Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BAHASA LAMPUNG

Rumah Adat Lampung Dan Penjelasannya

Disusun Oleh :
M. FADLI HARIRI
Kelas VIII 6

MADRASAH TSANAWIYAH MATHLA’UL ANWAR LANDBAW


KEC. GISTING KAB. TANGGAMUS
TAHUN AJARAN 2022/2023
RUMAH ADAT LAMPUNG DAN PENJELASANNYA

Lampung adalah pintu gerbang ke Sumtera dari Pulau Jawa, karena provinsi ini
berada di paling selatan Pulau Sumatera. Lampung memiliki 2 kota besar, yaitu
Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten.

Kondisi geografis di wilayah Lampung sangat bervariasi, meliputi wilayah pesisir


yang berbukit di sebelah barat dan selatan, dataran rendah di bagian tengah, dan
wilayah aliran sungai.

Kondisi geografis tersebut berpengaruh pada pembangunan rumah adatnya. Selain


itu, populasi masyarakat Lampung yang cukup heterogen tentu juga memberikan
pengaruh terhadap bentuk arsitekturnya.

Lampung dihuni oleh mayoritas etnis asli dari Lampung, serta etnis pendatang dari
Suku Jawa dan Sunda. Banyaknya Suku Jawa yang menetap dan berkeluarga di
provinsi ini juga sedikit banyak mempengaruhi tradisi masyarakat Lampung.

Jenis Rumah Adat Lampung

Lampung memiliki beberapa jenis rumah tradisional yang bisa kita temukan di
berbagai wilayah berbeda di provinsi ini. Jenis rumah adat tersebut terbagi
berdasarkan etnis yang mendiami rumah tersebut dan fungsinya pun berbeda-beda.

Secara umum, rumah adat Lampung terbagi menjadi 4 jenis, yaitu rumah Nowou
Sesat, Nuwou Balak, Lamban Balak, dan Lamban Pesagi.

1. Rumah Adat Nowou Sesat

Rumah jenis ini juga sering disebut sebagai Sesat Balai Agung. Nowou Sesat dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai balai untuk untuk melakukan berbagai
kegiatan, terutama yang sesuai dengan adat setempat.
Masyarakat Lampung memiliki kitab kuno bernama Kitab Kuntara Raja Niti. Di
dalamnya berisi prinsip dan aturan yang harus ditaati masyarakat Lampung dan
keturunannya dalam menjalani kehidupan. Termasuk dalam pembangunan rumah
adatnya.

Pada dasarnya Nowou Sesat adalah rumah panggung yang terbagi menjadi
beberapa ruangan yang memiliki fungsi masing-masing, yaitu:

a. Ijan Geladak

Ijan Geladak adalah akses utama menuju rumah berupa tangga yang dinamakan
Rurung Agung. Ijan Geladak juga dijadikan tempat berjaga saat ada kegiatan atau
upacara adat tertentu.

Selain itu, Ijan Geladak juga digunakan untuk menyambut tamu penting. Menurut
adat Lampung, tamu kehormatan akan disambut dengan tarian di Ijan Geladak.

b. Anjungan

Anjungan adalah area serambi yang terletak di depan rumah setelah melewati Ijan
Geladak. Area Anjungan juga digunakan untuk menyambut tamu kehormatan. Area
ini juga dijadikan tempat untuk bermusyawarah atau beristirahat bagi para petinggi
adat.
c. Ruang Pasiban

Pasiban adalah ruangan utama dari keseluruhan Nowou Sesat. Musyawarah untuk
bahasan tertentu dilakukan di ruangan ini, misalnya membahas perencanaan acara
adat yang dilangsungkan secara rutin atau menyelesaikan sebuah permasalahan
yang muncul tengah masyarakat.

Ruang Pasiban dianggap terhormat dan sakral oleh masyarakat Lampung. Tidak
sembarang orang bisa memasukinya, hanya para petinggi adat dan tokoh
kehormatan yang boleh masuk dan melakukan kegiatan adat di dalamnya.

d. Ruang Tetabuhan

Lampung memiliki kesenian musik berupa Gamelan Lampung. Ruang Tetabuhan ini
digunakan untuk menyimpan berbagai alat musik yang berupa tetabuhan dan
gamelan khas Lampung. Biasanya Gamelan Lampung ditampilkan saat upacara
adat berlangsung.

Uniknya, Gamelan Lampung terinspirasi dari budaya di Kesultanan Banten yang


memang cukup dekat lokasinya dengan Lampung. Oleh karena itu, terdapat pula
kesamaan dengan Gamelan Jawa.

e. Ruang Gajah Merem

Gajah adalah hewan ikonik yang hidup di hutan-hutan Lampung dan erat
hubungannya dengan masyarakat sekitar. Sosok gajah diasosiasikan sebagai sosok
pemimpin. Sesuai dengan nama ruangan ini, Gajah Merem, digunakan para
pemimpin adat untuk tidur.

