara yang mengajar (dosen, guru) dan yang dia jar(murid, nahasiswa). Dalam
aktifitas tersebut terlihat ada dosen yang memberi kuliah dengan metode ceramah, sedangkan
mahasiswa mendengar cera- mah dengan sungguh-sungguh. Kalau dosen tidak datang mungkin
konditenya Jelek berdasarkan peraturan yang berlaku. Seandainya ada mahasiswa yang
membolos lebih dari 20% maka menurut peraturan, dosen berhak menolak na nasiava untuk
mengikuti ujian selanjutnya. Kegiatan lainnya pada akhir semester adalah ujian semester.
Mahasiswa mengikuti ujian, sementara do- sen mengavasi pelaksanaan ujian. Kalau kedapatan
ada mahasiswa yang curang mengikuti ujian, menurut peraturan yang berlaku maka ujiannya
dibatalkan. Semua aktifitas tersebut sel pola-pola tindakan tertentu se-

ra berulang-ulang dan teratur Benda-benda nasil karya manusia

Aspek yang ketiga dari kebudayaan adalah benda-benda sebagai hasil karya manusia yang dibuat
manusia sejak dari masa lampau sampai masa ki- ni. Oleh sebab itu benda-benda kebudayaan itu
ada yang kūno, seperti ba- ngunan-bangunan candi, kuil, piramida, coloseum, arca, keramic,
senjata, baju besi dan lain-lain. Di samping itu ada pula benda-benda budaya mo- dern hasil
teknologi maju peperti televisi, radio, komputer, robot, pesa- wat ruang angkasa dan lain-lain.
Semua benda-benda sebagai hasil karya manusia mempunyai sifat paling konkrit, karena dapat
dipergunakan dan di- nikmati oleh manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sanusia.

Ketiga aspek atau wujud kebudayaan itu dalam kenyataannya tidak ter- pisah antara yang satu
dengan yang lain, tetapi hanya dapat dibedakan. Wa- laupun ketiga wujud kebudayaan tidak
dapat dipisah-pisahkan, akan tetapi untuk keperluan analisis kebudayaan, maka ketiga wujud
atau aspek kebuday yaan perlu dibeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain.

Semua unsur kebudayaan atau subunsur kebudayaan sampai pada bagian- bagian dari sub-
subunsur kebudayaan dapat ditinjau dari tiga aspek kebu- dayaan, yaitu dari segi sistem budaya,
sisten sosial dan benda-benda.

KERANGKA KEBUDAYAAN
Jika kedua dimensi konsep kebudayaan digabungkan dan dilukiskan dalam satu bagan maka
akan terdapat sebuah kerangka kebudayaan, yang dapat dipakai sebagai pangkal analisis dari
segala macam gejala yang mungkin dapat timbul dalam kehidupan masyarakat. Analinis
kebudayaan dari negi aspaknya atau wujudnya digambarkan dalam lingkaran tiga lapis yaitu
sistem budaya pada bagian dalam dekat kebagian inti, sistem sosi- al pada lapis kedua atau di
tengah, sedangkan pada lapis ketiga adalah kebudayaan fisik berupa benda-benda hasil karya
manusia, merupakan ba- gian paling luar dari lingkaran tersebut.

Analisis kebudayaan dari segi unsur-unsurnya yang universal digam- barkan dalam lingkaran
tersebut dengan cara membagi lingkaran ke dalam tujuh sektor, di mana masing-masing sektor
melambangkan salah satu un- sur dari ketujuh unsur yang bersifat universal itu. Dengan
memperhati- kan gambar tersebut akan terlihat bahwa tiap unsur kebudayaan dapat di- tinjau dari
tiga aspek atau ujud yaitu sebagai aspek skatem budaya, sis- ten sosial dan kebudayaan materil.
Kita ambil saja kesenian misalnya se- bagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifai universal
itu dapat di- tinjau dari segi sistem budaya, mempunyai tata cara, aturan-aturan, nor- ma-norma
tertentu dalam pelaksanaannya. Di samping itu kesenian juga da- pat ditinjau dari segi lain
berupa aktifitas yaitu apabila kelompok manu- sia berinteraksi dalam pelaksanaan kesenian
tersebut dalam berbagai ben- tuk kegiatan misalnya latihan, gladiresik, pertunjukan di pentas dan
se- bagainya, yang semua itu termasuk ke dalam sisten sosial. Dari segi lain kesenian juga
mempunyai alat-alat yang dipergunakan untuk kegiatan kese- nian yang sangat banyak sekali
ragamnya sejak dari alat-alat pederhana yang tradisional sampai pada alat-alat modern yang
canggih, yang semua itu merupakan benda-benda hasil karya manusia.

