Anda di halaman 1dari 7

ARSITEKTUR NUSANTARA

NAMA : YOHANES C. A. LANGODAY


NIM : 1910111019

UNIVERSITAS VITRA BANGSA


FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
2020/2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih lagi Maha
Penyayang. Selalu dipanjatkan puji dan syukur atas nikmat dan kehadirat-NYA
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga saya dapat
meyelesaikan makalah ini tentang Kebudayaan  Suku Alor.
.Terlepas dari semua itu, Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat  untuk
pembaca.
Pembahasan

Kabupaten Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.


Ibu kota Alor berada di Kalabahi. Secara
astronomis, Alor berada pada 123°48′ -
125°48′ Bujur Timur dan 8°6′ - 8°36′ Lintang
Selatan. Batas administrasi Pulau Alor adalah
di sebelah utara berbatasan dengan Laut
Flores, sebelah selatan dengan Selat Ombay,
sebelah timur dengan Selat Wetar dan perairan
Republik Demokratik Timor Leste, serta
sebelah barat dengan Selat Alor (Kabupaten
Lembata). Luas wilayah daratan Pulau Alor
mencapai 2.864 km2

A. Mesbah (misbah)
Di Alor terdapat Mesbah/Misbah di setiap rumah adatnya. Mesbah merupakan
susunan batu atau onggokan batu yang terbuat dari batu kali atau lempengan-
lempengan batu yang menyerupai papan yang ditumpuk dalm bentuk melingkar, oval,
atau persegi. Oleh para ah li Arkeologi susunan batu melingkar atau temu. Gelang ini
merupakan satu produk budaya Megalitik dengan ukuran yang sangat berfariasi.
Mesbah pada umumnya memiliki ukuran tinggi 70 Cm (0,70 M) dengan diameter 185
cm (1,85 m). Pada bagian atas (puncak dari Mesbah ini ditanam tiga buah batu dala
posisi berdiri yang menyerupai Menhir yang oleh masyarakat setempat disebut Kameng
Halifi. Fungsi utama dari Mesbah di Alor umumnya adalah sebagai tempat
upacara/pemujaan yang sifatnya sangat sakral (suci) upacara-upacara antara lain untuk
menolak bala/mengusir wabah, mohon kesuburan tanaman, mohon keberhasilan dalam
perang, pertemuan/rapat parra tua adat, dan lain sebagainya. Bahkan konon ceritranya
pada zaman yang lampau pada musu para musuh yang kalah perang kepalanya
dipenggal dan ditanam didalam Mesbah tersebut. Upacara-upacara ini biasanya disertai
dengan menyembli
binatang kurban,
seperti : ayam, kambing,
babi, dan berbagai
kelengkapan upacara
lainnya berupa
siripinang, nasi dan
telur, dengan diiringi
pengucapan doa-doa
oleh seorang pemimpin
upacara yangdi sebut
Marang.
B. Beberapa rumah adat yang ada di kabupaten Alor.

1. Adat Allawa Bungaban


Situs Rumah Adat di Kecamatan Alor Timur yaitu Rumah Adat Allawa Bungaban
yang terletak di Dagatawalla kampung
Lantoka Desa Tanglapui Kecamatan Alor
Timur. Rumah adat ini tidak berbeda
dengan rumah-rumah adat pada
umumnya di kabupaten Alor yaitu
berbentuk lopo, berlantai tana memiliki 4
tiang utama dari batang pohon kayu
putih yang banyak tumbuh di sekitar,
kemudian terdapat dulang bulat yang
terbuat dari pohon wangi humajang sebagai penghubung antara tiang utama dan tiang
penjuru yang menopang atap, dimana tiang penjuru tersebut di buat dari kayu Allawa
(Bunga Terputar) yang menjadi nama rumah adat tersebut, sedangkan atapnya
menggunakan alang-alang, tidak menggunakan dinding dan terdapat dua bale – bale
yang terbuat dari bampu sebagai tempat duduk dan beristirahat. Rumah adat ini terdiri
dari 4 tingkatan. Masing-masing bagian rumah adat mempunyai fungsi:
 ruang pertama (terbawah) sebagai tempat menerima tamu/ tempat tidur laki-
laki,
 ruang kedua sebagai tempat memasak dan tempat tidur kaum perempuan,
 ruang ketiga tempat menaruh hasil panen kebun,
 dan ruang keempat (teratas) tempat menyimpan benda-benda pusaka.

