Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Arsitektur 3 2012

ARSITEKTUR VERNAKULAR
PANTAR BARAT
Untuk mempermudah pembahasan dan pendalaman Arsitektur Vernakular Pantar
secara umum, kami membatasi obyek kajian kami hanya pada Arsitektur Vernakular
Pantar bagian Barat, dan akan lebih khusus lagi membahas Arsitektur Vernakular pada
Desa Tude, Kecamatan Pantar Barat.

1. GAMBARAN UMUM

Bentuk arsitektur di kecamatan pantar barat yaitu bentuk denahnya persegi


empat dan atapnya berbentuk joglo menyerupai joglo sumba tetapi perbedaanya
terletak pada bagian puncak dan pada jurai luar. Pada jurai luar yaitu peletakan balok
nok dan gording melewati jurai luar ± 25 cm – 75 cm, yang berfungsi untuk
menggantung mahkota ( siang ) dan listplan ( kela ) yang telah diukur sesuai dengan
nama dan mahkota.

Arsitektur tradisional yang ada berupa rumah adat yang dikenal dengan nama
Kaby. Bentuk – bentuk rumah adat telah mengalami perubahan, sedangkan yang masih
dipertahankan adalah bentuk atapnya. Bentuk atap pada dasarnya sama hanya
perbedaannya terletak pada tinggi, rendah dan kemiringan atap serta dekorasi pada
mahkota ( siang ), lisplan ( kela ).

Kaby Tultrang Walul Galu Di Desa Kaby Illu Bi Di Desa Kalondama


Allumang

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Rumah adat di Kecamatan Pantar Barat tersebar di desa-desa antara ; Allung,


kalondama, kalondama tengah, kalondama barat, Allumang. Bentuk rumah adat dilihat
pada gambar atas. ( Sumber : Gustav Wabang, Skripsi Tugas Akhir. 2005 ).

2. POLA TAPAK
Perletakan bangunan dalam tapak, menggunakan pola menyebar. Secara umum,
bentuk perkampungan menggunakan bentuk persegi dengan rumah adat sebagai
landmark dari perkampungan. Untuk sirkulasi menggunakan pola grid dan pola
memusat.
Sketsa pola tapak perkampungan

Gambar : pola perkampungan Desa Tude ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

Perletakan massa bangunan:


 Pada bagian Utara rumah adat (Kaby) adalah rumah tonu blah dengan bentuk atap
menggunakan dua bentuk trapesium yang satu lebih kecil. Rumah ini diperuntukan
bagi adik atau saudara dari kepala suku (Giaku Gawake).
 Pada bagian Barat adalah rumah atau bangunan untuk suku Baddu Tubbe, bentuk
rumah/atapnya berupa limasan/pelana.
 Pada bagian Timur adalah rumah untuk suku Lulawa Tubbe, bentuk atapnya berupa
limasan/pelana.

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

 Pada bagian depan dari rumah adat terdapat tempat untuk menabuh alat tradisional
(gong, tambur, moko dan alat lainnya) untuk upacara adat seperti lego–lego dan
tarian penyambutan lainya. Tempat ini berbentuk lingkaran dan lebih tinggi dari
muka tanah (0,62 cm – 0,63).
 Akses ke dalam lokasi rumah adt menggunkan dua buah entrance yaitu pintu utama
berada pada bagian depan banguanan rumah adat (kaby).
Sesuai dengan sketsa di atas yang diikuti dengan penjelasannya, maka dapat
disimpulkan bahwa pola tapak pada Kampung Tradisional di Desa Tude berbentuk
linear, yang berorientasi pada rumah adat dan Lel Le.

3. ARSITEKTUR
Rumah/bangunan tradisional dibedakan menjadi dua bagian yaitu rumah adat
( kaby ) dan rumah rakyat ( Tonu Blah ). Rumah rakyat ( Tonu Blah ) terbagi atas dua
bentuk yaitu bangunan unutuk adik kepala suku dan untuk masyarakat biasa.
Perbdaan bangunan yaitu rumah adat ( Kaby ) berpanggung dan rumah rakyat ( tonu
Blah ) tidak berpanggung. ( Sumber : Skripsi tugas Akhir Gustav Wabang. 2005 ).