Saat ada rapat adat yang disebut dengan Pepung, terkadang rapat ini bisa
berlangsung selama berhari-hari. Karena itu, para petinggi adat harus tinggal
sementara dan tidur di Nowou Sesat. Pada dasarnya, Nowou Sesat bukanlah rumah
tinggal penduduk. Tetapi adalah bangunan yang digunakan saat petinggi adat
melakukan musyawarah.
2. Rumah Adat Nuwou Balak

Rumah tradisional Lampung yang kedua adalah bangunan yang menganut adat
Pepadun. Sama seperti pada kebanyakan rumah adat asal Sumatera lainnya,
Nuwou Balak berstruktur rumah panggung.

lantai dan dinding. Pada umumnya, Nuwou Balak dibangun dengan ukuran sekitar
30 x 15 meter.

Nuwou Balak sering juga disebut dengan nama Balai Keratun. Rumah ini hanya
dihuni oleh para petinggi atau kepala adat. Nuwou Balak terbagi menjadi beberapa
area, yaitu:

 Lawang Kuri, merupakan pintu gerbang atau gapura rumah.


 Ijan Geladak, berupa tangga menuju rumah yang dilengkapi dengan atap.
 Anjungan atau teras kecil yang difungsikan sebagai tempat pertemuan adat
atau menerima tamu.
 Pasiban adalah ruang utama rumah yang fungsinya adalah untuk
musyawarah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adat.
 Lapang Agung, area khusus untuk tempat berkumpulnya kaum hawa.
 Kebik Temen atau disebut juga Kebik Kerumpu. Ini adalah kamar tempat tidur
anak tertua yang disebut sebagai anak penyimbang bumi.
 Kebik Rangek adalah kamar tidur anak kedua yang disebut sebagai anak
penyimbang ratu.
 Kebik Tengah adalah kamar tidur untuk anak ketiga yang disebut sebagai
anak penyimbang batin.
Satu hal yang unik dari Nuwou Balak adalah adanya tempat mencuci kaki dan
menyimpan alas kaki di Ijan Geladak. Ini dimaksudkan agar rumah tidak terkena
debu dan kotoran dari alas kaki. Tempat untuk mencuci kami ini dinamakan Garang
Hadap.

3. Rumah Adat Lamban Balak

Jenis rumah adat yang ketiga ini berasal dari etnis Saibatin. Gaya arsitekturnya
menyerupai Nuwou Balak, yaitu berupa rumah panggung. Material utama untuk
membangun Lamban Balak juga terbuat dari kayu.

Namun Lamban Balak memiliki bagian-bagian rumah yang lebih banyak dibanding
kedua rumah adat sebelumnya, yaitu:

 Jan, merupakan akses utama menuju rumah yang berupa tangga, dimana
bagian atasnya terlindung oleh atap.
 Lepau atau disebut juga Bekhanda, adalah ruangan terbuka di bagian depan
rumah. Seperti teras atau serambi pada rumah modern.
 Lapang Luakh, merupakan ruangan tertutup yang digunakan untuk
musyawarah adat yang disebut dengan Himpun. Pada rumah modern,
ruangan ini seperti ruang tamu.
 Lapang Lom, area ini adalah ruang tengah yang digunakan sebagai tempat
berkumpul keluarga. Namun Laoang Lom juga bisa difungsikan sebagai
tempat musyawarah.
 Bilik Kebik adalah kamar tidur utama.
 Tebelayakh adalah kamar tidur kedua yang lebih kecil.
 Sekhudu adalah ruangan yang digunakan khusus untuk para wanita.
 Panggakh adalah tangga di dalam rumah yang juga digunakan untuk
meletakkan benda-benda adat. Misalnya benda pusaka, barang pecah belah,
dan senjata khas tradisional.
 Dapokh adalah area dapur yang terletak di bagian belakang rumah. Selain
digunakan untuk kegian masak-memasak, Dapokh juga merupakan tempat
penyimpanan bahan makanan.
 Gakhang merupakan area khusus untuk mencuci berbagai peralatan dapur.
 Bah Lamban adalah bagian kolong rumah yang digunakan untuk menyimpan
berbagai hasil panen.

4. Rumah Adat Lamban Pesagi

Jenis rumah tradisional dari Lampung yang terakhir berasal dari kawasan Lampung
Barat. Struktur rumahnya berupa rumah panggung. Ciri khas Lamban Pesagi adalah
tiang-tiang penyangganya yang berukuran besar.

Ciri lain yang membedakan Lamban Pesagi dari ketiga rumah sebelumnya adalah
lumbung padi yang terpisah dan dibangun dekat rumah utama. Sementara itu,
bagian kolong rumah dibiarkan kosong dan tidak difungsikan untuk kegiatan atau
ruangan apapun.

Anda mungkin juga menyukai