Anda di halaman 1dari 4

Rumah adat Toraja disebut tongkonan.

Tongkonan berasal dari kata tongkon yang berarti duduk,


kemudian dibubuhi akhiran an, maka artinya menjadi tempat duduk bersama. Dahulutongkonan adalah
merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya
masyarakat Tana Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara
turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja Rumah adat tongkonan mempunyai
beberapa fungsi, antara lain:

sebagai pusat budaya

2) sebagai pusat pembinaan keluarga

3)sebagai pembinaan peraturan keluarga

4) kegotongroyongan

; pusat dinamisator 6) 1)

5) motivator; dan

stabilator sosial.

Jadi, fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi meliputi
segala aspek kehidupan. Tongkonan adalah simbol sosial dan simbol alam raya. Oleh karena itu, orang
Toraja sangat mensakralkan Tongkonan. Memelihara Tongkonan, secara pribadi berarti memelihara diri,
secara bersama-sama pula masyarakat berupaya melestarikannya. Dalam tradisi adat Tana Toraja,
rumah tongkonan memilki jenis, bentuk bagian-bagian rumah, dan ragam hias. Hal-hal tersebut memiliki
maksud dan manfaat tertentu

. Berikut ini jenis-jenis, bentuk, bagian, dan ragam hias pada rumah tongkonan Jenis Jenis Tongkonan
Menurut adat di Tana Toraja, rumah tongkonan mempunyai kewajiban sosial dan budaya yang juga
bertingkat-tingkat di masyarakat. Oleh karena itu, dikenal beberapa jenis tongkonan. Jenis-jenis
tongkonan, antara lain sebagai berikut

1 Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio Aluk, yaitu tongkonan tempat menciptakan dan menyusun
aturan-aturan sosial keagamaan

. 2) Tongkonan Pekaindoran kaparengngesan, yaitu tongkonan yang berfungsi sebagai tempat atau
Pekamberan Tongkonan atau pengurus atau pengatur pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari
Tongkonan Pesio Aluk

. 3 Tongkonan Batu A'riri yang berfungsi sebagai tongkornan penunjang. Tongkonan ini yang mengatur
dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan.

Bentuk Tongkonan

Rumah tongkonan memiliki bentuk, yaitu berlapis tiga, berbentuk segi empat yang melambangkan
empat azas kehidupan manusia yang disebut Ada A pa eto 'na, terdiri dari kelahiran, kehidupan,
pemujaan dan kematian. Segi empat ini juga dianggap sebagai simbol dari empat penjuru angin.
Tongkonan harus selalu menghadap arah utara yang melambangkan awal kehidupan, dengan bagian
belakang rumah menghadap arah selatan yang melambangkan akhir kehidupan Bagian-Bagian Rumah
Rumah tongkonan memiliki model bersegi empat. Struktur ruangan mengikut struktur makro-kosmos
yang terdiri dari tiga lapisan benua, yakni

bagian atas (Rattiangbanua)

, bagian tengah (kale banua) dan

bagian bawah (Sullukbanua)

Bagian atas rumah tongkonan, biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka
yang dianggap mempunyai nilai sakral Atap Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun
tumpang tindih, dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali bambu atau rotan. Fungsi dan
susunan demikian untuk mencegah masuknya air hujan melalui celah-celah, dan sebagai lubang
ventilasi. Susunan bambu ditaruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tarampak
minimal 3 lapis, maksimal 7 lapis, setelah itu disusun hingga membentuk seperti perahu. Bagian tengah
rumah tongkonan digunakan sebagai ruang tempat tinggal, dibagi pula atas tiga bilik, yaitu bilik bagian
depan disebut Tando', berfungsi sebagai tempat beristirahat, tempat tidur nenek, kakak dan anak laki-
laki serta tempat mengadakan sesajen. Jendela pada ruang Tando berjumlah 2 buah, menghadap ke
utara. Bagian tengah disebut Sali dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni bagian timur tempat kegiatan
sehari-hari dan sebagai dapur, ruang menerima tamu, ruang keluarga, dan kamar mandi. Di bagian barat
digunakan tempat persemayaman jenazah pada waktu diadakan upacara kematian. Bagian belakang
rumah tongkonan disebut Sumbung yang digunakan sebagai tempat pengabdian dan tempat tidur
kepala keluarga bersama anak anak, khususnya anak gadis, serta untuk menyimpan benda-benda
pusaka.