A. Rumah adat ( Kaby )


Rumah adat Kaby merupakan pusat dari segala kegiatan suku terutama
urusan-urusan adat. Selain untuk
urusan adat, rumah adat digunakan
untuk tempat tinggal kepala suku.
Rumah adat ini dikenal dengan nama
Kaby Kay Baku Karby Sula.
Perletakan Rumah adat Kay Baku
Karby Sula berorientasi Utara-Selatan
sehingga perletakan Siang (mahkota)
membelah matahari dan bulan (Hi
Kassi – Was Kassi ).
Adapun bentuk bagian-bagian dari Kaby Kay Baku Karby Sula antara lain :

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

 Pondasi
Rumah adat ini tidak menggunakan pondasi karena rumahnya berpanggung;
menggunakan tiang-tiang sebagai penopang utama untuk ruang-ruang di
atasnya. Namun secara struktural, tiang–tiangnya ditanam ke dalam tanah atau
menggunakan sistem jepit. Sedangkan untuk mencegah masuknya air kedalam
rumah maka pada bagian dasar ( kolong ) ditinggikan.

Gambar : Potongan dan Pondasi Rumah Kaby ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

 Lantai
Secara keseluruhan lantai rumah adat terbuat dari bambu cincang (pelupuh).
Sebagai pemikul pelupuh digunakn balok-balok lantai yang terbuat dari kayu
bulat sedangkan dibawah balok lantai terdapat beberapa balok yang ukuranya
lebih besar dan diletakan berlawanan dengan balok diatasnya.

Denah Lantai Dasar Kaby Denah Lantai II Kaby


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

 Tiang dan Balok


Dari segi struktur, rumah adat merupakan bangunan berbentuk panggung.
Empat tiang utama ditanam kedalam tanah ± 25 – 30 cm untuk memikul
bangunan di atasnya. Selain tiang utama, tiang penunjang juga ditanam ke dalam
tanah. Sebagai pengkaku tiang-tiang induk dan pemikul lantai digunakan balok
induk dan balok anak. Balok anak berfungsi juga sebagai pengkaku balok induk.

Tiang utama / struktur ( 4 batang )

Balok / Pengkaku

Denah lantai dasar Kaby

Gambar : Denah, Potongan dan konstruksi Balok ( Rumah Kaby )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005
 Dinding
Material dinding yang digunakan terbuat dari anyaman bulu (Aur) dengan motif-
motif khusus. Untuk merapikan lembaran gedek digunakan bilah-bilah bambu
yang dipasang vertikal dan horizontal.

Gambar : Potongan dan Dinding ( Rumah Kaby )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005
Saulo Dos Santos 221 09 024
Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

 Atap
Bentuk atap terdiri dari dua bentuk trapesium yang salah satunya mengalami
pemancungan dan trapezium utuh tersebut digabungkan dengan trapezium
yang dipancung, sehingga bentuknya adalah atap ‘joglo’. Kemiringan atap pada
trapesium pertama ± 35° - 45 ° dan trapesium kedua ± 60° - 70 °. Pada bagian
sudut atau jurai luar pda trapesium kudua dipasang Kela (lisplank ) terukir, dan
dipakukan pada kelebihan gording. Pada bagian puncak kiri dan kanan
dipasang mahkota dari rumah adat (siang) yang diukir dan pada bagian tengah
antara pertemuan Kela diberi lubang persegi untuk mengikat Kela dan Siang
digunakan Mosang (pedang adat) dari kayu dan dipakukan pada balok
nok/bubungan.

Mahkota

sium I
Trape-

Trapesium II

Gambar : Olah Bentuk Dasar Atap ( Rumah Kaby )


Sumber : Sketsa Pribadi
 Rangka atap
Rangka atap rumah adat terdiri dari dua bagian, yaitu: pada atap pertama terdiri
dari empat tiang utama, yang dipasang pada balok dan sebagai penguat tiang
dipasang 4 buah balok dan ditopang oleh kaki kuda – kuda dan jurai luar dari
kayu bulat. Di atas kaki kuda–kuda dipasang balok gording, kasau dan reng dari
kayu bulat dan bambu. Pemasangan gording, kasau dan reng melewati jurai luar
± 50 – 75 cm.

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Pada atap kedua terdiri dari empat buah tiang nok dengan tinggi ± 250- 275 cm
dan balok nok sebagai penguat keempat balok tersebut. Pada keempat balok
dipasang balok tarik yang berfungsi untuk meletakan dua buah tiang nok yang
tingginya ± 3 m dan pada puncak tiang nok dipasang balok nok melewati tiang
nok, yang berfungsi menggantung kepala Kela dan Siang rumah adat.
Pemasangan tiang nok diperkuat dengan jurai dan kaki kuda-kuda. Perletakan
gording pada kaki kuda-kuda melewati jurai luar yang berfungsi untuk
memasang Kela/ lisplank. Di atas gording diletakan kasau dan reng dari
material bambu.

