KEBUDAYAAN GORONTALO
OLEH :
LADY GABRIELLA N B
XI MIPA 1
SMA NEGERI BINAAN KHUSUS KOTA
DUMAI
JALAN INPRES, PURNAMA
T/A 2018/2019
Kebudayaan Provinsi Gorontalo
Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota
Hulontalo) yang terkenal pula dengan julukan "Kota Serambi Madinah". Provinsi
Gorontalo terletak pada Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula) di Pulau
Sulawesi, tepatnya di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah
provinsi ini 12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.133.237 jiwa (2016),
dengan tingkat kepadatan penduduk 88 jiwa/km². Di kliping ini akan dijelaskan
kebudayaan di provinsi Gorontalo.
1. Ragam Etnis
2. Rumah Adat
Gorontalo memiliki empat rumah adat yang menjadi ciri khas provinsi
Gorontalo, yaitu rumah adat Dulohupa yang berada di kota Gorontalo, rumah adat
Bandayo Poboide yang berada di Limboto, rumah adat Ma’lihe atau Potiwaluya dan
yang terakhir rumah adat Gobel yang berada di Bone Bolango.
2. Bako adalah kalung yang sama seperti yang dikenakan mempelai wanita.
Kalung inipun memiliki makna filosofi terhadap ikatan kekeluargaan antara
keluarga kedua keluarga mempelai.
3. Pasimeni adalah hiasan baju yang menjadi simbol keluarga harmonis dan
damai.
b. Tari Polopalo
Tari Polopalo merupakan tari pergaulan yang berasal dari Provinsi
Gorontalo. Polopalo sendiri merupakan sebuah alat musik tradisional yang
berasal dari Gorontalo. Alat musik tradisional Polopalo merupakan alat musik
jenis idiofon atau golongan alat musik yang sumber bunyinya diproleh dari
badannya sendiri (M. Soeharto 1992 : 54), Dalam artian bahwa ketika
Polopalo tersebut di pukul atau sebaliknya memperoleh pukulan, bunyinya
akan dihasilkan dari proses bergetarnya seluruh tubuh Polopalo tersebut.
Adapun tarian Polopalu memang menggunakan properti yang berupa
alat musik polopalo tersebut. Tari Tradisional dari Gorontalo ini, pada
akhirnya mengalami banyak perkembangan, sehingga pada saat ini Tari
Polopalo terbagi menjadi dua, yaitu tari polopalo tradisional dan tari polo palo
modern. Kedua tarian polo palo tradisional dan modern memiliki beberapa
perbedaan, antara lain jumlah penarinya. Tari polo -" palo tradisional biasanya
dimainkan oleh penari tunggal yang diringi oleh musik yang dimainkan
sendiri atau solo. Selain itu tari polo - palo modern lebih sering ditampilkan
secara berkelompok dengan iringan musik yang sudah diaransemen.
Pada tari polo - palo tradisional pemukul tidak hanya dimainkan
dengan cara memukulkannya pada alat musik tetapi juga pada bagian anggota
penari khususnya lutut dengan irama yang beraturan. Sedangkan pada tari
polo - palo modern, pemukul hanya dipukulkan pada alat musiknya, tidak
pada bagian tubuh.
c. Tari Saronde
5. Senjata Tradisional
6. Bahasa Daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga
bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo,
Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa
Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan
sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini
Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu
Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang
Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa
Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus
Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan
disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an
yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo).
Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan
untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo
yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon
(Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat,
Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat
tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".
Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari yang
harus tetap dilestarikan:
7. Ragam Tradisi
Lima budaya dari suku Gorontalo dikukuhkan sebagai warisan budaya tak
benda oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017.
Kelima budaya ini adalah Tahuli, Binte Biluhuta, Lohidu, Langga, dan
Dayango/Wumbungo.
Kelima budaya tak benda dari Gorontalo ini melengkapi budaya lain yang
sudah lebih dulu ditetapkan. Budaya tersebut adalah Tari Molapi Saronde,
Tanggomo, Polopalo, Karawo, dan Tumbilotohe.
8. Upacara Adat
Paduan nuansa adat dan agama dalam kehidupan masyarakat Gorontal,
merupakan profil sebuah masyarakat yang sangat kental dalam mengapresiasi
terhadap tradisi budaya dan keyakinan agamanya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam upacara adat yang selalu didahului dengan ayat-ayat dalam Alquran, seperti :
Binte Biluhuta ini paling enak disantap saat masih panas. Racikannya sendiri
terdiri dari jagung putih ketan, dicampur dengan parutan kelapa, udang dan
suwiran ikan cakalang, kemudian disiram dengan kuah berbumbu rempah-rempah
khas Gorontolo.
Lebih nikmat dan lengkap lagi ditambah dengan irisan daun bawang, tomat,
kemangi, dan cabai. Untuk mengharumkan cita rasa dan mengangkat
kelezatannya, perlu ditambahkan perasan jeruk lemon suwanggi.