ARSITEKTUR VERNAKULAR
ALOR
Dalam mempelajari dan mendalami Arsitektur Vernakular Alor secara umum,
kami menetapkan Kampung Tradisional Takpala sebagai obyek kajian.
1. LETAK GEOGRAFIS
Kampung ini, secara topografi, terletak di lereng bukit yang berada pada
ketinggian kurang-lebih 150 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan antara 5-40 o.
2. POLA TAPAK
mudah dapat dipastikan bahwa penataan kampung tersebut berpola baris, atau lazim
dikenal dengan sebutan pola linier. Namun jika dilihat dari perletakan bangunan
terhadap ruang terbuka yang merupakan ruang bersama di sekitar Mesbah/Misbah,
maka lebih tepat digolongkan kedalam pola ‘Tancan’ atau lazim disebut dengan nama
pola cluster. Hal ini diperjelas lagi oleh perletakan rumah adat yang menempati posisi
sentral /strategis yang berhadapan dengan mesbah serta bagian-bagiannya di
depannya. Selain itu posisi rumah adat juga sangat simetris terhadap perletakan
bangunan lainnya pada sisi kiri dan sisi kanan dari pelataran terbuka tersebut.
Pada Kampung Tradisional Takpala terdapat beberapa komponen penting yang
membentuk pola perkampungannya, yakni: Mesang, Mesbah, Lik, Kolwat, Kanuarwat,
Fala, Dan Tova.
A. Mesang
Mesbah merupakan susunan batu-batu, atau onggokan batu yang terbuat dari
batu kali atau lempengan-lempengan batu yang menyerupai papan, yang ditumpuk
dalam bentuk melingkar, oval, atau persegi. Mesbah ini merupakan satu produk budaya
megalitik, dan ukurannya bervariasi.
Mesbah pada Kampung Tradisional Takpala memiliki ukuran tinggi 70 cm,
berbentuk lingkaran dengan diameter 185 cm. Pada bagian atas (puncak) dari Mesbah
ini, ditanam tiga buah batu dalam posisi berdiri yang menyerupai Menhir, yang oleh
masyarakat setempat disebut Kameng Halifi.
Fungsi utama dari Mesbah di Alor umumnya dan di Kampung Tradisional
Takpala khususnya, adalah sebagai tempat upacara/pemujaan yang sifatnya sangat
sakral (suci). Upacara-upacara tersebut antara lain untuk menolak bala/mengusir
wabah, mohon kesuburan tanaman, mohon keberhasilan dalam perang,
pertemuan/rapat para tetua adat, dan lain sebagainya.
C. Pembatas Teritorial
Kampung Tradisional Takpala tidak dibatasi pagar masif, tetapi dibatasi (atau:
dikelilingi) oleh tanaman-tanaman. Sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat kampung ini
langsung berbatasan dengan perkebunan-perkebunan.pg
3. ARSITEKTUR
Bale-bale ini berfungsi sebagai tempat duduk pada waktu melaksanakan pesta-pesta
atau upacara adat. Sedangkan di sebelah kanan terdapat bilik kecil yang dibatasi oleh
dinding yang terbuat dari anyaman bambu (gedek). Di dalam bilik ini juga terdapat
sebuah bale-bale berukuran kecil yang tingginya kurang lebih 0,65 m dari permukaan
lantai yang terletak di sebelah Timur. Sementara di sebelah Barat, terdapat sebuah
tangga dari bambu yang menghubungkan loteng diatasnya yang dihubungkan, yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan perabot pada waktu upacara adat.
Seperti halnya Rumah adat Kolwat, rumah adat Kanuarwat hanya dihuni
dimasuki pada waktu pesta-pesta/upacara-upacara adat, namun tidak semua orang
boleh masuk; hanya anak sulung laki-laki, tetua adat atau pemimpin upacara. Di dalam
rumah adat ini disimpan berbagai benda-benda pusaka seperti; moko (gendang
perunggu), periuk, tombak, dan perlengkapan upacara lainnya, yang diwariskan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi.
