Anda di halaman 1dari 4

1.

Rumah Tongkonan Layuk

 Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio’ Aluk merupakan


Tongkonan dengan makna Maha Tinggi atau Maha Agung
 Hal ini disebabkan karena Tongkonan ini berfungsi sebagai bagian
dari kontrol Sosial maupun Keagamaan
 Oleh sebab itu selain menjadi rumah adat, Tongkonan juga menjadi
bagian dari pusat perintah dan kekuasaan masyarakat Toraja di
masa lampau
 Tongkonan layuk dipakai sebagai pusat pemerintahan dan
kekuasaan suku Toraja dahulu . Tempat iini dipakai untuk
Menyusun aturan – aturan sosial dan keagamaan
 Tongkonan Layuk memiliki banyak atau kepada desa setiap hari
Pesio’ aluk dipakai untuk musyawarah dan rapat penting pemuka
adat selain itu jenazah suku toraja yang meninggal dunia bisa
diletakkan sementara di dalam rumah ini.
 Tongkonan Layuk memilikik banyak ornament dari kepala kerbau
( kabongo) dan simbol kepala ayam ( kakik ) tongkonan juga
memakai a’riri posi’ ( tiang pusat ).

2. Jenis Dekorasi Rumah adat Tongkonan


 Dinding
Karakteristik dinding pada rumah Toraja dapat berdiri dengan
tegak meski dibuat tanpa paku atau unsur besi lainnya.

 Atap Rumah
Bila diperhatikan dengan seksama keunikan yang sangat menonjol
ada pada sisi bagian atap ruman, atap rumah ini memiliki karakter
seperti sebuah perahu yang memiliki filosofi tersendiri

 Ukiran
Ada empat jenis ukiran yang terpampang jelas pada tongkonan
yakni, Pa’bareallo, Pa’tedong, Pa’manuk londong dan pa’sussuk.
Ukiran Pa’bareallo merupakan ukiran dengan bentuk matahari atau
bulan sebagai lambing dari sang pencipta.
 Warna Rumah Adat
Ciri khas yang tampak langsung pada tongkonan adalah rumah adat
yang sangat spesifik.
- Terdapat empat warna umum sebagai dekorasi tongkonan
yakni, putih, merah, hitam dan kuning
- Putih melambangkan kematian dan kegelapan yang sangat
pekat
- Warna merah melambangkan darah sebagai bagian dari
kehidupan manusia
- Terakhir adalah warna kuning sebagai anugerah dan
keagungan dari Yang Maha kuasa.
 Tanduk kerbau
- Tandauk kerbau merupakan elemen dekorasi yang cukup
penting sebuah tongkonan di Tana Toraja.
- Umumnya tanduk ini diletakkan di bagian depan rumah dan
bertumpukan

1. Pendahuluan
 Latar belakang
Prinsip dalam membangun sebuah rumah pada dasarnya sama
dalam suku bangsa dimanapun berada, yang membedakan adalah
dalam rumah adat tertentu kita kadang yaitu unsur mendapatkan
adanya nilai-nilai pengangkan jiwa manusia kepada yang lebuh
luhur yaitu unsur citra ( menguwijaya 1995 : 19 ) rumah adat toraja
merupakan satu dari sekitar rumah adat yeng memiliki unsur citra
tersebut selain dari unsur guna diperkuat dengan bentuk atap yang
melengkung drastic.
 Rumah adat di toraja jauh lebih terjaga kelestariannya dari pada
rumah-rumah adat Batak Jangga dolok, Tapanuli utara. Hal ini
patut diapresiasi dan dijaga terus , bahan bangunan utama rumah
tongkonan adalah bamboo, yang juga sangat rentan terhadap
bahaya kebakaran sebagai akibat sulit dan mahalnya perawatan
bangunan ini, kebanyakan rumah adat tersebut sudah menggunakan
seng sebagai bahan penutup atapnya yang juga ditentukan oleh
tingkatan kedudukan pemilik rumah di masyarakat di sebrang
deretan tongkonan toraja biasanya ada deretan lumbung padi
disebut alang yang mempunyai model yang sama tetapi ukuran
lebih kecil.
 Kabupaten Toraja Utara sangat terkenal dengan objek-objek
pariwisata yang sangat unik, antara lain rumah adat tongkonan,
kuburan leluhur di gunung adat istiadat penguburannya, negeri
diatas angin, dan lain-lain.
Kemahsyurannya telah terdengar jauh puluhan tahun yang lalu
tetapi kehebatan tersebut tetap tidak bisa mengalahkan ketenaran
pariwisqata di balidan danau toba sampai saat ini sehingga dalam
menentukan arah pariwisata destinasi turis di Indonesia daerah
toraja tidak dimasukkan hal ini cukup memprihatinkan dan perlu
perhatian serius dari pemerintah daerah, sehingga untuk
mempertahankan dan mengembangkan daya Tarik wisata rumah
adat perlunya melakukan penelitian untuk menganalisa dan
mengidentifikasi karakteristik rumah adat Tongkonan toraja
 Persiapan kegiatan Ibadah
Kegiatan Diwali dengan pemasangan atap rumah yang dikenal
dengan mapadao para disertai dengan kurban 1 atau 2 babi yang
dilakukan sepanjang hari. Selanjutnya dilakukan upacara syukuran
selama tiga hari berturut turut yang dikenal dengan mangrara banua
di tallung alloi.
Syukuran selama tiga hari berturut-turut ditandai dengan 3 aktivitas
berbeda pada hari pertama dilakukan pemasangan atap atap kecil
( ma’tarampak ) pada hari kedua semua keluarga dating
berbondong-bondong dengan membawa makanan dan babi sebagai
lauknya/ma’papa
Upacara syukuran ditutup dengan pemasangan bubungan
tongkonan ( ma’bubung ).
2. Kesimpulan
Upacara aluk mu’lalo merupakan upacara kelahiran
Tujuannya adalah agar setelah tumbuh dewasa nanti ia tidak lupa dengan
kampung halamannya dan juga selalu bersikap sopat tingkap lalu ataupun
upacara dengan tidak mau mengucapkan kata yang mengandung arti
pembodohan. Upacara rambu solo adalah sebuah upacara kematian,
tujuannya adalah untuk menghormati dan mengahantarkan arwah yang
meninggal dunia menuju alam roh
Bahasa Toraja adalah Bahasa yang dominan di Tana Toraja dengan
sa’dan toraja sebai dialek Bahasa yang utama. Bahsa Indonesia sebagai
Bahasa nasional adalah Bahasa resmi atau digunakan oleh masyarakat
akan tetapi Bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah dasar di Tana
Toraja.

Nama Kelompok:
- Marsyada
- Irene Posanda
- Randi Boyong

Anda mungkin juga menyukai