Demikian pula keadaannya dengan unsur-unsur lain atau subunsur, ne- muanya itu mempunyai
aspek atau wujud dalan tiga bentuk tadi, ambillah contoh pertanian sebagai subunsur dari unsur
sistem ekonomi, mempunyai konsep-konsep, norma-norma, aturan-aturan, undang-undang dan
sebagainya termasuk ke dalam sistem budaya. Pertanian juga terdiri dari banyak akti- fitas dari
orang-orang yang terlibat di dalam sektor pertanian ini, mi- salnya dalam pengolahan lahan
pertanian, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama, pemanenan hasil pertanian dan
sebagainya dalan rangka pro- nes produksi, distribusi dan pemasaran, yang semua itu termasuk
ke da- lam sisten sosial. Selain dari pada itu aktifitas pertanian juga meli- batkan juga banyak
peralatan pertanian misalnya traktor, cangkul, nekop, pupuk kimia, pestisida, alat penyemprot
hama, bibitunggul, güdang dan nebagainya. Semua itu merupakan kebudayaan materil, benda-
benda hasil karya manusia.

Contoh selanjutnya agar lebih jelas misalnya perkawinan, mempunyai nilai-nilai dalam
masyarakat hukum adat di mana saja. Dengan perkawinan status orang dalam masyarakat
menjadi naik diikuti oleh hak dan kewajiban yang lebih dari sebelumnya. Juga terdapat norma-
norna, peraturan-peraturan dan undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan perkawinan,
semua itu termasuk ke dalam sistem budaya. Di samping itu terlihat pula aktifitas- aktifitas dari
orang-orang yang terlihat dalam pelaksanaan perkavinan misalnya pendaftaran dan pencatatan
perkawinan oleh pejabat P3NTR, upa- cara perkawinan, pemberian gelar kepada penganten dan
lain-lain. Namun perkawinan juga mempergunakan alat-alat yang dipakai berupa benda-benda
sebagai hasil karya manusia.

5. KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

Di samping kata kebudayaan ada kata lain sebagai sinonim dari ke budayaan yaitu peradaban,
terjemahan dari kata asing civilization atau dalan ejaan bahasa Indonesia menjadi civilisasi.
Civilisasi berasal da ri kata Jatin civis berarti warganegara, civitan berarti negara kota, dan
civilitas berarti kewarganegaraan. Civilisasi adalah yang berhubung- an dengan konsep
kehidupan kota yang lebih maju dan lebih halus. Dalam bahsa Jerman mendapat tambahan arti
yang baru, civilisasi berarti ting- akhir suatu kebudayaan, gejala-gejala kejatuhannya apabila
kebudayaan i- tu menjadi kaku oleh karena dikuasai oleh teknologi dan nilai-nilai eko- nomi
(S.Takdir Alisjabbana, 1986: 206). Dalan ilmu sejarah kebudayaan sejak diterbitkan buku L.H.
Morgan Ancient Society (1877) istilah terse- but mempunyai arti kebudayaan dalam proses
evolusi telah memilki unsur- unsur yang maju terutama sistem kenegaraan, seni, teknologi,
arsitektur,

dan kesusasteraan.

Koentjaraningrat (1985: 107) mengusulkan istilak peradaban diberi arti sebagai unsur-unsur dari
kebudayaan yang maju, tinggi dan halus yang dapat dimiliki oleh warga masyarakat yang
bersangkutan dengan pen- didikan dan pengajaran yang luas serta mendalam. Unsur-unsur itu
mungkin unsur-unsur yang berupa siten budaya, sistem sosial atau unsur-unsur ke- budayaan
finik. Beberapa contoh unsur-unsur peradaban adalah misalnya teknologi tepat guna, adat sopan
santun yang halus, sistem norma inter- akai yang berasaskan perhatian terhadap sesama manusia,
adat sopan santun yang penuh maling pengertian, konsep-konsep filasafat yang yang bermutu
dan bersifat univernal nerta kesenian yang tinggi, bermutu, halus dan Indah. Alangkah baiknya
kata Koentjaraningrat, bila kebudayaan Indonesia. dapat memiliki unsur-unsur peradaban seperti
itu.
Ada arti lain civilisasi sebagai kata kerja yaitu dalan arti pembu- dayaan, biasanya istilah ini
dipakai terhadap nasyrakatyang tingkat tek- nologi yang masih sangat sederhana dengan sebutan
nana primitive, aborigine. savage dan lain. Di Indonesia dikenal dengan nama masyarakat
terasing, misalnya Dayak, Kantawai, Kubu, Sakai dan lain-lain. Dengan demikian ci- vilisasi
berarti upaya untuk mengubah keadaan masyarakat dari tingkat tek- nologi yang sederhana
menjadi masyarakatyang lebih tinggi tingkat tenolo- ginya. buatkan rangkuman dari kalimat
diatas

Anda mungkin juga menyukai