Bentuk denah dan ukuran rumah adat ini sama dengan bentuk denah dan
ukuran rumah adat Kolwat. Perbedaan keduanya terletak pada penempatan tiang
utama dan bukaan pintu. Jika pada rumah adat Kolwat, tiang utamanya terletak di
bagian keempat sudut/pojok bagian luar bangunan; rumah adat Kanuarwat, tiang
utamanya berada di dalam ruang. Demikian juga dengan bukaan atau pintunya, kalau
pada rumah adat Kolwat bukaanya berorientasi Timur-Barat; rumah adat Kanuarwat,
salah satu bukaannya menghadap ke Barat (ke arah rumah adat Kolwat) dan yang lain
menghadap ke Utara (ke arah Mesbah dan Masang).
Perbedaan lainnya yang cukup mendasar adalah ragam hias; ragam hias yang
ada pada rumah adat Kanuarwat, sama sekali tidak ditemui pada rumah adat Kolwat.
Rumah Gudang (Fala’)
Bentuk denah dari rumah Gudang (Fala’) umunya adalah bujur sangkar yang
ukurannya bervariasi dan sangat tergantung kepada kemampuan satu keluarga. Rumah
ini tidak berdinding, dan luas lantai bangunan untuk lantai paling bawah (liktaha)
berkisar antar 28 m2 sampai 32 m2. Meskipun luasan berbeda-beda, secara umum
tampilan rumah Gudang (Fala’) ini dapat dikatakan sama.
B. Ragam Hias
ketupat, segi tiga, lingkaran dan elips yang diberikan warna tertentu. Warna dasar yang
paling umum digunakan adalah hitam, putih, merah hati, dan kuning yang diambil dari
jenis tanah tertentu pula. Keempat warna ini hampir selalu merupakan satu komposisi
dalam satu ragam hias yang ditempatkan selang-seling. Gelap dan terang warna juga
sangat diperhatikan, misalnya pada pintu, yang memberikan penekanan khusus sebagai
entrance. Warna hiasan pada bagian ini dibuat menonjol (lebih terang) dibandingkan
dengan bagian-bagian yang lainnya. Bahkan untuk memperkuat kesan ini, pada sisi kiri
dan kanan pintu dipasang masing-masing dua batang kayu/papan yang diberi warna
putih.
Untuk menjelaskan bagian-bagian ruang pada Fala’, akan diuraikan bagian ruang
secara vertikal, namun setiap bagian vertikal tersebut akan diikuti dengan penjelasan
pola ruang secara horizontal.
Secara vertikal, Fala’ terdiri dari beberapa susunan ruang yang disesuaikan
dengan fungsinya antara lain sebagai berikut:
Siwo (kolong), digunakan sebagai tempat untuk binatang (hewan piaraan),
terutama ayam dan kambing.
Falah Omi, adalah sebagai tempat tinggal manusia (tidur, makan, kegiatan
keluarga lainnya), yang juga berfungsi sebagai dapur dan tempat menyimpan
perabot rumah tangga. Ruang ini secara keseluruhan tertutup atap sehingga
tidak diperlukan adanya dinding. Tidak ada pembagian ruang secara permanen
yang membedakan antara area privat (tidur) denga area yang bukan privat
(duduk/makan), melainkan berwujud sebagai ruang terbuka yang berpusat pada
perapian yang terletak ditengah ruang.
hasil panen yang tidak mudah dikeluarkan. Bentuk denah dari rumah Gudang
(Fala’) umunya adalah bujur sangkar yang bervariasi dalam ukurannya dan
sangat tergantung kepada kemampuan satu keluarga. Luas lantai bangunan
untuk lantai paling bawah (liktaha) berkisar antar 28 m 2 sampai 32 m 2. namun
demikian secara umum tampilan rumah Gudang fala’) ini dapat dikatakan sama.