Lantainya ditinggikan pertanda bahwa penghuni Tongkonan mempunyai kekuasaan dan derajat yang
tinggi. Sumbung ini berada di bagian selatan, maksudnya anak-anak gadis dan anak kecil memerlukan
pengawasan ketat, dengan perlindungan dari anak-anak laki-laki yang bertempat di ruang Tando Bagian
bawah rumah tongkonan digunakan sebagai tempat hewan peliharaan. Fondasinya menggunakan
batuan gunung, diletakkan bebas di bawah Tongkonan, tanpa pengikat antara tanah, kolong dan fondasi
itu sendiri. Ragam Hios

d. Rumah tongkonan dengan bentuknya yang unik menggambarkan nilai- nilai keindahan tertentu.
Selain itu, rumah tongkonan memiliki bentuknya yang anggun disertai kekayaan ragam hias yang
mengandung makna yang terkait dengan sistem budaya adat toraja. Pada awalnya, orang Toraja hanya
mengenal empat macam ukiran yang disebut Garonto Passura.

Garonto Passura, artinya dasar ukiran, antara lain pa barre alto, pa tendong, pa' manuk londong, dan pa
sussuk. Pa'barre allo, yaitu ukiran yang menyerupai matahari atau bulan, benda yang mulia di atas bumi
berasal dari Sang Pencipta yang memberi hidup dan kehidupan bagi umat-Nya. Pa' tedong ukiran yang
menyerupai kepala kerbau, ukiran ini sebagai lambang kerja keras dan kemakmuran, oleh karena itu
diletakkan pada tiang-tiang yang berdiri tegak sebagai tulang punggung bangunan, yang berarti bekerja
adalah tulang punggung kehidupan. Pa' manuk londong ukiran yang menyerupai ayam jantan, sebagai
lambang dari norma, aturan yang berasal dari langit yang menata kehidupan manusia Bersama-sama
Pa'barre allo diletakkan diatas bagian depan Tongkonan, dan Pa' sussuk, yaitu ukiran yang menyerupai
garis-garis lurus, sebagai lambang kebersamaan dan kesatuan dalam lingkup kerabat yang tergabung
dalam kelompok Tongkonan. Ukiran ini diletakkan pada dinding bagian atas yang menghiasi ruangan.
Dari keempat dasar ukiran tersebut dikembangkan terus, hingga sekarang sudah dikenal lebih dari 150
macam ukiran. Selain motif-motif utama tadi, terdapat pula motif lain yang memiliki makna tertentu.
Motif pa'daun balu adalah daun sirih yang merupakan lambang penghormatan kepada dewa-dewa.

Motif pa' bua tina adalah lambang pohon waru yang merupakan hiasan dinding rumah sebagai lambang
persatuan dalam keluarga.

Motif pa'sala'bi' dibungai berarti pagar yang biasanya terdapat pada dinding dan pagar rumah
bangsawan. Motif ini mengandung arti sebagai penangkal masuknya orang jahat dan mencegah penyakit

. Motif Pa bunga menyerupai bunga yang melambangkan pentingnya pengetahuan bagi manusia.

Pa' kangkung adalah ukiran yang menyerupai pucuk kangkung menghiasi rumah bangsawan, motif yang
mengandung harapan agar senantiasa memperoleh rezeki sebagaimana kangkung yang selalu tumbuh
subur di tempat berair.

Pa' erong, berarti peti mayat yang hanya digunakan untuk peti mayat keluarga bangsawan, yang
menaruh harapan agar yang meninggal senantiasa memberi berkah kepada keluarga yang ditinggalkan.

Motif pa 'bunga kaliki simbol bunga pepaya yang bermakna agar nasihat yang menyakitkan pun dapat
membawa kebaikan dalam hidup.