2. Rumah adat kolwat


Letaknya berdampingan dengan
rumah adat Kanurwat, dengan arah
bukaan pintunya kesisi sebelah kanan
(barat) dari rumah adat kanurwat. Pada
kondisi kesehariannya rumah adat ini
tidak berpengaruhi, kecuali pada saat
penyelenggaraan pesta-pesta (upacara
adat), yang pada prinsipnya boleh
dimasuki oleh siapa saja tanpa kecuali
pria dan wanita. Rumah adat kolwat
memiliki bentuk sederhana berbentuk
bujur sangkar dengan ukuran kurang lebih 3,70 M x 3,70 M. Bentuk denah ini juga
merupakan cerminan ruang dalamnya yang sederhana yang terbagi menjadi dua oleh
sirkulasi yang letaknya ditengah ruangaan yang membujur dari timur ke barat.Disebelah
utara terdapat sebuah bale-bale bambu yang tingginya kurang lebih 0,65 m dari
permukaan lantai . bale-bale ini biasanya dilakukan sebahgai tempat duduk pada waktu
melaksanakan pesta-pesta atau upacara adat. Sedangkan disebelah kanan terdapat bilik
kecil yang dibatasi oleh dinding yang terbuat dari anyaman bambu (gedek). Didalam
bilik ini juga terdapat sebuah bale-bale berukuran kecil yang tingginya kurang lebih 0,65
m dari permukaan lantai yang terletak disebelah timur. Sementara disisi sebelah barat,
terdapat sebuah tangga dari bambu yang menghubungkan loteng diatasnya yang
dihubungkan , yang digunakan sebagai tempat penyimpanan perabot pada waktu
upacara adat.

3. Rumah Adat Langwah.


Rumah adat Langwah merupakan rumah adat suku Alor dengan atap dari alang-alang
dengan sistem dua air. Bagian
bawa rumah itu terdapat tempat
menyimpan air. Dinding-
dindingnya terbuat dari bamboo
dan tiang-tiang penyanggah
terbuat dari kayu.Rumah Adat
Langwah berbentuk kerucut yang
berdiri di atas tempat tiang
penyangga dengan atap dua air.
Pada bagian bawah rumah
sebagai tempat penyimpan air.
Panjang rumah 4,5 M; lebar 3,5 M dan tinggi 8 M. Ruang dalam rumah panjangnya 4,5 M
dengan luas ruang dalam 8,75 M. Ruang luar merupakan teras keliling dengan ukuran 1
x 4,5 M.Rumah adat Langwah terbuat dari kayu, bamboo, tali makiling dan alang - alang.
Rumah adat Langwah berfungsi :
 Tempat tinggal
 Tempat penyimpanan benda - benda pusaka (Gong, Moko, dsb)
 Tempat upacara adat, potong kerbau, tempat pernikahan, makan baru dan
penyelesaian ada

4. Rumah Adat Kanuarwat


rumah adat kanuarwat hanya dihuni dimasuki pada waktu pesta-pesta/upacara-
upacara adat, namun itupun tidak
semua orang boleh masuk, selain
anak sulung laki-laki atau tetua adat
ataupun pemimpin upacara. Didalam
rumah adat ini disimpan berbagai
benda-benda pusaka seperti; Moko
(gendang perunggu), Priuk, tombak,
dan perlengkapan upacara lainnya
yang diwariskan secara turun-
temurun dari satu generasi ke
generasi lainnya. Bentuk denah sama
denga bentuk rumah adat kolwat yaitu bujur sangkar dengan ukuan kurang lebih
370x370cm (3,70x3,70m) tapi perbedaan terletak pada penempatan tiang utama dan
bukaan pintu. Jika pada rumah aat kolwat,
Demikian juga dengan bukaan atau pintunya, kalau pada rumah adat kolwat
bukaanya mengarah ke timur dan barat, maka pada rumah adat kanuarwat salah satu
menghadap kebarat atau ke rumah adat kolwat, seangkan satu pintunya menghadap ke
utara atau ke mesbah dan masang (pelataran terbuka). Perbedaan lainnya yang cukup
mendasar adalah ragam hias yang ada pada rumah adat kanuarwat, yang sama sekali
tidak ditemui pada rumah adat kolwat. Semenratara itu ruang dalamnya tidak ada
pemisahan dengan dinding yang permanen, tetapi terbuka dan ditengah-tengah
terdapat bale-bale bambu yang tingginya kurang lebih 65 cm (0,65 m) dari muka
lantai. Tetapi diatas bale-bale tersebut terdapat sebuah para-para yang digantungkan
pada balok loteng yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka
dan benda-benda upacara serta barang-barang suci lainnya. Selain itu disisi sebelah
Barat tepat disamping tiang utama bagian belakang terdapat sebuah tangga bambu
yang digunakan sebagai tempat pengubung loteng diatasnya, yang memiliki fungsi
yang sama seperti para-para yakni sebagai tempat penyimpanan benda-benda
pusaka/suci milik suku
KESIMPULAN
Misba dan rumah adat di Alor merupakan satu kesatuan peninggalan budaya yang
berfungsi sebagai tempat melakukan pemujaan terhadap dewa tertinggi yaitu Dewa
Bulan, Matahari dan para leluhur untuk memohon keselamatan serta kesuburan.
Perkembangan tipologi dan variasi bentuk misba di Alor tidak mempengaruhi fungsi
misba. Tipologi dan variasi bentuk adalah pengembangan lokal yang dikembangkan oleh
undagi, tetapi tidak meninggalkan ketentuan bentuk dasar yang telah diwariskan oleh
para leluhurnya. Rumah adat Alor adalah arsitektur tradisional sebagai tempat tinggal
kepala suku dan menyimpan benda-benda pusaka. Nilai-nilai luhur/kearifan lokal yang
dipetik dari bangunan misba dan rumah adat adalah persatuan, gotong-royong,
solidaritas sosial, sebagai pegangan pemersatu bangsa untuk memperkokoh jatidiri
bangsa.

Anda mungkin juga menyukai