Gambar : Atap Rumah Kaby ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

 Penutup atap
Bahan penutup atap adalah alang-alang. Bahan penutup ini sebelum digunakan
terlebih dahulu diikat pangkalnya kemudian disusun berjejer satu persatu dan
diikatkan pada reng bambu.
 Tangga
Tangga berguna untuk menghubungkan lantai-lantai di atasnya. Tangga dibuat
dari dua buah bambu yang dilubangi satu sisi dan digabungkan dengan anak
tangga yang terbuat dari kayu bulat kemudian diikat dengan tali rotan. Semua
tangga yang ada pada rumah adat ( kaby ), harus menggunakan 7 buah anak
tangga untuk satu buah tangga.
Sketsa Rumah Adat ( Kaby )
Saulo Dos Santos 221 09 024
Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Denah lantai dasar Denah lantai II

Tampak Depan
Potongan Memanjang

Tampang Samping Potongan Melintang

Gambar : Rumah Kaby ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

B. Rumah Rakyat (Tonu Blah)

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Rumah rakyat/Tonu Blah terdiri atas dua macam, yaitu: atap berbentuk atap
joglo dan atap berbentuk atap limas. Kedua bangunan tersebut memiliki ciri yang
sama yaitu memiliki kelebihan gording pada kedua sisi (jurai luar) yang berfungsi
untuk memasang Kela/lisplank. Denah kedua rumah sama, hanya perbedaan
tardapat pada luasan dan bentuk atapnya.

Gambar : Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

Bentuk bagian – bagian rumah :


 Pondasi
Rumah rakyat/Tonu Blah menggunakan pondasi dengan system jepit yakni
tiang utamanya ditanam ketanah. Tetapi untuk menghindari masuknya air maka
tanah bagian rumah ditinggikan.

Gambar : Denah dan Pondasi Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

 Lantai

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Lantai dari Tonu Blah terbuat dari tanah yang diurug dan diratakan dengan beda
tinggi lantai yang cukup untuk menghindari masuknya air kedalam rumah.

Gambar : Denah Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005
 Tiang dan balok
Rumah rakyat secara struktur mengandalkan tiang utama yang dipasang
kedalam tanah dan tiang-tiang penunjang yang dihubungkan satu sama lain
dengan balok induk dan balok anak. Tiang induk terdiri atas 4 batang dan tiang
penunjang 5 batang. Kayu yang digunakan adalah kayu-kayu khusus yang
berbentuk bulat. Perbedaan kedua rumah terletak pada tumpuan/ramuan
rangka atap.

 Dinding
Dinding yang digunakan terbuat dari anyaman bulu (Aur) dengan motif-motif
yang bervariasai dan sederhana. Untuk merapikan lembaran gedek digunakan
bilah-bilah bambu yang dipasang vertikal dan horizontal.

Gambar : Dinding Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005
 Atap
Saulo Dos Santos 221 09 024
Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Bentuk atap dari kedua rumah berbeda. Perbedaan bentuk atap tersebut
mencerminkan fungsinya masing-masing: rumah yaitu atap’ joglo’ digunakan
oleh keluarga/adik-adik dari kepala suku, sedangkan atap limas digunakan oleh
rakyat biasa dan budak belian. Kemiringan atap mencapai ± 45° - 65 °.

Gambar : Tampilan Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005
 Rangka atap
Rangka atap terdiri dari balok tarik, dua buah tiang nok dan kaki kuda-kuda.
Balok tarik ditopang oleh tiga buah tiang sedangkan jurai ditopang oleh empat
buah tiang utama. Di atas kaki kuda-kuda dipasang gording dari kayu
bulat/bambu, kasau dan reng.

 Penutup atap
Bahan penutup atap adalah alang-alang. Bahan penutup atap ini sebelum
digunakan terlebih dahulu diikatkan pada pangkalnya kemudian disusun berjejer
satu persatu dan diikatkan pada reng bambu.

Sketsa Rumah Rakyat/ Tonu Blah

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010
Perkembangan Arsitektur 3 2012

Denah lantai dasar Denah Lantai II

Tampak Depan Tampak Samping

Gambar : Rumah Tonu Blah ( Pantar )


Sumber : Gustav Wabang. Skripsi Tugas Akhir . 2005

Saulo Dos Santos 221 09 024


Leston Situmorang 221 09 010

Anda mungkin juga menyukai