Pa' sisik bale lambang sisik ikan agar cita-cita yang tinggi dapat tercapai.

Pa'kollong buku melambangkan leher merpati yang bermakna agar manusia dapat hidup bebas
menentukan pilihannya.

Motif Koyo adalah burung bangau lambang manusia yang penyabar. Pa'daro dena berarti dada burung
pipit lambang keteguhan hati dan pendirian yang tetap.

Sumber :pakaian adat, senjata adat dan rumah adat, udi sukrama, penerbit pt sarana pancakarya nusa

Macam-macam Tongkonan

Tongkonan juga diberi nama berdasarkan letak atau posisi tongkonan itu sendiri seperti contohnya
Tongkonan Belo Langi yang berarti tongkonan tempat tertinggi Nama tongkonan juga berdasarkan nama
daerah seperti Tongkonan Garampa. Pola hias, posisi atau letak tangga dan pintu, serta banyaknya
ruangan juga memiliki arti secara sosial, ekonomi, dan religius magis. Contohnya saja, semakin banyak
ruangan dalam tongkonan artinya semakin tinggi kedudukan tongkonan ersebut Tongkonan dibagi ke
dalam tiga macam berdasarkan kelas sosial, yaitu:

1. Tongkonan Layuk
Tongkonan ini dibangun untuk orang berkuasa dan sebagai pusat pemerintahan. Ciri-ciri tongkonan
ini adalah ukiran seperti hewan dan tumbuhan di dinding rumah. Selain itu ada pula hiasan kepala
kerbau dan deretan tanduk kerbau. Kepala dan tanduk kerbau adalah penanda kemakmuran serta
hidup berkelimpahan.

2. Tongkonan Pekamberan Ini tongkonan bagi keluarga yang dipandang hebat dalam adat. Ciri
tongkonan ini sama dengan tongkonan layuk
3. Tongkonan Batu Jenis ketiga ini adalah rumah bagi keluarga biasa. Tongkonan ini disebut banua
oleh masyarakat setempat. Selain minim ukiran. banua juga tidak punya hiasan sehingga lebih mirip
pondok bambu. Membangun Tongkonan Untuk mendirikan tongkonan, diperlukan waktu tiga bulan
dengan sepuluh pekerja Untuk mengecat dan dekorasi perlu tambahan satu bulan lagi. Waktunya
lama karena , setiap bagian tongkonan melambangkan adat dan tradisi masyarakat Toraja. Jadi
tidak bisa sembarangan. Bayangkan saja, konstruksi rumah adat Tongkonan terbuat dari kayu tanpa
menggunakan unsur logam seperti paku sama sekali. Belum lagi ornamen rumah berupa tanduk
kerbau serta empat warna dasar: hitam. merah, kuning, dan putih. Empat warna tersebut mewakili
kepercayaan asli Toraja yaitu Aluk To Dolo. Tiap warna harus digunakan dengan tepat karena
melambangkan hal-hal yang berbeda
. Hitam melambangkan kematian dan kegelapan
, kuning adalah simbol anugerah dan kekuasaan llahi.
Warna merah adalah warna darah yang melambangkan kehidupan manusia.
Sedangkan putih adalah warna daging dan tulang yang artinya suci.
Ornamen tanduk kerbau yang ada di depan tongkonan melambangkan kemampuan ekonomi satu
keluarga. Setiap upacara adat di Toraja, terutama upacara pemakaman, menggunakan kerbau yang
sangat banyak. Tanduk kemudian dipasang pada tongkonan milik keluarga mereka. Semakin banyak
tanduk yang terpasang di tongkonan, semakin tinggi pula status sosial keluarga pemilik tongkonan
tersebut. Tongkonan itu sendiri bisa berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kekuasaan adat,
perkembangan kehidupan sosial, juga tempat meletakkan jenazah.

SUmber : keindahan arsitektur rumah adat nusantara,marlia setiarini, penerbit multi kreasi
satudelapan

Anda mungkin juga menyukai